Draft Skripsi Bab 1 - 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Di indonesia, sumberdaya batuan merupakan salah satu modal yang dikembangkan dan dioptimalkan untuk menunjang pengembangan suatu wilayah. Pada pemanfaatan sumberdaya batuan ini juga harus memperhatikan konservasi dan juga upaya untuk kelestarian fungsi ekosistemnya. Untuk mendukung keberhasilan usaha tersebut perlu diketahui lokasi terdapatnya potensi dan kondisi sumberdaya yang ada di suatu wilayah, sehingga dapat dibuat perencanaan yang tepat dalam pengembangan wilayah pertambangan. Keberadaan dan peran batu andesit dalam kehidupan manusia tidak banyak orang yang tahu. Batu andesit merupakan salah satu bahan galian industri yang sangat berperan dalam pembangunan negara indonesia saat ini. Batu andesit digunakan sebagai material utama dalam pembangunan. Maka dari itu untuk mengetahui potensi dan cadangan pada tambang batu andesit,diperlukan pengamatan atau pemetaan geologi baik dari posisi sebaran dan perhitungan cadangan batu andesit tersebut. Sehubungan dengan hal di atas, maka bagi peneliti dalam ketertarikannya pada Geologi Mineral Non-Logam untuk menjadi alasan dalam pemilihan judul “Perhitungan Cadangan Penambangan Batu Andesit PT. Duta Alam Bahagia di Desa Maguan, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur”.



Skripsi



1



1.2 Rumusan Masalah Agar pembahasan tidak keluar dari permasalahan, maka diperlukan adanya perumusan dan batasan masalah yaitu : 1. Bagaimana potensi sebaran batu andesit daerah penelitian dengan luas 4 x 6 km2? 2. Berapa volume cadangan andesit di PT. Duta Alam Bahagia dengan metode Cross Section ? 1.3 Maksud dan Tujuan Permasalahan Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah : Pemetaan geologi daerah penelitian di Desa Maguan, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Mengetahui potensi sebaran andesit daerah penelitian dengan luas 4 x 6 km2. 2. Mengetahui volume cadangan andesit di PT. Duta Alam Bahagia dengan metode Cross Section. 1.3 Letak dan Kesampaian Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak pada Kecamatan Sambit dan Sekitarnya, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur dengan posisi UTM : X : 556000 - 561500 Y : 9116000 – 9120000 Daerah penelitian dapat dijangkau dengan transportasi darat yang terletak kurang lebih 202 km sebelah barat dari kota Surabaya selama 5 jam perjalanan. Akses menuju lokasi penelitian relatif mudah, karena untuk menuju ke daerah penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, mobil, dan bus melalui jalur Surabaya – Sidoarjo – Mojokerto – Nganjuk – Madiun – Ponorogo,



Skripsi



2



setelah sampai ponorogo langsung menuju arah timur pertigaan Pasar Taman Sari kurang lebih 2 km. Akses jalan menuju lokasi penelitian dapat dilalui dengan kendaraan, karena jalan untuk masuk ke Desa Maguan sudah beraspal tetapi juga banyak yang rusak, dari Desa Maguan menuju Lokasi Penelitian jalannya tidak beraspal, tetapi masih berupa makadam (Batu dan Tanah) dan juga berlumpur.



Gambar 1.1. Lokasi daerah penelitian di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.



1.4 Peneliti Terdahulu



Skripsi



3



Peneliti, Tahun, Judul



Tujuan Utama dan Metode



Hasil Penelitian



(1996),



Perhitungan cadangan dengan metode



Pada kasus daerah Boyolali, hasil



Perhitungan Cadangan bahan Galian



blok geologi sangat baik terutama untuk



perhitungan cadangan andesit adalah



Suatu



bahan



8.921.241,00 ± 843,5196 m3 atau



I



Wayan Model



Warmada Geologi



Dengan



galian



yang



teknis



mempunyai



menggunakan Program Surfer Studi



parameter



Kasus Perhitungan Cadangan Lava



Perhitungan ini dapat dibantu dengan



Andesit Di Daerah Boyolali.



program



Surfer.



relatif



homogen.



Pemakaian



setara



dengan



22.303.102,50



±



2108,799 ton.



Surfer



untuk perhitungan cadangan bahan galian cukup cepa: dan memadai. Keakuratan hasil perhitungan dengan Surfer tergantung pada bentuk model Bambang Arsyiogie (2010), Studi



yang didefinisikan pada Sutter. Metode pengumpulan data :



Pemanfaatan Batu Andesit di Bukit



Data



Kandis Kabupaten Bengkulu Tengah



penelitian lapangan, baik berupa hasil



primer



diperoleh



pengamatan



dari



Berdasarkan hasil



hasil



penelitian



dan



pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:



maupun wawancara



Bukit Kandis merupakan salah satu



dengan responden yang ada di lokasi



tempat mata pencaharian masyarakat



dengan



yaitu



beberapa



pertanyaan



yang



dengan



menjadi



bertujuan untuk mendapatkan informasi



pemecah/pengumpul batu Andesit di



yangberkaitan



Bukit Kandis.



dengan



pemanfaatan



batu andesit oleh masyarakat di Bukit Kandis.



Alat yang digunakan para penambang batu di Bukit kandis yaitu linggis, martil, pahat, cangkul dan pisau. Bukit Kandis diperkirakan akan habis 65 tahun lagi menurut perhitungan volume dan rata-rata kubikasi per hari.



Tabel 1.1. Peneliti Terdahulu



BAB 2 DASAR TEORI



1.1



Pengertian Batuan Beku



Skripsi



4



Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau



tanpa



proses kristalisasi,



batuan intrusif (plutonik)



baik



maupun



di di



bawah atas



permukaan permukaan



sebagai sebagai



batuan ekstrusif (vulkanik). Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500oC–2.500oC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineralmineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari. 2.2



Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik (Tempat Terjadinya) Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan



beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut : 1. Batuan Beku Intrusif Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai



Skripsi



5



karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan. Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut diskordan. Yaitu: a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh



intrusi



yang



berkomposisi



agak



berbeda.



Perbedaan



ini



mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith. b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.



Skripsi



6



c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya. d) Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya. Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah : a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar. b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat prosesproses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan. c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.



2. Batuan Beku Ekstrusif Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:



Skripsi



7



a) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan. b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil. c) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air. d) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan. e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit. f) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran. 2.3



Klasifikasi Batuan Berdasarkan Komposisi Kimia Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk



mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral. Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.



Skripsi



8



Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan kimia oksida, Contohnya pada tabel berikut ini : OKSIDA



GRANIT



DIORIT



GABRO



PERIDOTIT



SiO2



72,08



51,86



48,36



43,54



TiO2



0,37



1,50



1,32



0,81



Al2O3



13,86



16,40



16,84



3,99



Fe2O3



0,86



2,73



2,55



2,51



FeO



1,72



6,97



7,92



9,8



MnO



0,06



0,18



0,18



0,21



MgO



0,52



6,21



8,06



34,02



CaO



1,33



3,40



11,07



3,46



Na2O



3,08



3,36



2,26



0,56



K2O



0,46



1,33



0,56



0,25



H2O+



0,53



0,80



0,64



0,76



P2O5



0,18



0,35



0,24



0,05



Tabel 2.1 Pembagian Kimia Pada Batuan Beku Asam dan Basa Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada tabel di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan presentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit (ultra basa). Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar butir dari setiap jenis mineral.



Skripsi



9



Batuan Intrusi



Batuan Ekstrusi



Granit



Riolit



Syenit



Trahkit



Diorit



Andesit



Tonalit



Dasit



Monsonit



Latit



Gabro



Basal



Tabel 2.2 Kandungan senyawa kimia batuan Intrusi dan Ekstrusi



Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).



Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah : Nama Batuan



Kandungan Silika



Batuan Asam



Lebih besar 66 %



Batuan Menengah



52 – 66 %



Batuan basa



45 – 52 %



Batuan Ultra basa



Lebih kecil 15 %



Tabel 2.3 Kandungan silika pada batuan beku Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah: Nama Batuan



Kandungan Silika



Leucocratic



0 – 33 %



Skripsi



10



Mesocratic



34 – 66 %



Melanocratic



67 – 100 %



Tabel 2.4 Kandungan silika pada mineral mafik Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid : A.



Batuan Felsik



: Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.



B.



Batuan Mafik



: Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.



C.



Batuan Ultramafik



: 90% terdiri dari mineral mafik.



Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff. 2.4



Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar



batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin. Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.



Skripsi



11



Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi: a) Batuan Dalam Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar. b) Batuan Gang Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik. c) Batuan Lelehan Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu : 



keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas.







keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar







keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir







keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar







keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi plagioklas







keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar







keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah







keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar



Skripsi



12







keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir







keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.



2.5



Warna Batuan Warna



batuan



berkaitan



erat



dengan



komposisi



mineral



penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. 2.6



Struktur Batuan Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang



berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah: 1. Masif : Bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas 2. Jointing : Bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan. Kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.



Skripsi



13



3. Vesikular : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu: · Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan. · Pumisan : Bila lubang-lubang gas saling berhubungan. · Aliran : Bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas. 4. Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder. 2.7 Tekstur Batuan Beku Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi : 1) Tingkat kristalisasi Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi : ~ Holokristalin : jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristalkristal. ~ Hipokristalin : sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa mineral gelas. ~ Holohialin : jika seluruhnya terdiri dari gelas. 2) Ukuran kristal Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan. Skripsi



14



Granularitas : pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu: a) Equigranularitas disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 : ~ Fenerik Granular : bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata telanjang. ~ Afinitik : apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus. b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam, Tekstur ini dapat dibagi lagi menjadi : ~ Faneroporfiritik : bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang. ~ Porfiroafinitik : bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang. c) Gelasan (glassy) : Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas. Bentuk Butir a) Euhedral : bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna. b) Subhedral : bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna. c) Anhedral : berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang tidak sempurna.



Skripsi



15



Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain : 1. Asam (Felsik) Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik. 2. Intermediet Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. 3. Basa (Mafik) Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. 4. Ultrabasa (Ultramafik ) Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna tersusun oleh mineral – mineral mafic seperti olivin. 1.8



Komposisi Mineral Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4



yaitu: a) Kelompok Granit –Riolit Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah yang kecil. b) Kelompok



Diorit







Andesit



Berasal



dari



magma



yang



bersifat



intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil. c) Kelompok Gabro – Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende. d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil. 1.9



Jenis Jenis Batu Andesit



Skripsi



16



Batu Andesit merupakan salah satu jenis batuan beku yang dihasilkan dari produk gunung berapi. Batuan jenis Andesit ini pada umumnya bisa dibagi menjadi dua jenis batuan berdasarkan dari tempat asal terbentuknya. Batuan jenis Andesit yang pertama adalah andesit berupa batuan beku yang proses membeku atau terbentuknya berada di dalam tanah (Batu Andesit Porfiritik). Batuan dari jenis andesit yang kedua adalah andesit yang proses pembekuannya terjadi di permukaan tanah atau yang sering disebut dengan lava (Batu Andesit Afanitik). Andesit juga termasuk dengan jenis batuan beku lava dimana juga mempunyai struktur batuan struktur tiang atau columnar Advertisement jointing. Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.



1.10



Perhitungan Cadangan



Pengertian Sumber Daya Dan Cadangan Berdasarkan SNI : Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), Amandemen I SNI13-4726-1998, yang dimaksud dengan : 1. Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat dapat berubah menjadi cadangan setelah Skripsi



17



dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. 2. Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya, dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Klasifikasi Sumber Daya Mineral : 1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Survey Tinjau (Reconnaissance). 2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource); adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Prospeksi (Prospecting). 3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource); adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum (General Exploration). 4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource); adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration). Klasifikasi Cadangan: 1. Cadangan Terkira (Probable Reserve)adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologi-nya masih lebih rendah, yang berdasarkan Studi Kelayakan Tambang (Mine Feasibility Study) semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik. 2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve)adalah sumber daya mineral terukur yang berdasarka Studi Kelayakan Tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik. 2.11 Metode Perhitungan



Skripsi



18



Perhitungan Cadangan Bijih Metode - metode konvensional yang biasa digunakan dalam perhitungan cadangan adalah: 1. Metoda Triangular 2. Metoda Daerah Pengaruh (Area of Influence) 3. Metoda Penampang (Cross Section) 4. Metoda Isoline. Parameter-parameter yang penting antara lain adalah: 1. Kadar Bijih (Grade) 2. Ketebalan dan Luas (Thickness and Area) 3. Porositas dan Kandungan Air (Porosity and Moisture/ Water Content) 4. Berat jenis (Density). A. Metode Perhitungan Cadangan (Menurut Jean Bernard Chaussir and Jean Morer, 1987) Ada dua metode yang di pakai untuk perhitungan cadangan yaitu metode yang sederhana dan merupakan perhitungan cadangan tereka (probable reserve) yaitu : 1. Rumus Luas Rata-Rata ( Mean Area ) V



= L ( S1 + S2 ) / 2



S1, S2 = Luas Penampang Endapan



Skripsi



L



= Jarak Antara Penampang



V



= Volume Cadangan



19



Rumus luas rata-rata untuk endapan yang mempunyai penampang yang uniform. 2. Kerucut Terpancung : V = L/3 ( S1 + S2 +√S1.S2 S1, S2 = Luas Penampang Area L = Jarak Antara S1 dan S2 V = Volume Cadangan



B. Metode Perhitungan Cadangan Penambangan Andesit Jadi dua metode yang digunakan pada perhitungan cadangan batu andesit di PT. DUTA ALAM BAHAGIA ini adalah metode Penampang dan metode GIS 3D TIN : 1. Metode Cross Section : Dalam pembuatannya, luas area yang akan dihitung diberi garis sayatan tegak lurus dengan memakai Software ArcView 3.2. Dimana perhitungan volumenya di mulai dari menghitung beda tinggi permukaan (titik terendah dengan titik tertinggi) dengan peta topografi untuk menghitung panjang, tebal, dan lebar dengan rumus balok. Dimana dalam perhitungannya diasumsikan seperti balok dari tiap garis penampangnya. 2. Metode GIS 3D TIN : Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yaitu memperhitungkan ketebalan batu dan memperhatikan beda tinggi (kontur) yang dapat diambil berdasarkan pada batas dan rencana bentuk akhir tambang. Perhitungan potensi cadangan dilakukan dengan cara volumetrik menggunakan peta dasar peta topografi (Peta RBI skala 1 : 25.000) dan hasil pengukuran penyebaran bahan galian di lapangan.



Skripsi



20



Analisa perhitungan dilakukan dengan bantuan software GIS Arcview extension 3D dengan metode TIN (Triangular Irregular Network) dari peta kontur ketinggian yang ada, yang telah dilakukan pengeplotan pada tahap sebelumnya. Metode perhitungan cadangan disesuaikan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan cadangan dengan software ini pada prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan cadangan yang memakai metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen tipe kontur. BAB 3 GEOLOGI REGIONAL 3.1 Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) secara detail membagi fisiografi Jawa Timur menjadi 7 zona fisiografi, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Alluvial plains of Northern Java (Dataran aluvial Utara Jawa) Rembang-Madura Anticlinorium (Perbukitan Rembang dan Madura) Lajur Randublatung Lajur Kendeng Dataran Tengah Jawa Timur Gunungapi Tengah / Gunungapi Kuarter Pegunungan Selatan



Skripsi



21



Gambar 3.1 Peta Zona Fisiografis Regional Jawa Timur menurut Van Bemmelen (1949).



3.2 Geomorfologi Regional Secara fisiografi daerah termasuk dalam peta Lembar Madiun bagian selatan yang mirip dengan geologi regional Lembar Tulungaung. Pada bagian selatan Lembar Madiun, termasuk di dalam lajur Pegunungan Selatan jawa timur dan bagian wilayah tengah masuk Zona Gunungapi Kuarter dan bagian utaranya termasuk di dalam rangkaian Pegunungan Kendeng. Pola morfologi di daerah ini dikendalikan baik oleh litologi maupun oleh struktur geologinya. Berdasarkan pada ketinggian timbulan dan bentuk bukitnya daerah ini dapat dipisahkan menjadi empat satuan morfologi yaitu: kerucut gunung api, perbukitan bertimbulan tajam, perbukitan menggelombang dan pendataran rendah. Saatuan morfologi yang pertama dapoat dibagi menjadi tiga



Skripsi



22



sub satuan, yaitu sub satuan: Jading-Patuk Banteng, Gajah Mungkur, dan Agrokalangan. Morfologi Kerucut Gunungapi terdapat di bagian tengah lembar. Satuan ini dibentuk oleh Pegunungan Wilis, yang berupa batuan gunungapi. Morfologi ini mudah sekali dikenali, baik pada petaa tropografi maupun di lapangan. Pola aliran sungainya memencar, mengalir ke segala arah. Beberapa puncak gunung yang tingginya melebihi 2000 m antara lain Gunung Argokalangan dan Gunung Argotawang. Sub satuan Jading-Patuk Banteng terletak dibagian barat kerucut yang letaknya terpisah dari keseluruhan morfologi kerucut gunungapi. Batas satuan ini di utara adalah aliran K. Klepon, alur sungai yang mengalir ke utara terpotong oleh sub satuan Argokalangan. Di sepanjang K. Kesugihan banyak alur sungai yang ke selatan terpotong oleh sub satuan yang sama. Sub satuan Gajahmungkur terdapat di bagian timur. Di utara berbatasan dengan sub satuan Argokalangan dengan K. Kuncir sebagai batasnya. Hal itu terlihat dengan adanya beberapa sungai yang asalnya mengalir ke utara, tiba-tiba membelok mengikuti K. Kuncir. Di barat, batasnya diduga berupa sesar yang membentuk tebing terjal berarah baratlaut-tenggara, mulai dari barat G. Mlokoseketip sampai barat G. Glagah Ombo. ke selatan batas keduanya agak kabur, tetapi dengan melihat perbedaan kerpatan aliran sungainya, batasnya dapat diperkirakan. Sungai-sungai di Sub-satuan Argokalangan lebih rapat, dan mengalir sejajar, yang berasal dari arah puncak Pegunungan Wilis. Sedangakan di sub satuan Gajahmungkur lebih mendekati ke memencar, dan berasal dari G. Glagah Ombo, G.Gajahmungkur dan G. Argoklono. Sub satuan Argokalangan tersebar mulai dari bagian puncak pegunungan, menjulur ke utara, ketenggara dan sedikit ke barat sampai daerah pedataran. Satuan perbukitan bertimbulan tajam, tedapat di bagian selatan lembar. Satuan ini terbentuk oleh bermacam-macam batuan. Beberapa struktur sesar turut mengendalikan bentukan morfologinya. Pola aliran sungainya tidak teratur, dan



Skripsi



23



hak ini mungkin disebabkan oleh perbedaan batuan dan banyaknya kekar yang berkembang. Puncak tertingginya mencapai 727 m (G. Bayangkaki), yang ditempati oleh breksi gunungapi. 3.3 Stratigrafi Regional Menurut U.Hartono, Baharuddin Dan (And) K. Brata, 1992, tatanan stratigrafi lembar Madiun bagian selatan ini mirip dengan tatanan stratigrafi lembar Tulungagung yaitu yang meliputi: a. Endapan Permukaan (1) Aluvium Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa, yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Dijumpai



di



Kecamatan-Kecamatan



Besuki,



Bandung,



Pakel,



Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang, Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.



b. Batuan Sedimen (2) Satuan Breksi / Formasi Arjosari (Toma). Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen Akhir-Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan Kauman. (3) Satuan Batugamping / Formasi Campurdarat (Tmcl). Disusun oleh batu gamping hablur yang bersisipan dengan batu lempung berkarbon. Formasi ini berumur Miosen Awal-Awal Miosen Tengah. Tersebar di kecamatan-kecamatan Bandung, besuki, Campurdarat dan Tanggunggunung.



Skripsi



24



(4) Satuan Batulempung / Formasi Nampol ( Tmn). Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara setempat-setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban. (5) Satuan Batugamping Terumbu / Formasi Wonosari (Tmwl). Litologi tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis, batugamping berkepingan, batugamping pasiran kasar, batugamping tufan dan napal. Satuan ini berumur Miosen Tengah_miosen Akhir dan dapat di jumpai di Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir. c. Batuan Gunung Api (6) Satuan



Gunung



Api



Tua



/



Formasi



Mandalika



(Tomn).



Batuan penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung, Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir, dan Pagerwojo. (7) Satuan Breksi Gunungapi / Formasi Wuni (Tmw). Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban. (8) Satuan Gunung Api Muda / Batuan Gunung api. Litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili, tuf, endapan lahar dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur plistosen d. Batuan Terobosan (9) Satuan Andesit (An) Litologi berwarna kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi andesin, kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, dan tertanam dalam masa



Skripsi



25



dasar mikrolit dan kaca gunungapi. Satuan ini dijumpai di Kecamatan Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak menjulang tinggi. Gambaran tatanan stratigrafi lembar Madiun dapat dilihat pada gambar berikut ini :



Gambar 3.2 Peta Geologi Regional daerah penelitian



Skripsi



26



Gambar 3.3 Satuan batuan di daerah penelitian



Gambar 3.4 Kolom stratigrafi Lembar Madiun BAB 4 METODELOGI PENELITIAN



4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan saat penelitian ini adalah dengan metode penelitian geologi permukaan (surface mapping),melakukan pengamatan langsung pada singkapan saat di lapangan. Data yang diambil berupa data litologi, morfologi, stratigrafi,dan geologi lingkungan melalui pengamatan pada singkapan dan juga dilakukan pengukuran dan pencatatan.



4.2



Tahap – Tahap Penelitian 4.2.1. Tahap Persiapan



Skripsi



27



Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, langkah paling awalnya yaitu menentukan penentuan lokasi penelitian, setelah itu didiskusikan dengan dosen pembimbing. Setelah menentukan lokasi penelitian, selanjutnya yaitu studi literatur mengenai dasar-dasar metode pemetaan geologi permukaan, studi literatur geologi regional serta fisiografi regional, dan juga studi literatur mengenai Perhitungan Cadangan. Studi literatur sangatlah penting dalam persiapan sebelum pemetaan geologi. Persiapan ini ditempuh agar penulis dapat mengetahui gambaran mengenai karakteristik litologi, geomorfologi, stratigrafi, struktur, dan hal - hal lain yang dapat mendukung pemetaan geologi.Sehingga ketika melakukan penelitian, sudah memiliki dasar – dasar gambaran mengenai keadaan geologi yang berkembang di daerah penelitian. Untuk hal-hal mendasar seperti penentuan jalur lokasi pengamatan dapat diputuskan secara cepat, tepat, dan menghemat waktu.



4.2.2. Tahap Penelitian dan Pengambilan Data Lapangan Pada tahapan penelitian lapangan, penulis mencatat data – data lapangan berupa deskripsi megaskopis lithologi pada setiap lokasi pengamatan (LP), pengukuran ketebalan litologi, pengambilan foto singkapan, foto litologi, pengamatan morfologi (disertai foto morfologi), dan pengukuran data struktur geologi (kekar). Setelah itu memasukkan lokasi pengamatan (LP), kedudukan, dan struktur geologi pada peta melalui koordinat yang diambil dari GPS. Kemudian melakukan pengambilan sampel batuan, selanjutnya memilih sampel untuk analisis laboratorium. 4.2.3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Tugas Akhir



Skripsi



28



Tahap analisis data dan penyusunan tugas akhir, meliputi : 1) Analisa Morfologi Tahapan ini



dilakukan



untuk



mengetahui



pengelompokan geomorfologi yang merupakan kaki gunung pada lokasi penelitian, dimana pada kaki gunung ini mempunyai lereng yang cukup terjal. 2) Analisis Penampang Stratigrafi Dengan membuat penampang stratigrafi,menjadi lebih mudah dalam



menentukan ketebalan dari setiap satuan



batuan yang telah di identifikasi, umur batuan, dan urut – urutan pengendapan. 3) Analisis Petrografi Untuk mengetahui nama setiap sampel batuan yang didapatkan di lapangan, diharapkan dapat membantu dalam menentukan bagaimana batuan reservoar yang baik dilihat dari tekstur, struktur, dan komposisi mineral secara mikroskopis. Penamaan mikroskopis tersebut didasarkan Williams (1954) untuk batuan beku. 4) Analisis Struktur Geologi Tujuan dari analisis struktur adalah untuk memahami tektonik serta menemukan struktur geologi di daerah penelitian. 5) Analisis Perhitungan Cadangan Setelah mengetahui kemiringan lereng dan di dapatkan data ketebalan batu andesit di lapangan dengan cara menghitung beda tinggi dari elevasi konturnya, kemudian baru dibuat peta sayatan agar dapat menghitung volume cadangan dari tambang andesit tersebut. Dengan memakai metode sederhana yaitu metode penampang dan merupakan metode perhitungan tereka adalah cadangan suatu bahan galian Skripsi



yang



perhitungannya 29



didasarkan



atas



tinjauan



lapangan dengan tingkat keyakinan cadangan (20-30)% dari total cadangan yang ada. Dimana perhitungan di mulai dari permukaan air laut ( titik terendah ) dengan peta sayatan yaitu dengan menghitung panjang, tebal, dan lebar dengan rumus Balok yang seperti Mean Area dari tiap sayatan pada andesit. 6) Penyusunan Laporan Tahapan akhir dari penelitian, dimana hasil data-data yang



telah



diperoleh



kemudian



di



analisis



dan



di



interpretasikan dalam tugas akhir. Dengan demikian penulis dapat membuat peta lintasan, peta pola aliran, peta geomorfologi, peta geologi dan peta cadangan andesit di daerah penelitian. 4.3.



Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)



Peta Topografi : peta dasar untuk pemetaan geologi Kompas Geologi : untuk menentukan arah dan mengukur kekar Palu Geologi : untuk mengambil sampel batuan di lapangan. GPS :untuk mengeplot posisi/titik koordinat di peta. HP :untuk memotretbatu dan lingkungan di lapangan. PlastikSampel : tempat menyimpan sampelbatuan. Tas Lapangan : untuk membawa makanan dan minuman dan



perlengkapan lainnya. 8) Meteran : untuk mengukur ketebalan singkapan. 9) Buku, Pensil, Bulpoin, Penghapus, dan Clip Board



Skripsi



30



TAHAP PERSIAPAN



STUDI PUSTAKA



-



Penentuan Lokasi Penelitan Perizinan Pembuatan Proposal Peralatan Pemetaan



-



Studi literatur Fisiografi dan Geologi Regional Peta Geologi Regional Lembar Madiun



Pengamatan Geomorfologi PENGAMBILAN DATA DAN PENELITIAN DI LAPANGAN



Bentang Alam Pola Pengaliran



Pengamatan Stratigraf -



Deskripsi megaskopis setiap litologi Mengukur ketebalan Andesit dengan menggunakan Beda Tinggi



Pengamatan Struktur Geologi - Pengukuran Kekar Gerus - Interpretasi peta geologi Analisis Data



ANALISIS DATA DAN PENULISAN Skripsi LAPORAN



-



Petrografi Struktur Geologi Perhitungan cadangan dengan metode Cross Section Perhitungan cadangan dengan metode GIS 3D TIN (ArcView 3.3) 31



Studio -



PRESENTASI KOLOKIUM DAN SIDANG TUGAS AKHIR



Peta Lintasan Peta Pola Pengaliran Peta Geomorfologi Peta Geologi Peta Cadangan Andesit



Tabel 4.1. Bagan Alir Penelitian 4.4 Jadwal Rencana Kegiatan Kegiatan Pembuatan Proposal Perizinan Studi Literatur Kerja Lapangan Analisa Data dan Sampel Pembuatan Laporan dan



Maret ‘16



April ‘16



Mei ‘16



Bimbingan Presentasi dan Evaluasi Tabel 4.2. Jadwal Rencana Kegiatan



Skripsi



32



Juni ‘16