12 0 269 KB
LAPORAN PRAKTIK PROGRAM STUDI PROFESI NERS STASE JIWA
OLEH : Nora Setia Ningsih, S.Kep Nim : 20501050
PRESEPTOR AKADEMIK Ns. Eka Malfasari, M.Kep, Sp.Kep.J
MASA PRAKTIK 02 NOVEMBER 2020
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2020
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK
A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH KRONIK 1. Pengertian Harga Diri Rendah Kronik Harga Diri Rendah Kronik keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negative mengenai diri dan kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013) menyatakan bahwa harga diri rendah adalah evaluasi diri negative yang berhubungan dengan perasaan yang lemah,
tidak berdaya, putus asa,
ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga, dan tidak memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negative terhadap diri sendiridan kemampuan diri (Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri rendah kronis secara signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan (Pardede, Keliat dkk, 2013). 2. Tanda dan gejala Menurut Keliat (2011) Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada harga diri rendah kronik adalah: a. Objektif 1) Kontak mata berkurang dan murung 2) Berjalan menunduk dan postur tubuh menunduk 3) Menghindari orang lain 4) Bicara pelan dan lebih banyak diam 5) Lebih senang menyendiri dan aktivitas menurun 6) Mengkritik orang lain b. Subjektif 1) Sulit tidur 2) Merasa tidak berarti dan merasa tidak berguna 3) Merasa tidak mempunyai kemampuan positif
4) Merasa menilai diri negative 5) Kurang konsentrasi dan merasa tidak mampu melakukan apapun 6) Merasa malu Selain data diatas, saudara juga dapat mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memeperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat, dengan nada suara lemah. 3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronik Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feedback dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situsional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis. 4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri: harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik. 1)
Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
2) Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah ,memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat. B. Asuhan Keperawatan gangguan citra tubuh 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan (Direja, 2011). Data-data tersebut yang dikelompokan menjadi factor presdiposisi, presipitasi terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki oleh klien. Data-data yang diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokan menjadi data subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga klien melalui wawancara. Sedangkan data objektif adalah data tang ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
2. Diagnosa keperawatan Harga Diri Rendah Kronik 3. Intervensi/Perencanaan Perencanaan terdiri dari tiga aspek yaitu: tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. a. Tujuan Umum Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan latihan mindfullnes dengan cara mengenal kemampuan diri sendiri dan selalu berfikir positif. b. Tujuan Khusus 1) Klien mampu membina hubungan saling percaya 2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat harga diri rendah kronik dan mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 4) Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan 5) Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan 6) Klien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih c. Intervensi 1) Bina hubungan terapeutik antara klien dan perawat 2) Beri salam terapeutik dan panggil nama klien 3) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan 4) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien 5) Beri kesempatan klien untuk mencoba aspek positif dan latihan mindfullnes dengan cara mengenal kemampuan diri sendiri dan selalu berfikir positif. 6) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif dan negative 7) Beri reinforcement positif atas usaha klien 4. Implementasi Implementasi tindakan keperawatan didiskusikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implementasi sering kali jatuh berbeda dengan rencana (Direja, 2011).
5. Evaluasi Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Adapun evaluasi keperawatan HDR: a) Dapat membina hubungan saling percaya b) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal c) Menerima perubahan tubuh yang terjadi d) Dapat memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi e) Dapat beradaptasi dengan cara yang dipilih f) Pada keluarga dapat membina hubungan saling percaya g) Keluarga dapat merawat klien dengan HDR
DAFTAR PUSTAKA Direja, S. N. Ade Herma. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Keliat, C. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC Marmono, Lisva Dewi. 2018. Penerapan Latihan Mindfullnes. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
KASUS GANGGUAN JIWA
Seorang pasien laki-laki berumur 20 tahun dirawat diruangan MPKP Sebayang, pasien masuk ke RSJ Tampan dengan alasan pasien sering mengamuk, melempar barang-barang, memukul orang lain dan berbicara sendiri, setelah dilakukan pengkajian dari tanggal 2-4 desember 2015 TD 110/90 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 37◦C RR 22x/menit, pasien juga pernah mengalami aniaya fisik dimasa lalu yaitu pasien sering dipukul oleh orang tuanya jika berbuat kesalahan dan pasien juga pernah mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu bila pasien ingin makan dirumah ibu pasien tidak memberikan makan, dan makanan malah disimpan didalam kamar, dan pasien sudah pernah dirawat sebelumnya di RSJ tampan namun pengobatannya kurang berhasil, pasien mengatakan seharusnya semua orang tidak meremehkannya dan pasien merasa dibuang oleh keluarganya. Pasien berkelahi dengan teman seruangannya dan mengangkat temannya, memukul, tangan menggenggam, mata melotot, muka merah, bicara kasar. Pasien mendapatkan obat HLP 5 mg 2x1/2, CPZ 100 mg 1x1, THP 2 mg 2x1.
FORMAT PENGKAJIAN GANGGUAN JIWA I. IDENTITAS KLIEN Inisial
:
Tn. A (P)
Tanggal Pengkajian
: 2-4 desember 2015
Umur
:
20 thn
RM No.
:
Informan
:
II. KELUHAN UTAMA Pasien masuk ke RSJ Tampan dengan alasan pasien sering mengamuk, melempar barang-barang, memukul orang lain dan berbicara sendiri. III. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT DAN FAKTOR PRESIPITASI Pasien masuk ke RSJ Tampan dengan alasan pasien sering mengamuk, melempar barang-barang, memukul orang lain dan berbicara sendiri, pasien juga pernah mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu bila pasien ingin makan dirumah ibu pasien tidak memberikan makan, dan makanan malah disimpan didalam kamar, pasien sudah pernah dirawat sebelumnya di RSJ tampan namun pengobatannya kurang berhasil, pasien mengatakan semua orang selalu meremehkannya dan pasien merasa dibuang oleh keluarganya. IV. FAKROR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya √ ─ 2. Pengobatan sebelumnya ? Berhasil ─
berhasil
3. Trauma
Tidak Kurang berhasil
Tidak
√
─
Pelaku/Usia
Korban/Usia
Saksi/Usia Aniaya fisik Aniaya seksual Penolakan Kekerasan dalam keluarga
─
─
√
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
√
─
─
─
Tindakan kriminal
─
─
─
─
─
─
Jelaskan No 1, 2, 3 : pasien juga pernah mengalami aniaya fisik dimasa lalu yaitu pasien sering dipukul oleh orang tuanya jika berbuat kesalahan Masalah Keperawatan : Resiko tinggi kekerasan
Masalah Keperawatan :
1. 2. 3. 4. 5.
Perub. Tumbang Berduka antisipasi Berduka disfungsional Respon pasca trauma Sindrom trauma perkosaan 6. Resiko tinggi kekerasan 4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ─
Ya Hubungan
Keluarga Kurang baik
√
Tidak
Gejala yang di tunjukkan
Riwayat pengobatan dan
Memukul, melempar
perawatan obat HLP 5 mg 2x1/2,
barang-barang, berbicara
CPZ 100 mg 1x1, THP 2
kasar dan mata melotot.
mg 2x1.
Keluarga selalu meremehkan dia dan merasa tidak dianggap Masalah Keperawatan : Resiko tinggi kekerasan Masalah Keperawatan : 1. Koping keluarga tidak Ketidakmampuan 2. Koping keluarga tidak Kompromi 3. Resiko tinggi kekerasan
efektif
:
efektif
:
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu ketika pasien ingin makan dirumah ibu pasien tidak memberikan makan, dan makanan malah disimpan didalam kamar Masalah Keperawatan : Per. Tumbang Masalah Keperawatan : 1. 2. 3. 4. 5.
Per. Tumbang Berduka antisipasi perkosaan Berduka disfungsional kekerasan Respon pasca trauma Sindrom trauma 6. Resiko tinggi kekerasan
V. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-tanda vital
: TD
: 110/90 mmHg
Suhu : 37◦C 2. Ukur
: TB
3. Keluhan fisik
:
: 160 cm
─ Ya
─
Nadi : 92 x/menit RR
: 22x/menit
BB
: 40 kg
Tidak
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Perubahan Nutrisi Kebutuhan Masalah Keperawatan : Resti Perubahan Suhu Tubuh Defisit Volume Cairan Perubahan Volume Cairan Resti Terhadap Infeksi Perubahan Nutrisi Kebutuhan Perubahan Perlindungan Kerusakan Integritas Jaringan Perubahan Membran Mukosa Oral Kerusakan Integritas Kulit Perubahan Eliminasi Feses Perubahan Pola Eliminasi Urin
VI. PSIKOSOSIAL 1. Genogram
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan : 1. Koping keluarga tidak efektif : Ketidakmampuan 2. Koping keluarga tidak efektif : 3. Kompromi 4. Resiko tinggi kekerasan
2. Konsep diri a. Gambaran diri
: klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan klien
menyukai tubuhnya apa adanya b. Identitas
: klien mengatakan dia seorang anak laki laki
c. Ideal diri
: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
kumpul dengan keluarganya d. Harga diri
: klien mengatakan merasa malu dengan orang lain
e. Peran
: klien mengatakan berperan sebagai anak dalam
keluarga dan klien belum menikah
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah Masalah Keperawatan :
3.
Pengabaian unilateral Gangguan citra tubuh Gangguan identitas pribadi HDR Kronik HDR Situasional
Hubungan sosial a. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena merasa malu dan tidak pandai dalam memulai percakapan Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah Masalah Keperawatan :
Pengabaian unilateral Gangguan citra tubuh Gangguan identitas pribadi HDR Kronik HDR Situasional
4. Spritual a. Nilai dan keyakinan : nilai dan keyakinan yang di anut oleh klien adalah nilai-nilai islam dan klien mengatakan sholat itu kewajiban b. Kegiatan ibadah : yaitu sholat, dan tidak pernah meninggalkan sholat Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Distress Spritual
VII.
STATUS MENTAL 1. Penampilan Tidak rapi ─
Penggunaan pakaian ─
Cara berpakaian ─
Tidak sesuai
tidak seperti biasanya
Jelaskan : klien terlihat rapid an bersih Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Sindroma defisit, perawatan diri ( makan, mandi, pakaian, toileting, instrumentasi)
2. Pembicaraan ─ ─ ─
Cepat
√
Apatis
Keras
─
Lambat ─ ─ Tidak mampu memulai pembicaraan
Gagap
─
Inkoheren
Membisu
Jelaskan : klien tampak ingin cepat cepat mengakhiri Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi Kerusakan komunikasi verbal 3. Aktivitas motorik ─ ─
Lesu Tik
√
─
Tegang Grimasen
√
─
Gelisah Tremor
─ ─
Agitasi Kompulsif
Jelaskan Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi cedera Intoleransi aktivitas Kerusakan fisik mobilitas
4. Alam perasaan ─ ─
Sedih
Ketakutan
─
Khawatir
─ Putus asa
Gembira berlebihan
─
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tdak Ada Masalah Keperawatan : 1. Resiko tinggi cedera 4. Keputusasaan 2. Ansietas 5. Ketidakpercayaan 3. Ketakutan 6. Ketidakberdayaan 5. Afek ─
Datar
─
Tumpul
√
Labil
─
Tidak sesuai
Jelaskan : klien labil dan mudah tersinggung Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
6. Interaksi Selama Wawancara ─ ─
Bermusuhan Kontak mata (-)
─ ─
Tidak kooperatif √ Defensif
Mudah tersinggung
─
Curiga
Jelaskan : klien tampak mudah tersinggung Masalah Keperawatan : tidak ada Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi Kerusakan interaksi sosial Isolasi sosial
7. Persepsi ─ ─
Pendengaran
─
PengecapanPenghidu
Jelaskan :
Penglihatan
─
Perabaan
Masalah Keperawatan : tidak ada Masalah Keperawatan : Halusinasi ? Perubahan Persepsi Perceptual (Pendengaran, Penglihatan, Perabaan, Pengecapan, Penghidu)
8. Proses pikir ─
Sirkumlansial
─
√ ─ Flight of idea pembicaraan/persevarasi
Tangesial
─
Blocking
─
Kehilangan asosiasi Pengulangan
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
9. Isi pikir ─
Obsesi
─ Fobia
─
Hipokondria
─
Depersonalisasi
─ Pikiran magis
─
Ide yang terkait
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
Waham ─ ─ ─
Agama Curiga Siar pikir
─ ─ ─
Somatik
─ ─
Nihilistik
Kebesaran Sisip pikir
Kontrol pikir
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
10. Tingkat kesadaran ─
Bingung
─
Sedasi
─ Stupor
Disorientasi : ─
Waktu
─
─ Orang
Tempat
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
11. Memori ─ Gangguan daya ingat jangka panjang ─ ─ ─
Gangguan daya ingat saat ini Gangguan daya ingat jangka pendek Konfabulasi
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung ─
Mudah beralih
─
Tidak mampu konsentrasi
─
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
13. Kemampuan Penilaian ─
Gangguan ringan
─
Gangguan bermakna
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
14. Daya tilik diri ─
Mengingkari penyakit yang diderita
─
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan pelaksanaan terapeutik Ketidakpatuhan Perubahan proses pikir VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan B─
Bantuan Minimal
2. BAB/BAK ─ Bantuan Minimal
─
Bantuan total
─
Bantuan total
Jelaskan : klien makan 3 kali sehari dengan tanpa bantuan dan klien dapat BAB/BAK tanpa bantuan Masalah Keperawatan : Tidak Ada 3. Mandi ─
Bantuan Minimal
─
Bantuan total
─
Bantuan total
4. Berpakaian/berhias ─
Bantuan Minimal
5. Istirahat dan tidur √
Tidur siang lama
: 14.00 s/d 15.30
√
Tidur malam lama
: 20.00 s/d 04.30
Kegiatan sebelum/sesudah tidur : tidak ada 6. Penggunaan obat √
Bantuan Minimal
Bantuan total
─
7. Pemeliharaan kesehatan Perawatan lanjutan
:
√
Ya
─ Tidak
Perawatan pendukung
:
√
Ya
─ Tidak
regiment
8. Kegiatan didalam rumah Mempersiapkan makanan
:
─ Ya
─
Tidak
Menjaga kerapihan rumah
:
─ Ya
─
Tidak
Mencuci pakaian
:
─ Ya
─
Tidak
Pengaturan keuangan
:
─ Ya
─
Tidak
Belanja
:
─
Ya
─
Tidak
Transportasi
:
─ Ya
─
Tidak
Lainnya ________________ :
─ Ya
─
Tidak
9. Kegiatan diluar rumah
Jelaskan : Masalah Keperawatan : Tidak Ada IX. MEKANISME KOPING Adaptif
Maladaptif
─
Bicara dengan orang lain
─
─
Mampu menyelesaikan masalah
─ Reaksi lambat/berlebih
─
Teknik relaksasi
─
Bekerja berlebihan
─
Aktivitas kontruktif
─
Menghindar
─
Olahraga
√
Mencederai diri
√
Lainnya:klien
─ Lainnya _____________________
Minum alkohol
mengatakan saat dia mengalami masalah maka klien akan merusak barangbarang disekitarnya Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN √
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien mengatakan keluarga tidak ada yang mendukung
√
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mengatakan mengalami masalah dengan lingkungan sekitar karena selalu diabaikan
─
Masalah dengan pendidikan, spesifik :
─
Masalah dengan dukungan pekerjaan, spesifik :
─
Masalah dengan perumahan, spesifik : ─
Masalah dengan ekonomi, spesifik :
─
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :
─ Masalah lainnya, spesifik : Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG √
Penyakit jiwa
─
Faktor presipitasi
─
Koping
─
Sistem pendukung
─
Penyakit fisik
─ Obat-obatan
─
Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada XII. ASPEK MEDIK Diagnosa Medik : Skizofrenia Terapi Medik : HLP 5 mg 2x1/2, CPZ 100 mg 1x1, THP 2 mg 2x1
ANALISA DATA No 1
Analisa Data
Diagnose Keperawatan
Gejala objektif
Perilaku Kekerasan
-
Mata pasien tampak melotot
-
Muka pasien merah
-
Tangan menggenggam/mengepal
-
Pasien tampak berbicara kasar
-
TD 110/90 mmHg,
-
Nadi 92 x/menit,
-
Suhu 37◦C
-
RR 22x/menit
Gejala Subjektif -
Pasien
mengatakan
seharusnya semua
orang tidak meremehkannya -
Pasien mengatakan merasa dibuang oleh keluarganya.
-
Pasien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik dimasa lalu yaitu pasien sering dipukul oleh orang tuanya jika berbuat kesalahan
2
Pasien
berkelahi
dengan
teman
seruangannya dan mengangkat temannya, Gejala Objektif -
TD 110/90 mmHg,
-
Nadi 92 x/menit,
-
Suhu 37◦C
-
RR 22x/menit
Gejala Subjektif -
Pasien
mengatakan
seharusnya semua
orang tidak meremehkannya -
Pasien mengatakan merasa dibuang oleh keluarganya.
Harga Diri Rendah
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN Perilaku Kekerasan Harga Diri Rendah POHON MASALAH Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan
Harga diri rendah
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa
: Nora Setia Ningsih, S.Kep
Inisial Pasien
: Tn.A
Tanggal
: 2-4 Desember 2015
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN 1 Perilaku Kekerasan
TUJUAN/KRITERIA
INTERVENSI
HASIL 1. Klien mampu 1. Klien mengidentifikasi penyebab
PK
dapat
membina
hubungan saling percaya. dan 2. Menjelaskan tanda dan gejala,
tanda-tanda PK dan
penyebab
dan
perilaku
mengontrol
kekerasan
serta
pelatihan
PK
dengan cara fisik 1
latihan tarik nafas dalam dan
tarik napas dalam dan
pukul kasur bantal
2 pukul kasur bantal.
a. Mengidentifikasi
2. Klien
tanda
mampu
dan gejala, penyebab dan
mengontrol
prilaku
perilaku kekerasan
kekerasan
dengan
cara
minum
obat
secara teratur 3. Klien mengontrol dengan verbal/bicara
mengontrol
kekerasan
dengan
cara
fisik 1: tarik nafas dalam mampu PK cara baik-
baik 4. Klien
b. Menjelaskan cara perilaku
dan fisik 2: pukul kasur / bantal c. Melatih mengontrol
klien
cara perilaku
dengan cara fisik 1: tarik mampu PK
dengan cara spiritual.
nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur / bantal d. Melatih
klien
memasukkan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur / bantal ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar, manfaat / keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat. a. Menjelaskan tentarg obat yang diminum (6 benar: jenis,
dosis,
frekuensi,
cara, orang dan kontinuitas minum obat). b. Mendiskusikan
manfaat
minum obat dan kerugian tidak minum obat dengan klien c. Melatih klien cara minum secara teratur d. Melatih
klien
memasukkan
kegiatan
yang teratur ke dalam jadwal kegiatan harian. 4. Melatih
cara
verbal/bicara
baik-baik a. Menjelaskan
cera
menontrol
perilaku
kekerasan
dengan
verbal/bicara baik-baik b. Melatih klien cara verbal / bicara baik-baik c. Melatih memasukkan
klien kegiatan
verbal / bicara baik- baik minum obat ke dalam
jadwal kegiatan harian. 5. Melatih cara spiritual a. Menjelaskan mengontrol
cara perilaku
dengan spiritual b. Melatih klien cara spiritual c. Melatih
klien
memasukkan spiritual
dalam
kegiatan harian.
STRATEGI PELAKSANAAN PERTEMUAN 1 PADA Tn.A DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RS JIWA TAMPAN
kegiatan jadwal
A. PROSES KEPERAWATAN 1) Kondisi pasien sering mengamuk, melempar barang-barang, memukul orang lain dan berbicara sendiri. 2) Diagnosa keperawatan : perilaku kekerasan. 3) Tujuan : klien dapat menunjukkan hubungan peran sesuai tanggungjawab. 4) Tindakan keperawatan : a. Kliem mampu mengidentifikasi penyebab PK dan tanda-tanda PK dan mengontrol PK dengan cara fisik 1 tarik napas dalam dan 2 pukul kasur bantal. b. Klien mampu mengontrol prilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur c. Klien mampu mengontrol PK dengan cara verbal/bicara baik-baik d. Klien mampu mengontrol PK dengan cara spiritual. B. STRATEGI KOMUNIKASI 1. Fase Orientasi a. Salam terapeutik Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya nora setia ningsih, saya mahasiswa profesi ners dari stikes paying negeri pekanbaru, bapak namanya siapa ya? Sukanya di panggil apa? b. Validasi Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa penyebab bapak marah dan kesal?
c. Kontrak Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan marah bapak? Berapa lama kita mau bincang-bincang, bagaimana kalau 15 menit? Bagaimana kalau di ruang makan saja pak? 2. Fase Kerja
Apa penyebab marah bapak? Apakah bapak sebelumnya pernah marah seperti ini? Terus penyebab marahnya apa? Samakah dengan yang sekarang? pak, saat penyebab marah itu muncul, apa yang bapak rasakan? (Tunggu respon klien) Apakah bapak merasa kesal dan dada bapak berdebar-debar? Mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mau ditekuk? Setelah itu apa yang bapak lakukan? Oh ya.. jadi bapak mengamuk, memecahkan piring ya bapak, apakah dengan cara itu bapak marah? Apa cara tersebut menurut bapak benar? menurut bapak apakah perbuatan
bapak
itu
lebih
baik?
Maukah
bapak
belajar
cara
mengungkapkan kemarahan bapak dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara mengontrol marah dengan baik pak, yang pertama dengan nafas dalam, yang kedua dengan pukul bantal, yang ketiga berbicara dengan baik, dan yang keempat dengan beribadah/berdoa, dan yang kelima dengan minum obat dengan benar dan teratur. Bagaimana kalau kita belajar cara pertama dulu? Yaitu dengan tarik nafas dalam. Begini pak, “ kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka bapak dapat dengan berdiri ataupun duduk lalu tarik nafas dalam-dalam dari hidung, tahan sebentar, keluarkan lewat mulut.. bagus pak, iya pak bagus sekali.. 3. Fase Terminasi Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan dan cara belajar mengontrol marah? Tadi bapak sudah mempraktekkan tarik nafas dalam dengan bagus. Coba bapak ulangi sekali lagi pak, iya bagus sekali. Coba nanti bapak ingat – ingat lagi penyebab marah bapak ya? Besok kita bincang-bincang lagi ya pak mengenai melatih minum obat dengan prinsip 6 benar, manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat? Mau dimana? Di ruang makan saja ya? Jam 10 saja ya pak? Sekarang saya permisi dulu, sampai jumpa besok ya pak?
STRATEGI PELAKSANAAN PERTEMUAN 2 PADA Tn.A DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RS JIWA TAMPAN 1. FASE ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”. “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit” 2. FASE KERJA (perawat membawa obat pasien) “Baiklah, bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”. “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”. “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak.” 3. TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”. “Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”. “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan
jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah dan kita akan bincang-bincang lagi ya pak tentang cara mengontrol perilaku kekerasan dengan verbal atau berbicara baik-baik. Sampai jumpa”
STRATEGI PELAKSANAAN PERTEMUAN 3 PADA Tn.A DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RS JIWA TAMPAN
1. Fase Orientasi “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal dan minum obat dengan prinsip 6 benar?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster
baru dilakukan tulis B, artinya
dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan. “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincangbincang? Bagaimana kalau 15 menit?” 2. Fase Kerja “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, minum obat dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.” b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak” c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus” 3. Fase Terminasi “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara
bicara yang baik yang telah kita pelajari”. “Bagus sekali bapak, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?” Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!” “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
STRATEGI PELAKSANAAN PERTEMUAN 4 PADA Tn.A DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RS JIWA TAMPAN
1. Fase Orientasi “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? 2. Fase Kerja “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).” 3. Fase Terminasi Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi” ““Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN Nama perawat
: Nora Setia Ningsih, S.Kep
Inisial Klien
: Tn. A
Diagnose
: Perilaku Kekerasan
Strategi perawat 1
Waktu Kamis, 5 November 2020
Implementasi
Evaluasi
DS:
S:
Klien
mengatakan
suka
klien mengatakan tidak mau
mengamuk, memukul teman-
berbicara saat diwawancarai oleh
temannya,
perawat
suka
marah-
marah, mata melotot dan
klien mengatakan merasa senang
merasa tidak dianggap oleh
dan sedikit tenang setelah
keluarganya
berkenalan dan mengungkapkan keinginan memukul orang yang
DO:
ada disekitarnya
Tatapan
mata
tajam,
klien mengatakan sudah tau
berbicara kasar
bagaimana cara melakukan Sp 1 Klien mampu mengidentifikasi
Diagnose Keperawatan: RPK
penyebab PK dan tanda-tanda PK
Kemampuan:
dan mengontrol PK dengan cara
klien mampu tarik nafas
fisik 1 tarik napas dalam dan 2
dalam
pukul kasur bantal.
Tindakan: 1. Bina
O: hubungan
saling
klien mampu berdiskusi mengenai
percaya Sp
1
klien mampu pukul kasur/bantal
:
mampu
kebutuhan yang tidak terpenuhi
penyebab
klien tampak tegang dan mudah
Klien
mengidentifikasi
tersinggung
PK dan tanda-tanda PK dan mengontrol PK dengan cara
klien tampak mampu melakukan Sp 1
fisik 1 tarik napas dalam dan A:
2 pukul kasur bantal.
Sp 1 tercapai dan menjadwalkan
2. RTL :
pukul kasur/bantal 2x/hari saat
a. Meriview sp 1 b. Melatih
sp
2:
ingin marah
Klien P:
mampu
mengontrol
Meriview Sp 1 Klien mampu
prilaku kekerasan dengan
mengidentifikasi penyebab PK dan
cara minum obat secara
tanda-tanda PK dan mengontrol
teratur
PK dengan cara fisik 1 tarik napas dalam dan 2 pukul kasur bantal.
Sabtu, 7 November 2020
1. Meriview Sp 1 perilaku Kekerasan 2. Melatih
Latihan mandiri dirumah S: 1. Pasien mengatakan telah mampu
cara
Menjelaskan
ke dan
2
:
melatih
klien minum obat dengan
melakukan SP 2 O: 1. Pasien mampu mempraktikkan
prinsip 6 benar, manfaat /
minum obat dengan prinsip 6 benar
keuntungan minum obat dan
A:
kerugian tidak minum obat.
1. Pasien mampu memahami
a. Menjelaskan tentarg obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi, cara, orang dan kontinuitas minum obat). b. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat dengan klien c. Melatih klien cara minum secara teratur d. Melatih klien memasukkan kegiatan yang teratur ke dalam jadwal kegiatan harian. 3. Melaksanakan SP 2 RTL a. Meriview Sp 2
penjelasan yang diberikan P: Ulangi SP 2 dan Lanjutkan SP 3 (Melatih cara verbal/bicara baikbaik) Latihan mandiri dirumah
b. Membuat
janji
untuk
melakukan Sp 3 (Melatih cara verbal/bicara baik-baik) 1. Mengevaluasi SP 2
S:
2. Melatih cara verbal/bicara
1. Pasien mengatakan sudah
baik-baik a. Menjelaskan cera
meminum obat secara 2. Pasien mulai berbicara lebih tenang
menontrol perilaku kekerasan dengan
O:
verbal/bicara baik-baik
Pasien mempraktekkan latihan secara
b. Melatih klien cara verbal / bicara baik-baik c. Melatih klien memasukkan kegiatan verbal / bicara baikbaik minum obat ke
verbal A: SP 3 teratasi P: Ulangi SP 3 dan Lanjutkan SP 4 (Melatih cara spiritual)
dalam jadwal kegiatan harian. RTL : Melaksanakan SP 4 1. Mereview SP 3
S:
2. Melatih cara spiritual
1. Pasien mengatakan lebih mampu
a. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
berbicara baik-baik 2. Pasien menyebutkan kegiatan
dengan spiritual b. Melatih klien cara spiritual c. Melatih klien
spiritual yang biasa dilakukan O: Pasien mempraktekkan latihan secara spiritual
memasukkan kegiatan
A:
spiritual dalam jadwal
SP 4 teratasi
kegiatan harian.
P: 1. Ulangi SP 4
2. Intervensi dihentikan
FORMAT RENCANA KEGIATAN HARIAN 1-5
Nama Mahasiswa
: Nora Setia Ningsih, S.Kep
Nim
: 20501050
Inisial Pasien
: Tn. A
Hari/Tanggal 1. Senin,
(jam) 02 1. 09:00
November 2020
Waktu
2. 10:00
Rencana Tindakan 1. Absensi Kehadiran 2. Membuat pendahuluan
Evaluasi
Paraf
1.Terlaksana
Laporan 2.Mahasiswa sesuai
memahami
mampu dan
2. Selasa, November 2020
Kasus Gangguan yang
menjelaskan
laporan
diberikan
pendahuluan
tentang
dosen
pembimbing
(Kasus
Kasus
Harga
Rendah
Rendah Kronis
Diri
Harga
Diri
3 1. 10.00
Kronis) 1. Absensi kehadiran
1. Terlaksana
2. 11.30
2. Menganalisa kasus
2. Melakukan pengkajian
gangguan yang
berkelanjutan dan Klien
diberikan oleh dosen
tetap memberikan
pembimbing: tahap
tanggapan positif
pengkajian dan analisa
dengan kehadiran
data
perawat dan klien menunjukan penghargaan terhadap orang lain merupakan awal seseorang dapat membuka diri dengan orang lain. Mahasiswa mampu memahami pengkajian yang dilakukan dan menguasai kasus
3. Rabu, November 2020
4 1. 08.00 1. Absensi kehadiran 2. 11.30 2. Menganalisa kasus
tersebut 1. Terlaksana 2. Perawat mampu
gangguan yang
menyelesaikan
diberikan oleh dosen
pengkajaian tahap 2
pembimbing: tahap
yaitu menentukan
perumusan diagnose
diagnose dan intervensi
keperawatan dan intervensi 3. Membuat strategi pelaksanaan (SP)
3. Perawat mampu membuat rencana strategi pelaksanaan untuk klien dengan
kelompok gangguan 4. Kamis,
5 1. 08.00
November 2020
1. Absensi kehadiran
jiwa 1. Terlaksana
2. Melakukan
2. Mahasiswa Mampu
implementasi
melakukan
keperawatan jiwa sesuai
implementasi sesuai
dengan kasus yang
dengan kasus gangguan
diberikan oleh dosen
jiwa pada pasien
pembimbing (Supervisi)
perilaku kekerasan sesuai dengan strategi
5. Jumat,
6 1. 14.00
1. Melakukan bimbingan
pelaksanaan 1. Mahasiswa mampu dan
November
UKOM Keperawatan
memahami materi yang
2020
Jiwa untuk kasus
dijelaskan oleh dosen
Masalah gangguan jiwa
pada
(Waham, RPK)
UKOM dan mahasiswa
saat
mampu
bimbingan
menyelesaikan
kasus tersebut dengan 6. Sabtu, November 2020
7 1. 08.00 2. 15.15
1. Absensi kehadiran
baik 1. Terlaksana
2. Melakukan
2. Perawat
mampu
implementasi
melakukan
keperawatan dan
implementasi
evaluasi keperawatan
dengan standar asuhan
3. Membuat analisa proses interaksi (API)
keperawatan 3. Terlaksana
sesuai
ANALISA PROSES INTERAKSI (API)
NAMA
: Nora Setia Ningsih, S.Kep
TANGGAL
: Kamis, 05 November 2020
WAKTU
: 16.00 Wib
TEMPAT
: di ruang tamu
INISIAL KLIEN
: Tn.A
INTERAKSI KE
: 1 (Fase Perkenalan)
LINGKUNGAN
: ruang tamu
DESKRIPSI KLIEN
: Kondisi pasien sering mengamuk, melempar
barang-barang, memukul orang lain dan berbicara sendiri. Verbal dan Non
Verbal dan Non
Analisis Perawat
Komentar
Verbal Perawat
Verbal Klien
(Justifikasi dan
Supervisor
V:waalaikumsalam,
Rasional) - Perawat memulai
V : ssalamualaikum bapak,? perkenalkan saya
ya
percakapan
Nv:klien
dengan klien
nora setia ningsih
memandang
- Klien
senang di panggil
kearah
arah
memberikan
nora saya
perawat
dan
tanggapan positif
mahasiswa profesi
menjawab salam
dengan
ners di Stikes
kehadiran
payung negeri
perawat
pekanbaru, Saya
R : ucapan salam
sedang praktik di
perawat
sini dari pukul
klien
08.00 WIB sampai
menunjukan
dengan pukul
penghargaan
13.00 WIB siang.
pada
Nv : posisi
V
kepada
klien,
penghargaan
berhadapan
terhadap
dengan klien
lain
merupakan
dengan focus
awal
seseorang
melihat ke arah
dapat membuka
klien, suara
diri dengan orang
jelas lain. : Nama Bapak V : nama saya A, - Klien siapa ? bapak A
saya
senangnya
dipanggil A
dipanggil
Nv
siapa ?
senang
orang
tampak
bersedia
untuk
berinteraksi
: klien sangat fokus apa
dengan yang
di
bilang
oleh
perawat
dan
tampak bersedia berkenalan dengan V:
Baiklah bagaimana perasaan hari Bagaimana
perawat. bapak V : baik, sering R terbangun, bapak saya
:
dengan
kenapa menanyakan
marah-marah bagaimana perasaan
ini? karena seharusnya
tidak klien adalah tehnik semua menggunakan
tidurnya
tadi orang
malam?
Ada meremehkannya dan untuk
keluhan
tidak?” pasien
dan
kalimat
terbuka menggali
merasa perasaanya
Apa dibuang
oleh
penyebab bapak keluarganya. marah dan kesal? Nv
:suara
jelas,
Nv : klien menjawab pertanyaan
dengan
perawat
dan
memandak
menjelaskan
perawat
mengenai kenapa dia marah dan
kesal V : Bagaimana kalau V : iya saya tidak -
Klien
sekarang
keberatan, boleh
mulai
berbincang-bincang
saja, kapan saja
memahami dan
tentang
mau berbincang-
menjalankan
bincang
sikap
kita perasaan
marah Berapa
bapak? lama
mau
kita
dengan
saya
bincang- Nv : focus melihat
sudah
terbukanya dengan perawat
bincang, bagaimana
ke arah perawat
mengenai
kalau
dan dengan baik
kemarahan dan
Bagaimana kalau di
mendengarkan
kekesalan klien
ruang
perawat
R
15
menit?
makan
saja
pak?
:
tehnik
validasi
untuk
memastikan Nv
:
ucapan klien ,
mempertahankan
kontrak waktu,
sikap
topic,
tanggal
dan
tempat
terbuka dan
tetap tersenyum
merupakan cara untuk menjalin hubungan yang terapeutik.
V
:Apa
penyebab V : saya mengetahui -
marah
bapak?
Apakah
bapak
sekarang
Perawat melakukan
bagaimana
cara
penjelasan
sebelumnya
meredakan
mengenai
pernah
marah
amarah saya atau
keamarahannya
seperti
ini?
meredam
dan
emosi
Terus penyebab
dengan cara tarik
menjelaskan
marahnya apa?
nafas dalam dan
bahwasanya
Samakah
juga saya akan
marah-marah itu
memasuk kan ke
tidak baik
sekarang? pak,
jadwal
harian -
Klien
tampak
saat
yang
tealah
sedikit
paham
oleh
dengan
dengan
yang
penyebab
marah muncul, yang
itu
diajarkan
apa
perawat
bapak Nv
:
penjelasan tampak
perawat
rasakan?
mengerti dengan
mengenai
(Tunggu respon
apa
di
amarah dan juga
klien)
Apakah
jelaskan
oleh
cara meredakan
bapak
merasa
perawat
amarah dengan
kesal dan dada
mengenai
relaksasi
bapak berdebar-
bagaimana Tarik
pernapasan
debar?
nafas
N
Mata
yang
dalam
:
melotot, rahang
untuk meredakan
mengeksplorasi
terkatup
emosi klien
perasaan
rapat
dan
dan tangan mau
pemahaman
ditekuk? Setelah
klien
itu
keamarahan
apa
yang
tentang
bapak lakukan?
yang dialaminya
Oh
dan
ya..
jadi
juga
bapak
mengetahui cara
mengamuk,
mengurangi
memecahkan
marahnya
piring ya bapak, apakah dengan cara itu bapak marah? cara
Apa tersebut
menurut bapak benar? menurut bapak
apakah
perbuatan bapak itu lebih baik? Maukah
bapak
belajar
cara
mengungkapkan kemarahan bapak
dengan
baik
tanpa
menimbulkan kerugian?
Ada
beberapa
cara
mengontrol marah
dengan
baik pak, yang pertama dengan nafas
dalam,
yang
kedua
dengan
pukul
bantal,
yang
ketiga berbicara dengan
baik,
dan
yang
keempat dengan beribadah/berdo
a,
dan
yang
kelima
dengan
minum
obat
dengan
benar
dan
teratur.
Bagaimana kalau
kita
belajar
cara
pertama
dulu?
Yaitu
dengan
tarik
nafas
dalam. pak,
Begini “
kalau
tanda-tanda marah
sudah
bapak
rasakan
maka
bapak
dapat
dengan
berdiri ataupun duduk lalu tarik nafas
dalam-
dalam
dari
hidung,
tahan
sebentar, keluarkan lewat mulut.. pak,
bagus iya
pak
bagus sekali.. Nv : menatap klien dengan mempertahanka V
n sikap terbuka : Bagaimana V:
alhamdulillah -
Perawat
perasaan bapak
lumayan senang
melakukan
setelah
karna saya bisa
evaluasi
berbincang-
mengontrol
mengetahui
bincang tentang
amarah
kemarahan dan
dengan cara tarik
memahami apa
cara
napas dalam, dan
yang
saya
dijelaskan
belajar
mengontrol marah?
Tadi
bapak
sudah
saya
harus
klien sudah
mengingat-ingat penyebab
saya
mempraktekkan
marah
tarik
dan jika marah
nafas
apakah
untuk
itu
apa
dalam
dengan
maka
dilakukan
bagus.
Coba
tarek
napas
bapak
ulangi
dalam
sekali lagi pak, Nv : tersenyum iya bagus sekali. Coba
nanti
bapak ingat – ingat
lagi
penyebab marah bapak ya? Nv
: mempertahanka
V
n kontak : Besok
kita V : iya saya bersedia -
Menawarkan
bincang-bincang Nv : melihat kearah
kesepakatan
lagi
untuk
ya
pak
perawat
mengenai
pertemuan
melatih minum
selanjutnya baik
obat
waktu, topic dan
dengan
prinsip 6 benar, manfaat/keuntu ngan
minum
tempat. -
Klien dengan
setuju apa
obat
dan
yang dikatakan
kerugian
tidak
perawat
minum
obat?
N : kemampuan
Mau
dimana?
klien
Di ruang makan
menentukan
saja ya? Jam 10
tempat
saja
ya
pak?
waktu interaksi
Sekarang
saya
menunjukan
permisi
dulu,
kemampuan
sampai
jumpa
klien
besok ya pak? Nv:
dan
dalam
penilaian
tersenyum
dan
dalam
melihat kearah klien
pengambilan keputusan
V : Baiklah bapak V sampai
jumpa
:
iya
sederhana nora, R : terminasi adalah
waalaikumsalam.
saat
untuk
besok jam 10.00 Nv : tersenyum
mengubah perasaan
di sini ya pak di
dan memori serta
ruang makan
untuk mengevaluasi
Nv : tersenyum
kemajuan klien dan tujuan yang telah dicapai
Kesimpulan : Klien kooperatif, mengikuti arahan perawat, BHSP (Bina hubungan saling percaya) tercapai dan tindakan sp1 bisa di pahami