Hukum Ra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH QIROTUL QUR’AN HUKUM RA Disusun Oleh: Aprilia Susanti 201103030307



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTANG LAMPUNG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Qirotul Qu’an Hukum Ra” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara membaca hukum ra bagi para pembaca dan juga bagi penulis.



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................................2 DAFTAR ISI....................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4 A.



Latar Belakang.....................................................................................................4



B.



Rumusan Masalah................................................................................................4



C.



Tujuan...................................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6 Cara Baca Hukum Lam dan Contohnya....................................................................6 BAB III PENUTUP..........................................................................................................9 A.



Kesimpulan...........................................................................................................9



B.



Daftar Pustaka......................................................................................................9



3



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Perbedaan bacaan al-Qur’an sudah ada sejak awal, masing-masing sahabat



memegang teguh qira’at yang diterima dari Rasulullah saw. Yang mungkin berbeda dari yang lain. Di dalam menerima bacaan al-Qur’an ada yang secara langsung dari Nabi saw. dan ada yang mengambil bacaan imam qira’at yang dipercaya dan bersumber dari Nabi saw.juga. Dalam keadaan demikian, maka timbullah perbedaan qira’at yang diterima oleh tabi’in dan tabi’tabi’in. Demikianlah keadaannya sampai ke tangan para ulama yang mengkhususkan dirinya untuk mempelajari qira’at serta menyebarluaskannya, yakni terdiri dari qira’at sab’ah, qira’at ‘asyarah, qira’at sab’ah ‘asyarah. Sehubungan dengan ini, ‘Abd al-Hadi al-Fadl menyatakan bahwa sesungguhnya qira’at al-Qur’an bersumber dari Nabi saw., para sahabat meriwayatkan dari Nabi saw., dan para tabi’in meriwayatkan dari sahabat. Selanjutnya kaum muslimin meriwayatkannya pula dari generasi ke generasi berikutnya. Penyampaiannya seperti penyampaian al-Hadits. Dengan demikian, jelaskah bahwa qira’at al-Qur’an adalah bersifat tawqifi, bukan bersifat ijtihadi. B. Rumusan Masalah 1.



Apakah yang dimaksud dengan hukum ra?



2.



Bagaimana cara membaca hukum ra?



3.



Sebutkan contoh-contoh hukum ra?



4



C.



Tujuan 1.



Untuk mengetahui mengenai hokum lam.



2.



Untuk mengetahui bagaimana cara membaca hokum lam.



3.



Agar menyetahui contoh dari jum ra.



5



BAB II PEMBAHASAN Cara Baca Hukum Ra dan Contohnya Hukum tentang tata cara membaca Ra’ (‫( ر‬ada tiga hukum, yaitu: Tafkhim, Tarqiq, dan Jawazul Wajhain 1.



Ra’ Tafkhim



Tafkhim menurut bahasa adalah at-tasmin artinya tebal atau gemuk. Sedangkan menurut istilah, tafkhim adalah: istilah, tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. a.



Apabila huruf Ra’ yang berharakat dlommah atau fathah, baik ketika waqaf atau washal. Contoh:



b. Apabila huruf Ra’ dalam keadaan mati (asli) dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dlommah. Contoh:



c. Apabila Ra’ mati karena dibaca waqaf (sukun aridl) dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dlommah. Contoh:



d. Apabila Ra’ mati karena dibaca waqaf dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dlommah. Kemudian diantara Ra’ mati dan huruf yang berharakat tersebut ada huruf mati. Contoh:



e. Apabila Ra’ mati karena dibaca waqaf dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dlommah, dan diantara Ra’ mati dan huruf yang berharakat tersebut ada huruf mad; alif atau wawu. Contoh:



6



f. Apabila Ra’ mati didahului oleh huruf yang berharakat kasroh aridli (kasroh tambahan dan bukan kasroh asli). Contoh:



g. Apabila Ra’ mati dalam kalimat dan didahului oleh huruf yang berharakat kasroh asli dan sesudahnya menghadapi huruf isti’la yang berharakat selain kasroh. Contoh:



Cara mengucapkan Ra’ tafkhim ini ialah dengan menghimpun ketebalan suara di dalam mulut sehingga pada waktu pengucapannya mulut seolah-olah penuh dengan suara Ra’. Proses pentafkhiman hanya terjadi pada ujung lidah dan tidak sampai ke pangkal lidah, sehingga Ra’ tidak sampai berubah menjadi isti’la.1 2.



Ra’ tarqiq (Ra’ dibaca tipis), Ra’ (‫)ر‬, yang harus dibaca tipis yaitu: a. Ra’ yang berharokat kasroh (‫) ر‬,dimanapun letaknya pada suatu perkataan, di awal, di tengah maupun di akhir perkataan, pada kata kerja ataupun pada kata benda, misalnya:



b. Ra’ yang sebelumnya terdapat yaa’ sukun (‫) ي‬Contoh:



c. Ra’ sukun yang huruf sebelumnya berharokat kasroh yang asli dan sesudahnya tidak berupa isti’la’ Contohnya2:



1



Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hlm. 141. Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid (Qaidah Bagaimana Seharusnya Membaca Al Quran untuk Pelajaran Pemula) (Surabaya: Apollo, 1987), hlm. 26-27 2



7



3.



Jawazul wajhain Jawazul wajhain secara bahasa artinya boleh dua bentuk, maksudnya huruf Ra’ boleh dibaca Tafkhim dan boleh dibaca Tarqiq. Ada dua kondisi yang menjadikan huruf Ra’ itu Jawazul Wajhain, yaitu: a. Apabila huruf Ra’ mati dan didahului oleh huruf yang berharakat Kasroh asli dan setelahnya ada huruf Isti’la yang berharakat Kasroh (Kasrotain). Contoh: ` Contoh di atas terdapat pada surat Asy-Syu’ara ayat 63, Ra’ lafazh ini boleh dibaca Tafkhim karena setelah huruf Ra’ ada huruf Isti’la dan boleh dibaca Tarqiq karena huruf Isti’la tersebut berharakat kasroh. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Nihayatul Qoulil Mufid halaman 97 dan AlMinahul Fikriyyah halaman 31, jika huruf Isti’la berharakat kasroh, maka pada kondisi tertentu sifat Tafkhim dan Isti’lanya menjadi gugur berganti menjadi Tarqiq dan Isti’la. b. Apabila Ra’ mati karena Waqof dan didahului oleh huruf mati pada katakata berikut:



8



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Tajwid (bahasa Arab: ‫تجويد‬, translit. tajwīd) secara harfiah bermakna



melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata jawwada (‫تجويدا‬-‫يجوّد‬-‫ )جوّد‬dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an maupun bukan. Pada makalah kali ini membahas tentang hokum bacaan ra. B.



Daftar Pustaka



Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid (Qaidah Bagaimana Seharusnya Membaca Al Quran untuk Pelajaran Pemula) (Surabaya: Apollo, 1987), hlm. 26-27 Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hlm. 141. Tajwid Pengarang KH. Imam Zarkasyi, Qa’idah bagaimana mestinya membaca Al Qur’an untuk pelajaran permulaan, Diterbitkan oleh TRIMURTI PRESS Gontor Ponorogo



9