Jenis Vaksin Covid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

erbuka dengan mengalirnya pasokan vaksin Covid-19. Pada 8 Mei silam, Indonesia menerima pasokan 1.389.600 vaksin Covid-19 AstraZeneca. Merujuk ke informasi yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19 di situs resminya, ini merupakan pasokan ketiga melalui skema Covax. Baca Juga: Harga Vaksin Gotong Royong di bawah Rp 1 juta per orang Sebelumnya, Indonesia sudah menerima lebih dari 70 juta dosis vaksin, yang datang dalam 11 tahap. Mengutip keterangan Satgas Covid-19, pasokan vaksin yang sudah diamankan Indonesia itu terdiri dari 65,5 juta dosis dalam bentuk bulk dari SInovac untuk diolah di Biofarma. Indonesia juga menerima 8.948.000 dosis siap pakai dari Sinovac, AstraZeneca dan Sinopharm. Pasokan vaksin yang diterima Indonesia sangat mungkin bertambah. Kemungkinan ini sejalan dengan rencana vaksinasi skema gotong royong yang akan digulirkan pemerintah akhir bulan ini juga. Sesuai rapat terbatas di Istana Presiden, Senin (10/5) silam, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto mengungkap vaksin yang akan digunakan dalam skema gotong royong adalah vaksin buatan Sinopharm dan Cansino. Kedua vaksin tersebut akan menambah daftar vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia. Saat ini, vaksin yang sudah dipergunakan adalah vaksin Covid-19 Sinovac yang diimpor dalam bentuk siap pakai dari China, dan yang diimpor dalam bentuk bahan baku serta dibuat dibuat di Biofarma. Vaksin lain yang sudah digunakan di sini adalah vaksin Covid-19 AstraZeneca yang dibuat SK Biosciences di Korea Selatan. Jika merujuk ke landscape vaksin Covid-19 yang disusun Organisasi Kesehatan Dunia, vaksin Sinovac, termasuk yang dibuat oleh Biofarma serta vaksin Sinopharm termasuk dalam vaksin inaktif. Sedangkan vaksin AstraZeneca dan Cansino merupakan vaksin berbasis vector virus. Lalu apa yang membedakan kedua jenis vaksin tersebut? Berikut penjelasan yang dikutip dari berbagai situs otoritas kesehatan dunia Vaksin inaktif Ini adalah jenis vaksin yang pertama dibuat oleh manusia. Mengutip situs WHO, vaksin inaktif merupakan satu dari tiga jenis vaksin yang dikembangkan dengan pendekatan mikroba. Dua lainnya adalah vaksin berdasar virus hidup yang sudah diperlemah serta vaksin berbasis vector virus. Garis besar pembuatan vaksin jenis ini adalah mematikan atau membuat non-aktif virus yang menyebabkan penyakit, melalui proses pemanasan, radiasi, atau bahan kimia. WHO menyebut ini salah satu cara pembuatan vaksin yang memiliki rekam jejak yang panjang. Namun, jika saat ini manusia mengenal ada berbagai macam jenis vaksin, tentu karena metode inaktif tidak lepas dari kelemahan. Salah satu kendala pembuatan vaksin jenis ini adalah proses produksi yang relatif panjang. Itu juga berarti waktu dibutuhkan untuk memproduksi vaksin jenis ini terbilang panjang.



Baca Juga: Antisipasi arus balik mulai hari ini (15/5), pemerintah terapkan random test Mereka yang hendak mengembangkan vaksin jenis ini juga perlu menyiapkan laboratorium yang memiliki standar pengaman tinggi. Jadi, mereka bisa secara aman mengembangbiakkan virus, yang kemudian dimatikan dalam proses produksi vaksin. Vaccine tracker yang dipublikasikan situs NY Times.com, menyebut aksin yang dikembangkan Sinopharm bersama Beijing Insitute of Biological Products dibuat berdasarkan varian dari virus corona yang menginfeksi warga di negerinya.  Setelah dibiakkan, virus itu lantas dinonaktifkan melalui proses kimia yang disebut betapropiolactone. Setelah melalui proses tersebut virus kehilangan daya rusaknya dan tidak bisa lagi mereplikasi dirinya. Namun protein, termasuk yang bentuknya menyerupai mahkota masih tetap ada di virus tersebut. Sedang Sinovac memulai proses pembuatan vaksinnya, menurut vaccine tracker NY Times.com, dengan mencari virus corona di negerinya sendiri serta sejumlah negara Eropa, seperti Italia, Inggris, Spanyol dan Swiss. Sinovac akhirnya memilih varian yang diperolehnya di China sebagai dasar pengembangan vaksinnya. Tidak berbeda dengan proses produksi vaksin Sinopharm, pembuatan vaksin Sinovac melalui proses kimia. Virus yang menjadi bahan baku vaksin dibuat nonaktif melalui proses betapropiolactone. Setelah proses tersebut, virus tak lagi memiliki kemampuan merusak dan mereplikasi. Vaksin berbasis vektor virus Vaksin jenis ini memanfaatkan vektor, alias virus yang aman bagi tubuh manusia, untuk mengantarkan semacam instruksi yang memicu kekebalan tubuh manusia, saat diterobos oleh virus yang hendak dilawan. Dalam kasus vaksin Covid-19, tentu virus yang dimaksud adalah virus corona. Lembaga pemerintah Amerika Serikat yang menangani pencegahan dan pengendalian penyakit, alias CDC, menyebut ada tiga langkah kerja vaksin Covid-19 yang berbasis vektor virus. Di tahap pertama, virus yang tidak berbahaya akan memasuki tubuh kita. Dengan menggunakan semacam mesin sel, virus tadi akan membuat bagian yang tidak berbahaya dari virus corona, yaitu protein yang menyerupai mahkota. Baca Juga: Waspada, WHO sebut pandemi Covid-19 bisa semakin parah pada tahun 2021 Di tahap kedua, sel akan menampilkan protein di permukaannya. Itu akan diidentifikasi oleh sistim kekebalan tubuh kita sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya. Sistim kekebalan tubuh pun akan terpicu untuk memproduksi antibodi. Sel kekebalan lain juga akan diaktifkan untuk melawan apa yang dianggap seabgai infeksi. Pada tahap terakhir, tubuh kita akan menyimpan pengalamannya dalam melindungi kita dari infeksi virus di masa yang akan datang.



Baik vaksin buatan AstraZeneca yang diterima Indonesia melalui platform Covax, maupun vaksin buatan CanSino, merupakan vaksin yang dikembangkan dengan pendekatan viral vector. Keduanya menggunakan vaksin aman yang disebut adenovirus. Ini adalah semacam virus yang memicu flu ringan bagi manusia.  Tentu vaksinasi bukan satu-satunya senjata umat manusia untuk memutus mata rantai peredaran virus corona. Selain mendapatkan injeksi vaksin, kita juga wajib disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Tentu, kita juga wajib menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.



Apa saja jenis vaksin Covid-19, perbedaan teknologi pengembangan dan tingkat efektivitas yang perlu kita ketahui? Berikut penjelasan lebih detil yang dirangkum oleh Allianz dari berbagai sumber terpercaya. Pandemi yang sudah berlangsung hampir setahun lamanya mulai menunjukkan titik cerah seiring perkembangan produksi vaksin Covid-19. Di Indonesia, pada 13 Januari lalu, secara resmi distribusi vaksin mulai dijalankan dengan seremoni penyuntikan vaksin Covid-19 pertama pada Presiden RI Joko Widodo. Vaksin yang dipilih untuk termin pertama adalah vaksin produksi PT Bio Farma (Persero) dengan Sinovac Biotech, China. Untuk termin 1, pemerintah telah menyiapkan 1,2 juta dosis vaksin yang akan disitribusikan ke 14 provinsi prioritas di mana kasus Covid-19 membludak. Distribusi vaksin ini tentu merupakan perkembangan menggembirakan di tengah angka positif Covid-19 yang belum menunjukkan tren penurunan. Selain vaksin Sinovac Biofarma, saat ini sudah ada 6 jenis vaksin lain yang juga tengah gencar dikembangkan oleh berbagai perusahaan farmasi besar di seluruh dunia agar bisa segera didistribusikan. Vaksin-vaksin ini juga tengah menjadi buruan banyak negara di dunia sebagai upaya mengakhiri pandemi yang sudah berlangsung sekian lama. Apa saja jenis vaksin Covid-19, perbedaan teknologi pengembangan dan tingkat efektivitas yang perlu kita ketahui? Berikut penjelasan lebih detil yang dirangkum oleh Allianz dari berbagai sumber terpercaya.   Baca juga: Yuk, Pahami Lebih Jelas Arti Pandemi pada COVID-19   1. Vaksin Merah Putih



Sesuai namanya, vaksin ini adalah karya anak bangsa sehingga dinamakan Vaksin Merah Putih. Vaksin ini merupakan hasil kerja sama antara BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero) dengan Lembaga Eijkman Institute. Saat ini, vaksin masih dalam tahap penyelesaian dan diperkirakan vaksin akan siap didistribusikan pada akhir tahun 2021. Metode vaksin Merah Putih adalah pelemahan virus. Vaksin Merah Putih dikembangkan dengan menggunakan platform seperti protein rekombinan, DNA dan RNA. Vaksin ini juga menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia. Karena menggunakan platform protein rekombinen, vaksin Merah Putih diklaim lebih aman. Pasalnya, yang digunakan adalah bagian yang dibutuhkan dari virus dengan mengisolasi dua bagian terpenting virus dalam patogenisitasnya yaitu spike protein dan nukleus capsid protetin. Jadi, yang dijadikan antigen dan diberikan pada subyek vaksin adalah dua protein tersebut. 2. Vaksin Sinovac Biofarma Vaksin ini diproduksi sebagai kerja sama antara PT Biofarma (Persero) dengan Sinovac Biotech, China. Vaksin ini menggunakan virus utuh sebagai antigen. Isolate virus yang digunakan adalah virus Covid-19 yang berasal dari China. Inactivated virus dari vaksin Sinovac lebih cepat akan tetapi tingkat keamanannya lebih berisiko dibanding vaksin lain karena ia menggunakan virus sungguhan. Tingkat efikasi vaksin Sinovac mencapai 65,3%. Adapun metodenya adalah pelemahan virus. 3. Vaksin AstraZeneca Vaksin ketiga yang juga masuk dalam daftar distribusi vaksin di Indonesia adalah vaksin produksi Universitas Oxford, Inggris, bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Swedia yaitu AstraZeneca. Vaksin ini memakai metode viral vector, yaitu virus yang sudah termodifikasi secara genetik. Efikasi vaksin AstraZeneca diklaim mencapai 90% setelah berbulan-bulan diujicobakan terhadap lebih dari 20.000 relawan di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan. Tahun ini, produksi vaksin AstraZeneca ditargetkan mencapai 3 miliar dosis.     4. Vaksin Sinopharm Ini adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi China, yaitu China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm). Metode yang digunakan adalah pelemahan virus (inactivated vaccine) yaitu teknik menyuntikkan virus yang sudah dimatikan dan dilemahkan ke dalam tubuh. Ketika virus yang telah dilemahkan tersebut disuntikkan ke dalam tubuh, tubuh akan mengenali virus itu dan akan bereaksi membentuk antibodi. Metode ini adalah metode vaksin yang paling lazim digunakan.



Sampai akhir tahun lalu, berdasarkan data interim uji coba fase ketiga, vaksin Sinopharm diklaim memiliki efektivitas 79,34% dalam melawan paparan virus Covid-19. Vaksin ini sudah disuntikkan pada kurang lebih 1 juta orang di China kendati pengujian tahap akhir belum selesai. Sebelumnya, vaksin ini juga hanya digunakan untuk para pejabat China, pelajar dan pekerja yang bepergian. 5. Vaksin Moderna Vaksin ini diproduksi oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Moderna. Efektivitas vaksin diklaim mencapai 94,5% dan disebut bisa memberikan kekebalan terhadap serangan Covid-19 hingga setahun. Vaksin Moderna dikembangkan dengan teknologi messenger RNA (mRNA), lebih tepatnya mRNA-1273 sintetis untuk meniru permukaan virus corona dan mengajari sistem imunitas tubuh untuk merekam virus dan menghasilkan kekebalan terhadap virus Covid-19. Moderna menargetkan bisa memproduksi sekitar 600 juta dosis hingga 1 miliar dosis pada tahun 2021 ini. Pada akhir November 2020, Moderna mengaku telah mengajukan izin penggunaan darurat pada regulator di Amerika Serikat dan Eropa. 6. Vaksin Pfizer-BioNTech Vaksin hasil kolaborasi perusahaan farmasi kakap asal Amerika Serikat yang memproduksi Viagra, yaitu Pfizer dan BioNTech ini menggunakan metode mirip dengan vaksin Moderna yaitu mRNA. Efikasi vaksin Pfizer ini diklaim mencapai 95%, yang tertinggi di antara jenis vaksin Covid-19 lain. Uji klinis ketiga vaksin Pfizer telah dilakukan melibatkan 43.448 orang yang berusia 16 ke atas, 45% berusia 56-85 tahun. Vaksin Pfizer harus disimpan di ruangan dingin dengan suhu di bawah 70 derajat celcius. Hal itu membuatnya menjadi agak sulit dibawa ke negeri tropis seperti Indonesia. Sejauh ini sudah ada 7 negara yang telah merilis izin pemakaian vaksin Pfizer ini yaitu Arab Saudi, Bahrain, Inggris, Meksiko, Kanada dan Amerika Serikat sendiri. Negeri jiran Singapura sudah mulai mendistribusikan vaksin ini pada masyarakat di sana. 7. Vaksin Sinovac Biotech Ini adalah vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech. Teknologi pengembangannya menggunakan teknik pelemahan virus. Beberapa negara yang sudah melakukan uji coba vaksin ini mengklaim efektivitasnya cukup menjanjikan. Salah satunya adalah Turki. Negeri Erdogan itu telah melakukan uji coba tahap akhir vaksin Sinovac dan mengklaim efektivitasnya mencapai 91,25%. Sedangkan di Brasil, efektivitas vaksin Sinovac disebut mencapai lebih dari 50% berdasarkan uji coba tahap tiga. Sebagai informasi, Sinovac adalah perusahaan farmasi yang berdiri sejak tahun 2001 lalu dan telah berhasil memproduksi enam vaksin untuk manusia dan satu vaksin untuk hewan. Yaitu, vaksin hepatitis A dan B, influenza H5N1 (flu burung), influenza H1N1 (flu babi), vaksin gondok, dan vaksin rabies anjing.



Perkembangan vaksin penting untuk kamu pantau untuk melihat sejauh mana kemajuan upaya penanggulangan pandemi Covid-19. Kemunculan vaksin diharapkan bisa membantu mengerem infeksi Covid-19 dan meringankan gejala yang diderita pasien positif. Dengan begitu, pandemi bisa lebih terkendali dan fasilitas kesehatan tidak terus menerus kebanjiran pasien. Tetap ingat 5M, ya!