5 0 303 KB
ANALISIS DEFECT MISS CURE MENGGUNAKAN METODE 8D (EIGHT DISCIPLINES) DI DEPARTEMEN CURING PLANT D & K (PCR) PT A Mohammad Irwansyah1) Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Gajah Tunggal [email protected] Riduwan Loka Putra, S.T., S.E., M.M.2) Ass. Plant Head/Plant A PT Gajah Tunggal, Tbk [email protected] Widdi Nugroho, S.T.3) Departemen Curing Plant D & K (PCR) PT Gajah Tunggal, Tbk [email protected] ABSTRAK PT A Plant D & K (PCR) merupakan salah satu industri manufaktur terkemuka yang memproduksi tire Passanger Car Radial (PCR) yang memiliki pangsa pasar nasional maupun internasional. Berhubungan dengan hal tersebut, Plant D & K (PCR) harus tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan untuk tetap dapat memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam memenuhi kepuasan pelanggan, manajemen PT A Plant D & K (PCR) menuntut setiap lini produksi untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, termasuk pada proses curing. Berdasarkan data defect tire bulan Januari s/d Desember 2016, defect miss cure merupakan defect dengan quantity paling banyak yaitu sebesar 29.247 pcs. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menganalisis penyebab defect miss cure menggunakan metode 8D (Eight Disciplines) di Departemen Curing Plant D & K (PCR) PT A. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui masalah yang terjadi pada mesin curing yang dapat menyebabkan defect miss cure, serta mengetahui akar masalahnya. Selain itu, tujuan penelitian ini memberikan perbaikan yang dapat diimplementasikan untuk mereduksi defect miss cure serta mengetahui tren defect miss cure setelah dilakukan tindakan perbaikan. Pada penelitian ini, tahapan pelaksanaan penelitian sesuai dengan metode 8D (Eight Disciplines). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa masalah yang terjadi pada mesin curing yang dapat menyebabkan defect miss cure memiliki tujuh faktor penyebab, setiap faktor memiliki akar masalah dan tindakan perbaikan yang berbeda-beda. Setelah dilakukan tindakan perbaikan, defect miss cure mengalami penurunan presentase mencapai 0,017%, penurunan presentase tersebut dipengaruhi berbagai macam tindakan yang telah dilakukan, salah satunya dipengaruhi oleh pengimplementasian corrective actions yang telah dilakukan pada penelitian ini. Kata Kunci: Tire, Defect Miss Cure, 8D (Eight Disciplines)
menghasilkan produknya. Pengendalian
I. PENDAHULUAN Persaingan bisnis di dunia industri yang pesat,
semakin menuntut
berkembang setiap
produk yang dilakukan oleh perusahaan
dengan
untuk menjaga kepuasaan pelanggan
perusahaan
dapat
memiliki kualitas yang tinggi dalam 1
berupa
inovasi
produk
dan
memenuhi
kualitas
produk
sesuai
sebuah perusahaan otomotif terkenal
dengan kebutuhan pelanggan.
yaitu Ford Motor Company pada tahun
Cara untuk meningkatkan kualitas
1987
melalui
manual
yang
produk pada setiap lini produksi yaitu
dipublikasikannya dengan judul “Team
dengan
Oriented
melakukan
pengendalian
Problem
Solving”
atau
terhadap proses produksi. Pengendalian
disingkat dengan TOPS. 8D tersebut
terhadap
kemudian
proses
produksi
dapat
dikembangkan
dengan
dilakukan dengan upaya menghilangkan
menambahkan satu poin lagi yaitu
faktor-faktor
“perencanaan” atau “Plan” sebelum
penyebab
yang
dapat
mengakibatkan kerusakan pada produk
disiplin
pertama.
Ford
menetapkan
yang dihasilkan. Dalam proses curing
metode 8D sebagai standar globalnya
masih terdapat faktor-faktor yang dapat
sehingga 8D sering disebut juga dengan
menyebabkan kerusakan pada produk
“Global 8D”[1].
yang dihasilkan. Salah satu kerusakan
Metode 8D sebenarnya terdiri dari
produk yang dihasilkan pada proses
sembilan poin, mulai dari poin D0
curing yaitu defect miss cure.
(Disiplin-Nol)
hingga
poin
D8
Berdasarkan data scrap tire, pada
(Disiplin-Delapan). Berikut merupakan
bulan Januari s/d Desember 2016
langkah-langkah operasional metode 8D
menunjukkan bahwa total persentase
(Eight Disciplines) [1]:
quantity defect miss cure sebanyak
1. Plan (Perencanaan)
22,88%
yang
merupakan
defect
Hal yang paling pertama adalah
terbesar.
merencanakan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penulis
tertarik
siapa
melakukan
topik
yang
permasalahan,
diperlukan
untuk
berpartisipasi dalam tim, waktu yang
penelitian untuk menganalisis penyebab
diperlukan
defect miss cure menggunakan metode
pengunaan sumber daya lainnya.
8D (Eight Disciplines) di Departemen
2. Build a Team (Pembentukan Tim)
Curing Plant D & K (PCR) PT A.
serta
Membentuk
merencanakan
tim
untuk
memecahkan masalah yang terjadi.
II. LANDASAN TEORI
Anggota
II.1. Metode 8D (Eight Disciplines)
tim
yang
terpilih
harus
memiliki keahlian, pengetahuan dan
Metode pemecahan masalah 8D ini pertama kali diperkenalkan oleh
2
pengalaman yang dapat mendukung
7. Implement and Validate Corrective
penyelesaian masalah tersebut.
Actions
3. Define and Describe the Problem
Menvalidasi Tindakan Perbaikan)
terbaik yang dipilih dan menvalidasi
Permasalahan) Mendefinisikan dan menjelaskan
mengatasi
dengan suatu
jelas.
Untuk
masalah
harus
atau
Action
Interim
diterapkan
perbaikan tersebut
apakah
yang telah
telah berjalan
akar penyebab permasalahan.
Containment Tindakan
8. Preventive
Kontainmen Sementara)
Actions
(Tindakan
Pencegahan)
Menemukan cara atau tindakan yang
verifikasi
dengan efektif untuk menghilangkan
(Menerapkan
sementara
melakukan
tindakan
ditentukan secara tepat. 4. Implement
dan
Menerapkan tindakan perbaikan
(Mendefinisikan dan Menjelaskan
permasalahan
(Menerapkan
sehingga
pencegahan diperlukan untuk mencegah
tidak
permasalahan yang sama agar tidak
memengaruhi kualitas produk ataupun
terulang lagi melalui analisis terhadap
menghindari dampak yang akan terjadi
potensial-potensial permasalahan.
pada pelanggan.
9. Congratulates
permasalahan
tepat
Preventive actions atau tindakan
tersebut
5. Root Cause Analysis (Analisis Akar
(Pengakuan
Penyebab Masalah)
untuk
dan
Team
Penghargaan
Tim)
Root cause analysis merupakan tindakan
the
menganlisis
Memberikan pengakuan ataupun
akar
penghargaan terhadap anggota tim yang
penyebab masalah yang terjadi.
telah berusaha memberikan konstribusi
6. Corrective
terhadap penyelesaian masalah yang
Actions
(Tindakan
bersangkutan.
Perbaikan) Corrective menghilangkan permasalahan
actions akar dan
adalah
II.2. Teknik 5 Why
penyebab
Teknik 5 why
mencegah
tanya-jawab
permasalahan yang sama tidak terulang
adalah teknik
sederhana
untuk
menyelidiki hubungan sebab akibat
kembali.
yang
menjadi
permasalahan [2].
3
akar
dari
suatu
III. METODE PENELITIAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Pengumpulan Data
IV.1. Plan (Perencanaan)
Pengumpulan
data
dalam
Dalam
langkah
ini,
penulis
penelitian ini berupa data defect tire
menentukan topik permasalahan yang
bulan Januari s/d Desember 2016, data
akan dibahas pada penelitian ini dan
defect tire bulan Januari s/d Maret 2017,
merencanakan waktu yang diperlukan
data tren defect miss cure bulan Januari
dalam analisis pada penelitian ini.
s/d Maret 2017, data faktor penyebab
Berdasarkan analisis data defect tire
defect miss cure bulan Januari s/d Maret
bulan Januari s/d Desember 2016 yang
2017, data hubungan antara faktor
telah
penyebab defect miss cure dengan
merupakan
brand mesin curing di Plant D & K
paling banyak sebesar 29.247 dengan
(PCR), data kerusakan komponen mesin
presentase 22,88% dan perencanaan
curing yang menyebabkan defect miss
waktu yang diperlukan dalam penelitian
cure.
yaitu dari bulan April s/d bulan Juni
III.2. Pengolahan Data
2017.
Pengolahan data dalam penelitian
dilakukan,
defect
defect
miss
dengan
cure
quantity
IV.2. Build a Team (Pembentukan
ini diolah menggunakan metode 8D
Tim)
(Eight Disciplines).
Dalam pembentukan tim pada
III.3. Instrumen Penelitian
penelitian
Pada bagian ini akan dijabarkan
perekrutan
instrumen yang akan digunakan selama
ini
penulis
ataupun
melakukan menentukan
anggota tim dan menentukan agenda
penelitian Tugas Akhir ini berlangsung,
kegiatan tim 8D yang akan dijalankan
antara lain:
oleh tim dalam menganalisis defect miss
1. Laptop dan alat tulis
cure.
2. Kalkulator 3. Software Microsoft Excel
4
yaitu: “Defect miss cure terjadi pada
IV.3. Define and Describe the Problem (Mendefinisikan dan
bulan Januari s/d Maret 2017”.
Menjelaskan Permasalahan)
IV.3.3. Why (Mengapa)
Pada tahap ini dilakukan proses menjelaskan
yaitu: “Mengapa defect miss cure dapat
yang ingin dianalisis
terjadi?”. Jawaban untuk pertanyaan
mendefinisikan permasalahan
Pertanyaan pada langkah why
dan
menggunakan konsep 5W 1H.
tersebut yaitu: “Karena ban dimasak
IV.3.1. What (Apa)
dengan kondisi mesin abnormal.
Pertanyaan pertama pada langkah yaitu:
yang
Pertanyaan pertama pada langkah
terjadi?”. Jawaban untuk pertanyaan
where yaitu: “Dimana terjadinya defect
pertama ini yaitu: “Terjadinya defect
miss cure?”. Jawaban untuk pertanyaan
miss cure pada tire”.
pertama ini yaitu: “Di mesin curing
what
“Apa
masalah
IV.3.4. Where (Dimana)
Pertanyaan kedua yaitu: “Faktor
Plant D & K (PCR) PT A”. Mesin
apa saja yang menyebabkan terjadinya
curing Plant D & K (PCR) merupakan
defect miss cure?”. Jawaban untuk
mesin yang menjadi ruang lingkup
pertanyaan kedua ini yaitu: “Defect miss
dalam penelitian ini.
cure memiliki 49 faktor penyebab.
Pertanyaan kedua pada langkah
Pertanyaan ketiga yaitu: “Apa saja
where yaitu: “Pada mesin dengan brand
faktor penyebab defect miss cure yang
apa
harus menjadi prioritas untuk dilakukan
defect miss cure?”. Jawaban untuk
analisis
perbaikan?”.
pertanyaan kedua ini yaitu: “Brand S,
Jawaban untuk pertanyaan ketiga ini
brand K, brand M, brand H, brand
yaitu: “Mold no close, internal pressure
SC”.
problem,
IV.3.5. Who (Siapa)
dan
tindakan
cylinder
squeeze
no
in,
pressure squeeze drop, mold no open, timer
tidak
bekerja,
segment
yang
menyebabkan
terjadinya
Pertanyaan pertama pada langkah
no
who
yaitu:
“Siapa
yang
Jawaban
untuk
expand”.
melakukannya?”.
IV.3.2. When (Kapan)
pertanyaan tersebut yaitu: “Operator produksi”.
Pertanyaan pada langkah when
Operator
produksi
yaitu: “Kapan defect miss cure terjadi?”.
merupakan orang yang terkait dalam
Jawaban untuk pertanyaan pertama ini
tejadinya defect miss
5
cure karena
operator produksi merupakan orang yang setiap harinya mengoperasikan mesin tersebut. IV.3.6. How Many (Berapa Banyak) Pertanyaan pertama pada langkah how many yaitu: “Berapa banyak defect miss cure terjadi?”. Jawaban untuk pertanyaan tersebut yaitu: “6.544 pcs”. IV.4. Implement Interim Containmen Action (Menerapkan Tindakan Gambar 4.3. Flowchart Tindakan
Kontainmen Sementara) Dalam
langkah
ini,
Kontainmen Sementara
penulis
membuat diagram SIPOC dan flowchart tindakan
kontainmen
IV.5. Root Cause Analysis (Analisis
sementara.
Akar Penyebab Masalah)
Pembuatan diagram SIPOC bertujuan
Langkah
root
cause
analysis
untuk menggambarkan proses produksi
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
tire yang terdapat di Plant D & K
penyebab-penyebab
permasalahan.
(PCR), sedangkan pembuatan flowchart
Teknik yang digunakan dalam langkah
bertujuan
ini yaitu analisis 5 why.
untuk
dijadikan
sebagai
pedoman dalam menangani apabila terjadi defect
miss
IV.5.1. Faktor Mesin (Mold No Close)
cure. Diagram
Faktor mold no close memiliki
SIPOC yang dibuat dalam penelitian ini
beberapa penyebab, diantaranya yaitu:
dapat dilihat pada Gambar 4.2. dan
proximity out post loader mati, yang
flowchart yang dibuat dalam penelitian
memiliki
ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.
kendornya dudukannya;
akar
masalah
proximity proximity
karena dengan
stand
post
unloader mati, yang memiliki akar masalah karena kendornya proximity dengan dudukannya; proximity lower Gambar 4.2. Diagram SIPOC Proses
ring mati, yang memiliki akar masalah
Curing
karena kendornya proximity dengan dudukannya; cylinder pin lock tidak 6
bekerja karena bocornya seal cylinder
tidak bekerja yaitu proximity cylinder
yang disebabkan oleh life time dari
squeez in mati.
komponen tersebut.
IV.5.6. Faktor Metode (Segment No
IV.5.2. Faktor Mesin (Internal
Expand) Dalam analisis 5 why ini, penulis
Pressure Problem) Dalam analisis 5 why ini, penulis menemukan
penyebab
dari
menemukan
faktor
penyebab
dari
faktor
segment no expand yaitu encoder tidak
internal pressure problem yaitu seal top
menghitung.
ring bocor. Seal top ring bocor ini
menghitung yaitu karena kendornya
disebabkan
baut tanam encoder dan akar masalah
oleh
life
time
pada
Encoder
tidak
bisa
komponen tersebut.
dari kendornya baut tersebut karena
IV.5.3. Faktor Mesin (Pressure
tidak encoder
Squeeze Drop) Dalam analisis 5 why ini, penulis menemukan
penyebab
ada
dari
pengecekan pada
komponen
list
preventive
maintenance.
faktor
IV.5.7. Faktor Metode (Cylinder
presssure squeeze drop yaitu seal
Squeeze No In)
pompa squeeze putus.
. Dalam analisis 5 why ini, penulis menemukan penyebab dari cylinder
IV.5.4. Faktor Mesin (Mold No Open) Faktor mold no open memiliki
squeeze no in yaitu cahaya photo cell
beberapa penyebab, diantaranya yaitu:
terhalang oleh cylinder mold. Cahaya
proximity out post loader mati, yang
photo cell yang terhalang oleh cylinder
memiliki
karena
mold terjadi karena kesalahan adjust
dengan
pada saat penggantian mold.
kendornya dudukannya;
akar
masalah
proximity proximity
stand
post
IV.6. Corrective Actions (Tindakan
unloader mati, yang memiliki akar
Perbaikan)
masalah karena kendornya proximity
Dalam corrective actions pada
dengan dudukannya.
penelitian ini terdapat dua agenda yang
IV.5.5. Faktor Mesin (Timer Tidak
harus
Bekerja)
dilakukan
mengenai
Dalam analisis 5 why ini, penulis
yaitu
corrective
pembahasan actions
dan
pengimplementasian corrective actions.
menemukan penyebab dari faktor timer
Daftar
corrective
actions
dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
7
4.4. Hasil dari corrective actions dalam
terhadap tindakan perbaikan yang telah
penelitian ini berupa pemasangan ring
dilakukan.
pada proximity, usulan pengecekan
Validasi
terhadap
tindakan
telah
dilakukan
komponen yang menyebabkan defect
perbaikan
miss cure, penambahan list pada SOP
bertujuan untuk memastikan bahwa
(Standar
tindakan
Operasional
Prosedur)
penggantian mold dan penambahan list
yang
perbaikan
yang
diimplementasikan telah berjalan.
pada preventive maintenance.
Berdasarkan data tren defect tren defect miss cure bulan Januari s/d Mei 2017, pada bulan Mei 2017 defect miss cure mengalami penurunan presentase mencapai presentase
0,017%.
Penurunan
mencapai
0,017%
dipengaruhi berbagai macam tindakan yang telah dilakukan, salah satunya dipengaruhi oleh pengimplementasian corrective actions yang telah dilakukan pada penelitian ini, dimana mold no close mengalami penurunan frekuensi kejadian pada bulan Mei 2017 sebesar Gambar 4.4. Daftar Corrective Actions
209 kejadian, mold no open mengalami
Dalam Analisis Defect Miss Cure
penurunan sebesar 132 kejadian, timer
Menggunakan Metode 8D
tidak bekerja mengalami penurunan sebesar 73 kejadian.
IV.7. Implement and Validate Corrective Actions (Menerapkan
IV.8. Preventive Actions (Tindakan
dan Menvalidasi Tindakan
Pencegahan)
Perbaikan)
Pada langkah preventive actions
Dalam implement and validate
dalam penelitian ini penulis melakukan
corrective actions dilakukan dua tahap
pembuatan
yaitu
validasi
implementasi
terhadap tindakan perbaikan yang telah
Penjadwalan
dilakukan
preventive actions ini mencakup kepada
penulis
dan
melakukan
melakukan
evaluasi
8
penjadwalan
usulan
preventive
actions.
usulan
implementasi
tindakan maupun mesin yang belum
faktor ini yaitu: seal top ring
diimplementasikan di lapangan. Hal
bocor.
tersebut bertujuan untuk melakukan tindakan
pencegahan
secara
C. Pada faktor cylinder squeeze no
terus
in, akar masalah dalam faktor ini
menerus dalam upaya menghilangkan
yaitu: salah adjust pada saat
akar masalah penyebab munculnya
penggantian mold.
defect miss cure.
D. Pada faktor
ini yaitu: seal pompa squeeze
V.1. Kesimpulan
menggunakan
hasil
metode
putus.
penelitian 8D
E. Pada faktor mold no open terdapat
dapat
dua akar masalah yaitu: Proximity
disimpulkan bahwa:
out
1. Masalah yang terjadi pada mesin
stand
defect miss cure merupakan faktor-
G. Pada faktor segment no expand,
A. Pada faktor mold no close terdapat
akar masalah dalam faktor ini
yaitu:
yaitu: baut tanam encoder kendor
Proximity out post loader dengan
stand
post
dudukannya
kendor, unloader kendor,
dengan
in dengan dudukannya kendor.
yaitu:
dudukannya
unloader
yaitu: proximity cylinder squeeze
diantaranya
masalah
post
akar masalah dalam faktor ini
miss cure memiliki akar masalah
akar
dengan
F. Pada faktor timer tidak bekerja,
Setiap faktor-faktor penyebab defect
empat
loader
dudukannya kendor.
faktor penyebab defect miss cure.
berbeda-beda,
post
dudukannya kendor dan proximity
curing yang dapat menyebabkan
yang
squeeze
drop, akar masalah dalam faktor
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
pressure
2. Perbaikan
proximity
yang
dapat
diimplementasikan untuk mereduksi
dengan
defect
proximity
miss
cure
yaitu
dengan
lower ring dengan dudukannya
melakukan tindakan perbaikan agar
kendor, seal cylinder pin lock
defect miss cure tidak terulang
bocor.
kembali.
Tindakan
perbaikan
tersebut dapat dilihat pada Gambar
B. Pada faktor internal pressure
5.1.
problem, akar masalah dalam
9
V.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan beberapa saran untuk perusahaan dan untuk penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Bagi perusahaan: Menambahkan item pengecekan photo cell pada SOP penggantian mold, menambahkan
maintenance,
Defect Miss Cure
perawatan
3. Berdasarkan data tren defect tren
Penurunan
mencapai
0,017%
mengenai
dipengaruhi
melakukan
dapat
defect
miss
cure,
penelitian
lebih
lanjut
dengan brand mesin curing yang ada di
actions yang telah dilakukan pada
Plant D & K (PCR).
penelitian ini, dimana mold no close
VI. DAFTAR PUSTAKA
frekuensi
kejadian pada bulan Mei 2017
[1]
sebesar 209 kejadian, mold no open mengalami penurunan sebesar 132 tidak
yang
mengenai hubungan defect miss cure
oleh pengimplementasian corrective
timer
komponen
menyebabkan
dilakukan, salah satunya dipengaruhi
kejadian,
terutama
Melakukan penelitian lebih lanjut
presentase
penurunan
mesin
2. Bagi penelitian selanjutnya:
mencapai
berbagai macam tindakan yang telah
mengalami
pada
defect miss cure.
2017 defect miss cure mengalami
0,017%.
memaksimalkan
komponen yang dapat menyebabkan
defect miss cure pada bulan Mei
presentase
pengecekan
komponen encoder pada list preventive
Gambar 5.1. Tindakan Perbaikan
penurunan
item
bekerja
mengalami penurunan sebesar 73 [2]
kejadian.
10
Budi Kho. 8D Eight Disciplines Problem Solving. Diakses dari http://ilmumanajemenindustri.com /pengertian-8d-eight-disciplinesdanpenerapannya/, 15 Februari 2017 Oliver Serrat. The Five Whys Technique.Asian Development Bank, Mandaluyong City, 2009.