Karakteristik Dan Prinsip Agama Islam Persamaan Dan Perbedaan Agama Islam Dengan Agama Lain Nya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG



Setiap agama mempunyai karakteristik dan prinsip yang membedakannya dari agamaagama yang lain. Istilah karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Jadi karakter ajaran Islam adalah sifat-sifat khas Islam itu sendiri yang menjadi pembedanya dengan agama lain dalam meyakinkan pemeluk-pemeluknya. Berbicara karakter, maka kita harus tahu bagaimana sifat pribadinya, dengan mengenal sedekat mungkin, jangan lihat dari luarnya saja. Begitu juga dengan Islam. Islam tidak bisa dinilai hanya dari luarnya saja, Islam mempunyai kekhasan tersendiri dengan ajaran-ajaran nya, apabila dibandingkan dengan kepercayaan lain maka disanalah akan tampak keunggulan dan keunikkan ajaran Ilahi Rabbi ini. Maka dari itu, mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami dengan baik untuk mengenal karakteristik dan prinsip ajaran Islam. B. 1. 2. 3. 4.



RUMUSAN MASALAH Apa Pengertian Karaktristik dan Prinsip Ajaran Agama? Apa saja macam-macam karakteristik ajaran islam? Apa saja macam-macam prinsip ajaran islam? Bagaimana Persamaan dan Perbedaan dengan agama yang lain?



C. 1. 2. 3. 4.



TUJUAN PENULISAN MAKALAH Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip ajaran islam Untuk mengetahui macam-macam karakteristik ajaran islam Untuk mengetahui prinsip ajaran islam Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan dengan agama yang lain



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Karakteristik



Karakteristik berasal dari Bahasa Inggris “character”,yang berarti watak, karakter, dan sifat. Selanjutnya, kata ini menjadi “Characteristic” yang berarti sifat yang khas, yang membadakan satu dengan yang lainnya dalam Bahasa Indonesia Karakter berarti sifat yaitu Rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda atau kata yang menyatakan keadaan sesuatu seperti Panjang, Keras, dan Besar. Islam sebagai sebuah bangunan atau sistem yang sofisticated dan berbasis pada ajaran utama Al-Quran dan Al-Sunah diyakini memiliki karakter yang dengannya dapat diidentifikasi atau dikenali secara seksama yang selanjutnya dapat dibedakan dengan ajaran agama lainnya. Status, kepedudukan, dan respons yang diberikan seseorang pada sesuatu itu. Jika sifat dan karakternya mengagumkan dan memberikan manfaat yang besar bagi kemanusiaan, maka sesuatu itu biasanya dihormati dan dimuliakan. Dengan menggunakan berbagai pendekatan baik secara normatif, psikologis, historis, filosofis, sosiologis, politik, ekonomis, dan berbagai disiplin ilmu lainnya, karakteristik ajaran Islam dapat diketahui sebagai berikut:



B. Macam-macam Karakteristik Dalam Ajaran Islam



Jadi, pengertian karakteristik ajaran Islam adalah sifat, watak, dan keadaanyang melekat pada ajaran Islam tersebut yang sekaligus dapat dikenali dan dirasakan manfaat dan dampaknya oleh mereka yang mengamalkan ajaran tersebut. 1. Komperhensif ( Al-Syumuliah) Karakteristik ajaran Islam yang bersifat Komperhensif (al-syumuliah) dapat dilihat dari segi kedudukannya atau perbandingannya dengan agama-agama samawi lainnya. Yakni bahwa ajaran Islam adalah agama yang terakhir,yang melengkapi dan menyempurnakan agama-agama samawi sebelumnya itu. Jika agama-agama samawi lainnya hanya mengandung ajaran yang berkenaan dengan aspek tertentu saja, misalnya aspek akidah, ibadah atau akhlak, maka ajaran Islam membawa ajaran akidah, akhlah, sosial, ekonomi, politik, ketatanegaraan, kekeluargaan, kebudayaan, peradaban, dan lain sebagainya. Intinya ajaran Islam mencakup berbagai aspek kehidapan manusia. Karakteristik ajaran islam yang bersifat al-syumuliah (menyeluruh) dan menyempurnakan serta melengkapi ajaran agama-agama samawi sebelumnya ini dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: QS. Al-Maidah(5):3 “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kamu” Hal ini sejalan dengan Hadis Nabi Muhammad SAW: “Bukanlah orang yang terbaik diantara kamu sekalian orang yang meninggalkan urusan dunia hanya mementingkan urusan akhirat saja, atau meninggalkan urusan akhirat karena hanya 2



mementingkan urusan dunia saja, melainkan yang baik itu adalah orang yang mementingkan kedua-duanya, karena dunia adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat.” (HR. Ibn Asakir dari Anas ra.) 2. KRITIS Karakter ajaran Islam yang besifat kritis ini dapat dilihat dari segi kependudukan ajaran Islam yang memiliki ciri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran-ajaran samawi yang diturunkan sebelumnya. Dengan kedudukannya yang demikian itu, maka ajaran Islam dengan sumber utamanya Al-Qur’an dan Al-Sunah menjadi wasit,hakim, atau korektor terhadap berbagai kekeliruan dan penyimpangan yang telah diperbuat para penganut agama sebelumnya. Kekeliruan ini misalnya berkaitan dengan doktrin ketuhanan, ajaran kitab suci, dan lain sebagainya. Keadaan penyimpangan ini dapat dilihat dari informasi yang diberikan Al-Qur’an sebagai berikut: “Tetapi jika kamu menyimpang(dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. alBaqarah(2): 209) 3. HUMANIS Karakteristik ajaran Islam tentang humanis inidapat dilihat dari upaya Islam yang melindungi HAM sebagai mana dapat dilihat dari segi visi, misi, dan tujuannya, yakni ajaran Islam memiliki ciri tidak hanya mensejahterahkan kehidupan dunia atau akhirat saja, melainkan menyejahterahkan dunia dan akhirat; jasmani dan rohani, individual dan sosial, lahir dan batin; tidak hanya bersifat lokal, nasional, atau regional, melainkan juga bersifar Internasional. Ajaran silam bertujuan memelihara dan melindungi hak- hak asasi manusia, yakni hak hidup (hifdz alnafs), hak beragama (hifdz al-din), hak berfikir (hifdz al-‘aql), hak memiliki keturunan (hifdz alnasl), dan hak mendapatkan, memiliki dan menggunakan harta (hifdz al-maal). Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagimu dari (kenikmatan) dunia, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (dimuka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS.al-Qashash(28): 77) 4. MILITANSI MODERAT Pedoman Ajaran Islam bukan hanya dari Al-Qur’an dan Al-Sunah (normatif), tetapi juga berpedoman kepada para ulama dan umara (ulu al-amri) peningglan sejarah, adat istiadat dan tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. dengan sumbernya seperti itu, ajaran Islam dapat beradaptasi dan menjelaskan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ciri Al-Qur’an sebagai berikut; 1. ada ayat- ayatnya yang mengandung ajaran yag bersifat pasti. contoh akidah, ibadah, dan akhlak. 2. lebih banyak bersifat dzanni atau interpretable, yakni dapat ditafsirkan sesuai situasi dan kondisi. 5. DINAMIS Karena keadaan zaman dari waktu ke waktu selalu berubah baik dari segi pola komunikasi, interaksi, transaksi, dan berbagai aspek hidup lainnya, maka ajaran Islam juga harus mengikuti dinamika ini.



3



Dengan cara menyedikan peluang atau space untuk para ulama untuk melakukan reinterpretasi dan reformulasi terhadap ajaran Islam tsb, yakni dengan menyediakan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat Interpretable yaitu ayat bersifat mutasyabihat. Dengan adanya ayat-ayat yang mutasyabihat, maka ajaran Islam dapat merespon atau menjawab berbagai masalah yang secara terang benderang belum dijelaskan didalam Al Qur’an. 6. TOLERAN Islam bersifat toleran dengan menghormati agama lain, tidak menyalahkan atau mengolok-olok. Islam membangun toleransi serhadap agama-agama yang serumpun dan tidak serumpun. Karakteristik ajaran agama Islam bersifat Inklusif tidak hanya normatif atau teori yang tertulis dalam kitab suci, melainkan di praktikan oleh umat Islam ketika berkuasa di Spanyol, India, dan lain sebagainya. inklusif itu sendiri berarti sikap yang hanya mengimani, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, pada saat bersama ia juga harus menghormati penganut agama orang lain, tanpa mebenarkan, mengimani, atau mengamalkannya. 7. KOSMOPOLIT Karakteristik ini menjadikan Islam bukan hanya untuk suatu bangsa atau kelompok tertentu melainkan untuk semua umat manusia. Perbedaan warna kulit suku bangsa, bahasa, budaya dan lain sebagainya tidak menghalangi untuk menjadi penganut Islam. Dengan karakternya yang komposit maka islam dapat mempersatukan dan mempersaudarakan seluruh umat manusia didunia dengan dasar yang kukuh yakni iman dan takwa kepada Allah SWT. 8. RESPOSIF Karakteristik ajaran Islam yang Responsif dapat dilihat dari awal kedatangan Islam pertama kali yang sudah terlibat dengan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Pada zaman dahulu digambarkan bahwa dunia sedang chaos, sistem keyakinan, sosial, ekonomi, politik, budaya yang kacau balau dan lain sebagainya. Keadaan masyarakat seperti ini direspon oleh Islam sebagaimana yang terdapat pada Al-Qur’an dan Al-Sunah. ayat-ayat yang turun di Mekkah biasanya tentang Akhlak dan Akhidah. Demikian pula denga Hadis Rasullulah SAW yang timbul di Mekkah dan Madinah berisi respon terhadap masalah kehidupan sosial. 9. PROGRESIF DAN INOVATIF Sebagai akibat dari peran dan fungsinya dalam menjawab berbagai masalah yang beraneka ragam dan selalu mengalami perkembangan maka ajaran Islam harus senantiasa memperbarui dirinya dari waktu ke waktu dalam bentuk pemikiran baru dan kontekstual dan berbagai kehidupan masyarakat. Sifat Islam yang progresif itu telah diwujudkan umat Islam di zaman Klasik, yakni dengan melairkan karya-karya Inovasi dan orisinal yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. 10. RASIONAL Ajaran Islam yang terdapat pada Al-Qur’an dan Hadis selain memuat perintah tetapi juga larangan. Dengan menjalankan perintah Allah SWT manusia mendapatkan ketenangan jiwa, kehidupan yang lurus dan berakhlak mulia. adapula larangan Allah SWT, berbagai perbuatan itu akan merugikan bagi orang yang melakukannya dan bagi orang lain. jadi larangan dan perintah ini sejalan dengan akal manusia. 4



Ajaran Al-Qur’an bersifat Global dan isyarat-isyarat yang bersifat umum. Karena demikian pentingnya kedudukan akal dalam ajaran Islam, Maka setiap orang yang mengamalkan ajaran Islam harus dalam keadaan sadar dan normal.



C.



Pengertian Prinsip Ajaran Islam Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, terdapat kosakata prinsip dengan arti luas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dengan demikian, kata prinsip menggambarkan sebagai landasan operasional. Dalam bahasa inggris dijumpai kata prinsiple yang diartikan asas, dasar, prinsip, dan pendirian. Dalam bahasa arab, kata prinsip merupakan terjemahan dari kata asas, jamaknya usus, yang berarti foundation(dasar bangunan), foundamental(yang utama), groundwork(landasan kerja), ground(terowongan), basis(tiang utama), kaynote(kata kunci). Dengan demikian, kata prinsip terkadang mangandung arti dasar, sumber, dan asas.



D. Macam-Macam Prinsip Ajaran Islam 1. Sesuai Dengan Fithrah Manusia (Muthabaqah Fithrah Al- Naas) Kata fithrah secara harfiah berarti keadaan suci, dan dapat pula berarti berbuka. Selain itu ada pula yang mengartikan bahwa fithrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya, yang selanjutnya disebut Tuhan. Dari pengertian ini, maka fithrah sering pula diartikan sebagai perasaan beragama. "Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fithrah(berpotensi agama) maka kedua orangtuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR. Bukhari Muslim) Dalam ayat dan hadis tersebut, fitrah diartikan sebagai perasaan atau potensi beragama. Perasaan ini bukan dibuat-buat, melainkan bersifat alami, kodrati, dan dibawa sejak lahir. Potensi beragama ini dalam praktiknya dapat mengambil bentuk kepercayaan pada agama yang memengaruhi dirinya. Jika agama Yahudi yang memengaruhi dirinya, makan ia akan menjadi penganut Yahuni. Jika agama Islam yang memengaruhi dirinya, makan ia akan manjadi penganut Islam, dan seterusnya. Sebagaimana dikemukakan para ahli, ternyata bukan hanya fithrah beragama, melainkan juga fithrah keingintahuan terhadap sesuatu(curiosity), fithrah menyukai dan mencintai seni. Dengan fithrah beragama, menusia menjadi orang yang bertuhan dan berakhlak mulia. Dengan fithrah keingintahuan menusia menjadi orang yang berilmu pengetahuan, dan dengan fithrah seni manusia menjadi halus dan menyukai yang indah. Dengan perpaduan antara agama, ilmu, dan seni inilah manusia akan menjadi fithrah-nya sebagaimana seutuhnya.



5



2. Keseimbangan (Al-Tawazun) Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Jasmani cenderung kepada hal-hal yang bersifat materi, pragmatis, sesaat, tujuan jangka pendek, menghalalkan segala cara, dan selanjutnya melanggar. Adapun rohani cenderung kapada hal-hal yang bersifat immateri, rohaniah, filosofis, abadi, tujuan jangka panjang, dan selalu berpihak pada kebenaran. Ketika jasmani dan rohani menyatu dalam tubuh manusia, maka timbullah gejala-gelaja kejiwaan yang cenderung kepada yang rendah dan negatif yang tampak dalam bentuk nafsu amarah, nafsu syahwat, dan mudah dibujuk setan. 3. Sesuai Dengan Keadaan Zaman dan Tempat (Shalihun Li Kulli Zaman Wa Makan) Islam adalah agama akhir zaman. Setelah itu tidak ada lagi agama yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan sifatnya yang demikian itu, dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah maka Islam akan terus berlaku sepanjang zaman. Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi, maka di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang bersifat qath'i(pasti), yakni ayat-ayat yang pengertiannya sudah jelas, tegas, dan tidak dapat diartikan dengan arti yang lain. Misalnya, ayat-ayat tentang akidah, akhlak, ibadah, dan hal-hal yang berkaitan dengan hukum halal dan haram. Dalam kaitandengan pembaruan ajaran islam, Harun Nasution berpendapat sebagai berikut: “Pembaruan dalam islam mempuyai tujuan yang sama dengan di Barat yaitu untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi dalam pada itu perlu diingat, bahwa salam Islam ada ajaran-ajaran yang bersifat mutkak yang tak dapat diubah-ubah. Yang dapat diubah hanyalah ajaran-ajaran yang tidak bersifa mutlak, yaitu penaafsiran atau interpretasi dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Dengan kata lain, kata pembaruan mengenai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak tuk dapat diadakan dalam islam. Pembaruan dapat dilakukan dalam interpretasi atau penafsiran mengenai aspek teologi, hukum, politik, dan seterusnya, dan mengenai lembaga-lembaga. Pembaruan atau modernisasi dalam islam” Dalam kutipan tersebut, mengingatkan dua hal. Pertama, bahwa tidak semua ajaran Islam dapat atau perlu diperbarui. Kedua, bahwa dengan adanya modernisasi, ajaran Islam akan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman yang sangat dinamis. 4. Tidak Menyusahkan Munusia (La Tu'assir Lin-Naas) Ajaran islam sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya turun dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia, memberi rahmat kepada-nya, mengeluarkan



6



menusia dari kegelapan kepada terang benderang, dari kebiadaban menjadi beradab, dan dari perpecahan dan permusuhan menjadi masyarakat bersatu dan damai. Prinsip ajaran islam yang demikian itu dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut : a) Dalam ibadah shalat, seseorang diharuskan melakukan berbagai gerakan fisik. Seperti berdiri, rukuk, dan sujud. Namun bagi orang yang fisiknya bermasalah, Islam membolehkan seseorang shalat sambil duduk, berbaring, atau dengan isyarat dan hati saja. b) Seseorang yang sedang berada dalam kegiatan yang sangat sibuk, seperti bepergian jauh. Diperbolehkan untuk men-jama'(menyatukan) dan meng-qashar(meringkas bilang rakaat shalat) c) Seseorang yang dalam keadaan tidak memiliki bahan makanan dan minuman dan nyawanya akan terancam, maka diperbolehkan mengonsumsi makanan dan minuman yang semula diharamkan. d) Adanya berbagai kemudahan yang telah disebutkan, menunjukan bahwa ajaran islam memiliki prinsip tidak mempersulit manusia. 5. Sesuai Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Muthabaqah Li Tanmiyah Al-Ilm Wa Tekcnologiya) Islam adalah satu-satunya agama yang sejak kelahirannya mewajibkan orang untuk belajar dengan cara membaca dalam arti mengumpulkan informasi, melihat, mengamati, membandingkan, menganalisis, dan menyimpulkan. Dengan ilmu manusia akan memperoleh kemudahan dan kecepatan dalam mencapai tujuan agama tersebut. 6. Berbasis Pada Penelitian (Muwaqif 'Ala Al-Hashil Al-Tabayyun) Penelitian merupakan bagian dari upaya pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Arti penelitian dalam arti luas adalah sikap kehatihatian dalam menentukan sebuah kebijakan, sehingga kebijakan ini tidak cukup hanya didasarkan pada dugaan atau asumsi belaka, atau karena ikut-ikutan orang lain tanpa mengetahui sebabnya. Islam memiliki prinsip bahwa seseorang tidak dapat diterima argumentasinya apabila ia tidak memiliki data yang akurat dan memadai. (QS. Al- Isra(17);36). Melalui berbagai penelitian tersebut, selain manusia akan memperoleh berbagai keuntungan, juga akan makin beriman dan bertakwa serta takut terhadap murka Allah SWT. 7. Berorientasi Pada Masa Depan (Muwajjih Ala Al-Waqt Al-Atiyah) Islam adalah agama yang mengajarjan kepada penganutnya agar masa depan keadaannya lebih baik dari masa lalu dan masa sekarang. Dengan prinsip ini, maka seorang muslim akan menjadi orang yang dinamis dan progresif, melalui berbagai kajian, studi banding, penekitian dan lain sebagainya guna menyiapkan hari esok yang lebih baik. 7



Prinsip berorientasi pada masa depan ini penting dilakukan, karena beberapa alasan sebagai berikut : a) Dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan lebih kreatif, optimis, dinamis, dan tidak mengagung-agungkan masa lalu hanya untuk menghibur diri atau menutupi kemalasan dimasa sekarang, serta tidak akan terus-menerus berada dalam kesedihan atas masa lalu yang sudah terjadi. b) Dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan berusaha meningkatkan mutu hasil kerjanya; sehingga akan tetap berguna dan mampu bersaing secara sehat c) Dengan memiliki pandangan yang berorientasi ke masa depan, seseorang akan berusaha sungguh-sungguh membekali dirinya dengan pendidkan dan pengajaran, yakni dengan berusaha menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, wawasan, keterampilan, mental spiritual, dan keprbadian yang unggul. 8. Kesederajatan (Al-Musawah) Kesederahatab dapat diartikan sebuah pandagan, bahwa manusia dengan berbagai latar belakang kebangsaan, agama, budaya, adat istiadat, jenis kelamin, warna kulit, status sosialekonomi, pangkat, kedudukan, dan lain-lain yang bersifat semata. Prinsip ajaran islam tentang kesederajatan ini penting dilakukan, karena akan mandatangkan manfaat sebagai berikut : a) Aka menimbulkan sikap saling menghirmati, menghargai, melindungi dan mengamankan, yang selanjutnya menciptakan sebuah kehidupan yang aman, tertib, harmoni, dan damai. b) Akan menghilangkan praktik penjajahan, eksploitasi, dan berbagai tindakan kezaliman manusia yang satu atas manusia lain. c) Akan membangun citra ajaran Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam, serta memberikan sumbangan yang besar atas terciptanya sebuah tata kehidupan dunia yang makin aman, damai, adil, dan beradab. 9. Keadilan Keadilan dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan seseorang atas orang lain yang didasarkan atas perasaan memberikan kesempatan yang sama, seimbang, proporsional, sesuai dengan peran, tugas, tanggung jawab, dan prestasi yang di capainya. Prinsip keadilan dalam Islam ini merupakan perekat, pemersatu, dan penyeimbang antara berbagai tindakan dan berbuatan yang dilakukan manusia, yang memungkinkan setiap orang akan dapat menerimanya dengan rasa puas.



8



10. Musyawarah Musyawarah adalah sebuah proses penetapan suatu masalah atau keputusan yang berkaitan dengan kehidupan umum dengan cara meminta saran, masukan, pertimbangan, dan pendapat berbagai pihak secara demokratis. 11. Persaudaraan (ukhuwah) Prinsip persaudaraan dalam Islam didasarkan pada pandangan, walaupun manusia memiliki katar belakang agama, kebangsaan, etis, jenis kelamin, budaya, tradisi yang berbedabeda, namun mereka memiliki unsur persamaan daru segi asal usul, proses, kebutuhan hidup, tempat kembali, dan nenek moyang. 12. Keterbukaan Keterbukaan adalah suatu sikap yang meyakini kebenaran suatu agama atau ideologi dan berusaha mempertahankan dan mengamalkannya, namun dalam waktu yang bersamaan ia mau menerima masukan dari luar, serta menghargainya. Bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan, bukanlah bersikap menerima semua yang berasal dari luar tanpa penelitian dan penyaringan, melainkan mau menerima informasi atau kebenaran dari mana pun datangnya, dengan tetap waspada, hati-hati, cermat, dan menyesuaikan dengan petunjuk Al-Qur'an dan AlSunnah. Berkenaan dengan prinsip keterbukaan tersebut, maka seseorang harus bersikap baik sangka yang kritis, yaitu sikap yang menganggap bahwa apa pun yang datang dari luar harus dilihat sebagai yang mengandung manfaat, namun tetap harus teliti.



E.



Persamaan Ajaran Islam dengan yang lainnya Islam dengan Yahudi



Persamaan Islam



Yahudi



Islam hanya mengimani kepada satu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam berkhitan adalah syariat Islam, dan itu merupakan kesehatan di dunia medis. Islam memiliki kitab suci.



Pada dasarnya Yahudi mengimani Tuhan yang paling utama yaitu Yahuan. Dalam Yahudi ada berkhitan(bersunat), bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar keinginan terkabul. Agama Yahudi memiliki kitab suci pula



Agama Islam adalah agama samawi Agama Yahudi adalah agama samawi (agama langit). (agama langit). 9



Islam dengan Agama Masehi Persamaan Islam



Agama Masehi



Agama Islam meyakini keesaan Allah Agama Islam adalah agama langit atau samawi Agama Islam adalah agama bagi seluruh umat Islam mengajarkan umat nya untuk tidak memakan daging babi dan disyariatkan untuk berkhitan



Sejatinya agama Masehi meyakini agama tauhid mutlak atau esa Agama Masehi adalah agama langit atau Samawi Agama Masehi bukan hanya untuk kaum Yahudi tapi untuk seluruh umat Dalam ajaran agama masehi (Isa A.S) sejatinya melarang umatnya untuk memakan daging babi dan disyariatkan untuk berkhitan



Islam dengan Hindu Persamaan Islam



Hindu



Islam mengimani hanya kepada satu Tuhan Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Al-Ikhlas : 1 “Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa Allah yang Maha Esa.” Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Al-Ikhlas : 2 “Allah merupakan tempat atau Tuhan untuk bergantung dari segala sesuatu yang ada di alam semesta” Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Al-Ikhlas : 3 “Dia (Allah) tidak beranak dan juga tidak diperanakkan”



Hindu yang terpelajar percaya pada satu Tuhan Konsep ketuhanan dalam Hindu Chandogya Upahishad Chapter 6 Sec.2 Vors 1 “Tuhan hanya satu tidak ada sekutunya” Konsep ketuhanan dalam Hindu Bhagavad Gita Ch.10 V.3 “Dia adalah Tuhan semesta Alam”



Konsep ketuhanan dalam Hindu Shvetashvatara Upanishad Ch.6 V.9 “Allah itu tidak punya Ibu, tidak punya Bapak.” Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Konsep ketuhanan dalam Hindu Al-Ikhlas : 4 “bahwa tidak ada seorang Shvetashvatara Upanishad Ch.4 V.19, (atau makhluk) pun yang setara Yajurveda Ch.32 V.3 “ bagi Dia tak ada 10



(sebanding) dengan-Nya”



1. 2. 3. 4. 5. 6.



yang seupa, taka da yang menyerupai Tuhan Dalam rukun iman yang kedua iman Dalam Hindu ada konsep manusia super kepada malaikat, malaikat diciptakan oleh yang bekerja diluar kebiasaan manusia Allah dan selalu tunduk (taat) kepada (sama dengan pandangan Islam) Allah Islam mempunyai kitab suci yang Dalam Hindu ada dua kitab yaitu Sruti diwahyukan oleh Allah kepada Nabi (sesuatu yang diturunkan atau Muhammad selain itu ada hadist (sabda) diwahyukan) dan Smiriti (sesuatu yang Rasulullah ditulis) Islam memiliki rukun iman Hindu memiliki rukun iman: - Iman kepada Allah 1. - Mengimani adanya Sanghyang Widhi - Iman kepada Malaikat (Yang Maha Kuasa) - Iman kepada kitab-kitab Allah 2. - Mengimani adanya Atma/n (yang - Iman kepada para Rosul menghidupkan manusia itu sendiri) - Iman kepada hari kiamat 3. - Mengimani adanya Karma Phala - Iman kepada Qodho dan Qodhar (perbuatan baik/buruk akan membuatkan hasil) 4. - Mengimani adanya Purna Bhawa (reingkarnasi) 5. - Mengimani adanya Moksa (kebebasan dari ikatan keduniawian) Konsep ketuhanan dalam Islam ialah Hindu menganut monotheisme Monotheisme (satu Tuhan) Allah juga disebut dengan istilah lain Begitu pula dengan agama Hindu, seperti Yang Maha Esa, Yang Maha sebutan Hyang Widhi antara lain Yang Kuasa, Yang Maha pelindung, Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta, dll Maha pelindung, Yang Maha Pencipta, dll



Islam dengan Buddha Persamaan Islam Dalam Islam kita diajarkan untuk memandang suatu hal dengan benar, meyakini dengan benar, berbicara dengan benar, bertindak dengan benar, harus berpikir lurus, dll



Buddha Dalam ajaran Buddha pun kita harus memandang suatu hal dengan benar, meyakini dengan benar, berbicara dengan benar, bertindak dengan benar, harus berpikir lurus, dll



11



Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh berbohong, tidak boleh berbicara kasar, dan tidak boleh bergosip Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh menyakiti/membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh menipu, dll



F.



Dalam ajaran Buddha kita tidak boleh berbohong, tidak boleh berbicara kasar, dan tidak boleh bergosip Dalam ajaran Buddha kita tidak boleh menyakiti/membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh menipu, dll



Perbedaan Ajaran Islam dengan yang lainnya Perbedaan islam dengan agama lain sangat luas cakupannya. Berikut adalah beberapa ciri pembeda antara agama islam dengan agama lain :



1) Islam mempercayai Tuhan sebagai Maha pencipta alam semesta ini dan menampilkan keesaannya dengan kata-kata yang amat bersahaja, komprehensif dan menarik. Minat seorang pedusunan ataupun seorang terpelajar. Islam menyebut Tuhan sebagai wujud yang paripurna , sumber segala keindahan dan bebas dari segal cacat. Dia wujud yang maha hidup yang menjelmakan dirinya dimana-mana dan yang mencintai makhlukya serta mendengar permohonan-permohonan mereka. Tidak ada dari antara sifat-sifatnya yag telah ditangguhkan. Oleh karena itu dia berkomunikasi dengan makhluk manusia seperti halnya dia berkomunikasi sebelum ini dan tidak menutup jalan untuk mencapai dia secara langsung. 2) Islam percaya bahwa tidak ada kontrakdiksi antara tuhan dengan perbuatannya. Dengan demikian tuhan membebaskan kita agama dari permusuhan tradisional antara sains dan agama, dan tidak menghendaki kita mempercayai sesuatu yang berada di luar Kawasan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan oleh-nya. Tuhan mendorong kita untuk merenungkan perihal alam dan mengambil faedah dari padanya, sebab segala sesuatu telah diciptakan demi kepentingan umat manusia. 3) Islam tidak mengemukakan pengakuan yang kosong melompong ataupun memaksa kita



mempercayai sesuatu yang kita tidak mengerti. Islam mendukung ajaran-ajarannya dengan alasan dan keterangan yang memberi kepuasan kepada pikiran kita dan kepada dasar jiwa kita yang sedalam-dalamnya. Islam tidak berlandaskan pada mitos-mitos atau hikayat-hikayat. Islam mengundang setiap orang untuk bereksperimen bagi dirinya sendiri dan berpendirian bahwa kebenaran selamanya dapat dibuktikan dalam satu atau lain bentuk. 4) Kitab wahyu islam ( Al-Quran) itu unik dan membedakan wajah agama ini dari agama-agama



lainnya. Kendati musuh-musuh islam berupaya secara terpadu selama berabad-abad , mereka tidak mampu menyamai bagian kecil sekalipun dari pada kitab yang ajaib ini. Kelebihannya tidak hanya terletak hanya didalam keunikan dan keindahan susasteranya, melainkan juga di dalam kebersahajaannya dan keluasan wawasan serta kepepakan ajarannya . Al-Quran memproklamasikan bahwa ajarannya adalah yang terbaik- suatu pengakuan yang tidak dibuat oleh kitab-kitab wahyu lainnya. Al-Quran mengaku telah mengkombinasikan unsur-unsur ajaran sanawi yang terbaik yang terdapat didalam kitab-kitab suci terdahulu dan telah menempatkan di dalamnya semua ajaran yang abadi dn luas rangkumannya. Al-Quran mengingatkan :



12



“ Sesungguhnya inilah yang di ajarkan dalam kitab-kitab terdahulu, kitab-kitab suci Ibrahim dan musa “ ( 87:19) Sebuah khas islam yang distingtif ialah kitab sucinya itu berbahasa hidup. Apakah tidak menimbulakn tanda tanya kalua bahasa-bahasa semua kitab suci lainnya itu mati atau tidak lagi dipakai secara umum ? sebuah kitab suci seharusnya mempunyai bahasa yang hidup dan berlaku abadi. 5) Sebuah ciri pembeda lainnya dari Islam adalah nabinya telah melampaui segala tahapan



pengalaman hidup manusia semenjak selaku seorang anak yang keadannya telantar lagi yatim piatu hingga akhirnya menjadi seorang penguasa kaumnya. Peri kehidupan di dokumetasikan sampai sekecil-kecilnya, merefleksikan keimanan yang tiada taranya kepada tuhan dan menggambarkan pengorbanan yang tiada hentinya pada jalannya. Beliau menjalanin hidup yang sarat dengan peristiwa dan tindakan serta meninggalkan teladan amal perbuatan yang sempurna didalam setiap medan sepak terjang manusia. Hal demikian sangat cocok dan tepat untuk dikatakan , sebab beliau adalah tafsiran hidup Al-Quran dan dengan teladan pribadinya menerangi jalan tempuhan manusia untk segala zaman mendatang-suatu peran yang tidak dipenuhi secara memadai oleh nabi lain manapun 6) Sebuah ciri pembeda lainnya dari islam adalah nubuatan-nubuatannya telah menjadi kenyataan



dari abd kea bad, itu telah memperkuat iman para pengikutnya kepada tuhan yang maha mengetahui lagi masa hidup. Proses ini terus berlanjut sampai masa kini, sebagaimana dibuktikan dengan penemuan-penemuan baru-baru ini, mumi firaun yang telah mengusir nabi Musa dan kaumnya dari negeri Mesir. Contoh segar lainnya adalah mengenai perkembangan sarana baru untuk menciptakan kehancuran, dimana api terkunci didalam partikel-partikel kecil yang akan mengembang yang bisa menyebabkan gunung-gunung hancur lebur 7) Sebuah ciri khas islam lainnya ialah bilamana islam membahas akhirat dan kehidupan sesudah



mati islam pun meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa akan datang di dunia ini, penyempurnaan ramalan ini memperteguh keimanan pengikut-pengikutnya terhadap kehidupan sesudah mati. 8) Islam berbeda dari agaman-agama lainnya dalam menyediakan hokum muamalah yang



komprehensif mengenai perilaku manusia secara individual, kolektif dan internasional. Perintah-perintah ini meliputi segala situasi dan mencakup hubungan antara kawan-kawan dan mitra-mitra serta bahkan antara lawan-lawan. Peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang dinyatakan secara tegas itu benar-benar bersifat universal dan teruji ketegarannya sepanjang waktu 9) Islam memproklamirkan persamaan yang lengkap diantara umat manusia tanpa mengindahkan



perbedaan kasta, kepercayaan , dan warna kulit. Satu-satunya tolak ukur kehormatan yang diakuinya ialah ketakwaan, bukan keturunan, kekayaan , ras, dan warna kulit . Al-quran mengatakan “ Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah yang paling bertakwa diantara kalian “ (49:140) dan lagi “ Barang siapa beramal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia orang yang berimanmereka akan masuk surga, mereka akan diberi rezeki didalamnya tanpa perhitungan”. (40:41)



13



10) Islam mengemukakan definisi tentang baik dan jahat yang membedakannya dari agama-



agama lainnya. Islam tidak mempercayai nafsu alami manusia sebagai jahat. Islam hanya menyebut pemuasaan hawa nafsu yang tak terkendali dan tidak pada tempatnyalah sebagai jahat. Islam mengajarkan bahwa kecenderungan-kecenderungan alami kita harus diatur dan di salurkan agar membuatnya konstruktif lagi bermanfaat bagi masyarakat. 11) Islam tidak hanya membuat kaum wanita ahli waris, namun juga telah memberikan kepada mereka hak yang sama dengan kaum pria dan bukan dengan cara yang tidak menghargai ciri-ciri khas anatomi mereka serta tugas-kewajiban khas mereka dalam mengandung dan mengurus anak



14



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Dari pembahasan materi ini dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara keseluruhan ideal. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja sama yang bermutu, demokratis, adil, serta seimbang antara urusan dunia dan akhirat.



15



DAFTAR PUSTAKA



Nata, Abuddin. 2005. Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Gama Media. Shalaby, Prof. Dr. Ahmad. 1991. Perbandingan Agama “Agama Yahudi”, terjemahan A. Wijaya. Jakarta: Bumi Aksara. Shalaby, Prof. Dr. Ahmad. 1992. Perbandingan Agama “Agama Islam”, terjemahan Arifin. Jakarta: Rineka Cipta. Sura B.A, Gede dan Reneng B.A, Wayan. 1982-1983. Buku Pelajaran Agama Hindu (untuk SMP Kelas 1). Jakarta: Departemen Agama RI. Kutipan ceramah Mirza Tahir Ahmad (Khalifah Ahmadiyah ke IV) yang disampaikan di University of Canberra, Australia



16