Karakteristik Sastra Periode 1961-1971 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Karakteristik Sastra periode 1961-1971 Karakteristik angkatan 66 meliputi karakteristik dalam isi, faham yang dianut, struktur estetika, dsb. Karakterisasi ini menggunakan istilah Pradopo yaitu struktur estetik dan ekstra estetik.  Puisi 1. Struktur Estetik a. Gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisi cerita dan balada b. Gaya mantra mulai tampak dalam balada-balada c. Gaya ulangan (paralelisme) mulai berkembang d. Gaya puisi liris pada umumnya masih meneruskan gaya angkatan 45 e. Gaya slogan dan retorik makin berkembang (Pradopo, 2007: 30-1) 2. Struktur Ekstraestetik a. Tema 1) Sesuai dengan sejarah nasional, tema utama dalam Angkatan 66 adalah perlawanan terhadap tirani pemerintah orde lama, misalnya sajak-sajak demonstrasi dari Taufiq Ismail, Mansur Samin, Slamet Kirnanto, Bur Rasuanto, dsb. Khusus Taufiq Ismail, sajak-sajak demonstrasi tersebut terkumpul dalan Tirani dan Benteng yang kemudian dikumpulkan menjadi Tirani dan Benteng (Rosidi, 1983: 168-9). 2) Tema kemuraman karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan. 3) Sajak-sajak yang mengungkapkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kesenjangan yang tinggi antara kaya dan miskin, dan kemakmuran yang tidak merata. 4) Cerita-cerita rakyat menjadi tema-tema balada. Prosa 1. Struktur Estetik a. Pada umumnya struktur estetik angkatan 66 masih melanjutkan angkatan 45 b. Cerita hanya murni bercerita, yaitu tidak menyisipkan komentar, pikiran-pikiran sendiri, atau pandangan-pandangan tertentu. 2. Struktur Ekstraestetik a. Cerita perang sudah mulai berkurang b. Menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari c. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap, misalnya novel Pulang karya Toha Mochtar, Penakluk Ujung Dunia karya Bokor Hutasuhut, dsb. d. Banyak menceritakan pertentangan-pertentangan politik



Peristiwa yang berpengaruh pada era 1961-1971 1. Polemik Tentang Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Dalam sebuah artikel harian bintang timur, 7 September 1962, pengarang Abdullah SP, mengucapkan bahwa Hamka sangat mirip dengan pujangga Mesir Al-Manfaluthi, gaya bahasanya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Tenggelamnya kapal van der Wijck karya Hamka sangat mirip dengan Magdaline karya Manfaluthi. Tetapi Adnan H menyatakan bahwa Abdullah SP telah melakukan tuduhan sembrono. Sebagai bukti kecerobohan Abdullah SP, Adnan H memberikan bukti kalimat, seperti berikut: Kalimat Manfaluthi Apakah artinya harta ini tempatku setelah kau hilang dari padaku, Stevens? Kalimat Hamka Ke mana lagi langit bernaung, setelah hilang dari padaku Zainuddin. Jassin juga membuat kesimpulan bahwa ‘pada Hamka ada pengaruh Al-Manfaluthi’. Ada garis-garis persamaan tema, plot, dan buah pikiran. Tapi, Hamka menimba dari sumber pengalaman dan inspirasinya sendiri 2. Heboh Sastra 1968 Tentang Langit Makin Mendung Sesuai dengan teori otonomi seni yang di dalamnya terdapat paham berbunyi ‘seni untuk seni, seni tidak perlu mengabdi kepada apapun di luar dirinya dan seni tidak boleh dinilai dengan ukuran-ukuran baku yang bersifat estetik seperti ukuran moral, agama, dan sebagainya’. Maka H.B Jassin memuat cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusuma dalam Majalahnya. Hal ini banyak menuai protes dan hujatan dari semua umat Islam dan ulama pada waktu itu, karena cerpen Langit Makin Mendung dinilai telah menghina Tuhan dan nabi Muhammad SAW, sehingga pada tanggal 12 Oktober 1968 Kejaksaan Tinggi Medan melarang cerpen tersebut diterbitkan. Namun penghentian itu menimbulkan kritik dari para seniman yang ada di Medan dan Jakarta. 3. Heboh Hadiah Sastra Hadiah yang diberikan oleh H.B. Jassin kepada pengarang terbaik dalam majalahnya, Horison. Hal ini pertama kalinya ada dalam sejarah sastra indonesia, yang mana pengarang yang mendapat hadiah itu adalah Motinggo Busye. 4. Munculnya Sastra Majalah Pada periode 60-an muncul adanya sastra majalah atau majalah yang memuat karya-karya sastra seperti, Horison dan Basis. Ini terjadi karena majalah adalah media baca yang paling diminati saat itu, sehingga para pengarang mencoba menarik simpari masyarakat terhadap karya sastra melalui majalah.



Sumber Rujukan Rosida, Ahmad. 2011. Sejarah Sastra Indonesia. Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidatullah : Jakarta. Muhri. 2014. Sejarah Ringkas Kesusastraan Indonesia. Yayasan Arraudlah : Bangkalan. Saif. 2011. “Sastra 60-an (Sejarah Sastra Periode 1960—1970)”, https://berbahasabersastra.blogspot.com/2011/03/sastra-60-sejarah-sastra-periode-1960.html?m=1, diakses pada 31 Oktober pukul 16.43.