Kel 1 Pendekatan Kelas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Melalui pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas. Manajemen kelas merupakan kegiatan mengatur dan mengelolah kelas. Dalam manajemen terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembeljaran di kelas. Diantaranya pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan permisisf, pendekatan elektrik, pendekatan instruksional dan masih banyak pendekatan-pendekatan lain yang dapat digunakan. Tentunya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sedangkan setiap kekurangan pastinya memiliki solusi guna perbaikan-perbaikan. Sehingga pendekatan-pendekatan tersebut semakin baik lagi dan disesuai dengan keadaan kelas saat ini. Tidak menutup kemungkinan jika pendekatakan-pendekatan tersebut dapat berkembang lagi menjadi pendekatan yang lebih kompleks.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan manajemen kelas? 2. Bagaimana tujuan pendekatan manajemen kelas? 3. Apa saja jenis-jenis pendekatan manajemen kelas? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pendekatan manajemen kelas. 2. Untuk mengetahui tujuan pendekatan manajemen kelas. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan manajemen kelas.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendekatan Manajemen Kelas Secara bahasa pendekatan diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mendekati. Sedangkan secara istilah, menurut Wiyani (2012) pendekatan bersifat aksiomatis dan menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan, atau paradigma terhadap subject matter. Makna pendekatan pada dasarnya merupakan cara pandang seseorang terhadap sutu subjek. Sehingga pendekatan dalam manajemen kelas dapat diartikan sebagai cara pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas. Cara pandang tersebut kemudian menjadi semacam garis pedoman bagi seorang guru dalam mengelola kelas. Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diwajibkan memiliki kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi pedagogik.1 Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan



unsur



penting



yang



harus



dikuasai



pengajar



sebelum



mempersiapkan perencanaan . Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab didalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali menangani 1



Imam Gunawan, Manajemen Kelas:Teori dan Aplikasinya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), hlm. 54-55.



3



kasus pengelolaan kelas. Sebaliknnya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya.2 B. Tujuan Pendekatan Manajemen Kelas Secara prinsip guru memegang dua tugas sekaligus, yaitu melakukan pengajaran dan pengelolaan kelas. Sebagai pengelolaan kelas guru atau wali kelas dituntut mengelola kelas sebagai lingkungan belajar siswa. Juga sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena tugas guru yang utama adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, guru dan wali kelas dituntut memiliki kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.3 Pengelolaan



kelas



adalah



penting



dalam



menunjang



proses



pembelajaran agar berjalan sesuai dengan kurikulum yang ada, termasuk pendidik harus menguasai strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran yang tepat harus dilandasi oleh pemahaman pendidik tentang pendekatan terhadap peserta didik dalam mengelola kelas agar tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif. Pendekatan peserta didik ada berbagai macam jenis dan pendidik harus mampu mengaplikasikan pendekatan tersebut di kelas sesuai dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Tujuan guru menerapkan pendekatan manajemen kelas menurut Alhusna (2014) adalah: 1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. 2 3



Mudasir, Manajemen Kelas. (Pekanbaru: zanafa publishing, 2011). Hlm 29-30 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta:TERAS 2009), hlm 94



4



2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar-mengajar. 3. Menyediakan dan mengatur fasilitas beserta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas. 4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya. C. Jenis-Jenis Pendekatan Manajemen Kelas 1. Pendekatan Otoriter (Kekuasaan) a. Pengertian Pendekatan Otoriter Menurut menurut Rusydie, (2011) pendekatan kekuasaan merupakan sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisiplinan. Ketentuan tersebut didasarkan pada salah satu konsep dasar manajemen kelas yang tidak lain adalah proses untuk mengontrol serta membimbing para siswa agar mereka memiliki sikap disiplin dalam belajar. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya. Ciri yang utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku. Tujuan guru yang utama adalah mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Jadi, pendekatan kekuasaan dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang meyakini bahwa kelas yang kondusif dapat dibentuk melalui berbagai upaya penegakan aturan-aturan di dalam



5



kelas yang dapat menjadikan peserta didiknya memiliki kedisiplinan diri.4 b. Peran Guru dalam Pendekatan Otoriter Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin didalam kelas. Pendekatan otoriter atau memaksakan kehendak memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Dalam pendekatan ini guru menempatkan peranan menciptakan dan memelihara ketertiban kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Sementara itu Wiyani (2013) menyatakan bahwa dalam penerapan pendekatan kekuasaan ini guru sebagai seorang manajer kelas memiliki dua peran, yaitu: 5 1) Guru berperan sebagai pengontrol (controller) Guru sebagai pengontrol memiliki kekuasaan untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku peserta didik didalam kelas. Jika peserta didik berperilaku sesuai dengan aturan-aturan dikelas, maka guru berkuasa untuk memberikan penghargaan. 2) Guru berperan sebagai pembimbing (konselor) perilaku peserta didik didalam kelas. Jika guru mendapati ada perilaku peserta didik yang melanggar aturan-aturan kelas, dengan kekuasaaanya guru dapat membimbingnya agar peserta didik tidak melakukannya, guru dengan kekuasaannya dapat memberikan hukuman kepadanya.



4 5



Imam Gunawan, op. cit. hlm 61-62 Imam Gunawan, loc. Cit. hlm 62



6



c. Contoh Pendekatan Otoriter Di dalam sebuah kelas membuat suatu peraturan, apabila siswa terlambat masuk pada jam yang sudah ditentukan akan diberikan sanksi, begitu juga dengan guru kelasnya peraturan ini juga berlaku terhadap guru. sesuai yang sudah di sepakati bersama. d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter 1) Kelebihan Pendekatan Otoriter a) Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang diterapkan dalam manajemen kelas: (1). Menciptakan dan menegakkan peraturan Adalah kegiatan guru manggariskan pembatasanpembatasan dengan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan yang ada proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengajar perilaku peserta didik di kelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi



perilaku



peserta



didik.



Peraturan



yang



dirumuskan dengan jelas amatlah perlu peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. (2).Memberikan perintah, pengarahan dan pesan Adalah strategi cara dalam mengendalikan perilaku peserta



didik



agar



peserta



didik



dapat



melakukan



sesuatuyang diinginkan guru, perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah dipahami. Ada sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perintah peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mematuhinya.



7



(3). Menggunakan teguran ramah dalam strategi Dalam



strategi



memanajemeni



kelas



yang



digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturandengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran ramah adalah startegi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk memberitahukan dan bukan menuduh. (4). Menggunakan pengendalian dengan mendekati Adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berprilaku menyimpang. (5). Menggunakan Pemisahan dan pengecualian Adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpanganya cukup berat. Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersih menghukum.6 b) Terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas. 6



https://widdiananda.wordpress.com/pendekatan-otoriter/



8



2) Kelemahan Pendekatan Otoriter a) Pendekatan ini kurang efektif, guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu.siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya. Misalnya: Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan



alasan yang diberikan anak didiknya



tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin. b) Pendekatan ini kurang mantap dalam pelaksanaan baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. c) Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan bertindak kasar. Walaupun tujuannya Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas. 2. Pendekatan Intimidasi a. Pengertian Pendekatan Intimidasi Ancaman berasal dari kata ancam, kata kerjanya adalah ancaman. Kamus Bahasa Indonesia (2008) menegaskan mengancam diartikan sebagai menyatakan maksud, niat, rencana untuk melakukan sesuatu



yang



merugikan,



menyulitkan,



menyusahkan,



dan



mencelakakan pihak lain serta memberikan pertanda atau peringatan kemungkinan malapetaka atau akibat yang dapat terjadi. Jadi dalam konteks manajemen kelas, pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru bahwa perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk menciptakan kelas yang kondusif. Pendekatan intimidasi (ancaman) adalah penekanan pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Ancaman juga dapat menjadi salah satu



9



pendekatan yang perlu dilakukan guru untuk dapat memanajemen kelas dengan baik, namun ancaman ini sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaaan, ancaman, serta menyalahkan. Akan tetapi, Ancaman intimidasi yang berlebihan seperti mengejek,



membanding-bandingkan,



memukul,



dan



memaksa,



sebaiknya dipikirkan ulang sebelum diterapkan. Sebab ancaman seperti itu sangat mungkin melukai perasaan siswa serta menyebabkan mereka semakin bertindak represif didalam kelas. Sindiran halus juga dapat dilakukan oleh guru terhadap siswa yang kurang menaati aturan. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku peserta didik yang menyimpang. Sekalipun pendekatan intimidasi sudah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunakan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. b. Peranan Guru Pendekatan Intimidasi Peran guru disini adalah menggiring peserta didik berperilaku sesuai dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk melanggaranya. c. Contoh Pendekatan Intimidasi 1) Apabila guru mendapati siswa yang dengan sengaja membuang sampah sembarangan dikelas, maka guru dapat memberi ancaman seperti: siapa yang membuang sampah sembarangan atau dengan kata lain tidak menjaga kebersihan kelas, maka akan di beri ancaman untuk melalukan piket selama 1 minggu 2) Guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru



10



membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi 1) Kelebihan Pendekatan Intimidasi Menurut Lafika, dkk (2014) menjelaskan penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Akan tetapi, Perlakuan yang menggunakan pendekatan ini akan menjadikan siswa tidak mengulangi perbuatannya lagi (siswa akan merasa jera) dan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. 2) Kekurangan Pendekatan Intimidasi a) Tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik. b) Siswa merasa dikucilkan dan takut terhadap guru, pendekatan ini tidak berlaku untuk situasi kelas yang ricuh atau ramai keseluruhan karena bersifat individu. c) Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara



sementara



dan



hanya



menangani



gejala-gejala



masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. 3. Pendekatan Permisif a. Pengertian Pendekatan Permisif Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Wiyani (2013) menyatakan dalam konteks manajemen kelas,pendekatan permisif (kebebasan) dapat di definisikan sebagai cara pandang guru yang menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat dicapai jika guru sebagai seorang manajer di kelas memberikan keleluasaan kepada kepada semua peserta didiknya untuk



11



bergerak bebas di dalam kelas. Pendekatan permisif (kebebasan) ini merupakan antitesa dari pendekatan otoriter (kekuasaan).7 b. Peranan Guru dalam Pendekatan Permisif Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh. Guru pada pendekatan otoriter (kekuasaan) memiliki otoritas untuk mengatur peserta didiknya,sementara dalam pendekatan permisif (kebebasan) ini sebaliknya, guru membantu peserta didiknya agar mereka dapat bebas bergerak mengerjakan sesuatu di dalam kelas.Tentunya saja kebebasan yang diberikan oleh guru dalam pendekatan ini bukan berarti kebebasan yang tanpa batas. Akan tetapi, harus ada hal-hal yang membatasi kebebasan. Batasan kebebsan tersebut adalah: 1) Peserta didik dapat bergerak bebas melakukan berbagain kegiatan di dalam kelas yang terkait dengan kegiatan belajar atau pengalaman belajar yang diharapkan oleh guru. 2) Peserta didik boleh melakukan apa saja di dalam kelas selama apa yang dilakukan tidak menyimpang ataupun melanggar aturan aturan kelas yang telah disepakati bersama. 3) Peserta didik boleh berekspresi dengan cara apapun dalam menerima materi pelajaran dari guru selama ekspresi tersebut tidak menggangu teman sekelasnya dan juga keberlangsunyan kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Seorang guru jika dengan kekuasaannya terlalu mengekang peserta didiknya, maka hal itu dapat menjadikan peserta didik tidak merasa nyaman dikelas, karena siswa merasa berada dalama tekanan. Sementara itu, jika seorang guru terlalu membebaskan peserta didiknya 7



Imam Gunawan, op. cit. hlm 65



12



di dalam kelas, maka hal itu dapat menjadikan peserta didik meremehkan kegiatan belajar mengajar (dalam istilah jawa ngelunjak) itulah sebabnya dalam penggunaan pendekatan kebebasan, seorang guru harus mampu mengendalikan perilaku peserta didik dengan memegang teguh batasan batasan kebebasan tersebut. Jika guru merasa hal itu tidak dapat dilakukan, maka sebaiknya pendekatan kebebasan ini tidak diterapkan. c. Contoh Pendekatan Permisif (Kebebasan) Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melalukan urusan sendiri apabila hal itu berguna, urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologi memikul resiko, mengatur



kegiatan sesuai cakupannya dan



mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri. d. Kelebihan dan KekuranganPendekatan Permisif (Kebebasan) 1) Kelebihan Pendekatan Permisif (Kebebasan) a) Tumbuhnya demokrasi dalam kelas, suasana belajar yang tidak terlalu tegang sehingga siswa juga nyaman di dalam proses belajar mengajar. b) Para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memiliki risiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri.



13



2) Kelemahan pendekatan permisif (kebebasan) a) Menurut Bonjoly (2013) adalah pendekatan ini tidak realistis. Pendekatan ini dapat menghasilkan anak didik yang serba tidak mamatuhi aturan, nilai budaya, dan agama baik dilingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan masyarakat. b) Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata sosial. Dalam sistem sosial anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memerkosa dan mengancam haka hak orang lain. c) Siswa menjadi bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan terangsang bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Misalnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut mengulangi perbuatannya itu lagi. 4. Pendekatan Instruksional (Pengajaran) a. Pengertian Pendekatan Instruksional Menurut Arifianto, dkk (2011) menyebutkan Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Menurut Rusydie, (2011) kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran sekaligus mengimplementasikannya dalam kelas, merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk dapat mengelola kelas yang baik. Karena itu, buatlah perencanaan



14



pengajaran yang matang sebelum masuk kelas dan patuhilah tahapantahapan yang sudah dibuat sebelumnya. Hindari kebiasaan mengajar dengan apa adanya apalagi tanpa perencanaan yang matang. Pengajaran yang dilakukan secara sistematis tentu dapat membuat siswa terhindar dari kejenuhan, karena mereka dapat mengikuti pelajarannya secara bertahap. Sebaliknya siswa akan cepat lelah apabila mereka tidak paham alur pengajaran yang baik yang disampaikan oleh gurunya, sehingga materi yang mereka pelajari cenderung membingungkan. b. Peranan Guru dalam Pendekatan Instruksional (Pengajaran) Peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik. Para pengembang pendekatan instruksional menyarankan kepada guru untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan dan sesuai agar tidak ada perilaku menyimpang dari siswa. 2) Menerapkan kegiatan yang efektif, kemampuan guru mengatur arus dan tempo kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melainkan mengahadapi tugasnya. Kegiatan guru yang tidak efektif, misalnya yang bertele-tele, meloncat-loncat akan mengundang perilaku siswa untuk menyimpang. 3) Menyajikan kegiatan daftar rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan oleh siswa di kelas, kegiatan ini disampaikan oleh guru kepada siswa pada awal pertemuan dikelas. 4) Memberikan



pengarahan



yang



jelas



adalah



kegiatan



mengkomunikasikan harapan-harapan yang diingingkan oleh guru. Misalnya melalui instruksi yang jelas, sederhana, ringkas sistematis dan tepat sasaran.



15



5) Menggunakan dorongan yang bermakna suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan. 6) Memberikan



bantuan



mengatasi



rintangan



adalah



bentuk



pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa mengahadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukan. 7) Mengatur kembali struktur situasi atau mengerjakan tugas dengan cara lain. c. Contoh Pendekatan Instruksional Apabila seorang guru menyajikan suatu pembelajaran yang disusun secara sistematis, Tentu akan terhindar dari kejenuhan. karena mereka dapa t mengikuti pelajarannya secara bertahap, dan Sebaliknya siswa kan cepat lelah mengikuti pelajaran dari gurunya, karena mereka tidak paham. d. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Instruksional 1) Kelebihan Pendekatan Instruksional Mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah mencegah timbulnya



masalah



manajerial,



dan



memecahkan



masalah



manajerial kelas. 2) Kelemahan Pendekatan Instruksional Anggapan



bahwa



dalam



suatu



perencanaan



dan



pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah, namun masing -masing peserta didik memiliki permasalahan yang berbeda.



16



5. Pendekatan Proses Kelompok a. Pengertian Pendekatan Proses Kelompok Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok adalah pada asumsi-asumsi bahwa: 1) kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas. 2) 2) tugas pokok guru adalah meciptakan dan mebina kelompok kelas yang efektif dan produktif. 3) kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciriciri yang terhadap pada semua sistem sosial. 4) pengelolahan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana kelas yang menguntungkan. 8 5) Menurut Djamarah & Aswan Zain (2002:7), proses kelompok adalah usaha mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kondisi kelas yang bergairah dalam belajar. Menurut T. Raka Joni dalam Mulyadi (2009:55), yang menjadi dasar dari pendekatan proses kelompok ini adalah psikologi sosial dan dinamika kelompok yang mengemukakan dua asumsi sebagai berikut: pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial, dan tugas guru yang terutama dalam manajemen kelas adalah pembinaan dan memelihara kelompok yang produktif dan efektif.9 Asumsi pertama berarti guru harus mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal dikelas. Dengan kata lain, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama. Sedangkan pada asumsi kedua berarti guru harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan



8



Imam Gunawan, Manajemen Kelas:Teori dan Aplikasinya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), hlm. 54-55. 9 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta:TERAS 2009), hlm 98



17



guru sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan berupa regu mengajar (team teaching) yang bertugas membantu kelompok belajar. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa di dalam pendekatan proses kelompok ini, pengalaman belajar siswa diperoleh dari kegiatan kelompok dimana dalam kelompok tersebut terdapat norma-norma yang harus ditaati oleh anggotanya, terdapat tujuan yang ingin dicapai, dan adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif. Sementara itu Schmuck dan Schmuck mengemukan enam ciri pendekatan proses kelompok, yaitu : 1) Harapan Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara berprilaku diri sendiri dan orang lain. Misalnya, jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk, sangat mungkin mereka akan berkelakuan



buruk,



sebaliknya



jika



siswa



merasa



guru



mengharapkan mereka berkelakuan baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan baik. 2) Kepemimpinan Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya serta memelihara dan kelompok meningkatkan kepaduan. Jadi, perilaku kepemimpinan terdiri atas tindakan-tindakan anggota-anggota kelompok



termasuk



di



dalamnya



tindakan-tindakan



yang



membantu penetapan norma-norma kelompok yang menggerakan kelompok ke arah tujuan yang meciptakan kepaduan kelompok. Fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para peserta didik.



Misalnya, guru memiliki kesempatan yang



besar untuk menjadi pemimpin di kelas yang menjadi tanggung



18



jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika kepemimpinan dapat dijalankan oleh guru dan siswa. Guru meningkatkan mutu interaksi dan produktifitas kelompok dengan melatih siswa mengembangkan kemampuan kepemimpinan. 3) Daya Tarik Daya tarik menunjukan pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang dapat di antar para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik bergantung pada sejauh mana hubungan antarpribadi yang positif telah berkembang. Misalnya, Mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas efektif adalah pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara perorangan di antara anggota kelompok. 4) Norma Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berprilaku para anggota kelompok. Norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan petunjuk yang membantu anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan orang lain. Guru hendaknya tidak mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab norma bentukan guru cenderung memaksa siswa untuk menaatinya, sehingga ketaatan pada norma tersebut hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan pihak lain 5) Komunikasi Komuikasi, baik verbal maupun nonverbal adalah dialog antara



anggota-anggota



kemampuan



khas



kelompok.



manusia



untuk



komunikasi saling



mencakupi



memahami



dan



menyatakan buah pikiran serta perasaan masing-masing. Misalnya, guru



perlu



mengembangkan



kecakapan



murid



dalam



berkomunikasi tertentu, mengoreksi kata-kata, dan memberi umpan balik.



19



6) Keterpaduan Keterpaduan menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelas. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.



Kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar



anggotanya termasuk guru sangat tertarik pada kelompok sebagai satu kesatuan. Misalnya, guru dapat menciptakan kelompok kelas yang bersatu dengan membuat diskusi tentang penghargaan, dengan penyebaran kepemimpinan, mengembangkan persahabatan kelompok, dan sering menggunakan arus komunikasi dua arah. b. Peran Guru dalam Pendekatan Proses Kelompok Dalam



pendekatan



ini,



peran guru adalah



mendorong



perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.10 Menurut Mulyadi (2009:64), terdapat beberapa pedoman yang dapat dilakukan seorang guru dalam membangun keeratan dan hubungan positif dengan siswa, yaitu: 1) Berikan siswa ucapan salam yang ramah. 2) Luangkan waktu singkat untuk bercakap tatap muka tentang halhal yang terjadi dalam kehidupan siswa. 3) Tulisan catatan ringkas yang berisi dorongan bagi siswa. 4) Sering-sering panggil nama siswa. 5) Tunjukkan semangat kepada siswa. 6) Bersikaplah terbuka kepada siswa.



10



Lailatul Zahroh, Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas. Tasyri’. Vol. 22 No. 2. Oktober



2015



20



7) Jadilah pendengar aktif yang menyimak apa yang siswa katakan, meski yang dikatakan itu cuma soal sepele. 8) Biarkan siswa tahu bahwa anda akan selalu membantu mereka, dan 9) Ingat bahwa mengembangkan hubungan keeratan yang positif dan saling percaya itu membutuhkan waktu. c. Contoh Pendekatan Proses Kelompok Pada saat guru mengajar tentang suatu materi yang mungkin trdapat kesulitan pada materi itu, Guru dapat membentuk kelompok, agar para peserta didik merasa ringan untuk memahami materi yang di ajarkan. d. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Proses Kelompok 1) Kelebihan Pendekatan Proses Kelompok a) Melatih siswa dalam mengembangkan sikap kepemimpinan, kerjasama, komunikasi. b) Memantapkan dan memelihara organisasi kelas yang efektif berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. c) Pendekatan ini mengajari siswa bertanggung jawab atas kelompoknya. 2) Kelemahan Pendekatan Proses Kelompok Dalam



pendekatan



ini



ditakutkan



adanya



tindakan



intimidasi dan sikuat menekan silemah, maksudnya setiap tugas kelompok hanya dibebankan sebagian orang saja. 6. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional a. Pengertian Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas.



21



b. Peranan Guru dalam Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Dalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.



Tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah



membangun hubungan antarpribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula. Prinsip utama komunikasi bagi guru yaitu berbicara pada situasi, bukan pada kepribadian dan karakter siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak diinginkan, guru disarankan untuk mendeskripsikan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya,



baru



kemudian



merefleksikan



mengapa



siswa



berperilaku seperti itu dan memikirkan apa yang perlu diperbuat. Hal-hal yang meliputi kondisi sosio-emosional adalah: 1) Tipe kepemimpinan guru Tipe kepemimpinan guru yang menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antar guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling percayai. 2) Sikap guru Sikap ini dapat membantu terciptanya iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar yang optimal. Siswa akan belajar secara



produktif, baik pada saat ada guru



maupun tidak guru. Guru berperan sebagai panutan, teladan, dan role model bagi peserta didiknya. Problerm manajemen kelas dalam kondisi semacam ini biasanya bisa diperkecil sesedikit mungkin. Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sebar dan tetap bersahabat, dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku siswa dan bukan membenci siswanya sendiri. Guru harus menerima siswa dengan hangat, sehingga ia insyaf dengan akan kesalahannya. Guru harus dapat berlaku adil dalam bertindak. Guru



22



harus dapat menciptakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa sadar



akan



kesalahannya,



sehingga



ada



dorongan



untuk



memperbaiki kesalahannya. 3) Suara guru Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempunyai pengaruh besar dalaam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannta rileks akan mendorong siswa untuk memerhatikan pelajaran. Mereka yang lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya. Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses pembelajaran akan semakin terarah. 4) Pembinaan hubungan baik. Hubungan baik yang terjalin antara satu orang dengan orang lain. Akan menetukan pola interaksi



yang akan terjalin



antara orang-orang tersebut yang terlibat dalam kelompok. Kelas sebagai kumpulan orang-orang harus mampu menciptakan hubungan diantara semua warga kelas, yaitu guru dan semua siswa. Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap halhal yang akan ada pada dirinya. c. Contoh Pendekatan Iklim Sosio-Emosional



23



Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa, menerima siswa tetapi bukan kepada prilakunya yang menyimpang,



menunjukkan



kesedian untuk membantu siswa memecahkan masalah. d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional 1) Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional a) Pendekatan ini dapat diandalkan karena dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. b) Dengan adanya rasa kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan siswa, siswa tersebut akan bersemangat dalam belajarnya. c) Membantu



siswa



dalam



menilai/



berpendapat



tentang



perilakunya yang menjadi masalah sehingga dapat terwujud perilaku yang baik dikemudian hari 2) Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional a) Sangat bergantung pada hubungan yang positif, jadi bagaimana seorang guru tersebut melakukan tindakan pendekatan dengan cara penyuluhan daan hal itu kurang relevan dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. b) Bila guru tidak pintar-pintar dalam menjaga kebersamaan dengan siswa, bisa jadi guru yang dimanfaatkan oleh siswa. 7. Pendekatan Resep a. Pengertian Pendekatan Resep Pendekatan resep adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk memperbaiki perilaku peserta didik, misalnya karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan “buku masak”. Berikut ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar “buku masak” :



24



1) Selalulah menegur siswa secara empat mata. 2) Jangan



sekali-kali



meninggikan



suara



pada



saat



waktu



memperingatkan siswa. 3) Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa. 4) Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan. 5) Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuma. 6) Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peranturan yang ada. 7) Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan Dalam konteks manajemen kelas, resep dapat diartikan sebagai keterangann tengang cara bagaimana mengeloala suastu kelas. Resep tersebut terwujud dalam berbagai aturan aturan kelas yang dibuat dan disepakati secara bersama sama. Dengan demikian, pendekatan resep dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang berasumsi bahwa kelas dapat dikelola dengan baik melalui perbuatan dan penerapan aturan kelas. Aturan terkait erat dengan kesepakatan, kebijakan, dan prosedur. Aturan merupakan pegangan bagi setiap orang dalam suatu komunitas. Dalam aturan terdapat sanksi bagi yang melanggar. b. Peran Guru dalam Pendekatan Resep Guru sebagai seorang manajer kelas dapat membuat aturan kelas bersama sama dengan peserta didiknya. Tujuannya agar aturan yang telah dibuat nantinya dapat memunculkan kesadaran dan tanggung jawab pada diri peseta didik untuk melaksanakan aturan kelas tersebut. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa minggu pertama bersekolah di awal tahun ajaran baru merupakan waktu yang paling tepat untuk menata suasana kelas yang hangat dan harmonis sepanjang tahun. Pada waktu tersebutlah seorang guru dapat mengajak peserta didik untuk bermusyawarah membuat aturan kelas. Secara sederhana, guru dapat memulainya dengan meminta peseta didik untuk



25



menuliskan tentang berbagai hal yang boleh dan tidak boleh di lakukan dalam kelas. Setelah itu, barulah guru bermusyawarah dengan peserta didik untuk menetapkan mana saja hal hal yang boleh dilakukan dan mana saja hal hal yang boleh dilakukan dan mana saja hal hal yang tidak boleh dialakukan. Kesepakatan tersebuat kemudian di tandatangani bersama menjadi aturan kelas yang harus di patuhi oleh semua warag kelas. Siswa dengan demikina belajar berdemokrasi dan menghargai kesepakatan yang telah dibuat bersama. Secara lebih detail, menurut wiyani (2013b) guru sebagai seorang manajer kelas dapat melakukan sepuluh langkah berikut untuk membuat dan menetapkan serta mempraktikkan aturan kelas, yaitu:11 1) Guru mengadakan pertemuan kelas untuk mendiskusikan aturan yang akan dibuat. 2) Guru membagikan kertas dan meminta peserta didik untuk menuliskan aturan yang harus diikuti oleh semua peserta didik 3) Guru membuat daftar aturan dari semua kertas pada papan tulis dengan meminta peserta didik untuk mebimbing daftar aturan yang tidak perlu, kemudian menyusun prioritas aturan. 4) Setelah daftar akhir di tetapkan, guru meminta kesepakan verbal kepada semua peserta didik untuk mendukung aturan tersebut. Aturlah pertemuan dengan pesrta didik yang tidak setuju untuk mengetaahui penyesuaian yang harus dibuat agar mereka mau mendudkung aturan tersebut. 5) Guru mengadakan pertemuan



kelas



yang



kedua



untuk



mendiskusikan konsekuensi pelanggaran aturan. Diskusikan alasan alasan konsekuensi dan perasaan peserta didik mengenai hali itu. 6) Guru memberitahu peserta didik mengenai konsekuensi yang diterapkan sekolah, seperti masuk sekolah lebih awal, panggilan untuk orang tua atau dipanggil oleh kepala sekolah. Akan tetapi, beritahukan juga bahwa peserta didik bisa menambahkan 11



Imam Gunawan, op. cit. hlm 67-68



26



konsekuensi lain yang memberikan keserapaatn kepada pelanggar untuk memperbaiki perilaku yang tidak sesuai. 7) Guru membagikan kertas lagi lalu meminta peserta didik menuliskan tiga konsekuensi. 8) Guru menuliskan konsekuensi konsekuensi tersebut pada papan tulis. Minta peserta didik membuang yang tidak perlu. Kemudian konsolidasikan dengan peserta didik jika perlu. 9) Setelah daftar terakhir konsekuensi diterapkan, mintalah setiap peserta didik menyatakan bahwa mereka mengerti degan menyetujuinya. 10) Fotokopi dan bagikan daftar aturan serta konsekuensinya kepada peserta didik. Membuat aturan memanglah jauh lebih mudah ketimbang memlihara kokonsistensian dari aturan tersebut. Sebaiknya apa pun pasal-pasal dalam aturan, jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka tentu saja tidak akan ada maknanya. Oleh karena itu, guru sebagai seorang manajer kelas harus menjalankan aturan secara konsiten. c. Contoh Pendekatan Resep 1) Selalu menegur siswa secara empat mata. 2) Jangan sekali-kali meninggikan suara pada waktu memperingati d. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Resep 1) Kelebihan pendekatan resep a) Guru dapat menentukan langkah pencegahan dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. b) Merangsang terciptanya kedisiplinan guru dan siswa. c) Dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif karena guru dan siswa mengetahui apa yang harus dan apa yang dilarang untuk melaksanakannya. d) Dapat mengarahkan tindakan guru secara sistematis karena buku masak dibuat secara teratur dan bertahap.



27



e) pendekatan ini memiliki pernyataan yang khas sehingga menjadi dorongan bagi diri sendiri untuk mengendalikan perilaku, mana yang baik dan buruk, mana yang perlu dan tidak perlu. 2) Kelemahan penedekatan resep a) Seringkali guru yang menggunakan pendekatan ini kaku dan monoton hanya berpedoman pada resep yang sudah ada. b) Memerlukan kepiwaian guru dalam menyusun resep yang sesuai dengan kondisi aktual kelas. 12 c) Tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan



prinsip



prinsip



yang



memungkinkan



guru



menerapkan secara umum pada maslah masalah lain. Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam mengatur kelas. Guru dengan kata lain, biasanya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering menggunakan dalam jangka pendek. 8. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku a. Pengertian Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsipprinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang.13 Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar: 1) Ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan 12



Anonim, 2017, Pendkatan Resep Buku Masak dalam Manajemen Kelas. http://bukupelajaransdku.blogspot.com/2017/03/pendekatan-resepbuku-masak-dalam-manajemenkelas.html, diakses pada tanggal 5 Oktober 2019 13 Imam Gunawan, op. cit. hlm 67



28



2) Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Manajemen atau pengelolaan kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu melakukan pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan manajemen kelas dapat tercapai dengan baik. b. Peran Guru dalam Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku Tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol



tingkah



laku



manusia,



yaitu:



penguatan



positif,



penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif. 1) Penguatan positif Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”. Jenis-jenis penguatan positif : a) Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas. b) Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, ranking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan). 2) Penguatan negative



29



Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa, karena siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang misalnya dengan memberi hukuman, penghapusan( pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa), atau penundaan/pembatalan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh ganjaran, baik berupa barang atau berupa kegiatan yang disenanginya. 3) Penghukuman Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki,



sekaligus



merupakan



contoh



“yang



tidak



dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya. 4) Penghilangan Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Pengilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan. Penundaan Penundaan merupaan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu. c. Contoh Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku



30



Selama ini kita sering memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab bersama sehingga menjadi gaduh,



jika kebiasaan



tersebut mengurangi kedisiplinan siswa, maka sebaiknya kita mengganti



kebiasaan



mengembalikan



tersebut



kedisiplinan



dengan



siswa



hal



seperti



lain



yang



dapat



memberikan



suatu



pertanyaan dan kemudian dijawab oleh individu atau bisa dilakukan dengan mengangkat tangan, dan kemudian guru mempersilahkan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. d. Kelebihan dan Kekurangan Pengubahan Tingkah Laku 1) Kelebihan Pengubahan Tingkah Laku Keunggulan dari pendekatan ini menawarkan bentukbentuk pembelajaran yang manarik bagi paeserta didik seperti penggunaaan model, system hadiah, kontrak perilaku, jatah perilaku dll. 2) Kekurangan Pengubahan Tingkah Laku Pembelajaran lebih diutamakan pada peran guru itu sendiri dalam mengubah perilaku yang menyimpang. Guru sebagai sentral dan satu-satunya obyek pembelajaran. Biasanya guru tersebut menggunakan pola yang keras, disiplin, dengan hukuman ataupun ejekan dalam upaya pengubahan tingkah laku siswa. Tingkah laku peserta didik menjadi satu-satunya tolok ukur.



31



9. Pendekatan Eklektik a. Pengertian Pendekatan Eklektik Istilah pendekatan eklektik



(eclectik counseling) menunjuk



pada sutu sistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan (approuch), yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. 14Pendekatan eklektik merupakan gabungan daripada dua pendekatan lain yaitu pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan eklektik bermaksud pengajaran disampaikan dengan menggabungkan semua atau sebahagian daripada ciri-ciri sesuatu kaedah ke dalam kaedah yang baru. Pengajaran



eklektik



amat



penting



dalam



membantu



meningkatkan kemahiran mengeja dan juga kemahiran membaca dalam kalangan kanak-kanak. Pendekatan eklektik digunakan apabila sesuatu pengajaran memerlukan guru menggunakan berbagai-bagai pendekatan tidak hanya dengan penggunaan satu bidang pendekatan yang mirip kepada satu teori saja. Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan psikologis dinilai benar. Bentuk pengajaran yang menggunakan pendekatan eklektik ini adalah



menggabungkan



elemen-elemen



daripada



kedua-dua



pendekatan iaitu induktif atau deduktif. Ada pelajar yang senang atau mudah memahami isi pelajaran jika diberi contoh dahulu dan ada pula pelajar yang mudah paham jika dibuat generalisasi terlebih dahulu dan diakhiri pengajaran pada hari itu dengan mengemukakan contohcontoh bagi menjelaskan maksud atau konsep sesuatu perkara. 14



Imam Gunawan, op. cit. hlm 71



32



b. Peran Guru dalam Pendekatan Eklektik Bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik (Entang, 1985). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) Menguasai



pendekatan-pendekatan



manajemen



kelas



yang



potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok. 2) Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas . Jika seseorang guru memilih pendekatan deduktif, langkahlangkah pengajaran berikut boleh digunakan: 1) Guru menerangkan generalisasi hukum-hukum atau peraturan. 2) Guru menggunakan contoh untuk menerangkan generalisasi tersebut. 3) Guru mengaitkan contoh dan menjelaskan generaalisasi tersebut. c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Eklektrik 1) Kelebihan Pendekatan Eklektik a) Pendekatan ini kompleks, biasanya banyak digunakan oleh guru karena guru dapat memilih strategi manajemen kelas yang dihadapinya. b) Guru dapat membuat pengajaran lebih bervariasi dan lebih menarik. c) Masalah perbedaan individu, materi lingkungan belajar yang kurang menarik dapat dipecahkan. d) Guru dapat lebih percaya diri dan meyakinkan dalam mengajarkan keterampilan berbahasa. e) Dapat digalakkan keaktifan siswa belajar dengan sistem CBSA. f) Guru dapat menyampaikan materi pelajaran secara lebih cepat. g) Guru dapat menghidupkan suasana belajar mengajar di kelas. h) Siswa akan bersemangat dalam belajar/tidak cepat jenuh.



33



i) Dapat lebih membuat siswa berkonsentrasi pada pelajaran. 2). Kekurangan pendekatan Eklektik Pendekatan ini menganjurkan guru berperilaku sesuai dengan situasi yang ada, sedangkan guru tidak selalu bisa memilih perilaku apa yang akan digunakan sesuai dengan situasi mengingat pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan-pendekatan yang lain. 10 Pendekatan Analitik Pluralistik a. Pengertian Pendekatan Analitik Pluralistik Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang dianalisis guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan manajemen kelas yang baik, pendekatan analitik pluralistik dengan demikian berupa pemilihan di antara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisikondîsi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Peran Guru dalam Pendekatan Analitik Pluralistik Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam penggunaannya, yaitu:15 15



Ibid., hlm 73-74



34



1) Menentukan kondisi kelas yang diinginkan Langkah pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif ialah menentukan kondisi kelas yang ideal. Guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi-kondisi yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif. Di samping itu guru hendaknya menyadari perlunya terus menerus menilai manfaat pemahamannya dan mengubahnya apabila keadaan menuntutnya. Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai adalah: a) Guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul. b) Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan upayanya dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya. 2) Menganalisis kondisi yang nyata Setelah menentukan kondisi kelas yang diinginkan, guru selanjutnya menganalisis keadaan yang ada, yakni membandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang diharapkan. Dengan demikian, analisis ini akan memungkinkan guru mengetahui: a) Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menentukan kondisi yang perlu mendapat perhatian segera dan mana yang dapat diselesaikan kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan pemantauan. b) Masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal mengambil



tindakan



pencegahan. c) Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap kurang baik. Asumsi tahap kedua dari analitik pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif adalah guru yang terampil menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa yang sedang terjadi di kelasnya.



35



3) Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan. Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial Yang tergantung dalam berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang dianalisis sebelumnya. 4) Dalam tahap ini guru menilai efektivitas dalam pengelolaannya. Artinya dari waktu ke waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan menciptakan dan memelihara kondisi yang sesuai. Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada dua perangkat perilaku. Perilaku pertama adalah perilaku guru, dalam arti sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dilakukan. Perilaku kedua adalah perilaku peserta didik, yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa-apa yang diharapkan untuk dilakukan. c. Contoh pendekatan analitik pluralistik Guru bisa menangani masalah yang terjadi di dalam kelas dengan mudah, seperti anak yang nakal, berkelahi, dan pemalu, karena dalam pendekatan analitik pluralistik guru bisa memilih strategi manajemen kelas yang dianggapnya paling berpotensi untuk pembelajaran. Siswa yang selalu melanggar peraturan dikelas guru dapat mengancamnya, akan dikeluarkan dari kelas, sedangkan guru dapat menerapkan pendekatan lain selain pendekatan ini, yaitu dengan cara mengajak siswa untuk bercerita dengan empat mata. d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Analitik Pluralistik 1) Kelebihan Pendekatan Analitik Pluralistik a) Guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan- pendekatan sesuai dengan kemampuan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas sehingga proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.



36



b) Memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien. 2) Kelemahan Pendekatan Analitik Pluralistik Karena pendekatan ini juga merupakan kombinasi dari pendekatanpendekatan lainnya, maka guru harus pintar dan pandai memilih pendekatan apa yang akan diterapkan sesuai dengan analisis yang telah dilakukan.



37



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. Ada beberapa pendekatan dalam manajemen kelas yaitu (1). Pendekatan Otoriter, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. (2) Pendekatan Ancaman, dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa. (3) Pendekatan Permisif, pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik. (4) Pendekatan Resep, pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. (5) Pendekatan Group Process (kerja



kelompok),



pendekatan



group



process



adalah



usaha



guru



mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terciptanya suasana kelas yang bergaira. (6) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional, pendekatan ini berasumsi bahwa belajar



38



dapat dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan-hubungan sehat antar pribadi didalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesame siswa. (7) Pendekatan Electric Approach, pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan



yang



memiliki



potensi



untuk



dapat



menciptakan



dan



mempertahankan sesuatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. (8) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku, Sesuai dengan namanya, manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. (9) Pendekatan Instruksional, manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.(10) Pendekatan Eklektik, nmenunjuk pada sutu sistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan (approuch), yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari bberapa konsepsi serta pendekatan. B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu: 1. Pendekatan yang dipaparkan di atas dapat disempurnakan lagi . 2. Dapat dijadikan acuan guru dalam penerapan pembelajaran di dalam kelas



39



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 2017, Pendkatan Resep Buku Masak dalam Manajemen Kelas. http://bukupelajaransdku.blogspot.com/2017/03/pendekatan-resepbukumasak-dalam-manajemen-kelas.html, diakses pada tanggal 5 Oktober 2019. Arifianto, Devin dkk. 2012. Pendekatan Instruksional dalam Manajemen Kelas dan Aplikasinya pada Sekolah Dasar. (Online), (https://diganovensa.wordpress.com/2012/10/15/pendekataninstruksional-dalam-manajemen-kelas-dan-aplikasinya-pada-sekolahdasar/), diakses tanggal 5 Oktober 2019. Bonjoly. 2013. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan. (Online) (http://kadrybonjoly.blogspot.com/2013/05/pendekatan-pendekatandalam-pengelolaan.html) diakses tanggal tanggal 5 Oktober 2019. Entang, M; Joni, T. Raka; Prayitno K. 1985. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti. Gunawan, Imam, 2019. Manajemen Kelas:Teori dan Aplikasinya. Depok: PT RajaGrafindo Persada. Lafika, Awliya dkk. 2014. Makalah Manajemen Kelas Pendekatan Otoriter, Intimidasi, dan Permisisf. (Online), (http://pemudaberkelana.blogspot.co.id/2014/07/pendekatan-otoriterintimidasi-dan.html), diakses tanggal 5 Oktober 2019. Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Pekanbaru: zanafa publishing. Rusydie, Salman. 2011. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas. Jogjakarta: DIVA Pres. Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras. Zahroh, Lailatul. 2015. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas. Tasyri’. Vol. 22 No. 2.



40



DAFTAR ISI



KATA PENGENATAR.............................................................................. i DAFTAR ISI .............................................................................................. ii BAB I



PENDAHULUAN....................................................................



1 A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................ 2 C. Tujuan................................................................................... 2 BAB II



PEMBAHASAN......................................................................



3 A. Pengertian Pendekatan Manajemen Kelas........................... 3 B. Tujuan Pendekatan Manajemen Kelas................................. 4 C. Jenis-Jenis Pendekatan Manajemen Kelas........................... 5 1. Pendekatan Otoriter.......................................................



5



2. Pendekatan Intimidasi....................................................



9



3. Pendekatan permisif.......................................................



11



4. Pendekatan Instruksional...............................................



14



5. Pendekatan Proses Kelompok........................................



17



6. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional...............................



21



7. Pendekatan Resep..........................................................



24



8. Pendekatan Pengubah Tingkah Laku.............................



28



41



BAB III



9. Pendekatan Eklektik.......................................................



32



10. Pendekatan Analitik Pluralistik......................................



34



PENUTUP................................................................................



38 A. Kesimpulan........................................................................... 38 B. Saran..................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA



KATA PENGANTAR ii Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhana wata’ala yang telah melimpahkan kasih rahmat dan karunia-Nya, sholawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam yang telah mengajarkan kepada kita agama yang menyelamatkan ini dan telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga terang benderang saat ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, khusus kepada bapak pembimbing matkul Manajemen Kelas dan teman-teman kelompok yang telah giat dalam kolaborasi pembuatan makalah ini. Adapun makalah ini memuat tentang “Pendekatan Manajemen Kelas” semoga makalah ini dapat menjadi sebuah motivasi bagi pembaca untuk melahirkan makalah-makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Akhirnya penulis memohonkan kritik dan saran karena dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari segi bahasa maupun kelengkapan materi. Untuk itu penulis meminta saran yang membangun dari semua pihak agar makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik.



42



Pekanbaru, 5 Oktober 2019



Penulis



Tugas Terstruktur Manajemen Kelas



Dosen Pengeampu Aldeva Ilhami, M.Pd



i



PENDKATAN MANAJEMEN KELAS



OLEH KELOMPOK I



43



Aditya Hendrayani



(11711014023)



Ainun Nur Rohmah



(11711024615)



Amalia Rahmaniar Rahim



(11711024350)



Bela Lidyan Fitri



(11711024113)



Defriyanitha Angrraini Suci



(11711024141)



JURUSAN TADRIS IPA IVB FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2019



44