15 0 849 KB
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI PADA ANAK DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK SEHAT SAKIT KRONIK dan TERMINAL Dosen pembimbing: Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
KELOMPOK 4: Ayu Aprili Rizki
720621449
Karimah Dinnurin
720621442
Agung Laksono
720621520
Ach. Kharisma
720621459
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA 2022
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang maha kuasa, karena atas limpahan karunianya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak sehat sakit kronik dan terminal. Makalah ini berisi definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, dan Asuhan keperawatan venticular septal defect. Makalah ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi untuk mahasiswa keperawatan. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen penanggung jawan mata kuliah agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Terima kasih.
Sumenep,19 Oktober 2022
Penyusun
ii
DAFTAR ISI Cover ...................................................................................................................................i Kata Pengantar .................................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1 1. Latar Belakang .........................................................................................................1 2. Rumusan Masalah ....................................................................................................1 3. Tujuan Masalah ........................................................................................................2 4. Manfaat ....................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3 1. Definisi.....................................................................................................................3 2. Klasifikasi ................................................................................................................4 3. Etiologi.....................................................................................................................4 4. Manifestasi Klinis .....................................................................................................5 5. Patofisiologi .............................................................................................................6 6. Pemeriksaan Penunjang… ....................................................................................... 8 7. Pathway....................................................................................................................8 8. Penatalaksanaan..................................................................................................... 10 9. Konsep Teori Asuhan Keperawatan. ....................................................................... 11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................................. 16 1. Kasus...................................................................................................................... 16 2. Pengkajian .............................................................................................................. 17 3. Analisa Data ........................................................................................................... 28 4. Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas ................................................................... 29 5. Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................................ 30 6. Catatan Perkembangan ........................................................................................... 34 BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................38 1. Kesimpulan ............................................................................................................ 38 2. Saran. ..................................................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang dinamis, yaitu meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit, kecacatan dan kelemahan. Dikatakan bahwa kesehatan yang baik berarti orang tersebut tidak mempunyai masalah klinis. Organnya berfungsi dengan normal dan dia tidak sakit. Sehat secara mental atau pisikis ialah sehatnya pikiran, emosional, dan spiritual dari seseorang. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) tahun 2015. Sedangkan, menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan semua orang untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud, yang merupakan investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif secara sosial dan ekonomis. Anak sebagai investasi negara, anak perlu mendapatkan perhatian lebih dalam mengenai pertumbuhan dan perkembangannya, keadaan sakit pada anak dapat mempengaruhi fisiologis maupun psikologis dari anak tersebut. Menurut (Muslihatun 2010, h. 118 Rukiyah dan Yulianti 2010, h. 190) Kelainan Kongenital yaitu suatu kelainan pada struktur fungsi ataupunmetabolisme tubuh yang ditemui pada neonates. Kelainan Kongenital ialah kelainan dalam perkembangan struktur bayi yang muncul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Diantara kelainankelainan bawaan ataupun kongenital tersebut Malformasi Anorektal atau Atresia Ani ialah salah satunya. Maformasi Anorektal (MAR) merupakan malformasi septum urorektal secara persial ataupun komplet akibat pertumbuhan abnormal hindgut, allantonis serta duktus mulleri. Malformasi anorektal ialah spektum penyakit yang luas mengaitkan anus serta rectum dan juga traktus urinarius dan genitalia. Menurut (Nadine, Ekehart, & amp, 2011) berat tubuh berlebih pada ibu, kebiasaan merokok pada ayah ataupun diabetes pada ibu adalah faktor risiko potensial pada Malformasi anorektal. Sedangkan pemicu kelainan kongenital yang termasuk karakteristik ibu dalah usia, riwayat penyakit, peritas, serta jarak antar kelahiran. Akibat dari terjadinya penyakit Malformasi Anorectal bila tidak ditangani dengan baik maka dapat memunculkan bermacam
komplikasi
semacam
terbentuknya
obstruksi
usus,
konstipasi,
ketidakseimbangan cairan serta elektrolit, enterokolitis, struktur anal, serta inkontinensial (Nurarif, 2015). Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya permasalahan 1
eliminasi fekal, permasalahan eliminasi fekal itu sendiri beragam ialah semacam konstipasi, impaksi fekal( Fekal Impation), Diare, Inkontinensia fekal, kembung serta Hemoroid. Penyakit yang sangat kerap menimbulkan obstuksi usus pada balita, penyakit ini sangat kerap dikarakteristikan dengan konstipasi pada balita baru lahir (Susan, 2014) Eliminasi ialah kebutuhan dasar manusia yang esensial serta berfungsi penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi diperlukanuntuk mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa- sisa metabolisme, sehingga apabila perihal tersebut terhambat hingga akan pengaruhi keseimbangan dalam badan serta mengganggu kelangsungan hidup manusia. Konstipasi ialah kondisi yang kerap dijumpai pada anak. Konstipasi merupakan sesuatu gejala susah buang air besar yang ditandai dengan konsistensi feses keras, ukuran besar, serta pengurangan frekuensi buang air besar. Berlandaskan patofisiologi, konstipasi diklasifikasikan atas konstipasi akibat kelainan organik serta konstipasi fungsional (Wulan, 2015) Konstipasi bisa memunculkan kecemasan, memiliki dampak emosional yang mencolok pada penderita serta keluarga. Konstipasi juga dapat menimbulkan indikasi anoreksia, ketidaknyamanan, dan distensi adbomen ringan. Apabila tidak diatasi secara adekuat,
konstipasi
dapat menjadi kronik serta pada sebagian masalah dapat
menimbulkan diare palsu. Diare palsu awal mulanya berlangsung akibat penyumbat feses yang besar dan keras pada sebagian rektum, yang menimbulkan tekanan pada rektum. Tekanan pada rektum menyebabkan rendahnya sensitivitas refleks defekasi serta daya guna peristaltik (Sodikin, 2011). Berdasarkan data dari bagian Rekam Medik Rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang dalam waktu Tahun 2020 prevalensi pasien dengankasus Malformasi anorektal cenderung meningkat. Malformasi anoretal banyak terjadi pada anak dengan usia toddler, dengan rentang usia 1-3 tahun ditemukan sebanyak 37 kasus atau sebanyak 74% dari jumlah keseluruhan pasien Malformasi anorektal yang dirawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang di pulangkan dalam keadaan sembuh (Medik, 2021). Menurut Laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) Tahun 2010, diperkirakan kurang lebih 7% dari seluruh kematian bayi di dunia diakibatkan oleh kelainan kongenital, tetapi angka tersebut menurun sampai 0,1 pada tahun 2017, sedangkan proporsi pemicu kematian bayi di dunia pada tahun 2015, pada bayi dengan kelainan bawaansebanyak 303.000. presentase kategori kelainan bawaan pada survey sentinel untuk penderita Atreesia ani mencapai 9, 7%. Di Eropa, kurang leih25% kematian neonatal diakibatkan oleh kelainan kongenital. Di Asia Tenggara peristiwa 2
kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi baru lahir, sementara di Indonesia pervalensi kelainan kongenital mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup (Pranata, 2010) Salah satu solusi untuk mengatasi Malformasi anorektal atau Atresiaani yaitu dengan dilakukannya tindakan pembedahan melalui 3 tahapan yaitu yang pertama pembuatan kolostomi segera setelah lahir, kedua dilakukannya Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) untuk pembuatananus, tahapan selanjutnya yaitu pelebaran anus atau businasi. Setelah lubanganus sesuai dengan ukurang yang diharapkan, maka akan dilakukan penutupan kolostomi, sehingga pasien dapat buang air besar melalui anus buatan. Klien dan keluarga penderita Malformasi anorektal (MAR) mengalami berbagai permasalahan secara fisik, psikologis sosial ataupun spiritual dalam berbagai aspek kehidupannya, sehingga kualitas hidup klienserta keluarga dapat menurun apabila tidak ditangani secara tepat. Peran perawat sangat diperlukan untuk memberikan Asuhan keperawatan secara holistic (kesehatan, emosi, sosial serta spiritual) diantaranya mengurangi dampak hospitalisasi pada anak. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa definisi dari penyakit Atresia Ani? b. Apa klasifikasi dari penyakit Atresia Ani ? c. Apa etiologi dari penyakit Atresia Ani ? d. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit Atresia Ani ? e. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Atresia Ani ? f. Bagaimana Penatalaksanaan dari penyakit Atresia Ani ? g. Bagaimana asuhan keperawatan Atresia Ani ?
3
1.3 Tujuan a. Tujuan Umum Untuk menambah pengetahuan mahasiswa maupun pembaca dalam memahamikonsep asuhan keperawata Atresia Ani pada anak b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tentang definisi dari penyakit Atresia Ani 2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi dari penyakit Atresia Ani 3. Untuk mengetahui tentang etiologi dari penyakit Atresia Ani 4. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari penyakit Atresia Ani 5. Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari penyakit Atresia Ani 6. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaa dari penyakit Atresia Ani 7. Bagaimana asuhan keperawatan (kasus) pada penyakit Atresia Ani 1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis Sebagi sarana pembelajaran dan pengalaman bagi penulis untuk melakukan studi kasusserta menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan kasus Atresia Ani pada anak 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebaagai sumber bacaan dan data acuan dalam penelitian berikutnya bagi mahasiswa di universitas wiraraja khususnya 3. Bagi masyarakat Agar dapat dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat tentang Atresia Ani pada anak
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Atresia ani merupakan salah satu dari berbagai kelainan kongenital yang menimpa pada anak. Anus imperfrote (Atresia Ani) yaitu suatu keadaan dimana lubang anus tidak memiliki lubang. Kata Atresia berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti tidakada, dan trepis artinya nutrisi atau makanan. Menurut istilah ilmu kedokteran, atresia ani adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan yang normal (Putra, 2012). Atresia Ani adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan yang menunjukan keadaan seseorang yang tidak mempunyai anus atau anus dalam keadaan tidak sempurna. Perkembangan pada saat ini untuk mengatasi Mallformasi Anorektal diantaranya yaitu dengan terapi pembedahan yang sudah pernah dijumpai cut back sederhana hingga yang sering dilakukan pada saat ini disebut Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) (Lokanata & Rochadi, 2014). Jadi dapat diartikan bahwa Atresia ani yang kini dikenal sebagai Malformasi Anorektal (MAR) adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukan keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. 2.2 Etiologi Menurut (Betz & Gowden, 2012), dalam buku saku keperawatan pediatric edisi ke 7 menyebutkan beberapa etiologi pada penderita Atresia ani diantaranya : a. Belum dapat diketahui secara pasti b. Merupakan keabnormalan gastrointestinal dan ganitourynari. Namun ada sumber yang mengatakan bahwa Malformasi anorektal disebabkan oleh : 1) Terdapat adanya kegagalan pembentukan septum urorektal secara sempurna dikarenakan adanya gangguan fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. 2) Terputusnya saluran cerna pada bagian atas dengan dubur sehingga menyebabkan bayi lahir tanpa lubang anus atau keadaan anus tidak sempurna. 3) Terdapat adanya gangguan organogenesis saat masa kehamilan, penyebab atresia ani biasanya kegagalan pertubuhan bayi di dalam kandungan saat umur 12 mingguu atau 3 bulan. 4) Kongenital dimana sfingter internal yang mungkin tidak memadai. 9
2.3 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinis pada penderita Malformasi anorektal (Atresia ani) menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) adalah tidak keluarnya mekonium pada 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. a. Bayi yang baru lahir tidak dapat dilakukan pengecekan suhu melalui rectal atau anus. b. Pada umumnya mekonium akan keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah. c. Terjadinya distensi abdomen secara bertahap dan tanda-tandaobstruksi usus bila tidak terjadi fistula. d. Pada usia 24-48 jam bayi akan mengalami muntah-muntah e. Ditemukannya membrane anal pada pemeriksaan rectal touch f. Distensi pada abdomen. 2.4 Patofisiologi Normalnya pada usia kehamilan 5 minggu akan terjadi pemisahan antara rektum dengan sinus urogenital. Dan pada usia minggu ke-8 akan terjadi repture pada membrane anus yang mengakibatkan terbentuknya lubang di kulit anus. Malformasi anorektal ini terjadi karena terganggunya proses perkembangan organ atau adanya kelainan saat embryogenesis. Namun demikian etiologinya belum dapat diketahui secara pasti, diduga bersifat multifaktorial. Kelainan dalam perkembangan proses ini pada berbagai stase dapat menimbulkan suatu spectrum anomaly. Biasanya mengenai saluran usus pada bagian bawah dan genitourinaria. Hubungan yang menetap antara rektum kloaka akan menimbulkan fistula (Fitri, 2016). 2.5 Faktor Resiko Sebenarnya belum diketahui ada tidaknya factor yang bisa meningkatkan terjadinya atresia ani. Kebanyakan bayi yang dilahirkan dengan kelainan bawaan (atresia Ani) memiliki orang tua
yang
jelas-jelas
tidak
memiliki gangguan
kesehatan
maupun
faktor
resiko Namun karena atresia ani ini adalah kelainan bawaan dari lahir. Maka ada . Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan 10
bawaan
antara
lain:
teratogenik, faktor gizi, faktor fisik dalam rahim dan faktor genetik dan kromosom. a. FaktorTeratogenik Teragogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan
resiko
suatu
merupakan teratogen. Secara mengonsultasikan kepada
kelaian bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun umum
dokternya
setiap
seorang obat
wanita hamil sebaiknya yang
dia minum, berhenti
merokok,tidak mengonsumsi alkohol, serta tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak. b. Faktor Gizi Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan
dengan
menghindari
teratogen, tetapi juga mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 migrogram/ hari. c. Faktor Fisik pada Rahim Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. d. Faktor Genetik dan Kromosom Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawaan sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan. 2.6 Pemeriksaan Penunjang Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yang bertujuan untuk memastikan diagnosis diantaranya : a. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya obstruksi intestinal. b. Sinar X pada abdomen\ Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kejelasan gambaran keseluruhan bowel serta untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dan sfingternya. c. CT-Scan Pemeriiksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada lesi atau tidak. 11
d. Pvelografi intra vena\ Pemeriksaann ini berguna untuk menilai pelviokalises dan ureter. e. Pemeriksaan fisik pada rektum Pemeriksaan ini biasanya akan dilakukan colok dubur atau lebi gampangnya dilakukan pengecekan suhu melalui anus. f. Rongenogram abdomen dan pelvis Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah fistula yang berhubungan dengan trankus urinarius atau tidak (Betz & Gowden, 2012)
2.7 Klasifikasi Menurut Rukiyah, Yulianti (2010: 201) klasifikasi atresia anidapat dibedakan menjadi empat yaitu: 1.Tipe I: Saluran anus atau rektum bagian bawahmengalami stenosis dalam berbagai derajat. 2.Tipe II: Terdapat suatu membran tipis yang menutupi anuskarena menetapnya membran anus. 3.Tipe III: Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu kantung yang buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit didaerah anus seharusnya terbentuk lekukan anus. 4.Tipe IV: Saluran anus dan rektum bagian bawahmembentuk suatu kantung buntu yang terpisah pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai suatu kantung buntu. Jenis yang sering ditemukan adalah tipe III sementara tipe IV merupakan bentuk yang paling jarang dijumpai.
12
2.8 Pathway Atresia Ani Ujung rectum Buntu Ketidakmampuan fekal dikeluarkan Pre Operasi Kurang Pengetahuan Impuls/rangsangan tentang operasi
Distensi Abdomen Mendorong diafragma
Penumpukan feses Peradangan
Pernapasan tidak optimal Pengeluaran inter leukin I Sesak Febris POLA NAPAS TIDAK EFEKTIS HIPERTERMIA
Thalamus Persepsi nyeri
Respon psikologis Pasien dan keluarga cemas
NYERI AKUT ANSIETAS Peningkatan HCL Asam Lambung Mual Muntah RESIKO DEFISIT NUTRISI
Kolostomi
Pembuatan anus Perdarahan HIPOVOLEMIA
Terputusnya Kontinuitas jaringan
Impuls/rangsangan Kerusakan jaringan Pos de Entri Kulit Thalamus RESIKO INFEKSI GANGGUAN Persepsi Nyeri INTREGITAS KULIT NYERI AKUT
2.9 Penatalaksanaan Menurut (Hidayat, 2010), (Suriadi & Yuliani, 2010), (Kurniah, 2013) penatalaksanaan pada penderita Atresia ani yaitu : a. Pembuatan kolostomi Kolostimi yaitu sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang kolostomi biasanya sementara ataupun permanent dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomaly tinggi dilakukan tindakan kolostomi beberapa hari setelah lahir. b. Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) Bedah definitifnya, yaitu tindakan Anoplasty dan umumnya ditunda 9-12 bulan. Penundaan ini bertujuan untuk member waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan inijuga dapat memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya. c. Penutupan kolostomi Tindakan yang terakhir dari penderita Atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai buang air besar (BAB) melalui anus. Pertama BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB akan berkurang frekuensinya dan agak padat. d. Pemberian cairan parenteral contohnya KAEN 3B. e. Pemberian antibiotic yang berguna untuk mencegah infeksi pasca operasi seperti cefotaxime dan garamicin. f. Pemberian vitamin c dapat dilakukan yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada anak.
14
2.10
Teori Asuhan Keperawatan Atresia Ani
A. Pengkajian Atresia Ani Pengkajian adalah hal yang penting dan mendasar dalam melakukan asuhan keperawatan untuk hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang anak maupun keluarganya, baik saat penderita penyakit baru pertama kali datang maupun selama penderita dalam masa proses perawatan (Andriyani, dkk., 2021). Adapun hal hal yang perlu dikaji pada penderita penyakit atresia ani yaitu sebagai berikut: a. Data umum identitas klien Penyakit atresia pada anak ini banyak ditemukan pada bayi baru lahir, di dalam data umum berisi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, golongan darah, asal suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, asuransi, nomor register, tanggal MRS dan diagnosa medis. b. Kesehatan umum 1) Keluhan utama Keluhan utama yaitu alasan utama masuk rumah sakit biasanya pada penderita Atresia Ani keluhan utama yang sering menjadi alasan orang tua yaitu daerah sekitar kolostomi memerah dan perut anak kembung. 2) Riwayat penyakit sekarang Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin 3) Riwayat penyakit dahulu Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran. 4) Riwayat penyakit keluarga Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh anggota keluiarga yang lain. 5) Riwayat Kesehatan lingkungan Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani 6) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fisik harus dilakukan secara komprehensif da dilakukan dengan prinsip head to toe. 7) Tanda-tanda vital 15
a. Nadi :Nadi berdasarkan usia pasien b. Kepala Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom. c. Mata Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat. d. Hidung Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir. e. Mulut Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis. f. Telinga Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna g. Leher Tidak ada webbed neck. h. Thorak Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest, pernafasan normal i.
Jantung Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teraturKepala-leher
j.
Abdomen Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus
k. Getalia Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis. l.
Anus Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.
m. Ektrimitas atas dan bawah Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat n. Punggung Tidak ada penonjolan spina gifid
B. Diagnosa Keperawatan Atresia Ani Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilian klinis mengenai respons pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik berlangsung aktual maupun potensial yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon 16
pasien baik individu, keluarga ataupun komunitas terhadap situasi yang berkaitan mengenai kesehatan. Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien Atresia Ani menurut Tim Pokja PPNI SDKI (2016) adalah sebagai berikut: 1. Dx Pre operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit c. Pola napas tidak efektif b.d efek agen farmakologis d. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan e. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan factor resiko ketidakmampuan mencerna makanan 2. Dx Post Operasi a. nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis b. Gangguan integritas kulit b.d factor mekanis (kolostomi) c. Resiko Defisit nutrisi ditandai dengan factor resiko ketidakmampuan mencerna makanan C. Intervensi Keperawatan Astresia Ani Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakanoleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. D. Implementasi Keperawatan Atresia Ani Implementasi keperawatan atau tindakan merupakan suatu hal tindakan yang dilaksanakan oleh perawat untuk melaksanakan kegiatan kegiatan yang sudah direncanakan dalam intervensi keperawatan dalam proses keperawatan (PPNI, 2019). E. Evaluasi Keperawatan Atresia Ani Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan meliputi penilaian yang menandakan keberhasilan dari mulai diagnosis keperawatan rencana intervensi dan implementasinya, evaluasi digunakan sebagai suatu hal yang dapat dijadikan perbandingan untuk status kesehatan klien, dengan tujuan untuk melihat kemampuan klien untuk mencapai hasil melalui proses asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengenai tindak lanjut 17
rencana asuhan keperawatan pada klien melaukan modifikasi rencana asuhan keperawatan ketika klien mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan serta jika klien membutuhkan waktu yang lebih lama dapat meneruskan rencana asuhan keperawatan (PPNI, 2019). Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untukmendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang. a. S (Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia. b. O (Objektif): data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya
tanda-tanda
akibat
penyimpanan
fungsi
fisik,
tindakan
keperawatan, atau akibat pengobatan. c. A (Analisis/assessment): berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, segera). Oleh karena itu, sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan. d. P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.dansebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan
18
BAB III KASUS ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Case studi Pasien anak laki-laki berumur 20 hari di rawat di ruangan perinatologi, masuk melalui IGD RSUD Dr. Soetomo pada jumat, 6 januari 2022 pada pukul 10.00 WIB. Sebelumnya pasien anak yang berumur 15 hari ini lahir dengan kondisi tanpa memiliki lubang anus. sehingga dokter bedah membuat kolostomi pada klien sebagai saluran pembuangan sementara. saat ini ibu pasien mengatakan kulit bagian perut anaknya kembung dan menangis 2 hari terakhir. Keluarga klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh klien. Keluarga klien mengatakan cemas dan khawatir tentang penyakit yang dialami oleh klien dan bingung serta tidak mengetahui bagaimana cara perawatan yang baik dan benar kepada klien. Di dalam keluarga juga tidak ada yang menderita penyakit keturunan maupun menular. Ibu klien mengatakan perut anaknya kemerahan. Kulit klien merah terutama diarea sekitar kolostomi dan adanya tanda meradang pada sekitar kantong kolostomi. Luka masih basah, perut Nampak kembung, dan mukosa bibir kering. Ibu klien mengatakan setelah diberikan ASI, anaknya sering mual muntah. TTV: S= 37,4 (normal 36,5oC -37,5oC), .TD : 70/50 (sistolik 60-70 mmHg, diastolik 35-53 mmHg), RR: 35x/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 130 kali/menit (normal 120-160 kali/menit). BB 3,3 kg.
3.2 Identitas Klien Nama/Nama panggilan
: By.N
Tempat tgl lahir/usia
: Surabaya, 17 Desember 2021
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum Sekolah
Alamat
: Jl. Ahmad Yani Surabaya
Tgl masuk
: 6 Janjuari 2022 (Pukul 10.00 WIB)
Tgl pengkajian
: 7 januari 2022
Diagnosa medik
: Atresia Ani
3.3 Identitas Orang Tua 1. Ayah Nama
: Tn. M 19
Usia
: 27 Tahun
Pendidikan
: S1 Akuntansi
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Agama
: Islam
Alamat
: Surabaya
2. Ibu Nama
: Ny. K
Usia
: 24 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Alamat
: Bangkalan
3.4 Identitas Saudara Kandung No NAMA -
USIA
-
HUBUNGAN STATUS KESEHATAN -
-
-
3.5 Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Sekarang
: Saat ini ibu pasien mengatakan sejak 2
hari terakhir, klien sering menangis dan perut anaknya kembung. Selain itu ibu klien mengatakan perut anknya kemerahan. Kulit klien merah terutama diarea sekitar
kolostomi dan adanya tanda meradang pada sekitar kantong kolostomi. Luka masih basah, perut Nampak kembung, dan mukosa bibir kering. Setelah diberikan ASI, ibu klien mnegtakan pasien sering mual muntah 2. Keluhan utama
: klien sering menangis 2 hari terakhir dan
perut klien kembung. 3. Riwayat keluhan utama
: Klien lahir tidak memiliki lubang
anus. sehingga dokter membuat kolostomi pada bayi sebagai tempat pembuangan sementara. 4. Keluhan pada saat pengkajian
: Kulit klien merah terutama diarea sekitar
kolostomi dan adanya tanda meradang pada sekitar kantong kolostomi. Luka masih basah, perut Nampak kembung, dan mukosa bibir kering. TTV: S= 37,4 (normal 36,5oC -37,5oC), .TD : 70/50 (sistolik 60-70 mmHg, diastolik 35-53 mmHg), RR: 35x/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 130 kali/menit (normal 120-160 kali/menit). BB 3,3 kg. 20
3.6 Riwayat penyakit lalu
:
a. Prenatal care Ibu klien mengatakan tidak memiliki kelainan khusus selama hamil, klien cukup lahir 39 minggu, tidak mengalami sakit selama hamil, selama kehamilan ibu klien memeriksa kehamilannya di puskesmas sebanyak 4 kali yaitu pada trimester pertama1 kali, pada trimester kedua 1 kali, pada trimester ketiga 2 kali. b. Natal Ibu klien mengatakan klien dilahirkan secara normal pada tanggal 17 desember 2021, jenis kelamin laki-laki. Persalinan dibantu oleh bidan puskesmas. c. Post natal Ibu klien mengatakan kondisi bayi saat lahir sehat dan langsung menangis, BAB tidak keluar 1 x 24 jam setelah lahir, klien lahir dengan BBL 3 kg (normal= 2,5 s/d 4 kg) dan PB 53 cm. klien langsung diberikan Asi sesaat setelah lahir sampai sekarang.
3.7 Riwayat penyakit keluarga
:
a. Genogram
Keterangan: Laki-Laki :
Perempuan : 21
Pasien 3.8 Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap) N
Jenis
Waktu
O
immunis asi
pemberian
Reaksi Frekuensi
setelah
Frekuensi
pemberian 1
Hepatitis B
Saat lahir
1
-
1
2
Polio
-
-
-
-
3
BCG
-
-
-
-
4
DPT
-
-
-
-
5
Hib
-
-
-
-
3.9 Riwayat Tumbuh Kembang a. Pertumbuhan Fisik - Berat badan
: 3,3 kg
- Tinggi badan
: 53 cm
- Waktu tumbuh gigi
:-
b. Perkembangan tahap usia anak saat - Berguling
:
- Duduk
:
- Merangkak
:
3.10 Riwayat Nutrisi a. Pemberian ASI
: Tidak Normal karena bayi terus menangis
b. Pemberian susu formula - Alasan pemberian
:-
- Jumlah pemberian
: -
- Cara pemberian
: -
3.11 Riwayat Psikososial a. Anak tinggal bersama : Orang tua di Rumah 22
b. Lingkungan berada di : perkotaan c. Rumah dekat dengan : d. tempat bermain : e. Kamar klien
: -
f. Rumah ada tangga
: Tidak ada
g. Hubungan antar anggota keluarga : Ba ik h. Pengasuh anak
: Orang tua
3.12 Reaksi Hospitalisasi a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap - Ibu membawa anaknya ke RS karena : orang tua klien mengatakan Kulit klien merah terutama diarea sekitar kolostomi dan perut kembung - Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya, juga menjelaskan secara rinci - Perasaan orang tua saat ini : orang tua merasa cemas dan khawatir - Orang tua selalu berkunjung ke RS : ya, orang tua selalu menemani anaknya selama di ruang inap - Yang akan tinggal dengan anak : kedua orang tua - Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap: b. Aktivitas sehari-hari a. Nutrisi Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
a. Selera makan
-
-
b. Menu makan
-
-
c.
-
Frekuensi
d. Pantangan makan
-
e. Cara makan
-
-
b. Cairan Kondisi
Sebelum sakit
Selama sakit
Jenis minuman
ASI
ASI (Kesulitan menyusu
23
karena sering menangis) Kebutuhan cairan
-
-
Cara pemenuhan
Diberikan secara langsunf
Diberikan secara kangsung dan hasil pumping ASI
c. Eliminasi (BAB&BAK) BAB Kondisi
Sebelum Sakit
a. Tempat pembuangan
Kolostomi
Saat Sakit Kolostomi
b. Frekuensi (waktu)
4 kali
1 kali
c. Konsistensi
Cair
Cair
d. Kesulitan
-
-
e. Obat pencahar
-
-
BAK Kondisi
Sebelum sakit
Selama sakit
Tempat pembuangan
popok
Popok
Frekuensi (waktu )
5-6x/hari
5-6 x/hari
Warna
Kuning jernih
Kuning jernih
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
d. Istirahat tidur Kondisi
Sebelum sakit
Selama sakit
-siang
8 jam
5 jam
-malam
8,5 jam
6 jam
Pola tidur
-
-
Jenis tidur
24
Kebiasaan sebelum tidur
Minum ASI
-
Kesulitan tidur
-
-
e. Personal Hygiene Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
a. Mandi -
Cara
Hanya membersihkan badan Dimandikan oleh
menggunakan airhangat
ibu
Di
lap
menggunakan airhangat -
Frekuensi
-
Alat mandi
2x/hari Menggunakan sabunmandi, shampoo,
b. Cuci rambut -
Frekuensi
-
2x/hari
-
Menggunakan -
Cara
a irdan sahpo
c. Gunting kuku -
Frekuensi
-
Cara
1xseminggu
-
Menggunaka n pemotong kuku
25
-
d. Gosok gigi -
Frekuensi
-
-
-
Cara
-
-
4 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum
: Pasien
tampak lemah 2. Tanda – tanda vital a. Tekanan darah
: 70/50 mmHg
b. Denyut nadi
: 130 x / menit
c. Suhu
: 37,4 C
d. Pernapasan
: 35x/ menit
3. Berat Badan
: 3,1 kg
4. Tinggi Badan
: 53 cm
5. Kepala - Inspeksi
: bentuk kepala bulat dan tidak terdapat benjolan/luka
Keadaan rambut & Hygiene kepala a. Warna rambut
: hitam
b. Penyebaran
: merata dan tipis
c. Mudah rontok
: tidak
d. Kebersihan rambut : bersihPalpasi Benjolan
: tidak ada
Nyeri tekan
: tidak ada
Tekstur rambut
: halus
6. Muka Inspeksi a. Simetris / tidak
: simetris
b. Bentuk wajah
: oval
c. Gerakan abnormal
: tidak ada
d. Ekspresi wajah
:tampak lemas 26
Palpasi Nyeri tekan / tidak
: Tidak ada
7. Mata Inspeksi a. Pelpebra
: Tidak ada Edema
b. Sklera
: Putih
c. Conjungtiva
: Anemis
d. Pupil
: Isokor
e. Posisi mata Simetris / tidak f. Penglihatan
: simetris :
NormalPalpasi 8. Hidung & Sinus Inspeksi a. Posisi hidung
: Normal
b. Bentuk hidung
: Simetris
c. Secret / cairan
: terdapat secret
9. Telinga Inspeksi a. Posisi telinga
: kanan dan kiri diluar kepala
b. Ukuran / bentuk telinga: Normal c. Aurikel
: Normal
d. Lubang telinga
: Bersih
e. Pemakaian alat bantu: Tidak 10 Mulut : tampak kering Inspeksi a. Gigi - Keadaan gigi
: tidak ada
- Karang gigi / karies
: Tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : Tidak b. Gusi
: Bersih
c. Lidah
: Bersih
d. Bibir - Pucat - Kering
27
11.Tenggorokan a.
Warna mukosa: Lendir berwarna jernih
b.
Nyeri tekan
c.
Nyeri menelan: tidak ada
: Tidak ada
12.Leher Inspeksi a. Kelenjar thyroid
: Tidak ada
b. Kelenjar thyroid
: Tidak ada
c. Kaku kuduk / tidak d. Kelenjar limfe
: Tidak didata : Tidak ada
13. Thorax dan pernafasan a. Bentuk dada
: simetris
b. Irama pernafasan
: reguler
c. Pengembngan di waktu bernafas : normal d. Tipe pernafasan
: eupneu
Palpasi a. Vokal fremitus
: kiri dan kanan sama
b. Massa/ nyeri
: tidak ada nyeri tekan
Auskultasi a. Suara nafas
: vesikuler
b. Suara tambahan
: normal
14. Jantung Palpasi Ictus cordis
: tidak terkaji
intercostal 5 midclavicularis sinistra Perkusi Pembesaran jantung
: normal
Auskultasi a. BJ I
:-
b. BJ II
:-
c. BJ III
:-
28
d. Bunyi jantung tambahan :15.Abdomen Inspeksi a. Membuncit
: iya
b. Ada luka/ tidak : ada luka colostomy di perut sebelah kiri Auskultasi Peristaltik : terdengar bising usus a. Hepar b. Lien
: tidak teraba pembesaran : tidak teraba pembesaran
c. Nyeri tekan
:Ada nyeri tekan
perkusi a. Tympani
:-
b. Redup
:-
c. Data lain
:-
16. Genitalia dan Anus: tidak terdapat lubang Anus. rektum berakhir sebagai suatu kantung yang buntu . 17. Ekstremitas Ekstremitas atas a. Motorik -Pergerakan kanan / kiri
: kanan
-Pergerakan abnormal
: bebas
-Kekuatan otot kanan / kiri
: Normal
-Tonus otot kanan / kiri
: kanan
- Koordinasi gerak
: baik
b. Refleks
: Baik dan Normal
c. Sensori -Nyeri
: Normal dapat merasakan
-Rangsang suhu
: Normal dapat merasakan
-Rasa raba
: Normal dapat
merasakanEkstremitas bawah a. Motorik
b.
- Gaya berjalan
: Normal
- Kekuatan kanan / kiri
: tidak terkaji
- Tonus otot kanan / kiri
: kiri
Refleks
: Normal
c. Sensori 29
- Nyeri
: Normal dapat merasakan
- Rangsang suhu
: Normal dapat merasakan
- Rasa raba
: Normal dapat merasakan
18. Data Penunjang - Pemeriksaan darah
HB
: 28,8 g/dL (normal 19,3-33 g/dL)
Leukosit
: 7.450 mikroliter (normal 4500-10.000 mikro liter)
Trombosit
: 380.000/mikro liter (normal 150.000450.000/microliter)
19. Terapi Medikasi - Terapi non farmakologis pemberian bedung - Terapi non farmakologi skin to skin cintact anatara pasien dengan ibbunya dan stimulasi multi sensori dengan pelukan atau pengaturan posisi - Pemberian ASI kepada bayi dengan Teknik Pumping ASI. Yaitu sang ibu mmerah ASI menggunakan pompa ASI kemudian diberikan kepada klien melalui botol susu - Pemberian NaCl 0,9 % dan kasa dengan antibiotic 3.13 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST 1. Motorik kasar
: tidak terkaji
2. Motorik halus
: tidak terkaji
30
Analisa Data Data Ds : • ibu klien mengatakan 2
Masalah
Penyebab
Nyeri akut
Faktor kongenital dan factor idiopatik gagal pertumbuhan dan
hari terakhir pasien sering
pembentukan anus
menangis •
Atresia Ani
ibu klien mengatakan
Ujung Rektum Buntu
perut anaknya kembung
Ketidakmampuan fekal dikeluark
Do: -
Kolostomi
Adanya tanda meradang pada
Terputusnya kontinuitas Jaringan
kolostomi -
impuls rangsangan Thalamus
TTV
Persepsi nyeri
S= 37,4 C. TD= 70/50
Nyeri Akut
mmHg. RR = 35 x/menit HR =130 x/menit -
Mukosa bibir kering
31
Ds: - ibu klien mengatakan perut anaknya kemerahan
Gangguan Intregitas Kulit Faktor kongenital dan factor idiopatik gagal pertumbuhan dan pembentukan anus
Do:
Atresia Ani -
kulit klien merah
Ujung Rektum Buntu
terutama di area
Ketidakmampuan fekal dikeluarkan
sekitar kolostomi -
Luka masih basah
Kolostomi
Terputusnya kontinutis jaringan Kerusakan jaringan kulit Gangguan Intregitas Kulit
32
Ds: ibu klien mengatakan
Resiko Defisit Nutrisi
setelah diberikan Asi,
Faktor kongenital dan factor idiopatik gagal pertumbuhan
pasien serung mual-
dan pembentukan anus
muntah Atresia Ani
Do : -
BB bayi saat lahir: Ujung Rektum Buntu
3,3 kg -
BB bayi saat sakit: Ketidakmampuan fekal dikeluarkan
3,1 kg -
BB bayi mengalami penurunan kurang
kolostomi
dari 10% atau sekitar 0,2 kg.
Infeksi pencernaan Obstruksi Usus Mual Muntah Resiko Defisit Nutrisi
Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis b. Gangguan Intregitas Kulit b.d Faktor mekanis (kolostomi) c. Resiko Defisit nutrisi ditandai dengan factor resiko ketidakmampuan mencerna makanan
33
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Nursing Care Plan) Har
Diagnosa
i/tgl
keperawatan
Tujuan
Nyeri Akut b.d agen
Setelah dilakukan
pencedera fisiologis
tindakan keperawatan
Intervensi
Observasi -
1x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:
Rasional
•
Identifikasi lokasi,
Mengetahui
karakteristik,duras
lokasi
i,kualitas dan
karakteristik
intensitas nyeri
durasi kulitas
1. Frekuensi -
pasien
respon nyeri non
berkurang
verbal
menurun
dan intensitas
Identifikasi
menagis 2. Kesulitan tidur -
nyeri •
respon nyeri non verbal
memperberat dan
membaik
memperingan
•
nyeri -
-
•
Untuk mempertahanka
komplementer
n kebersihan
yang sudah
kulit karna kulit
dierikan
yang rapuh
Monitor efek penggunaan analgetic
Terapeutik Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri 34
rasa nyeri
terapi
samping
-
Untuk mengurangi
Monitor keberhasilan
Untuk mengetahui
Identifikasi factor yang
3. Frekuensi nadi
Untuk
dapat menjadi penyebab infeksi
-
Control linkungan yang memperberat nyeri
Edukasi -
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan Intregitas Setelah dilkukan Kulit b.d Faktor tindakan mekanis (kolostomi) keperawatan 1x24
Observasi
- Monitor karakteristik luka
- Untuk mendeteksi Tindakan
yang untuk
jam diharapakan
- Monitor tanda tanda
cocok
gangguan integritas
infeksi Terapeutik
dilakukan
kulit menurun
- Lepaskan kantong - Untuk mencegah
dengan kriteria hasil:
- Kerusakan lapisan kulit menurun
- Nyeri menurun - Kemerahan
kolostomi secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontostik, sesuai kebutuhan
terjadinya infeksi
dan
mempercepat penyembuhan
- Menjaga kelembapan
menurun
- Bersihkan jaringan nekrotik
luka
- Berikan salep yang - Mempercepat sesuai dengan kulit. Jika perlu
- Pasang kantong kolostomi
- Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka 35
proses penyembuhan luka
- Mencegah kontaminasi kuman
- Memberikan
Edukasi
pemahaman
- Jelaskan tanda dan
yang benar
gejala infeksi Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridment
- Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
Resiko Defisit nutrisi Setelah dilkukan ditandai dengan factor tindakan resiko
keperawatan 1x24 jam
ketidakmampuan
diharapakan status
mencerna makanan
nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
- berat badan
Observasi
- identifikasi status nutrisi
- identifikasi kemungkinan penyebab BB berkurang
- monitor adanya mual muntah
bertambah
- frekuensi bayi
- monitor berat badan
menangis
- monitor hasil
berkurang
pemeriksaan laboratorium kolaborasi
- proses tumbuh kembang
- kolaborasi dengan
membaik
ahli gizi untuk menentukan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu edukasi
- kemampuan minum ASI meningkat
- jelaskan kepada keluarga pasien yentang kebutuhan nutrisi
- jelaskan kepada ibu klien posisi menyusui yang baik dan benar 36
- Untuk memahami kebutuhan nutrisi bayi
- untuk memenuhi kebutuhan bayi
- untuk mengetahui peningkatan atau penurunan BB bayi
- untuk mengetahui kebutuhan bayi
CATATAN PERKEMBANGAN Nama Pasien
: By. N
Umur
: 20 hari
No. RM
:-
Dx. Medis
: Atresia Ani
Hari/Tgl
Dx Keperawatan
Jam
Implementasi
Evaluasi
Observasi Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
-
Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,kualitas dan intensitas nyeri
-
Identifikasi respon nyeri non verbal
-
Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
-
sudah dierikan Monitor efek samping penggunaan analgetic Terapeutik -
Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri dengan cara pemberian bedung dan metode skin to skin contact antara ibu dan pasien serta stimulasi multi sensori
-
O: Pasien sudah tidak sering menangis A: masalah teratasi
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
-
S: Ibu klien mengatakan perut anaknya sudah tidak kembung dan frekuensi nangis nerkurang
Control linkungan yang memperberat nyeri
Edukasi 37
P: pertahankan intervensi
-
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan Intregitas Kulit b.d Faktor mekanis (kolostomi)
Observasi
- Monitor karakteristik luka - Monitor tanda tanda infeksi Terapeutik
- Lepaskan kantong kolostomi secara perlahan
S: Ibu klien mengatakan perut anaknya sudah tidak kemerahan O: Luka sudah tampak kering
- Bersihkan dengan cairan NaCl 0,9 % dan kasa dengan A: masalah teratasi antibiotic sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik - Berikan salep yang sesuai
P: pertahankan intervensi
dengan kulit bayi. Jika perlu
- Pasang Kembali kantong kolostomi
- Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridment
- Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
Resiko
Defisit
nutrisi
ditandai
dengan resiko
factor
Observasi
- identifikasi status nutrisi - identifikasi kemungkinan penyebab BB berkurang 38
S: ibu klien mengatakan bahwa ketika klien minum ASI sudah tidak
ketidakmampuan mencerna makanan
- monitor adanya mual muntah - monitor berat badan - monitor hasil pemeriksaan laboratorium kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu edukasi
- jelaskan kepada keluarga pasien yentang kebutuhan nutrisi
- jelaskan kepada ibu klien posisi menyusi yang baik dan benar
39
mual-muntah O: berat badan klien naik sebesar 0,2 kg yaitu menjadi 3,3 kg A: masalah teratasi P: Pertahankan Intervensi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Atresia ani yang kini dikenal sebagai Malformasi Anorektal (MAR) adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukan keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Atresia ani bukan penyakit turunan sehingga belum tentu dialami oleh anggota keluiarga yang lain. Atresia Ani dialami oleh bayi baru lahir. Dan unruk pembuangan sementara biasa dokter bedah akan membuat kolostomi dikarenakan bayi baru lahir tidak siap dilakukan pembedahan pada anus dikarenakan umurnya belum matang. 4.2 Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu mendiagnosis secara dini mengenai penyakit atresia ani pada bayo baru lahir. Sehingga kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap maslaah tersebut.
40
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Departement of Surgery University of Michigan. 2009. Atresia Ani. Michigan Dewi, Vivian N L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Elizabeth, Sherwood. 2011. The Effects Of Medical Play On Reducing Anxiety, Fear And Procedure Distress In School-Aged Children Going To Visit The Doctor. The University of Alabama: Alabama Faradilla, Nova. 2009. Ileus Obstruksi. Pekanbaru: FKUNRI Febrianti, Lina (2016. Manajemen Perawatan Luka Dehisensi Pasien Ca Recti Dengan Calcium Alginate Di Rsup Dr M Djamil Padang 2015. Jurnal luka Indonesia FK UII. Atresia Ani. Fakultas Kedokteran Unversitas Islam Indonesia, 2009. Hamami A.H, Pieter J, Riwanto I, Tjambolang T, Ahmadsyah I. 2004. Buku-ajar ilmu bedah. editor, Peter J,.-Ed.2.-Jakarta : EGC. Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem Pencernaan.. Yogyakarta: Goysen Publishing
41