Kel 6 Komunitas Pengorganisasian Dan Strategi Kom. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS



DOSEN PEMBIMBING Tasman,SKp,M.Kep.Sp.Kom



OLEH



KELOMPOK 6 Avis Yudi Putra(193110129) Marlina Syah (193110139) Qurrota Aini Rofifah(193110146) Rifqa Nurul Husna (193110150) Yuni Mardatilah (193110160) Kelas 3A



D3 KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES PADANG 2021



Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia,Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan , sehingga makalah ini terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan,kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Batusangkar, 3 Agustus 2021



Penulis



DAFTAR ISI



Kata Pengantar...............................................................................................................................2 DAFTAR ISI...................................................................................................................................3 BAB I...............................................................................................................................................4 PENDAHULUAN............................................................................................................................4 1.1



Latar Belakang................................................................................................................4



1.2



Rumusan masalah............................................................................................................4



1.3



Tujuan..............................................................................................................................4



BAB II.............................................................................................................................................5 PEMBAHASAN..............................................................................................................................5 2.1



Pengorganisasian Komunitas...........................................................................................5



2.2



Strategi Intervensi Dan Pengorganisasian Masyarakat..................................................6



2.3



Tingkat pencegahan intervensi keperawatan................................................................12



2.4



Bentuk Intervensi Keperawatan Yang Dapat Dilakukan Oleh Perawat Komunitas . .12



BAB III..........................................................................................................................................14 PENUTUP.....................................................................................................................................14 3.1



Kesimpulan....................................................................................................................14



DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (1974) mendefinisikan komunitas atau masyarakat sebagai suatu pengelompokan sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografi serta kesamaan nilainilai dan tujuan. Pada umumnya, anggota-anggotanya saling mengenal dan berinteraksi baik dengan lingkungan internal maupun eksternal. Komunitas berfungsi dalam struktur sosial tertentu serta menerapkan dan membentuk norma-norma tertentu pula. Pembangunan



kesehatan



masyarakat



merupakan



bagian



integral



dari



suatu



pembangunan kesehatan nasional, selain itu juga merupakan bagian integral dari pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam perencanan, peorganisasian, dan pengelolaan upaya kesehatan termasuk upaya perawatan diri, pada akhirnya akan menjadi tumpuan kemandirian masyarakat dalam hal kesehtan. Berbagai kegiatan masyarakat dalam upaya kesehtan telah dilaksanakan di desa (kelurahan) dengan budaya kerjasama, gotong-royong, musyawarah, serta peluang-peluang kemandirian mereka seperti kemandirian dalam pembiayaan kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakaan kebutuhan dan hak setiap insan agar dapat menjalani hidup yang produktif dan bahagia. Agar setiap orang dimanapun dan kapanpun dapat memperoleh hidup sehat, kesehatan harus menjadi kemampuan yang melekat pada setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kamampuan hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat untuk dapat mengatasi masalah kesehtaan dan menjalankan upaya pemecahanya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. 1.2 Rumusan masalah a. Bagaimana pengorganisasian komunitas ? b. Bagaimana strategi intervensi di komunitas? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui pengorganisasian komunitas b. Untuk mengetahui strategi intervensi di komunitas



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengorganisasian Komunitas 1. Definisi Pengorganisasian Komunitas Pengorganisasian komunitas adalah suatu proses yang mengantarkan perubahan dengan melibatkan masyarakat dan agregat untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan masyarakat (Swanson & Alberct, 1993, dalam Helvie, 1998). Pendapat senada disampaikan oleh Sasongko (1996) yang menyatakan bahwa pengorganisasian komunitas adalah suatu proses ketika suatu masyarakat tertentu mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan serta mengembangkan keyakinannya untuk berusaha memenuhi kebutuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia, dengan usaha secara gotong-royong untuk mencapai tujuan bersama. Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa komponen penting dalam pengorganisasian komunitas adalah adanya pemberdayaan masyarakat, persamaan tujuan, dan merupakan suatu proses perubahan.



2. Model pengorganisasian komunitas Berikut ini akan diuraikan mengenai tiga model pengorganisasian komunitas yang kita kenal, sebagai berikut. 1. Model pengembangan masyarakat (locality development) Menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (1981, hal 8, dalam Helvie, 1998), model pengembangan masyarakat (locality development) merupakan “suatu disain yang diproses untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial untuk keseluruhan komunitas dengan partisipasi aktifnya dan kepercayaan yang mungkin sepenuhnya pada inisiatif komunitas”. Contoh, terhentinya program pemukiman sehat oleh pemerintah DKI beberapa tahun lalu, kemungkinan program ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan prosedur demokratis terlebih dahulu, yaitu pada penentuan tujuan dan tindakannya, serta tidak mengembangkan konsep swabantu, sehingga kemampuan masyarakat tidak dimanfaatkan secara optimal.



2. Model perencanaan sosial (social planning) Model ini lebih menekankan pada pendekatan teknik untuk memecahkan masalah sosial dengan menggunakan keahlian dan kemampuan teknis seorang ahli perencana, termasuk kemampuan untuk melakukan negosiasi terhadap birokrasi. Model ini lebih menekankan pada kemampuan seorang perencana untuk menetapkan, menyusun, dan menyampaikan



tindakan



yang



akan



dilakukan



kepada



masyarakat



yang



membutuhkan pemecahan masalah yang sedang dihadapinya Contoh, program pemukiman sehat Provinsi DKI menggunakan model perencana sosial (social planning) dalam mengimplementasikan programnya, sehingga program tersebut mendapatkan dukungan maksimal dari pemerintah DKI melalui anggaran APBD. Namun, ketika anggaran terbatas, program ini sudah tidak berjalan lagi. Kondisi inilah yang perlu dipertanyakan, apakah dalam merencanakan perubahan, komunitas tidak memikirkan kelangsungan dari suatu program? sehingga masyarakat dapat meneruskan kembali program tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi salah satu topik pembahasan dalam topik ini, bahwa penting sekali untuk mengombinasikan dua model pengorganisasian komunitas dalam mencapai perubahan masyarakat yang lebih baik, 3. Model tindakan sosial (social action) Model ini menggabungkan proses dan tugas untuk menekankan redistribusi kekuatan, sumber daya, hak-hak pembuat keputusan komunitas atau perubahan kebijakan untuk mengubah masyarakat yang lebih luas. Contoh kelompok yang sudah menggunakan model ini adalah lembaga swadaya masyarakat kesehatan (LSM Kesehatan) yang bergerak untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat dengan menekankan pada distribusi kekuatan, sumber daya, dan berusaha memengaruhi perubahan kebijakan untuk mengubah kesehatan masyarakat yang lebih luas. 3. Perencanaan dan pengorganisasian masyarakat Dilihat dari segi perencanaannya, terdapat dua bentuk pengorganisasian masyarakat, yaitu sebagi berikut. 1.    Bentuk langsung (direct), langkah-langkahnya adalah: a.    Identifikasi masalah atau kebutuhan; b.    Perumusan maslah; c.    Penggunaan nilai-nilai sosial yang sama dalam mengekspresikan hal-hal tersebut.



2.    Bentuk tidak langsung (indirect) Disini harus ada orang-orang yang benar-benar yakin akan adanya kebutuhan atau masalah yang jika diambil tindakan untuk mengatasinya maka akan timbul manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu: a.    Untuk menampung apa yang direncakan secara tidak formal oleh para petugas. b.    Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasi dalam kegiatan ini. 4. Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat a) Spesific content objective approach Seseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan adanya kepentingan bagi masyarakat dapat mengajukan suatu program untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini bisa dilakukan oleh yayasan, lembaga swadaya masyarakat, atau atas nama perorangan. b) General content objective approach Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengoordinasi berbagai usaha dalam wadah tertentu. Kegiatan ini dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun organisasi nonpemerintah (nongoverment organization). c) Process organization approach Penggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat, timbul kerjasama dari anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat sendiri mengembangkan kemampuannnya sesuai dengan kapasitas mereka dalam melakukan usaha mengatasi masalah. Salah satu contohnya adalah kelompok kerja kesehatan (pokjakes) yang dibentuk dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat.



5. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat ksehatan komunitas dalam pengorganisasian masyarakat a. Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan prinsip negosiasi, kemitraan, dan pemberdayaan di masyarakat. b. Memahami konsep proses keperwatan kesehatan komunitas. c. Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan mereka, mengajaknya untuk kerja sama, serta membangun rasa saling percaya antara perawatan dan masyarakat.



d. Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang dapat dihubungi jika memerlukan bantuan. e. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahkan, dimengerti, dan diamalkan oleh masyarakat. f. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu. g. Mengetahui kemampuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya. h. Mengetahui pengetahuan dasar mengenai keterampilan (skills) tertentu yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh. i. Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sediri. 2.2 Strategi Intervensi Dan Pengorganisasian Masyarakat Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan  1. Kemitraan Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu a) lingkaran



pengkajian



masyarakat



pada



puncak



model



yang



menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, b) proses keperawatan.



Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990). Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor terkait,



organisasi



masyarakat



(TP-PKK,



Lembaga



Indonesia/LLI,



Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat. 2. Pemberdayaan Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk



meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001).Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu: a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat . b. Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif dalam



lingkungannya.



Pada



tahap



ini



agregat



memerlukan



pendampingan perawat komunitas. c. Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri. 3. Pendidikan kesehatan Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan



pendidikan



meningkatkan



derajat



kesehatan. kesehatan



Pendidikan dan



kesehatan



mengurangi



bertujuan



untuk



disabilitas



serta



mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011). Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang



kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, & Kok, 1996). Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar seorang mampu: a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya, dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan dukungan dari luar c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social. Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder, dan (3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan . Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi terulang dan memelihara stabilitas kesehatan . 4. Proses kelompok



Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI,1992). Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/ pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok. Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause,2011). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, LeoSummers, & Horwitz, 1992). Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).



Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu: A. Model pengembangan masyarakat (locality development),  Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan



pelaksanaan



tindakan.



Tujuan



dari



model



pengembangan



masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991). Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif . B. Model perencanaan sosial (social planning) Model perencanaan sosial dalam pengelolaan



agregat



lebih



menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning. Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus memiliki kemampuan dan



ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait. C. Model aksi sosial (social action) Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan komunitas 2.3 Tingkat pencegahan intervensi keperawatan 1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan. 2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan . 3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).



2.4 Bentuk Intervensi Keperawatan Yang Dapat Dilakukan Oleh Perawat Komunitas Terdiri Dari: 1. Observasi. Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada . 2. Terapi modalitas. Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik. 3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM). Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan komponen penting dalam pengorganisasian komunitas adalah adanya pemberdayaan masyarakat, persamaan tujuan, dan merupakan suatu proses perubahan.Intervensi keperawatan dilakukan haruslah yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas sektoral. Pada kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas memberikan pelayanan sesuai konsep, hal ini antara lain karena pemahaman yang belum sama tentang konsep dasar keperawatan komunitas dan perannya dalam keperawatan komunitas, dengan materi ini diharapkan para sejawat perawat dapat mendesiminasikan ilmunya baik kepada peserta didik maupun kepada sejawat perawat lain yang bekerja di komunitas, selanjutnya akan diuraikan asumsi keyakinan dan falsafah komunitas.



DAFTAR PUSTAKA Kholifah, Siti Nur.2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas.Jakarta Selatan:Pusdik SDM Kesehatan Achjar,komang ayu henny .2011.Asuhan keperawatan komunitas teori dan praktik .Jakarta:EGC Cahyano, Ferianto H. 2019. KTI : Lapoean Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Siswa TK Muslimat NU 30 Ciptomulyo Kota Malang. Repositrory Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang : Malang Adi, isbandi rukminto. 2013. Kesejahteraan sosial (pekerjaan sosial, pembangunan sosial, dan kajian P pembangunan).Jakarta: PT RajaGrafindo persada Adi, isbandi rukminto. 2013. Intervensi komunitas & pengembanganMasyarakat. Jakarta: Rajawali pers Kodim, Yulianingsih. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. jakarta: TIM. Itriyah,L.& Auhar,M.2014.Pengantar Psikologi Klinis.Jakarta: Prestasi Pustaka Pomeranz,M.2013.Psikologi Klinis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Prawitasari.2012.Psikologi terapan melintas batas disiplin ilmu.Jakarta: Erlangga Anderson & McFarlane, 2011. Community As Partner: Theory And Practice In Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin