Kelompok 1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nadia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN KARDIOVASKULER ” Penerapan Discharge Planning Pada Pasien Infark Miokard di Ruang Jantung”



Kelompok 1 2B Anggota : Annisa Fitri



(183110203)



Azzahra



(183110206)



Danil Hidayat



(173110200)



Inayah Nursyafitri



(183110217)



Monica Yuza Utami



(183110221)



Ramadhani Riska Sucianti



(183110229)



Wahyuni Irwan



(183110237)



Dosen pembimbing : Renidayati, S.Kp.M.Kep.Sp.Jiwa



PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES RI PADANG 2020 1



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penerapan Discharge Planning Pada Pasien Infark Miokard di Ruang Jantung”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Penerapan Discharge Planning Pada Pasien Infark Miokard di Ruang Jantung” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Padang, 20 Mei 2020



Kelompok 1



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.



Latar Belakang...................................................................................................................4 Rumusan Masalah..............................................................................................................4 Tujuan ...............................................................................................................................5 Manfaat..............................................................................................................................5



BAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep Penyakit Infark Miokard A. B. C. D. E. F.



Pengertian infark miokard.................................................................................................6 Etiologi infark miokard.....................................................................................................6 Manifestasi klinik infark miokard.....................................................................................9 Patofisiologi......................................................................................................................10 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................11 Penatalaksanaan................................................................................................................12



Konsep Discharge Planning A. B. C. D. E. F. G. H.



Pengertian Discharge planning.........................................................................................14 Tujuan Discharge planning...............................................................................................14 Manfaat Discharge planning.............................................................................................14 Waktu Discharge planning................................................................................................15 Pelaksanaan dan proses keperawatan ...............................................................................15 Discharge planning pada pasien Infark Miokard..............................................................20 Kesiapan Pulang................................................................................................................22 Teori Keperawatan Self Care Orem .................................................................................24



Kasus dan pembahasan..............................................................................................................31 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………………………. . .41 B. Saran…………………………………………………………………………………......41 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................42 SOAL VIGNETTE......................................................................................................................43 3



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark Miokard adalah suatu kondisi medis yang mengancam keselamatan jiwa yang ditandai dengan kematian otot jantung dikarenakan penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba dimana hal ini menghalangi pasokan darah ke otot jantung. Penyumbatan biasanya terjadi pada lumen arteri koroner yang telah dipersempit oleh plak yang berlemak dari aterosklerosis, yang sepenuhnya disumbat oleh gumpalan darah atau suatu plak arteri. Otot jantung yang kekurangan oksigen akan mengalami kematian dalam keadaan tersebut, sehingga menimbulkan nyeri dada yang menekan gejala dari infark miokard. Ini merupakan keadaan medis yang darurat yang membutuhkan perawatan medis yang secepatnya untuk mencegah kerusakan permanen pada sebagian besar jantung dan kematian dini. Discharge planning merupakan suatu proses pelayanan kesehatan yang melibatkan pasien dan keluarga dalam mempersiapkan pemulanganuntuk kontinuitas perawatan. Proses ini dimulai sejak awal pasien datang ke sebuah tempat pelayanan kesehatan sampai pasien dinyatakan untuk kembali ke rumah. Discharge planningbertujuanuntuk meningkatkan pengetahuan, kemandirian, keterampilan serta sikap dalam memperbaiki atau mempertahankan status kesehatan



paska perawatan di rumah sakit. Selain itu



discharge planningjuga bertujuan untuk mempersiapkan kepulangan pasien dan meningkatkan kepatuhan perawatan di rumah B. Rumusan Masalah Konsep Penyakit Infark Miokard 1. Apa Pengertian infark miokard? 2. Bagaimana Etiologi infark miokard? 3. BagaimanaManifestasi klinik infark miokard? 4. Bagaimana Patofisiologi infark miokard? 5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik infark miokard? 4



6. Bagaimana Penatalaksanaan infark miokard? Konsep Discharge Planning 1. Apa pengertian Discharge planning? 2. Apa tujuan Discharge planning? 3. Apa manfaat Discharge planning? 4. Bagaimana waktu Discharge planning? 5. Bagaiamana pelaksanaan dan proses keperawatan? 6. Bagaimana Discharge planning pada pasien Infark Miokard? 7. Bagaiman kesiapan Pulang? 8. Bagaimana Teori Keperawatan Self Care Orem? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mendeskripsikan penerapan discharge planning pada pasien Infark Miokard diruang jantung. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengertian Discharge planning 2. Untuk mengetahui tujuan Discharge planning 3. Untuk mengetahui manfaat Discharge planning 4. Untuk mengetahui waktu Discharge planning 5. Untuk mengetahui pelaksanaan dan proses keperawatan 6. Untuk mengetahui Discharge planning pada pasien Infark Miokard 7. Untuk mengetahui kesiapan Pulang 8. Untuk mengetahui Teori Keperawatan Self Care Orem D. Manfaat Penulisan Sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien infark miokard dengan penerapan discharge planning,dan menambah wawasan dan penegetahuan.



5



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR INFARK MIOKARD 1. Definisi Infark Miokard adalah suatu kondisi medis yang mengancam keselamatan jiwa yang ditandai dengan kematian otot jantung dikarenakan penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba dimana hal ini menghalangi pasokan darah ke otot jantung. Penyumbatan biasanya terjadi pada lumen arteri koroner yang telah dipersempit oleh plak yang berlemak dari aterosklerosis, yang sepenuhnya disumbat oleh gumpalan darah atau suatu plak arteri. Otot jantung yang kekurangan oksigen akan mengalami kematian dalam keadaan tersebut, sehingga menimbulkan nyeri dada yang menekan gejala dari infark miokard. Ini merupakan keadaan medis yang darurat yang membutuhkan perawatan medis yang secepatnya untuk mencegah kerusakan permanen pada sebagian besar jantung dan kematian dini. Pemblokiran arteri koroner yang paling sering disebabkan oleh kondisi yang disebut aterosklerosis, yang merupakan penumpukan zat lemak secara bertahap dalam aliran darah di sepanjang lapisan dalam arteri yang membatasi aliran darah ke jantung. Zat-zat ini juga dapat membuat massa abnormal dari trombosit yang menjadi bekuan darah. Jaringan parut yang dihasilkan dari otot mati pada IM mengubah pola aktivitas listrik jantung. Perubahan-perubahan dalam pola listrik ini terlihat dengan jelas dalam uji elektrokardiografi (EKG), sehingga alat ini sangat penting untuk mendiagnosis IM. 2. Etiologi / Faktor Resiko Infark Miokard Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara lain: 1. Infark miokard tipe 1 Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan oksigen dan



6



nutrien yang inadekuat memicu munculnya infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia dan hiper atau hipotensi. 2. Infark miokard tipe 2 Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme arteri menurunkan aliran darah miokard. 3. Infark miokard tipe 3 Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat. 4. Infark Miokard tipe 4 a. Infark miokard tipe 4a Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark miokard. b. Infark miokard tipe 4b Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stenttrombosis. c. Infark miokard tipe 5 Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass koroner. Terdapat 2 faktor resiko yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu 1. Usia 2. jenis kelamin 3. ras 4. riwayat keluarga. Resiko aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Faktor resiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik (Santoso,2005). Faktor- faktor tersebut yaitu 1. abnormalitas kadar serum lipid 7



2. hipertensi 3. merokok 4. diabetes 5. obesitas 6. faktor psikososial 7. konsumsi buah-buahan 8. diet dan alkohol 9. aktivitas fisik (Ramrakha, 2006). Menurut Anand (2008), wanita mengalami kejadian infark miokard pertama kali 9 tahun lebih lama daripada laki-laki. Perbedaan onset infark miokard pertama ini diperkirakan dari berbagai faktor resiko tinggi yang mulai muncul pada wanita dan lakilaki ketika berusia muda. Wanita agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal diduga karena adanya efek perlindungan estrogen (Santoso, 2005). Abnormalitas kadar lipid serum yang merupakan faktor resiko adalah hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar kolesterol atau trigliserida serum di atas batas normal. The National Cholesterol Education Program(NCEP) menemukan kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit jantung koroner. The Coronary Primary Prevention Trial (CPPT) memperlihatkan bahwa penurunan kadar kolesterol juga menurunkan mortalitas akibat infark miokard (Brown, 2006). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi vaskuler terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung bertambah, sehingga ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa. Bila proses aterosklerosis terjadi, maka penyediaan oksigen untuk miokard berkurang. Tingginya kebutuhan oksigen karena hipertrofi jaringan tidak sesuai dengan rendahnya kadar oksigen yang tersedia (Brown, 2006). Merokok meningkatkan resiko terkena penyakit jantung kororner sebesar 50%. Seorang perokok pasif mempunyai resiko terkena infark miokard. Di Inggris, sekitar 300.000 kematian karena penyakit kardiovaskuler berhubungan dengan rokok 8



(Ramrakha, 2006). Menurut Ismail (2004), penggunaan tembakau berhubungan dengan kejadian miokard infark akut prematur di daerah Asia Selatan. Obesitas meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner. Sekitar 25-49% penyakit jantung koroner di negara berkembang berhubungan dengan peningkatan indeks masa tubuh (IMT). Overweight didefinisikan sebagai IMT > 25-30 kg/m 2 dan obesitas dengan IMT > 30 kg/m2. Obesitas sentral adalah obesitas dengan kelebihan lemak berada di abdomen. Biasanya keadaan ini juga berhubungan dengan kelainan metabolik seperti peninggian kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan tekanan darah, inflamasi sistemik, resistensi insulin dan diabetes melitus tipe II (Ramrakha, 2006). Faktor psikososial seperti peningkatan stres kerja, rendahnya dukungan sosial, personalitas yang tidak simpatik, ansietas dan depresi secara konsisten meningkatkan resiko terkena aterosklerosis (Ramrakha, 2006). Resiko terkena infark miokard meningkat pada pasien yang mengkonsumsi diet yang rendah serat, kurang vitamin C dan E, dan bahan-bahan polisitemikal. Mengkonsumsi alkohol satu atau dua sloki kecil per hari ternyata sedikit mengurangi resiko terjadinya infark miokard. Namun bila mengkonsumsi berlebihan, yaitu lebih dari dua sloki kecil per hari, pasien memiliki peningkatan resiko terkena penyakit (Beers, 2004). 3. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala infark miokard adalah : 1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama. 2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi. 3) Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke  bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri). 4) Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan/bekerja atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (NTG). 5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher. 9



6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis  berat, pusing atau kepala ringan dan mual muntah. 7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri. 4. Patofisiologi Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan oleh iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversible. Waktu diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami kerusakan adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas daerah infark, makin kurang daya kontraksinya. Secara fungsional, infark miokard menyebabkan : berkurangnya kontraksi dengan gerak dinding abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume denyutan,  berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir-diastole ventrikel kiri. Gangguan fungsi tidak hanya tergantung luasnya infark, tetapi  juga lokasinya karena berhubungan dengan pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan tempat terdapatnya seperti infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan infark transmural. Infark transmural meluas dari endokardium sampai epikardium. Semua infark miokard memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi daerah cedera, diluarnya dikelilingi lagi lingkaran iskemik. Masing-masing menunjukkan pola EKG yang khas. Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim intramiokard, enzim ini membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan otot jantung yang mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu fungsinya (Dr. Jan Tambayong, 2007). 5. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Doenges et all (2000:85) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan infark miokard yaitu : 1) EKG, menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datarnya gelombang T dan adanya gelombang Q.



10



2) Enzim jantung dan isoenzim, CPK-MB meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam. 3) Elektrolit,



ketidakseimbangan



dapat



mempengaruhi



konduksi



dan



dapat



mempengaruhi kontraktilitas. 4) Sel darah putih, leukosit (10.000-20.000) tampak pada hari kedua sehubungan dengan proses inflamasi. 5) GDA atau oksimetri nadi, dapat menunjukkan hipoksia. 6) Kolesterol atau trigliserida serum : meningkat menunjukkan arterisklerosis. 7) Foto dada, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK. 8) Ekokardium, evaluasi lebih lanjut mengenai fungsi dasar terutama ventrikel. 9) Angiografi koroner, menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. 6. Pentalaksanaan 1) Penatalaksanaan Medis Menurut Smetlzer (2002:790) : Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung tetapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan fungsi jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen, sementara tirah baring dilakukan untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Hilangnya nyeri merupakan indikator utama bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai keseimbangan. Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen Smeltzer dan Bare, 2002:791-802). a. Vasodilator 11



Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalh nitrogliserin. Nitrogliserin menyebabkan dilatasi arteri dan vena, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke jantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (viorkload) jantung. b. Antikoagulan Heparin digunakan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Dengan memperpanjang waktu pembekuan darah dapat menurunkan kemungkinan pembentukan trombus dan akan menurunkan aliran darah.



c. Trombosit Tujuan trombosit untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark, contohnya steptokinase atau anti streptease, selain itu pemberi analgetik juga bisa diberikan. Morfin dapat menurunkan tekanan dalam kapiler paru, mengurangi perembasan cairan ke jaringan paru dan menurunkan kecepatan napas. Diuretik bisa diberikan untuk vasodilatasi dan penimbunan darah di pembuluh darah perifer, contohnya furosemide (lasix). 2) Penatalaksanaan keperawatan Menurut Doenges et alll (2000;84) dasar data pengkajian yang perlu diperhatikan pada pasien dengan infark miokard adalah sebagai berikut : a. Aktivitas Pasien sering mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur. Ditandai adanya takikardia dan dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas. b. Sirkulasi Adanya riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung kronis, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus perlu ditanyakan pada pasien. Ditandai dengan tekanan darah dapat normal atau naik atau turun, nadi dapat normal penuh atau tak kuat juga bisa lemah tapi kuat, dan disritmia. c. Nyeri atau ketidaknyamanan 12



Nyeri dada yang timbulnya mendadak atau tidak berhubungan dengan aktivitas, tida hilang dengan istirahat skala nyeri 1-10. Hal ini ditandai dengan wajah meringis, menangis, merintih. Perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit, kesadaran. d. Pernapasan Pada pasien infark dapat terjadi dispnea, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok dan pernapasan kronis, ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak, pucat, sianosis.



Tindakan keperawatan utama pada paisen infark meliputi sebagai berikut (Corwin, 2001:371) : 1. Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigen darah sehingga beban atau jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat. 2. Pembahasan aktivitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membantu membatasi luas kerusakan. 3. Obat untuk menghilangkan nyeri untuk menenangkan pasien juga sebagai vasodilator yang bekerja menurunkan preload dan afterload, contohnya morfin. 4. Diberikan diuretik untuk mencegah kelebihan volume serta timbulnya gagal jantung kongestif.



13



B. KONSEP DISCHARGE PLANNING 1. Pengertian Discharge planning (perencanaan pulang) adalah suatu proses yang melibatkan pasien dan keluarga dalam mempersiapkan pemulangan



sehingga pasien dapat melakukan



kontinuitas perawatan di rumah. Tindakan utama dalam discharge planning yaitu pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan dukungan terhadap kondisi pasien serta tindak lanjut yang harus dilakukan setelah menjalani perawatan di rumah sakit. 2. Tujuan Menurut National Council of Social Service (NCSS) pelaksanaan discharge planning bertujuan untuk memberdayakan dan memaksimalkan potensi pasien untuk hidup secara mandiri melalui dukungan dukungan dan sumber - sumber yang ada dalam keluarga dan masyarakat. Tujuan lain dari discharge planning menurut WHO diantaranya: 1. Mempersiapkan kesiapan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis untuk pulang dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan 2. Mempersiapkan keluarga secara psikologi mengenai perubahan kondisi pasien 3. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan 4. Memfasilitasi kelancaran perpindahan dan meyakinkan bahwa semua fasilitas kesehatan siap menerima kondisi pasien 5. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan derajat Kesehatan 6. Memberikan kontinuitas perawatan antara rumah sakit dengan lingkungan 7. Meningkatkan pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan dan



kemungkinan



terjadinya komplikasi. 3. Manfaat



14



Manfaat discharge planning ditujukan untuk pasien, keluarga, dan pelayanan Kesehatan lanjutan. Manfaat discharge planning menurut NCSS diantaranya untuk menetapkan tujuan bersama antara pasien dan pemberi pelayanan mengenai kebutuhan pasien, mengelola perawatan jangka pendek dan panjang, mendorong pendekatan tim, dan mendapatkan kelangsungan perawatan. Manfaat discharge planning bagi pasien diantaranya menyadarkan kepada pasien bahwa dirinya merupakan bagian dari proses perawatan bukan sebagai objek dari proses perawatan, menyadarkan kepada pasien bahwa pasien memiliki hak untuk dipenuhi segala kebutuhannya, dan meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakitnya dan bagaimana perawatannya. Manfaat discharge planning bagi perawat yaitu merasakan bahwa keahliannya diterima, memahami perannya dalam sistem, mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan prosedur baru, memiliki kesempatan untuk bekerja dalam sistem yang efektif dan dinamis. 4. Waktu Discharge planning harus dilakukan sedini mungkin yaitu setelah pasien masuk ke rumah sakit. Menurut Carpenito, discharge planning harus dimulai segera setelah pengkajian pasien masuk Perawat harus menganalisa data untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien maupun keluarga. Discharge planning yang dilakukan sedini mungkin dapat memberikan dampak terhadap lamanya perawatan pasien di rumah sakit, mengurangi biaya perawatan, menurunkan angka readmission ,mempengaruhi faktor resiko kekambuhan, status fungsional,dan memungkinkan intervensi rencana pulang dilakukan dengan tepat waktu. 5. Pelaksanaan dan Proses Keperawatan Proses pelaksanaan discharge planning mencakup pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Pelaksanaan discharge planning dikatakan sukses jika discharge planning dimulai saat pasien masuk dengan mempergunakan alat pengkajian discharge planning khusus, misalnya checklist yang berisikan pertanyann seputar kebutuhan dalam pemenuhan pemulangan. Prinsip yang harus dikembangkan dalam pelaksanaan discharge planning diantaranya : 1) discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi kebutuhan pasien 15



2) prosedur discharge planning diliksanakan secara konsisten dan meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman 3) menjamin kontinuitas perawatan setelah pulang 4) discharge planning dimulai saat pertama kali kontak dengan pasien. Pelaksanaan dischar ge planning membutuhkan perawat yang memiliki kompelensi dalam pengkajian, mampu mengorganisasikan, memiliki keahlian dalam berkomunikasi, menyadari sumber daya masyarakat. dan memiliki kemampuan sebagai scorang dhischarge planner. Berbagai penelitinn telah dilakukan untuk menilai keefektifan pelaksanaan discharge planning misalnya penelitian Dai, Chang, & Tai. tentang efektifitas discharge planning dalam pemberian health education oleh perawat di RS T'aiwan pada pasien post craniotomy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa length of stay dan resiko readmission pada kelompok yang diberikan discharge planning lebih kecil daripada kelompok kontrol. tahapan discharge planing diantaranya: 1. seleksi pasien 2. pengkajian 3. perencanaan 4. sumber daya pasien dan keluarga 5. implementasi dan evaluasi a. Seleksi Pasien Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang membutuhkan discahrge planing. Semua pasien membutuhkan discahrge planning, namun discahrge planning lebih diprioritaskan bagi pasien yang memiliki resiko terhadap pelayanan khusus. Departement of Health mendeskripsikan karakteristik pasien yang membutuhkan discahrge planning dan rujukan ke pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: 1. kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan 2. isolasi sosial 3. diagnosa penyakit kronik 4. operasi besar 5. perpanjangan masa penyermbuhan dari operasi besar atau penyakit 16



6. ketidakstabilan mental atau emosi 7. penatalaksanaan perawatan di rumah kompieks 8. kesulitan dalam finansial 9. ketidakmampunn menggunnkan sumber rujukan 10. penyakit terminal Sedangkan menurut New York State Departemen! of Health, prioritas pasien yang memburuhkan discahrge planning diantaranya: 1. multiple diagnosis dan resiko tinggi kematian 2. keterbatasan mobilitas fisik 3. resiko cidera 4. antisipasi perawatan jangka panjang: stroke, jantung, DM, TBC b. Pengkajian Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat keperawatan dan pengkajian berkelanjutan terhadap keschatan fisik, psikososial, status fungsional, kebutuhan health education,dan konseling.Prinsip pengkajian discharge planning: a. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk dan berkelanjutan selama perawatan b. Pengkajian bherfokus pada pasien dowasa yang beresiko tinggi tidak tercapainya hasil discharge c.



Pengkajian meliputi: 1. status fungsiomal (kemampuan dalam beraktivitas schari-hari dan fungsi kemandirian) 2. status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam proses discahrge planning dan kemampuan mempelajari informasi) 3. status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap depresi 4. persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri 5. kemampuan fisik dan psikologi keluarga dalam perawatan pasien 6. kurangnya pengetahuan berkaitan dengan kebutuhan perawatan 7. faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit 8. review pengobatan dan dampaknya 17



9. akses pelayanan kesehatan setelah pulang dari rumah sakit Karakteristik pasien yang siap untuk dikaji kebutuhan health education nya ditunjukkan dalam 3 kategori: a. Secara fisik, pasien maripu herpartisipasi dalam proses pengkajian ditandai dengan tanda-tanda vital terkontrol, kecemasan memurin, depresi menurun b. Tujuan dalam proses pengkajian đapat dipahami pleh pasien dan keluarga c. Pengkajian harus memperhatikan status emosional pasien dan keluarga dengan tujuan agar pasien dan keluarga dapat berpartisipasi aktif c. Perencanaan Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting dari pemberian health education yang dikenal dengan istilah "METHOD" M: Medication, pasien diharapkan mengetahui tentang: 1) Nama obat 2) Dosis yang harus diberikan dan waktu permberiannya 3) Tujuan penggunaan obat 4) Efek obat seharusnya 5) Gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal yang perlu dilaporkan E: Environment, pasien akan diajarkan tentang: 1. Instruksi adekuat mengenai keterampilan penting yang dapat dilakukan di rumah 2. Investigasi dan koreksi berbagai bahaya lingkungan 3. Support emosional yang kuat 4. Investigasi sumber-sumber ekunomi T: Treatment, pasien dapat: 1.



Mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan di rumah



2. Mampu mendemonstrasikan cara perawatan yang benar H: Health. pasien dapat: 1. Mendeskripsikan bagaimata perjalanan penyakitnnya 2. Mendeskripsikan makna-makna penting untuk memelihara derajat kesehatan 18



O: Outpatient referral, pasien dapat: 1. Mengetahui waktu dan tempat kontrol keschatan 2. Mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu perawatan D: Diet, diharapkan pasien dapat: 1. Mendeskripsikan tujuan diit 2. Merencanakan jenis jenis menu yang sesuai d. Implementasi Implementasi dapat dibedakan dalam dua bngian, yaitu implementasi yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan implementasi yang dilakukan pada hari pemulangan. 1. Persiapan sebelum hari pemulangan pasien Pada proses ini perawat mempersiapkan pasien dan



keluarga denganmemberikan



informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan, menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin sclama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi,kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat- alat medis, perawatan lanjutan, diet), komunikasikan respon pnsten dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim keschatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien. 2. Penatalaksanann pada hari pemulangan Aktivitas yang ctilakukan pada hari pemulangan antara lain: biarkan pasien dan keluarga bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah, periksa instruksi pemulangan dokter, persiapkan kebutuhan sebelum pasien sampai di rumah, tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju ke rumah. dan jaga privasi pasien sesuai kebutuhan. Pemberian discharge planning harus dapat menghasilkan perubahan perilaku dan berkembangnya kemampuan seseorang yang diawali dengan pembentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Aspek perubahan perilaku yang berkembang dalam proses pendidikan meliputi: a. Ranah kognitif (pengetahuan), menunjukkan pemikiran rasional 19



b. Ranah afektif (sikap). menunjukkan reaksi terhadap penyakitnya c. Ranahbpsikomutor



(ketrampilan),



menunjukkan



kemampuan



untuk



mendemonstrasikan suatu keahlian. e. Evaluasi Terdapat 2 indikator penilaian evaluasi yang perlu dipertimbangkan yaitu kriteria proses dan kriteria hasil yang dapat diukur berdasarkan status fungsional, hari rawnt (length of stay) atau kunjungan berulang (readmission) akibat faktor yang tidak terkontrol. Evalunsi discharge planning perlu diadakan follow-up setelah pasien pulang dari rumah sakit baik melalui telepon atau kontak dengan keluarga serta pelayanan kesehatan yang ikut f. Discharge Planning pada pasien IMA 1) Kebutuhan discharge planning pasien IMA Pemberian program discharge planning pada pasien IMA bertujuan untuk memandirikan pasien IMA dalam melakukan kontinuitas perawatan sehingga pasien tidak memiliki masalah kesehatan yang dapat menyebabkan perburukan kondisi atau meningkatkan komplikasi paska perawatan di rumah sakit.Program ini harus dilaksanakan sedini mungkin yaitu setelah pasien IMA melewati fase akut.Discharge planning yang tidak maksimal akan menyebabkan kerugian pada pasien IMA yaitu meningkatnya resiko kekambuhan untuk kembali ke rumah sakit. Sebelum pemulangan pasien dan keluarga harus mengetahui manajemen perawatan di rumah dan memperhatikan masalah fisik yang kemungkinanterjadidan dapat menyebabkan masalah Kesehatan 2) Komponen Discharge Planning pada pasien IMA Program discharge Planning pada dasarnya merupakan pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien meliputi nutrisi, aktivitas/latihan, obat-obatan, dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien. Dengan adanya discharge planning pasien dan keluarga diharapkan menjadi lebih mengerti tentang kondisi kesehatan, pengobatan, tanda dan gejala, diet yang sehat, aktivitas, dan pentingnya kontrol rutin untuk mengurangi komplikasi Komponen discharge planning pada pasien IMA diantaranya: a. Pengetahuan tentang Penyakit IMA



20



Pasien yang mengalami serangan jantung terutama serangan pertama biasanya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gejala akan terjadinya serangan jantung. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan dan berdampak pada kematian mendadak .Selain itu pasien IMA yang mengalami serangan sering merasakan kecemasan. Kecemasan umumnya muncul karena ketidaktahuan pasien terhadap kondisi yang menimpanya.Kecemasan ini dapat menimbulkan dampak buruk diantaranya perubahan keadaan fisik maupun psikologis yang akhirnya akan mengaktifkan saraf otonom untuk meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas. Oleh karena itu penting bagi setiap pasien IMA mengetahui tentang penyakitnya. Pengetahuan yang perlu diketahui oleh pasien IMA diantaranya tanda gejala, penyebab, komplikasi, dan prognosis penyakit. Pemberian pendidikan Kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dalam mendeteksi dini adanya serangan sehingga pasien akan cepat dalam mencari pertolongan kesehatan. Selain itu pemberian pengetahuan tentang penyakit antaranya tanda gejala, penyebab, komplikasi, dan prognosispenyakit. Pemberian pendidikan kesehatanini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dalam mendeteksi dini adanya serangan sehingga pasien akan cepat dalam mencari pertolongan kesehatan. Selain itu pemberian pengetahuan tentang penyakitnya. b. Diet Salah satu faktor penyebab dan faktor yang dapat mermperparah kejadian IMA yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pengfaturan diet. c. Aktivitas/Latihan Salah satu pelaksanaann pertama secra non farmakologi pada pasien IMA saat terjadi serangan adalah dengan mengistirahatkan pasien agar tidak terjadi peruasan infark. d. Terapi Obat Terapi obat merupakan salah satu penanganan penting untuk pasien IMA.Pada saat serangan biasanya pasien diberikan terapi trombolisis untuk mencegah perburukan kondisi. e. Pelayanan Kesehatan



21



Penyakit IMA termasuk dalam jenis penyakit katastropik yaitu penyakit yang berbiaya tinggi dan komplikasinya dapat mengancam jiwa. f. Support system Support system diwujudkan dengan adanya dukungan keluarga yang selalu ada disamping penderita.



6. Perkembangan Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan kesehatan dapat ditingkatkan dan terjangkau. Di indonesia penggunaan teknologi informasi di bidang kesehatan telah diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dimana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor. Teknologi informasi di bidang kesehatan yang telah dikembangkan di Indonesia yaitu e-health. Penerapan e-health di Indonesia telah dilaksanakan dalam bentuk kerjasama antarinstansi rumah sakit, pemerintah, universitas, swasta, dan penyedia jasa telekomunikasi. Beberapa rumah sakit pemerintah dan swasta juga sudah mulai menerapkan sistem informasi rumah sakit. 1. Konsep E-Health Kata e-Health berasal dari “e (electronic) yang berarti elektronik dan "health" yang berarti kesehatan masyarakat secara umum. Secara umum definisi e-health adalah suatu layanan dalam bentuk aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang dihubungkan dengan seluruh elemen fungsional pendukung sektor kesehatan. Tujuan dari diterapkannya e-health yaitu efisiensi pelayanan kesehatan, menurunkan biaya pelayanan kesehatan, dan pendokumentasian pasien. Teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia menurut Global Information Tecnology Report untuk Asia Pasifik memiliki skor 3,75 dari 7 skor tertinggi dan menempati ranking ke 15. Data dari bank dunia menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia sebanyak 55 juta orang atau 22% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Di Indonesia mayoritas adalah pengguna telepon selular, yaitu 98 dari 100 orang memiliki telepon selular dan terdapat akses internet. Indonesia juga merupakan pasar 22



perangkat mobile terbesar ke-4 di dunia. Pertumbuhan pengguna perangkat mobile mencapai 37% setiap tahunnya. Angka ini terus meningkat dan mencapai 130% dengnan 330 juta pengguna perangkat mobile pada tahun 2015, Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 62% dari pemilik smartphone memanfaatkan ponsel mereka untuk mengkases informasi kesehatan dan pendidikan tentang kondisi penyakitnya. Peluang terbesar saat ini untuk menerapkan e- health di Indonesia adalah dengan menggunakan m-health dan telemedicine. 2. Konsep M-Health M-Health adalah penggunaan teknologi mobile telepon di bidang kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menyelamatkan jiwa. M-Health diperkenalkan pertama kali oleh Istepanian, Laxminarayan dan Pattichis pada tahan 2006. Aplikasi ini merupakan bagian dari bidang kesehatan elektronik yang dapat diaplikasikan untuk pemberian layanan kesehatan, komunikasi, pengumpulan data, maupun pengawasan petugas kesehatan. M-Health dapat memberikan informasi terait dengan proyek- proyek kesehatan dan dapat mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan cara sebagai berikut: a. Pendidikan Kesehatan dan Konseling b. Dukungan dan Pengambilan Keputusan c. Pengawasan atau Supervisi d. Rujukan dan Penelusuran 3. M-health dan Penyakit Kardiovaskuler Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Penyakit ini diperkirakan akan meningkat menjadi 22,2 juta orang pada tahun 2030. Penerapan m-Health pada penyakit kardiovaskuler bertujuan untuk mencegah peningkatan kejadian penyakit melalui modifikasi perilaku. Rata-rata aplikasi yang mengenai tiga topik yaitu manajemen makanan, promosi diker aktivitas fisik, dan berhenti merokok. Contoh penerapan m-health dalam pengaturan diet yaitu dengan pembuatan buku harian elektronik yang memudahkan pasien dalam penghitungan kalori. Hasil survei online cross-sectional melaporkan 33% dari Ahli diet olahraga 23



memilih menggunakan aplikasi diet untuk nenilai dan melacak asupan makanan, dan aplikasi smartphone dinilai lebih baik daripada metode penilaian tradisional. Contoh penerapan m-health dalam penghentian rokok yaitu dengan berbasis teks SMS layanan sebagai pengingat serta penggunaan telepon. Sedangkan untuk promosi aktivitas fisik yaitu dengan aplikasi pengingat aktivitas,ataupun gelang monitor detak jantung ". 7. Kesiapan Pulang a. Pengertian Kesiapan Kesiapan adalah kondisi seorang individu siap dalam memberikan respon dalam situasi tertentu. Kesiapan adalah penilaian atau persepsi mengenai keadaan maupun kemampuan pasien dan berhubungan dengan pengelolaan kebutuhan perawatan di lingkungan rumah. Terdapat dua komponen utama dari kesiapan yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan tugas tertentu, sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi unfuk menyelesaikan tugas tertentu. Seseorang dikatakan siap jika memiliki setidaknya 3 kondisi berikut. a. Kondisi fisik, mental dan emosional b. Kebutuhan-kebunihan, motif dan tujuan c. Keterampilan dan pengetahuan b. Faktor yang mempengaruhi kesiapan Kesiapan merupakan sikap psikologis yang dimiliki seorang individu sebelum melakukan sesuatu. Kesiapan dapat dipengaruhi dua faktor yaitu diri sendiri dan faktor luar. 1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari diri sendiri, terdiri dari dua bagian yaitu jasmani dan rohani (psikologi) dimana kedua hal tersebut dapat membuat seseorang terampil. F'aktor jasmani terdiri dari kondisi fisik dan panca indra, sedangkan faktor rohani terdiri dari minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Aspek rohani biasanya dipengaruhi oleh: 24



a) Kematangan Suatu kondisi yang dapat menimbulkan tingkah laku sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan b) Kecerdasan Daya pikit yang merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan seseorang dalam melakukan sesuatu. c) Minat Sebagai seorang pasien harus menyadari dan mengetahui minat yang ada dalam dirinya d) Motivasi Dorongan yang mempengaruhi setiap usaha seseorang dalam mencapai tujuan. e) Kesehatan Tubuh yang sehat merupakan syarat seseorang untuk melakukan tugasnya dengan baik 2. Faktor Eksternal Merupakan faktor yang datang dari luar diantaranya lingkungan dala. Lingkungan luar, dan sistem c. Kesiapan Pulang Pasien Kesiapan untuk hospital discharge (kesiapan pulang) adalah suatu penilaian kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang telah diajarkan dan dianjurkan di rumah. Kesiapan pulang dapat diidentiikasi dari persepsi pasien mengenai status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan yang diharapkan. Status personal diantaranya keadaan fisik dan emosional pasien untuk pulang ke rumah. Pengetahuan yaitu informasi kebutuhan yang diketahui secara adekuat untuk merespon kecemasan dan masalah selama proses post-hospitalisasi ". Kemampuan koping yaitu kemampuan yang dimiliki pasien untuk memanajemen diri dan perawatan kesehatan setelah pulang. Dukungan yang diharapkan yaitu harapan bantuan emosional dan instrumental yang disediakan setelah pulang ke rumah. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan pulang pasien diantaranya keadekuatan edukasi yang diberikan untuk mempersiapkan kepulangan, keterlibatan pasien dalam koordinasi perawatan, dan tỉnggal sendiri dari rumah sakit. Responden yang melaporkan menerima edukasi yang adekuat memiliki skor RHDS yang lebih tinggi daripada responden yang menerima edukasi tidak adekuat (p 124 memiliki kesiapan pulang optimal, sedangkan responden yang memperoleh nilai