KLP 1 Upaya Pencegahan Primer, Skunder, Dan Tersier Pada Kasus Kegawatdaruratan Berbagai Sistem [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER PADA KASUS KEGAWATDARURATAN BERBAGAI SISTEM



DISUSUN OLEH : KELOMPOK I



PUTU CANDRA PRADNYASARI NI PUTU RIKA UMI KRISMONITA I KOMANG SUTHA JAYA DEWA AYU PUTRI WEDA DEWANTI KADEK MEISA RUSPITA DEWI NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI



(P07120216041) (P07120216042) (P07120216043) (P07120216044) (P07120216045) (P07120216046)



POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier Pada Kasus Kegawatdaruratan Berbagai Sistem. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Prinsip Umum Kegawatdaruratan Psikiatri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.



Denpasar, 27 Juni 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................................iii BAB I..............................................................................................................................1 A. Latar Belakang.....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................................2 C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2 BAB II.............................................................................................................................3 A. Pencegahan Primer...............................................................................................3 B. Pencegahan Sekunder...........................................................................................6 C. Pencegahan Tersier..............................................................................................7 D. Pencegahan primer skunder dann tersier berdasaran letak trauma :....................8 BAB III..........................................................................................................................14 A. Simpulan............................................................................................................14 B. Saran...................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................15



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik atau bahkan sampai kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian gawat darurat, antara lain kecelakaan, tindakan anarkis yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini memerlukan penanganan gawat darurat yang tepat dan segera, sehingga pertolongan pertama pada korban/pasien dapat dilakukan secara optimal (Dwi, 2013). Menurut Forum Indonesia Health Care, (2016) berbagai upaya pencegahan kegawatdaruratan dan upaya pertolongan korban yang dilakukan dengan tepat dan cepat berdampak pada menurunnya jumlah korban cacat ataupun meninggal, namun angka tersebut masih relatif tinggi. Saat ini Indonesia masih termasuk 10 besar negara dengan angka kecelakaan lalu lintas dan angka kematian tertinggi di dunia. Penanganan pra dan pasca kecelakaan adalah salah satu pilar program dekade Aksi Keselamatan Jalan milik pemerintah, dan hal ini bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak saja. Berdasarkan hal tersebut maka sebagai tenaga kesehatan penting untuk mengetahui apa saja upaya-upaya yang tepat dan cepat dalam pencegahan kasus kegawatdaruratan. Sehingga



1



upaya-upaya pencegahan pada kasus kegawatdaruratan tersebut akan dibahas secara lebih rinci dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan



latar



belakang



tersebut



dapat



dirumuskan



masalah



“Bagaimanakah upaya-upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada kasus kegawatdaruratan berbagai sistem?”



C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya



pencegahan



primer,



kegawatdaruratan berbagai sistem.



2



sekunder



dan



tersier



pada



kasus



BAB II PEMBAHASAN A. Pencegahan Primer Upaya yang ditujukan kepada orang-orang sehat dan kelompok resiko tinggi yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk mengalami Multi trauma. Tujuan dari pencegahan primer yaitu untuk mencegah timbulnya Multi Trauma



pada individu yang beresiko



mengalami Multi Trauma atau pada



populasi umum. Sasaran pencegahan primer yaitu orang-orang yang belum sakit dan klien yang beresiko terhadap kejadian Multi Trauma. Pencegahan primer adalah intervensi biologi, sosial, atau psikologis yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan insiden penyakit di masyarakat dengan mengubah faktor-faktor penyebab sebelum membahayakan seperti penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan, dukungan system social. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan : 1. Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehataan merupakan salah satu bagian dari pencegahan primer yang mampu dilakukan. Penyuluhan kesehatan mencakup memperkuat individu dan kelompok melalui pembentukan kompetensi. Asumsinya adalah banyak respon maladaptive terjadi akibat kurangnya kompetensi. Hal ini meliputi kurangnya control yang dirasakan terhadap kehidupan seseorang, rasa keefektifan diri yang rendah, kurang efektifnya strategi koping, dan harga diri rendah yang terjadi. Penyuluhan kesehatan mencakup empat tingkat intervensi berikut ini.



3



a. Meingkatkan kesadaran individu atau kelompok tentang masalah dan peristiwa yang berhubungan dengan sehat dan sakit, seperti tugas perkembangan normal. b. Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang potensial, kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptif), dan respon koping alternative. c. Meningkatkan pengetahuan seseorang tentang dimana dan bagaimana memperoleh sumber yang diperlukan. d. Meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu atau kelompok, keterampilan interpersonal, toleransi terhadap stres dan frustasi, motifasi, harapan, dan harga diri. 2. Pengubahan lingkungan Intervensi preventif mungkin dilakukan untuk memodifikasi lingkungan terdekat individu atau kelompok atau system social yang lebih besar. Intervensi ini terutama bermanfaat apabila lingkungan menempatkan tuntutan baru kepada pasien, tidak tanggap terhadap kebutuhan perkembangan, dan hanya memberikan sedikit dukungan. Pengubahan lingkungan meliputi jenis berikut ini. a. Ekonomi Mengalokasikan sumber untuk bantuan financial atau bantuan anggaran dan pengelolaan penghasilan. b. Pekerjaan Menerima tes pekerjaan, bimbingan, pendidikan, atau pelatihan kembali yang dapat menghasilkan pekerjaan atau karir baru.



4



c. Perumahan Pindah ketempat baru, yang berarti meninggalkan atau kembali pada keluarga dan teman; memperbaiki rumah yang sudah ada; mendapatkan atau kehilangan keluarga, teman atau teman sekamar. d. Keluarga Memasukkan anak pada fasilitas perawatan, taman kanak-kanak, sekolah dasar, atau berkemah, mendapatkan pelayanan rekreasi, social, keagamaan, atau komunitas. e. Politik Memengaruhi struktur dan prosedur pelayanan kesehatan; berperan serta dalam perencanaan dan pengembangan komunitas; mengatasi masalahlegislatif. 3. Dukungan system social Penguatan dukungan social adalah cara mengurangi atau memperkecil pengaruh dari peristiwa yang berpotensi menimbulkan sters. Empat jenis intervensi preventif yang mungkin adalah: a. Mengkaji lingkungan masyarakat untuk mengidentifikasi area masalah dan kelompok resiko tinggi. b. Meningkatkan hubungan antara system dukungan masyarakat dan pelayanan kesehatan jiwa formal. c. Menguatkan jaringan pemberian pelayanan yang ada, meliputi kelompok gereja, organisasi masyarakat, kelompok wanita, dukungan tempat kerja, dan lingkungan, dan self-help group. d. Membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan, mempertahankan, memperluas, dan menggunakan jaringan social yang tersedia.



5



B. Pencegahan Sekunder Tujuan dari pencegahan skunder kegawat daruratan yaitu Pendeteksian dini Multi Trauma serta penanganan segera sehingga komplikasi dapat dicegah. Sasaran pencegahan skunder yaitu pasien multi trauma yang baru terdiagnosa dan Kelompok penduduk resiko tinggi ( supir, tukang ojek, Balita, Pekerja bangunan, pemanjat tebing ). Pencegahan skunder termaksud menurunkan prevalensi ganguan. aktifitas pencegahan skunder meliputi penemuan kasus dini, skrining dan pengobatan efektif yang cepat. intervensi krisis adalah suatu modalitas terapi pencegahan sekunder yang penting. 1. Krisis Krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang. Mekanisme koping yang biasa digunakan seseorang. Mekanisme koping yang biasa digunakan seseorang menjadi tidak efektif untuk mengatasi ancaman, dan orang tersebut mengalami suatu ketidakseimbangan serta peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pencetus biasanya dapat diidentifikasi. Tujuan intervensi krisis adalah individu pada tingkat fungsi sebelum krisis. Krisis memiliki keterbatasan waktu, dan konflik berat yang ditimbulkan dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Apa yang dilakukan seseorang terhadap krisis menentukan pertumbuhan atau disorganisasi bagi orang tersebut. 2. Factor pengimbang Dalam menguraikan resolusi krisis, beberapa factor pengimbang yang penting perlu dipertimbangkan. Keberhasilan resolusi krisis kemungkinan besar terjadi jika



6



persepsi individu terhadap peristiwa adalah realististis bukan menyimpang, jika tersedia dukungan situasional sehingga orang lain dapat membatu menyelesaikan masalah, dan jika tersedia mekanisme koping untuk membantu mengurangi ansietas. 3. Jenis –jenis krisis a. Krisis maturasi. Krisis maturasi merupakan masa transisi atau perkembangan dalam kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu, seperti pada masa remaja, menjadi orang tua, pernikahan, atau pensiun. Krisis maturasi menuntut perubahan peran. Sifat dan besarnya krisis maturasi dapat dipengaruhi oleh model peran, sumber interpersonal yang memadai, dan kesiapan orang lain dalam menerima peran baru. b. Krisis situasi. Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu mengganggu keseimbangan psikologis individu atau keseimbangan kelompok. Contohnya yaitu kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian, masalah sekolah, penyakit dan bencana. C. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan, angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam mengatasi penyakit. Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya gangguan dan disabilitas yang berkaitan. Rehabilitasi adalah proses yang memungkinkan individu untuk kembali ke tingkat fungsi setinggi mungkin.



7



D. Pencegahan primer skunder dann tersier berdasaran letak trauma : 1. Trauma kepala dan wajah a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan



kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat



tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan sunder 1) Penanganan segera secara cepat dan tepat pada penderita Multi Trauma: Pada cedera Otak : a) Pertahankan kepala harus berada dalam posisi gais tengah b) Untuk jaringan yang terkoyak dari wajah, semua jaringan dan organ yang lepas dikembalikan ke tempat semula. c) Berikan sedatif untuk mengatasi agitasi, ventilasi mekanis d) Berikan obat untuk menghentikan kejang : Benzodiazepin. e) Tindakan untuk menurunkan TIK 2)



Pencegahan komplikasi akut dan kronis :



a) cegah perdarahan yang hebat



8



c. Pencegahan tersier 1) pada cedera kepala ringan : a) Klien harus didampingi oleh seseorang selama waktu 24 jam sesudah cedera. b) Jangan meminum minuman beralkohol selama 24 jam.beristirahat selama 24 jam berikutnya c) Jangan mengemudikan kendaraan, mengoperasikan mesin, atau mengamibil keputusan yang penting. 2. Trauma Toraks dan Leher a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan



kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat



tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi. b. Pecegahan skunder 1) Tindakan untuk mengeluarkan cairan yang masif lewat Chest tube 2) Bebaskan jalan napas dengan mengatur posisi mandibula yang tepat 3. Trauma Abdomen a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi



9



kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan



kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat



tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan skunder : Lakukan pemeriksaan Fisik secara cermat. c. Pencegahan tersier 1) Pada Trauma Limpa : a) Imunisasi rutin dengan vaksin pneumucocus, dilakukan pada pasien yang baru menjalani splenektomi yang baru pulanng dari rumah sakit, untuk mengurangi risiko overwhelming postsplenectomy infection ( OPSI) b) Pada pasien yang mengalami hematoma Limpa Subkapsular Menghindarai aktivitas yang berat dan olahraga fisik selama kurang lebih 3 bulan untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang yang menyebabkan ruptur limpa. 2) Pada pasien yang mengalami cedera colon : Pasien yang diduga cedera colon atau rekrum harus diberikan profillaksis antibiotik parenteral untuk mengatasi kuman – kuman gram negatif aerob ( se perti Escherichia Coli ), dan anerob ( seperti Bcateroides fragilis ), sehingga kadar darah yang adekuat dapat dicapai pada saat laparatomi. 3) Pada cedera vaskular abdomen : tindakan umtuk mencegah hipotermi 4) Menghangatkan semua cairan infus kristaloid dan darah 5) Menggunakan rangkaian proses pemanasan leawt ventilator 6) Memberikan selimut hangat dan memasang lampu Menutup kepala pasien.



10



4. Trauma Tulang Belakang a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan



kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat



tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan skunder 1) Pasien harus di imobilisasi a) Stabilisasi kepala dengan memfiksasinya dalam posisi segaris dan memerintahkan kepada pasien untuk tidak menggerakkan leher atau kepalanya. b) Pengkajian fungsi motorik dan sensorik c) Bantuan langsung untuk memasang serta mengunci kollar servilkal yang kaku sesuai dengan ukuran, menggulingkan tubuh pasien satu garis ke sisi tubuhnya serta memasang papan punggung dan mengikat tali papan punggung serta alat penyangga kepala dan pitanya. d) Cegah hipoksia dengan mempertahankan saturasi oksigen yang melibihi 90 % dan nilai hematokrit yang melibihi 30 %. 5. Trauma Muskuloskeletal a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial



11



lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan helm saat mengemudi kendaraan bermotor, jangan Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan tinggi. b. Pencegahan skunder 1) Untuk mengendalikan perdarahan lakukan penekanan langsung ( Turniket) 2) Apabila benda yang menancap maka harus distabilkan dengan metode apa saja, sehingga mencegah trauma lebih lanjut. 3) Imobilisasi fraktur : Pembidaian bagian atas dan bawah fraktur, meliputi persendian proksimal dan distal. 4) Pada pasien yang fraktur : a) Pembatasan aktivitas yang sederhana dengan penggunaan mitela dan kruk b) Reposisi tertutup diikuti oleh pemasangan gips. c. Pencegahan tersier 1) Untuk menangani avulsi yaitu : a) memantau dan mengendalikan perdarahan dengan penekanan langsung b) rigasi flap kulit yang dilakukan dengan hati – hati, dan selanjutnya ditutupi dengan balutan yang tebal, steril serta basah. 2) Imobilisasi fraktur : Pembidaian dengan pemasangan bantalan



(pad ) untuk



mencegah disrupsi kulit yang lebih lanjut. 3) Untuk mencegah terjadinya fraktur yang lebih lanjut : pasien yang akan dipulangkan : a) Perawatan gips harus disampaikan dan dicatat b) Paien yang menggunkan kruk : harua mengajarkan cara berjalan yang tepat.



12



BAB III PENUTUP A. Simpulan Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan. Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk: 1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat. 2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai. 3. Penanggulangan korban bencana. B. Saran Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi kedepannya.



13



DAFTAR PUSTAKA



Dwi, E. (2013) ‘Upaya Pencegahan Kegawatdaruratan’, Journal of Chemical Information



and



Modeling,



53(9),



pp.



1689–1699.



doi:



10.1017/CBO9781107415324.004. Indonesia, Health Care Forum.2016. Apa Yang Bisa Saya Lakukan Saat Menghadapi Kasus Gawat Darurat Medis?. Available at https://indohcf.com/entry/ diakses pada 27 Juni 2020 Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika: Yogyakarta. Oman K. S. 2008 . Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC. Jasa KZ, Fachrul, dkk. 2014. Lauran Pasien Cedera Kepala Berat yang Dilakukan operasi Kraniotomi Evakuasi Hematoma atau Kraniektomi Dekompresi di RSU Dr. Zaenoel Abidin Banda Aceh. Vol.3, No.1 (8-14). Hastuti Dwi. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Antisipasi Cedera Dengan Praktik Pencegahan Cedera pada Anak Wilayah Puskesmas Jelengkong Kabupaten Bandung. Vol.3, No.1 (52-62). Takatelid, Lucky, dkk. 2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. DR. R. D.Kandou Manado. Vol.5, No.1.



14