Komunikasi Paliatif Menyampaikan Berita Buruk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DEWASA PALIATIF DENGAN PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT X



Disusun Oleh Kelompok 3 : 1. Rifa Ainun Najihah



P1337420616013



2. Rokhilah Rizqil Ulla



P1337420616011



3. Alfania Zulfa



P1337420616024



4. Dheryka Agustin



P1337420616030



5. Mayra Marlyn



P1337420616031



6. M. Zaenal Abidin



P1337420616032



7. Anggita Putri Hadiningsih



P1337420616040



8. Dina Arifa Rosalia



P1337420616046



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2019



A. Komunikasi Perawat – Pasien : Menyampaikan Berita Buruk & Teknik Konseling Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai. Komunikasi pada klien dewasa tidaklah mudah. Orang dewasa sudah mempunyai sikap, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Oleh karena itu, pada saat berkomunkasi dengan orang dewasa kita tidak dapat mengajarkan sesuatu atau memberi arahan untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Berita buruk adalah suatu situasi di mana tidak ada harapan lagi, adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu yang menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan, sesuatu yang membuat seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya. Dapat pula dikatakan bahwa berita buruk adalah setiap informasi negatif tentang masa depan seseorang. Berita buruk ini sering sekali diasosiasikan dengan penyakit-penyakit terminal yang sudah tidak mungkin lagi disembuhkan, seperti kanker.



Ada beberapa situasi yang juga dikategorikan sebagai berita buruk : 1. Diagnosis penyakit kronis ( contoh : diabetes mellitus ) 2. Cacat atau hilangnya suatu fungsi ( contoh : hemiplegia, kebutaan) 3. Adanya kebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan/ menyakitkan/mahal. Selain itu kadang – kadang informasi yang sering dianggap netral oleh perawat, juga merupakan kabar buruk bagi pasien, contoh : 1. Hasil USG pada seorang wanita hamil yang memverifikasi kematian janin. 2. Hasil MRI pada seorang wanita paruh baya yang menegaskan diagnosis Multiple Sclerosis. 3. Diagnosis yang datang pada waktu yang tidak tepat, misalnya : seseorang terdiagnosis menderita Unstable Angina yang memerlukan tindakan angioplasty pada minggu pernikahan putrinya. 4. Suatu diagnosis yang menyebabkan seseorang menjadi tidak sesuai dengan bidang kerja atau pendidikannya. Misalnya : diagnosis buta warna pada calon mahasiswa keperawatan; atau tremor kasar pada seorang perawat ahli bedah kardiovaskular, dan lain lain. Menyampaikan berita buruk sebenarnya bukan merupakan hal yang baru dalam dunia keperawatan, namun bagaimana sikap seorang perawat dalam menyikapinya telah mengalami banyak perubahan besar dalam 30 tahun terakhir. Pergeseran tersebut diakibatkan karena saat ini otonomi pasien sudah jauh lebih besar, sehingga gaya paternalistik sudah tidak terlalu cocok lagi untuk digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan pengetahuan yang dimiliki pasien (beserta keluarga pasien) Dari penelitian lain tahun 1982 terhadap 1.251 warga Amerika2; diketahui bahwa 96%-nya berharap akan diberitahu keadaan yang sesungguhnya oleh perawat apabila mereka sampai terdiagnosis menderita kanker, 85% pasien



menginginkan penjelasan untuk prognosis penyakit, termasuk tentang seberapa lama lagi mereka masih bisa bertahan atau bisa hidup. Penelitian ini didukung dengan banyak penelitian lain pada tahun – tahun berikutnya. Penelitian yang sama juga telah dibuat di Eropa, dan hasilnya tidak jauh berbeda dengan penelitian di Amerika. Pasien di sana menginginkan penjelasan yang jujur mengenai penyakit mereka (kanker), termasuk tentang kesempatan yang bisa diperoleh dari terapi yang mereka jalani (seberapa persen kemungkinan keberhasilannya), juga mengenai efek samping terapi. Penelitian di Asia (China) ternyata juga tidak jauh berbeda. Mayoritas pasien ingin diberikan informasi mengenai situasi / penyakit mereka yang sebenarnya. Namun perlu sedikit modifikasi dalam penyampaiannya, karena umumnya di Asia pembicaraan soal kematian masih dianggap sebagai tabu, juga karena adanya peran keluarga yang cukup besar dan berpengaruh. Namun demikian, dalam hal penyampaian berita buruk tetap disarankan untuk mendengar apa yang diinginkan pasien, dan bukan keinginan keluarga B. Mengungkapkan Informasi/Berita Buruk Pada Pasien 1. Sebagian besar pasien memang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya. 2. Sebagian besar pasien ingin mengetahui kemungkinan apa saja yang bisa terjadi pada dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh, prognosis, dan efek samping terapi. 3. Ketika perawat menahan informasi dari seorang pasien, berarti perawat tersebut sudah mengurangi otonomi seorang pasien. 4. Apabila pasien akhirnya mengetahui bahwa ternyata ada informasi yang tidak diberikan padanya, maka akan hilanglah rasa percayanya pada perawat



5. Menyembunyikan informasi tentang kondisi pasien dan kemungkinan yang



dialami



dapat



menyebabkan



kesulitan-Kesulitan



Dalam



Menyampaikan Berita Buruk Ada beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh perawat saat harus menyampaikan berita buruk pada pasien : 1. Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa mengurangi harapan mereka? 2. Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat mereka mendengar berita buruk mengenai dirinya. Apakah saya sanggup ? 3. Kapankah waktu yang tepat untuk menyampaikan berita buruk pada pasien ? 4. Bagaimana memilih metode komunikasi yang tepat bagi pasien sesuai dengan latar belakang dan kepribadiannya? C. Hal–Hal Yang Dianggap Penting Oleh Pasien Dalam Penyampaian Berita Buruk 1. Isi Informasi atau keterangan yang diberikan oleh perawat. Item ini sangat berhubungan dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap kompetensi perawat di bidangnya, juga tentang pengetahuan perawat mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/ kasus mereka. Pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi diketahui lebih banyak mementingkan isi. Pasien muda, wanita, serta pendidikan tinggi dilaporkan juga menginginkan informasi yang lebih detail mengenai kondisi penyakit, terapi, serta prognosisnya. Pasien



dengan



tingkat



kecemasan yang



tinggi dan motivasi tinggi untuk menjalankan terapi, juga menginginkan informasi yang lebih detail.



2. Support Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi perawat. Jadi apakah dalam penyampaian berita buruk ini perawat bersikap baik, memberi support/ dukungan yang cukup, dll. Termasuk pula di sini apakah perawat bersedia mengkomunikasikan hal – hal yang menyangkut diagnosis,prognosis, treatment, dll kepada keluarga atau orang lain, dan juga menyediakan berbagai informasi yang ingin diketahui pasien. Diketahui pasien wanita lebih banyak mementingkan hal tersebut di atas. Aspek penting dalam memberikan support adalah mendengarkan pasien, serta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pasien. 3. Fasilitasi Yang dimaksud di sini adalah kapan dan di mana informasi diberikan. Apakah



dalam



ruangan



dengan



privacy



yang



cukup,



perawat



memperhatikan pasien dengan sungguh – sungguh (tidak sambil lalu saja). Juga apakah perawat menunggu sampai seluruh sehingga sudah cukup data untuk



hasil



diperoleh,



menyimpulkan situasi pasien



sebelumakhirnya perawat menyampaikan berita buruk pada pasien. Diketahui pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pasien muda sangat mementingkan hal ini . 4. Cara Penyampaian Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memberikan informasi dengan singkat, jelas, dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh pasien. Perlu memperhatikan intonasi yang lembut, mendengarkan pasien, memberikan support dan meyakinkan pasien dalam menjalani terapi, tanpa melakukan kontak fisik.



D. Hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam Menyampaikan Berita Buruk : Ada banyak faktor yang mempengaruhi cara penerimaan pasien terhadap berita buruk. Hal tersebut antara lain : jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia,kematangan pribadi, jenis kepribadian, faktor sosial budaya, cara pandang tentang hidup itu sendiri, dll. Sebelum berkomunikasi dengan pasien, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengenali pasiennya, atau paling tidak mengetahui latar belakang pasiendan keluarganya sebab dalam hal penerimaan berita buruk, kita tidak bisa mengharapkan reaksi yang sama dari setiap pasien. Faktor – faktor yang disebutkan di atas memang akan sangat berpengaruh. Informasi tentang pasien, terutama usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan budaya dapat diketahui dengan mempelajari rekam medis, sedangkan jenis kepribadian dapat dinilai melalui interaksi yang dilakukan dengan pasien. Kehadiran anggota keluarga pasien juga merupakan hal yang harus diperhatikan. Pasien Asia dilaporkan lebih memilih untuk didampingi oleh anggota keluarga saat menerima berita buruk daripada pasien dari negara-negara Amerika Utara atau Eropa. E. Kesalahan Yang Umum Dilakukan Dalam Menyampaikan Berita Buruk 1. Menyampaikan berita buruk bukan di tempat yang



menjamin



privacy, misalnya disampaikan di lorong rumah sakit, di pintu IGD, dll. 2. Interupsi / pemberian penjelasan terpotong atau terganggu karena suatu hal (misalnya menerima atau menjawab telepon, HP berbunyi, ada perawat meminta tanda tangan, dll). 3. Penyampaian kabar buruk melalui telepon. Hindari hal ini karena perawat tidak tahu bagaimana situasi dan kondisi pasien saat menerima kabar buruk tersebut.



4. Perawat terlalu banyak bicara (biasanya karena perawat sendiri merasa tidak nyaman atau nervous). 5. Efek iatrogenik yaitu berita buruk yang disampaikan memperburuk kondisi pasien baik secara fisik maupun psikologis atau bahkan menimbulkan gangguan baru secara fisik atau fisiologis (misalnya, pasien pria mendapat berita buruk tentang mengidap diabetes melitus, penjelasan tentang akibat diabates yang salah satunya impotensi menyebabkan



pasien



psikogenik).orang tua).



cemas



sehingga



menjadi



impotensi



KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DEWASA PALIATIF DENGAN PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Ny. Rifa



: Rifa Ainun Najihah



Suami



: M. Zaenal Abidin



Keluarga



: Anggita Putri H



Perawat 1



: Rokhilah Rizqil Ulla



Perawat 2



: Mayra Marlyn



Perawat 3



: Dina Arifa Rosalia



Dokter



: Alfania Zulfa



Narator



: Dheryka Agustin



Ny. Rifa usia 30 tahun dirawat di ruang Anggrek rumah sakit Dr. Kariadi, Semarang. Dibawa kerumah sakit pada hari Senin 11 Agustus 2019. Dengan keluhan nyeri dan benjolan pada payudara. perawat Ilak adalah perawat yang bertugas menangani perawatan Ny. Rifa Dari informasi yang diketahui oleh perawat Ny. Rifa adalah seorang ibu menyusui dan mempunyai anak berumur 2 tahun yang bernama Andrew. Senin 11 Agustus 2019



merupakan jadwal kunjungan pertama Perawat Mayra



kepada Ny. Rifa Perawat Mayra : Selamat pagi Ibu dan bapak (tersenyum). Perkenalkan saya Perawat Mayra saya adalah perawat yang bertanggung jawab pada proses perawatan terhadap ibu Tari di Ruangan Anggrek ini. Ny. Rifa dan Tn. Zaenal : Selamat pagi juga perawat (tersenyum). Perawat Mayra : Baiklah ibu, bagaimana keadaannya pada hari ini ?, apakah ada keluhan? Ny. Rifa



: Iya perawat, saya merasakan nyeri tak terhingga di sekitar payudara saya (sambil menunjuk ke payudaranya), yang sudah tidak mampu



untuk saya tahan dan membuat saya tidak dapat beraktivitas secara normal. Perawat Mayra : Apakah ibu sudah pernah melakukan pemeriksaan pada bagian payudara ibu sebelumnya ? Ny. Rifa



: Pemeriksaan seperti apa ya, Sus?



Perawat Mayra : Pemeriksaan kecil aja ibu, seperti meraba apakah ada benjolan di sekitar payudara Ibu. Ny. Rifa



: Sudah sus. Malah kemarin Dokter juga sudah menyarankan kepada saya untuk melakukan pemeriksaan Mammografi tetapi saya masih belum mengetahui tes Mammogradi itu tes seperti apa ya Sus?



Tn. Zaenal



: Apakah pemeriksaannya berbahaya?



Perawat Mayra : Begini bapak ibu. Mammogradi itu adalah tes pemeriksaan pada payudara dengan alat rongsent dan merupakan suat cara pemeriksaan yang sederhana dan tidak sakit ibu. Test ini paling hanya membutuhkan waktu 5-10 menit saja. Cara melakukannya test ini adalah dengan meletakkan payudara secara bergantian di antara 2 lembar alas, kemudian akan dibuat foto rongsent dari atas ke bawah serta dari kiri ke kanan. Begitulah ibu gambaran dari test Mammografi ini. Ny. Rifa



: Oh, seperti itu yah sus (tersenyum). Terimakasih atas penjelasannya ya Sus.



Ibu Anggita



: Kira-kira kapan dilakukan pemeriksaannya Sus?



Perawat Mayra : Iya, sama-sama Ibu (tersenyum). Saya senang dapat membantu ibu besok saya akan kembali lagi untuk melihat keadaan dan hasil darah test Mammografi ibu yang akan dilakukan sore ini. Baiklah ibu saya permisi dulu karena saya masih harus menangani pasien lain. permisi Ibu (berjalan keluar dari ruangan Anggrek) Selasa, 12 Agustus 2019



Hari ini dokter meminta perawat untuk memanggilkan keluarga pasien Ny. Rifa untuk memberitahukan diagnosa penyakit yang diderita oleh Ny. Rifa berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi. Dokter Fani



: Betul dengan keluarga Ny. Rifa



Tn. Zaenal



: Iya dok, saya suaminya. Ada pa ya dok?



Dokter Fani



: Begini pak berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi Ibu X didapatkan hasil bahwa istri bapak mengalami kanker stadium 3B, dimana stadium ini sudah mendekati stadium akhir dan diperlukan penangan medis lanjutan, kalau bisa dari keluarga juga memberikan support agar Ny X tidak berputus asa.



Tn. Zaenal



: Apakah penyakit istri saya bisa sembuh dan berapa lama pengobatan yang harus dijalani ?



Dokter Fani



: Untuk kesembuhan istri bapak, kami sebagai tenaga medis akan berusaha semaksimal mungkin, untuk pengobatan istri bapak akan menjalankan kemoterapi sebanyak 8 siklus sekitar 3-6 bulan atau pengankatan payudara



Tn. Zaenal



: Terimakasih informasinya dok



Kemudian keesokan harinya perawat mendatangi pasien Ny. RifaX untuk menanyakan kondisi pasien. Perawat Ilak



: Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya perawat Ilak dan perawat Dina yang dinas pada pagi hari ini, ibu Bagaimana keadaanya pagi ini? (tersenyum). Apakah Ibu sudah sarapan?



Ny. Rifa



: Selamat pagi juga sus. Saya sudah sarapan pagi ini tapi keadaan saya tidak terlalu baik sus (cemberut)



Perawat Dina



: Tidak terlalu baik bagaimana ibu? (bingung). Apakah ada yang bisa saya bantu?



Ibu Anggita



: Begini Sus, kemarin anak saya sudah menjalani test Mammografi seperti yag disarankan oleh dokter waktu itu dan doker mengatakan bahwa hasil test kemarin menunjukkan bahwa anak saya terkena



Kanker Payudara Stadium 3B dan hal itu sangat membebani pikiran saya. Perawat Dina



: Apa boleh saya mengetahui apa saja yang menjadi beban pikiran ibu saat ini karena penyakit tersebut?



Ny. Rifa



: Begini sus, saya sangat menghkhawatirkan keadaan anak saya. Saya bingung apakah saya asih diperbolehkan untuk menyusui anak saya dengan keadaan saya terkena kanker payudara seperti ini dan saa juga belum mengetahui apa itu stadium 3B serta proses pengobatan seperti apa saja yang nantinya akan dilakukan kepada saya? Jujur saya sangat khawatir akan terjadinya hal yang tidak diinginkan pada diri saya sus! (cemas)



Perawat Dina



: Baiklah ibu. Saya akan menjelaskan kepada ibu dan bapak apa itu stadium 3B. Stadium pada kanker payudara itu ada 4 satdium 1, 2, 3, dan 4. Dimana pada masing-masing stadium memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda. Stadium 3B pada kanker payudara itu adalah dimana sel kanker itu telah menyebar ke seluruh bagian payudara. Selain itu juga penyebarannya sudah menyerang secara total pada kelenjar limfa dan tindkaan yang akan dilakukan itu tidak ada tindakan lain selain pengangkatan pada payudara (mastektomi) dan untuk masalah boleh atau tidaknya ibu menyusui anak ibu itu sangat tidak diperbolehkan dengan alasan pasien dengan penyakit kanker payudara, ketika dia menyusui anaknya akan dikhawatirkan sel-sel kanker yang tedapat pada si ibu akan terlepas ke tubuh si anak yang akan beresiko sel kanker itu akan berkembang biak pada si anak.



Ny. Rifa



: Aduh (cemas). Bagaimana ini sus? Saya takut tidak akan menjadi sempurna lagi setelah menjalani operasi pengangkatan payudara



Perawat Ilak



: (tersenyum) Begini Ibu. Setiap manusia itu tidak ada yang sempurna, setiap manusia itu sama pada umumnya, hanya saja ibu



pada saat ini sedang diberi cobaan oleh yang maha kuasa. Saat ini ibu sedang mengalami rasa takut yang berlebihan. Sebaiknya rasa takut itu segera ibu hilangkan karena akan melemahkan ibu secara psikis sehingga dapat menurunkan daya imunitas alamiah yang ada dalam tubuh ibu. Ibu tidak mau kan kalau anak ibu nanti akan semakin sedih karena kondisi mamanya yang semakin memburuk. Ny. Rifa



: Iya, Sus. (tersenyum) Terima kasih banyak atas support moral yang suster berikan kepada saya. Saya akan terus semangat dan berusaha memahami penyakit saya ini dengan tidak menjadi beban tetapi sebagai anugerah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada saya, sehingga saya bisa cepat sembuh.



Perawat Ilak



: Iya, sama-sama Ibu, Pak. Ibu juga harus ingat jika vonis kanker payudara bukanlah akhir dari segalanya. Dokter adalah manusia yang bisa mengatakan apa saja. Namun tetap Yang Maha Kuasa lah yang menentukan segalanya, termasuk umur manusia. Ibu juga dpat mencari tahu apa yang dilakukan oleh para penderita dan mantan penderita kanker payudara yang bergabung pada organisasi Yayasan Kanker Payudara Indonesia yang dapat menginspirasi ibu agar tidak terlalu tenggelam akan kecemasan tentang penyakit ibu.



Ny. Rifa Tn. Zaenal



: Baiklah, Sus. Saya sangat berterima kasih sekali kepada suster. : Terima kasih, Sus sudah menenangkan istri saya dan suster juga mau meluangkan waktunya untuk membantu kami mencari solusi dari permasalahan yang kami hadapi. Terima kasih juga atas masukan-masukan, pengharapan, serta informasi yang telah suster sampaikan kepada kami. Saya mohon doanya, Sus agar operasinya berjalan lancar dan istri saya dapat kembali normal dan berkumpul kembali dengan keluarga kami.



Perawat Dina



: (tersenyum) Iya, Pak Bu sama-sama. Saya akan mendoakan yang terbaik agar operasinya berjalan lancar dan Ibu dapat segera kembali



berkumpul dengan keluarga tercinta. Baiklah ibu, sekarang saya harus menangani pasien yang lain. saya permisi dulu, Bu, Pak. Selamat pagi (berjalan keluar ruangan)