14 0 188 KB
POA ICRA PROGRAM PUSKESMAS NGAGEL REJO TAHUN 2022
PUSKESMAS NGAGEL REJO DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA TAHUN 2022
1
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3 A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 3 B. TUJUAN .................................................................................................. 5 BAB II ICRA............................................................................................................... 6 BAB III ASSESMENT RESIKO.................................................................................. 8
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HAIs masih merupakan masalah serius di pelayanan kesehatan, terutama di Puskesmas di Indonesia, karena mempunyai dampak terhadap pelayanan di Puskesmas, terutama dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan meningkat. Selain itu juga mempunyai dampak terhadap citra Puskesmas dan mutu layanan menurun. Oleh karena itu sasuai UU RI No. 36 dan 44 Puskesmas mempunyai satu komite yaitu komite PPIRS untuk menurunkan HAIs yang salah satu program PPI tersebut adalah program ICRA (Infection Control Risk Assesment). ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program yang berfokus pada : -
Pengurangan resiko infeksi
-
Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas.
-
Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi dan lingkungan perawatan, yang memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
Resiko ICRA terbagi atas : 1. Resiko external : -
Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
-
Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
-
Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan penyakit menular : a. Influenza, meningitis b. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air, seperti hep A dan Salmonella
3
2. Resiko internal : a. Pasien Karakteristik pasien -
Perempuan, anak-anak
-
Perawatan akut pada pasien dewasa
-
Populasi kebutuhan khusus
-
Perawatan jangka panjang
-
Rehabilitasi
Usia pasien : -
Anak-anak, dewasa dan lansia a. Status imunologi b. Penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya hidup c. Manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola piker dan kemudian
b. Resiko terkait peralatan Pembersihan, desinfekatan dan sterilisasi untuk proses peralatan
Instrumen bedah
Protesa
Pemrosesan alat sekali pakai
Pembungkusan kembali alat Peralatan yang dipakai
c. Resiko terhadap petugas kesehatan Kebiasaan kesehatan perorangan
Budaya keyakinan tentang penyakit menular
Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD, penanganan peralatan pasien, teknik isolasi. Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular
d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur
Prosedur invasive yang dilakukan 4
Peralatan yang dipakai
Pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan suatu tindakan
Persiapan pasien yang memadai
Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang direkomendasikan
d. Lingkungan
Pembangunan
Kelengkapan peralatan
Pembersihan
B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di Puskesmas. 2. Tujuan khusus a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampai resiko terhadap : Paparan kuman pathigen melalui petugas, pasien dan pengunjung. Penularan melalui tindakan / prosedur invasive yang dilakukan baik melalui peralatan, teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap resiko infeksi (HAIs) b. Melakukan
penilaian
terhadap
masalah
yang
ada
agar
dapat
ditindaklanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas
5
BAB II ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN) Resiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa dating. Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangan atau meminimalkan dampaknya. Risk Asesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial beresiko ataupun kegagalan. Dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan ditimbulkan baik actual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan. “Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya resiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak resiko”. Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Metode dasar manajemen resiko : a.
Observasi Laporan kejadian Dokumen Review. Pengukuran masalah :
Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya
Resiko sampingan
b.
Risk Assesment tool :
c.
Risk matrix grading Root cause analysis
d.
Failure mode and effect analysis (FMEA)
1. Risk Matrix Sering digunakan untuk memetakan resiko probalitas dan dampak. Risk matrix efektif adalah sebagai berikut :
Mudah digunakan dan dimengerti
Mempunyai deskripsi detail da definitive
Menerangkan bagaimana resiko dapat dimitigasi pada tingkat yang bisa ditolerir:
6
1. Rangking masalah 2. Prioritas masalah 3. Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko) 4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak
Keputusan
untuk
menerima
resiko
dan
pengelolaannya
berdasarkan
pertimbangan : 1. Kriteria klinisi, operasional, teknik, kemanusian 2. Kebijakan tujuan 3. Sasaran dan kepentingan stakeholder 4. Keuangan, hukum, sosial 2. Evaluasi Resiko a. Rengking masalah b. Prioritas masalah c. Analisas manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko) d. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak. 3. Keputusan
untuk
menerima
resiko
dan
pengelolaannya
berdasarkan
pertimbangan : a. Kriteria klinis, operasional, teknik, kemanusian b. Kebijakan tujuan c. Sasaran dan kepentingan stakeholder d. Keuangan, hukum, sosial
7
BAB III ASSESMENT RESIKO A. Risk Register Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal resiko, kemudian dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan deskripsi resiko termasuk menjelaskan kejadian-kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya. Identifikasi dilakukan pada : sumber resiko, area resiko, peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi resiko dilakukan dengan proaktif melalui self assesment, incident reporting system dan clinical audit dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.
Tabel No 1
Area Pelayanan Pasien
Proses / Prosedur Kebersihan tangan
Modus Kegagalan Kegagalan penerapan kebersihan tangan
Satuan Kerja Terkait Seluruh pegawai Puskesmas
Potensial Risiko Pat Petugas Pengunjung Mengakibatkan petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan fecal oral Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mengalami kolonisasi MRSA
8
sterilisasi peralatan Prosedur aseptik Penyuntikan terapi cairan intravaskuler
Penanganan benda tajam
dekontaminasi / sterilisasi peralatan Kegagalan mempertahankan sterilisasi pada prosedur aseptik Kegagalan praktek penyuntikan yang aman Kegagalan tekanan udara negatif dan tehnik aseptik lamiary air folw peracikan sitostatika Kegagalan tekanan udara negatif dan tehnik aseptik saat peracikan pbat intra vaskuler Petugas terluka benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi
Barier pengaman / alat pelindung diri
Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa
Penanganan Sampah infeksius
Kegagalan Penanganan sampah infeksi
silang mll kontak / bloodbornee Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang bloodborne pat cedera terpapat obat-obatan kadaluarsa Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung cedera terpapar bahan sitotoksik Mengakibatkan pat mendapat infeksi bloodborne
Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborna Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll silang kontak bloodborne Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang
9
Kesiapsiagaan
3
Area pelayanan gawat darurat
Penerimaan pasien : proses skrining / triase batuk / etika batuk Kebersihan tangan
Kegagalan kesiapan menghadapi emerging dan outbreak Kegagalan proses skrining / triase batuk / etika batuk Kegagalan penerapan kebersihan tangan
Kegagalan penerapan kebersihan tangan Proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan Prosedur aseptic Penyuntikan / terapi cairan intravaskuler
Kegagalan proses dekontaminasi / Sterilisasi peralatan Kegagalan mempertahankan sterilisasi pada prosedur aseptic Kegagalan praktek menyuntik aman
Mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian Instalasi pelayanan gawat darurat
Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendpat infeksi silang TB, MDR-TB dan airbone dan droplet disease Pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan fecal oral Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mengalami kolonisasi MRSA Mengakibatkan pasien mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Pasien mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Pasien cidera terpapar obat-obatan kadaluarsa
Prosedur diagnostic dan terapi sal pernafasan
Mendapatkan infeksi bloodborne Pasien terjangkit infeksi aliran darah primer > 48 jam pemakaian kateter
10
invasif Barier pengaman / alat pelindung diri
Teknik isolasi dan dekontaminasi pasien
Penanganan limbah infeksius : darah, cairan tubuh dan potongan jar tubuh Kesiapsiagaan
4
Area penunjang / pemeliharaan sarana
Kebersihan tangan
vena sentral Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne
Kegagalan mempertahankan tekanan udara negative ruangan isolasi airbone Kegagalan proses dekontaminasi pasien Kegagalan penanganan sampah infeksius
Pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang TB, MDR-TB dan airbone disease
Kegagalan kesiapan menghadapi emerging dan outbreak
Kegagalan penerapan kebersihan tangan
Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung terpapar hazard material Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi
-
IPAL
Mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan Petugas terjangkit rabies Pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan atau fecal oral
11
Proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan
Kegagalan proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan
Penyuntikan / terapi cairan intravaskuler
Kegagalan mempertahankan tekanan udara positif dan teknik aseptic saat peracikan obat intravaskuler
Barier pengaman / alat pelindung diri
Penanganan benda tajam
Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mengalami kolonisasi MRSA Pasien mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Pasien cidera terpapar obat-obatan kadaluarsa Mengakibatkan pasien mendapat infeksi bloodborne
Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Petugas terluka benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne
12
Petugas cidera tertusuk jarum bersih
5
Area manajemen, Admnistrasi
Penanganan sampah infeksius
Kegagalan penanganan sampah infeksius
Kesiap siagaan
Kegagalan kesiapan menghadapi emerging dan outbreak Kegagalan penyediaan sumber daya bagi program
Sumber daya
Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung / masyarakat mendapat infeksi silang Mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian Komite lain
Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapatkan infeksi
13
Komitmen
Program PPI
7
Area public / lingkungan
Kebersihan tangan
Penanganan sampah infeksius
PPI
silang / HAIs
Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan program PPI Kegagalan penurunan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Kegagalan penerapan kebersihan tangan
Menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian akibat HAIs Menyebabkan penurunan reputasi Puskesmas Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan/atau fecal oral Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung dan masyarakat mendapat infeksi Puskesmas / HAIs
Kegagalan penanganan sampah infeksius
Resiko dikatakan memiliki tingkat yang dapat diterima bila : 1. Level resiko rendah sehingga tidak perlu penanganan khusus 2. Tidak tersedia penanganan untuk resiko 3. Biaya penanganan termasuk biaya asuransi lebih tinggi dari manfaat yang diperoleh bila resiko tersebut diterima. 4. Peluang dari adanya resiko tersebut lebih besar dari ancamannya. Langkah evaluasi memastikan bahwa tidaksemua memerlukan rencana pengendalian lebih lanjut.
resiko yang
terindentifikasi
Hasil dari analisis resiko akan
disampaikan kepada penanggung jawab tertinggi pengelola resiko di satuan kerja untuk dilakukan validasi. Hasil validasi akan digunakan untuk menetapkan rencana langkah-langkah system pengendalian untuk menurunkan kemungkinan terjadi resiko maupun untuk menurunkan dampak terjadinya resiko.
14
PRIORITAS ICRA HAIs TAHUN 2022 No 1
2
Jenis Kelompok Resiko Penerapan kebersihan tangan
Petugas tertusuk jarum suntik bekas
Skor
Prioritas
12
5
12
1
Tujuan Tujuan Umum Khusus Meningkatkan Insiden HIs angka menurun kepatuhan cuci tangan
Meningkatkan cara penyuntikan yang aman
Insiden tertusuk jarum berkurang
Strategi 1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit kepatuhan cuci tangan 3. Kaji fas alkes yang tersedia
1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit kepatuhan penyuntikan yang aman 3. Kaji fas alkes yang tersedia 4. Monitoring kepatuhan HH
Evaluasi
Analisa 1. Tingkat kepatuhan cuci tangan petugas meningkat. 2. Edukasi HH 75% kehadiran 3. Fasilitas cuci tangan tersedia lengkap. 1. Edukasi penyuntikan aman 75% kehadiran 2. Tingkat kepatuhan penyuntikan aman meningkat. 3. SPO sudah direvisi
15
16