LAPKAS - Sifilis Sekunder Jody New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Kasus dan Telaah Kritisi Jurnal Terapeutik



SIFILIS SEKUNDER



Oleh: Jody Fajar Hibatullah 1807101030007 Alvin Dzaky Nurhady 1807101030013



Pembimbing: Arie Hidayati



BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2019



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada sahabat dan keluarga beliau. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Arie Hidayati, M. Ked (DV), Sp.DV, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus yang berjudul “Sifilis Sekunder serta para dokter di bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini. Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus. Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.



Banda Aceh, Juli 2019



Penulis



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii DAFTAR TABEL...........................................................................................iv DAFTAR GAMBAR......................................................................................v PENDAHULUAN........................................................................................... 1 LAPORAN KASUS........................................................................................3 Identitas Pasien............................................................................................3 Anamnesis………........................................................................................3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................4 Diagnosis Banding.......................................................................................6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................6 Resume……………….................................................................................6 Diagnosis Klinis ..........................................................................................6 Tatalaksana...................................................................................................6 Prognosis......................................................................................................7 ANALISA KASUS..........................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14 RESUME JURNAL........................................................................................15 TELAAH JURNAL........................................................................................24



DAFTAR TABEL Tabel 1 Diagnosis Banding.............................................................................12



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Lesi pada regio ekstremitas superior dextra.............................5



PENDAHULUAN Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponoma pallidum subspesies pallidum. Banyak dari manifestasinya adalah kulit, terutama ketika morbiditas dari sifilis meningkat di negara maju dan berlanjut di negara berkembang, insidensi sifilis yang meningkat menurut ahli epidemiologi akan diikuti peningkatan infeksi HIV.1 Sifilis merupakan penyakit yang progresif dengan gambaran klinis aktif (stadium primer, sekunder, dan tersier) serta periode asimtomatik (stadium laten). Sifilis yang tidak diobati dapat berkembang menjadi sifilis lanjut, yaitu sifilis tersier, sifilis kardiovaskular, atau neurosifilis.1,2 Secara Epidemiologi, WHO menggolongkan sifilis dalam sifilis dini (1 tahun). Pada pasien sifilis dengan infeksi HIV, lebih sering terlihat manisfestasi klinis sifilis sekunder dibandingkan dengan pasien tanpa infeksi HIV, dan di antara pasien HIV positif dengan manifestasi klinis sekunder tersebut masih sering disertai adanya chancre.2 Angka kejadian sifilis mencapai 90% di negara-negara berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 12 juta kasus sifilis baru terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, terutama di Asia Utara dan Tenggara, Afrika sub-Sahara, Amerika Latin, dan Karibia. Pada kelompok pria homoseksual di Amerika Serikat, Irlandia dan Inggris, angka kejadian sifilis diduga kembali meningkat, sejalan dengan meningkatnya jumlah individu terinfeksi HIV dalam beberapa tahun terakhir.3 Angka kejadian sifilis di Indonesia berdasarkan laporan Survey Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) tahun 2011 Kementrian Kesehatan RI terjadi peningkatan angka kejadian sifilis di tahun 2011 dibandingkan tahun 2007, sebagian besar terjadi pada kelompok dengan kebiasaan berisiko tinggi seperti wanita dan pria pekerja seksual dengan kliennya, pria homoseksual, dan pengguna obat suntik.4 Untuk angka kejadian sifilis di daerah Aceh secara kumulatif sejak Tahun 2004 sampai dengan akhir Tahun 2011 ditemukan sekitar 69 kasus sifilis dan 112 kasus HIV/AIDS yang tersebar di 20 Kabupaten/Kota dan 18 kasus diantaranya meninggal.5 1



LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama



: Tn. MU



Umur



: 23 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-Laki



Suku



: Aceh



Agama



: Islam



Alamat



: Sp. Mesra



Tanggal Pemeriksaan : 14 Juli 2019 Jaminan



: JKA



Nomor CM



: 1-14-66-28



ANAMNESIS Keluhan Utama Bercak kemerahan pada lengan tangan kanan Keluhan Tambahan Rasa gatal Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RSUDZA dengan keluhan bercak kemerahan pada lengan tangan kanan dan terasa gatal sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu dan masih berlangsung sampai saat ini. pasien mengatakan bahwa bercak kemerahan pada lengan muncul pertama kali sejak 2 minggu setelah mengkonsumsi obat OAT pada awal bulan Maret 2019. Pasien mengaku awalnya muncul luka pada bagian genetalia pada ahkir bulan Oktober 2018, luka yang muncul pada bagian genetalia tidak terasa gatal atau pun perih, pasien juga mengeluhkan demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri sendi dan penurunan berat badan juga dikeluhkan oleh pasien. Riwayat penyakit dahulu Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien sebelum nya telah di diagnosa dengan Human Immunodeficiency Virus 2



(HIV) sejak bulan Juli 2018 dan pasien juga di diagnosa TB kelenjar pada pertengahan bulan Febuari 2019, Riwayat penyakit keluarga Anggota keluarga tidak memiliki keluhan kulit yang sama dengan pasien. Riwayat pemakaian obat Pasien sebelumnya telah mengkonsumsi obat ARV pada bulan November 2018 dan obat OAT pada pertengahan bulan Maret 2019. Riwayat kebiasaan sosial yang terkait Pasien dulunya bekerja sebagai Flight attendant (Pramugara), dan pasien mengaku sering sering berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan sesama jenis pada saat bekerja sebagai pramugara, riwayat penggunaan jarum suntik di sangkal oleh pasien. PEMERIKSAAN FISIK Vital sign Kes



: Compos mentis



TD



: 120/70 mmHg



HR



: 84 x/menit



RR



: 20 x/menit



T



: 36,80C



Status Dermatologis: Regio: Ekstremitas Superior Dextra Deskripsi Lesi: Tampak lesi makula eritematosa berbatas tegas, ireguler, gutatanumular, multipel, diskret, regional.



3



Gambar 1. Lesi pada regio ekstremitas superior dextra



DIAGNOSIS BANDING 1. Erupsi obat alergik 2. Pitiriasis rosea 3. Psoriasis 4. Kondiloma akuminatum



4



PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan serologi yang bertujuan untuk mendeteksi seluruh stadium dari sifilis, pada pasien ini telah di lakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu pemeriksaan titer serologi Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) atau Rapid Plasma Reagin (RPR) 1:256 dan Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) 1:5120. RESUME Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki usia 23 tahun dengan keluhan muncul bercak kemerahan pada kulit lengan tangan kanan yang terasa gatal. Keluhan sudah dialami pasien sejak 4 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan lesi makula eritematosa berbatas tegas pada ekstremitas superior dextra dengan tepi yang ireguler. Lesi berukuran gutata hingga numular, berjumlah multipel, dengan susunan diskret dan distribusi lesi regional. DIAGNOSIS KLINIS Sifilis Sekunder TATALAKSANA Farmakoterapi. -



Cetirizine tablet 10 mg (minum 1 tablet perhari)



-



Benzatin penisilin inj 2,4 juta



-



Tuberculin 1 cc



-



Asam salsilat 3% + desoksimetason 0,25% oint



-



Dosisiklin kaps 100 mg



Edukasi -



Menjelaskan kepada pasien mengenai pengobatan, penularan, dan resiko komplikasi yang mungkin akan terjadi.



-



Menjelaskan kepada pasien agar menjalani pengobatan secara disiplin untuk memperoleh terapi yang adekuat



5



PROGNOSIS  Quo ad vitam



: Dubia ad bonam



 Quo ad fungtionam



: Dubia ad bonam



 Quo ad sanactionam



: Dubia ad bonam



6



ANALISA KASUS Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki- laki berusia 23 tahun di poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RSUDZA dengan keluhan bercak kemerahan pada lengan tangan kanan dan terasa gatal sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu dan masih berlangsung sampai saat ini. pasien mengatakan bahwa bercak kemerahan pada lengan muncul pertama kali sejak 2 minggu setelah mengkonsumsi obat OAT pada awal bulan Maret 2019. Pasien mengaku awalnya muncul luka pada bagian genetalia pada ahkir bulan Oktober 2018, luka yang muncul pada bagian genetalia tidak terasa gatal atau pun perih, pasien juga mengeluhkan demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri sendi dan penurunan berat badan juga dikeluhkan oleh pasien. Bedasarkan anamnesis didapatkan gejala yang mengarah pada diagnosis sifilis sekunder dimana biasanya pada sifilis sekunder didapatkan gejala klinis yang tidak berat seperti anoreksia, turunnya berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan atralgia. Gejala klinis pada pasien terdapat adanya penurunan berat badan dan demam yang tidak terlalu tinggi, pasien juga mengeluhkan terkadang sendi terasa nyeri dan pasien juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan selama 4 bulan terahkir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya lesi makula eritematosa berbatas tegas pada ekstremitas superior dextra dengan tepi yang ireguler. Lesi berukuran gutata hingga numular, berjumlah multipel, dengan susunan diskret dan distribusi lesi regional. Bedasarkan teori lesi sekunder pada sifilis berupa makula eritematus (roseaola syphilitica) atau muncul makulo papul pada badan dan ekstermitas. Penegakkan diagnosis sifilis selain dari gejala klinis juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang seperti uji serologi, histopatologi, dan deteksi langsung treponema pallidum. Pada pasien ini telah dilakukan tes imuno serologi berupa uji nontreponema dengan uji VDRL/RPR dengan hasil reaktif 1:256 dan uji treponema TPHA dengan hasil reaktif 1:5120. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis yang di berikan berupa benzatin penisilin G inj 2,4 juta, hal ini sesuai dengan teori yang mana penisili direkomendasikan sebagai terapi pada semua stadium sifilis dengan sediaan, dosis, dan lama pengobatan 7



tergantung pada manifestasi klinis dan usia pasien. Untuk pasien yang alergi dengan penisilin, yang tidak sedang mengandung dan tidak memiliki gejala neurosifilis, dapat diberikan dosisiklin 100 mg dengan pemberian oral 2 kali sehari atau dapat diberikan tertrasiklin 500 mg pemberian oral 4 kali sehari selama 14 hari. Pasien juga diberikan antihistamin sistemik berupa cetirizine, cetirizine adalah antihistamin generasi kedua dan bersifat non sedatif yang berperan untuk mengurangi gejala pruritus. Cetirizine diberikan sebagai terapi simtomatik atas keluhan gatal-gatal pada pasien. Antihistamin sistemik bekerja sebagai anatgonis mediator proinflamasi untuk memblokir reseptor H1 yang terletak pada dermis. Selain itu pasien juga diberikan asam salisilat 3% dan desoksimetason 0,25% yang merupakan bahan aktif yang memiliki sifat mempertinggi absorbasi perkutan zat-zat aktif, dalam hal ini adalah kortikosteroid topical berupa desoksimetason 0,25%. Desoksimetason merupakan kortikosteroid yang berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi, anti pluritus potensi tinggi. Terapi non farmakologis berupa edukasi pada pasien mengenai pengobatan, penularan, dan resiko komplikasi yang mungkin akan terjadi dan juga menjelaskan kepada pasien agar menjalani terapi pengobatan secara disiplin untuk memperoleh terapi yang adekuat.



8



Tabel 1. Diagnosa banding



9



No 1



Diagnosis Erupsi Obat Alergik



Definisi



Deskripsi lesi



Gambar



Erupsi Obat Alergik merupakan reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian  obat secara sistemik.



Gambaran klinis Gambar 2 berupa lesi Erupsi Obat Alergik berbentuk bulat, oval, berbatas tegas, kemerahan, plak yang sedikit terangkat, dengan ukuran gutatanumular.10



2



Pitiriasis Rosea



Penyakit kulit yang ditandai dengan ruam bewarna merah atau merah muda, bersisik, dan sedikit menonjol.6



Gambaran klinis Gambar 3 berupa makula Pitiriasis Rosea eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama halus.7



3



Psoriasis



Peradangan pada kulit yang ditandai dengan ruam merah, kulit kering, tebal, bersisik, dan mudah terkelupas.8



Lesi yang khas berupa bercakbercak eritema berbatas tegas ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat.7



4



Kondiloma akuminatum



Merupakan kutil yang terdapat pada daerah genetalia, kutil dapat berjumlah satu atau sekumpulan, biasanya ditularkan dari orang yang sudah terinfeksi HPV.9



Gambaran klinis lesi Gambar 5 dengan permukaan Kondiloma berbenjol-benjol Akuminatum menyerupai kembang kol, warna merah dan konsistensi lunak, 10 dapat berbentuk hyperplasia, sesil atau tidak rata.7



Gambar 4 Psoriasis



DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4.



5.



6. 7. 8. 9. 10.



Simpson EL, Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M, Silverberg JI, Turrentine JE, et al. Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition. Ninth. Mc-Graw Hill Education; 2019. Dhaliwal S, Patel M, Menter A. Secondary syphilis and HIV. Proc (Bayl Univ Med Cent) 2012; 25:87- 9. Suryani DPA, Hendra TS. Syphilis. Lampung. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Abdoel Moeloek, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung; 2014. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume 10 Nomor 2, April 2019. Hasil Pemeriksaan Treponema pallidum Haemagglutination Assay dan Treponema pallidum Rapid pada Penderita Sifilis di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Papua. http://forikes- ejournal.com/index.php/SF Renstra SKPA Dinas Kesehatan Aceh 2012-2017. HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual lain. www1-media.acehprov.go.id/uploads/Renstra_Dinkes2012-2017.pdf Mahajan, et al. (2016). Pityriasis Rosea: An Update on Etiopathogenesis and Management of Difficult Aspects. Indian Journal of Dermatology, 61(4), pp. 375-384. Siregar. R. S. (2014). Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 3. JakartaEGC. Kim, WB. (2017). Diagnosis and Management of Psoriasis. Canadian Family Physician, 63(4), pp. 278-285. Ghadishah D., et al. Medscape (2017). Condyloma Acuminatum. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Obat. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 4, No. 1, Maret 2017.



11



RESUME JURNAL Pola Bakteri dan Sensitivitas Antibiotik pada Anak-Anak dan Remaja dengan Dermatitis Atopik C T Samosir, R H Ruslie, dan R E Rusli Abstrak Latar Belakang: Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit pruritus dan peradangan kronik pada kulit yang diderita sekitar 20% pada anak-anak. Infeksi bakteri sering terjadi pada pasien DA dan berhubungan dengan tingkat keparahan DA. Tujuan: Sebuah studi cross-sectional dilakukan untuk menilai prevalensi infeksi bakteri pada pasien DA dan hubungannya dengan tingkat keparahan DA juga untuk mempelajari jenis bakteri yang menginfeksi dan sensitivitas antibiotiknya. Sampel dan Metode: Sampel dari penelitian ini berjumlah 86 anak-anak dan remaja penderita DA di Pusat Kesehatan Masyarakat Helvetia Medan dari Maret 2016 hingga Februari 2017. Indeks Scoring Dermatitis Atopik (SCORAD) digunakan untuk menilai tingkat keparahan DA. Kultur kulit dilakukan pada kulit yang terdapat lesi dan kulit yang normal. Pola bakteri yang didapat dicatat dan diuji untuk sensitivitas antibiotik. Pengolahan data menggunakan Chi-Square dan uji Mann Whitney dengan 95% CI dan nilai p