LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA PEMERIKSAAN HbCO [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA PEMERIKSAAN HbCO



Dosen Pembimbing



: dr. Dewi Karita, M.Sc



Nama



: Amalia Maulidia Husna



NIM



: 2013010062



LABORATORIUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2021



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3 A. Dasar Teori .................................................................................................... 3 B. Tujuan Praktikum. ........................................................................................ 10 BAB II ........................................................................................................................ 11 METODE KERJA. ..................................................................................................... 11 A. Alat dan Bahan. ............................................................................................ 11 B. Cara Kerja .................................................................................................... 12 BAB III....................................................................................................................... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN. ................................................................................ 13 A. Hasil ............................................................................................................. 13 B. Pembahasan. ................................................................................................ 14 BAB IV. ..................................................................................................................... 18 KESIMPULAN. ......................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................................... 19



BAB I PENDAHULUAN



A. Dasar Teori



Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media tansport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Hemoglobin merupakan suatu bahan yang sangat penting dalam eritrosit dan dibentuk dalam sumsum tulang. Hemoglobin ini dibentuk dari heme dan globin. Heme itu sendiri adalah satu derivate porfirin yang mengandung besi dan kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh.Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah. ( Sherwood, 2011 ). Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah (SDM) dan berfungsi antara lain untuk: 1. Mengikat dan membawa oksigen dari par uke seluruh jaringan tubuh 2. Mengikat dan membawa karbon dioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru 3. Memberi warna merah pada darah 4. Mempertahankan keadaan asam-basa dari tubuh Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7.8 – 11.2 mmol hemoglobin monomer/L (12.6 – 18.4 gr/dl), tergantung pada jenis kelamin dan umur individu (Asscalbiass, 2010). Hemoglobin dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer (satu pada setiap subunit hem), atom oksigen terikat pada atom Fe 2+ yang terdapat pada hem pada ikatan koordinasi ke-5. Hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksigenasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang sudah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). Hemoglobin



dapat mengikat suatu gas hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu karbonmonoksida (CO) dan disebut karbamonoksidahemoglobin (HbCO). Ikatan Hb dengan CO ini 200 kali lebih kuat daripada ikatan HB dengan oksigen, akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat, membawa, dan mendistribusikan oksigen ke jaringan. Beberapa derivat dari hemoglobin, misalnya oksiHb Hb, dan HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada pengenceran ini oksiHb terlihat berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna merah kecoklatan, dan HbCO berwarna merah terang (carmine tint). Untuk lebih jelas lagi setiap derivat Hb dapat pula dibedakan dengan menggunakan spektroskop (Asscalbiass, 2010). Hemoglobin merupakan senyawa yang bertanggung jawab akan kemampuan sel untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida. Hemoglobin memiliki struktur tetramer yang kompleks. Setiap hemoglobin memiliki dua rantai alpha ( α ) dan dua rantai beta ( β ). Setiap rantai adalah sebuah subunit protein globular yang menyerupai myoglobin di rangka dan sel otot jantung. Seperti myoglobin, setiap rantai hemoglobin mengandung molekul heme, suatu pigmen non-protein kompleks. Setiap unit heme memiliki ion besi sehingga ion besi



tersebut



bisa



berikatan



dengan



molekul



oksigen,



membentuk



oksihemoglobin (HbO2). Darah yang mengandung sel darah merah yang dipenuhi oleh oksihemoglobin akan berwarna merah terang (Martini, 2012). Ikatan besi – oksigen sangat lemah, keduanya bisa dipisahkan tanpa merusak unit heme atau molekul oksigen. Maka dari itu, ikatan dari molekul oksigen dengan besi di heme adalah reversible. Sedangkan, hemoglobin yang ion besinya tidak berikatan dengan oksigen disebut deoksihemoglobin. Darah yang mengandung sel darah merah yang dipenuhi oleh deoksihemoglobin akan berwarna merah gelap, hampir burgundy (Martini, 2012). Bila hematokrit ( persentase sel darah merah – normal nya 40 sampai 45 persen ) dan jumlah hemoglobin dalam masing – masing sel bernilai normal, maka seluruh darah seorang pria rata – rata mengandung 15 gram hemoglobin per 100 mililiter sel; pada wanita rata – rata mengandung 14 gram per 100 mililiter sel (Guyton dan Hall, 2016). Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian: (1) bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empai rantai polipeptida yang sangat berlipat-lipat,



dan (2) gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal sebagai gugus heme, yang masing-masing terikat ke satu polipeptida. Setiap atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul O2; dengan demikian, setiap molekul hemoglobin dapat mengangkut empat penumpang O2. Karena oksigen kurang larut dalam plasma, 98.5% O 2 yang diangkut dalam darah terikat pada pada hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu pigmen (yaitu, secara alamiah berwarna). Karena kandungan besinya, hemoglobin tampak kemerahan apabila berikatan dengan oksigen dan kebiruan apabila mengalami deoksigenasi. Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah, dan darah vena yang yang telah kehilangan sebagian O2nya di jaringan memperlihatkan rona kebiruan (Sherwood, 2012). Selain mengangkut oksigen, hemoglobin juga dapat berikatan dengan zat-zat berikut: 1.



Karbon dioksida. Dengan demikian, hemoglobin ikut berperan mengangkut



gas ini dari jaringan kembali ke paru. 2.



Bagian ion hidrogen asam (H +) dari asam karbonat yang terionisasi, yang



dibentuk dari karbon dioksida pada tingkat jaringan. Hemoglobin, dengan demikian, menyangga asam ini, sehingga pH tidak terlalu berpengaruh. 3.



Karbon moksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat pada



darah, tetapi, jika terhirup, menempati tempat ikatan oksigen di hemoglobin, sehingga terjadi keracunan karbon monksida (Sherwood, 2012). Dengan demikian, hemoglobin berperan penting dalam pengangkutan oksigen sekaligus ikut serta dalam pengangkutan karbon dioksida dan menentukan kapasitas penyangga dari darah (Sherwood, 2012). Karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dengan cara bersaing dengan oksigen untuk melakukan ikatan pada hemeprotein pembawa oksigen (hemoglobin, mioglobin, sitokrom C oksidase, sitokrom P-450). Afinitas karbon monoksida terhadap hemeprotein bervariasi, mulai dari 30 sampai 500 kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen, tergantung pada hemeproteinnya. Di samping itu, lebih kuatnya afinitas hemoglobin terhadap karbon monoksida menyebabkan dengan adanya karboksihemoglobin mengganggu afinitas oksigen terhadap hemoglobin dengan menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri sehingga mengurangi pelepasan oksigen ke jaringan. Hipoksia jaringan yang dihasilkan lebih



hebat dibandingkan dengan yang akan dihasilkan oleh anemia dengan derajat yang sama. Diyakini bahwa karbon monoksida memiliki efek toksik langsung pada tingkat seluler dengan cara mengganggu respirasi mitokondria, disebabakan karena karbon monoksida terikat pada kompleks sitokrom oksidase. Berbeda dengan hemoglobin, afinitas sitokrom oksidase lebih kuat terhadap oksigen. Akan tetapi selama anoksia seluler, karbon monoksida dapat terikat. Pada saat oksigen dari udara kembali ada maka pemindahan karbon monoksida menjadi lambat (Jayanti, 2010). Penatalaksanaan orang yang terkena keracunan karbonmonoksida adalah sebagai berikut: 1.



Pindahkan dari sumber pajanan gas CO.



2.



Pemberian oksigen 100%, merupakan hal yang mendasar dengan masker karet yang



ketat, atau menggunakan endo- tracheal tube pada pekerja yang tidak sadar agar oksigen benar-benar masuk, yang akan mengurangi waktu paruh (half life) ikatan COHb secara



perlahan-lahan, sehingga memper-baiki hipoksia jaringan. 3.



Terapi hiperbarik, dengan oksigen bertekanan 3 atmosfer yang akan cepat



sekali memperpendek waktu paruh COHb. Masih diperdebatkan mengenai indikasinya (Chen Q, et al, 2016). B. Tujuan Praktikum Dalam pertemuan kali



ini tujuan dilakukannya praktikum ini



dilakukan untuk mengetahui beberapa hal antara lain: 1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kadar CO dalam darah 2. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pengukuran kadar CO dalam darah 3. Mahasiswa dapat melakukan diagnosa dini tanda–tanda keracunan CO dan melakukan penatalaksanaan (Apikasi klinis)



BAB II METODE KERJA



A. Alat dan Bahan Alat:  Tabung Reaksi ukuran 5ml  Rak tabung reaksi  Spuit  Spatula  Torniquet  Mikro Pipet  Spektrofotometer  Kuvet Bahan:  Sampel darah vena  EDTA  Amonia 0,1%  Sodiumdithionite



B.Cara Kerja  Lakukan prosedur pengambilan darah vena sebanyak 3 cc. Simpan darah ke dalam tabung berisi EDTA, kemudian homogenkan  Siapkan 2 tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label R1 (Reagen) dan SPL (Reagen Sampel)  Tabung R1: Isikan 20 ml larutan ammonia 0,1% + 10 µl sample darah dicampur hingga homogen dan diamkan 10 menit.  Tabung SPL : Isikan 4 ml larutan ammonia 0,1% + 10 µl sample darah (yang telah didiamkan 10 menit) + satu spatula sodium dithionit (Na2S2O5), dicampur hingga homogen.  Absorbansi R1 dan SPL dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 578 nm. 



Absorbansi R1 disebut (ΔA) dan absorbansi standar SPL disebut Δ ArHb.



C.Nilai Normal 



CO endogen : < 1%







Batas toleransi CO : 2% - < 5%







> 5% : mulai timbul gejala/tidak normal/keracu



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil



Sampel 1 Sampel 2



Tabung R1/Tabung blanko 0,209 0,13



Tabung Sampel 0,183 0,219