Laporan Awal Penentuan Toluen Dalam Pertalite Dan Pertamax Dengan UV-Vis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGENDALIAN MUTU PRODUK MIGAS PENENTUAN KANDUNGAN TOLUENA DALAM PERTAMAX DAN PERTALITE DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Dr. Oksil Venriza, S.Si., M.Eng.



Disusun Oleh : Sulthan Erlangga NIM



:



201450019



Kelompok



:



III



Kelas



:



Logistik 1A



Asisten Laboratorium



:



Cynthia Divani



Program Studi



:



Logistik Minyak dan Gas



KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS PEM AKAMIGAS



Cepu, Februari 2021



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang ..........................................................................................................1



1.2



Tujuan Praktikum .....................................................................................................2



1.3



Manfaat Praktikum ...................................................................................................2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Toluena .....................................................................................................................3



2.2



Gasoline ....................................................................................................................4



2.3



Pertalite .....................................................................................................................4



2.4



Pertamax ...................................................................................................................5



2.5



Spektrofotometri .......................................................................................................5



2.6



Prinsip Kerja UV-Vis................................................................................................5



2.7



UV-Vis .....................................................................................................................6



2.8



Kegunaan Alat ..........................................................................................................6



BAB III METODOLOGI 3.1



Waktu dan Tempat ....................................................................................................8



3.2



Alat dan Bahan .........................................................................................................8



3.3



Cara Kerja .................................................................................................................8



3.4



Perhitungan .............................................................................................................10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil dan Perhitungan .............................................................................................11 4.1.1 Hasil Penelitian ...............................................................................................11 4.1.2 Perhitungan .....................................................................................................12



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1



Kesimpulan .............................................................................................................18



5.2



Saran .......................................................................................................................18



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2



LOGISTIK MINYAK DAN GAS ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertalite dan pertamax merupakan suatu komoditi sekunder yang dibutuhkan dalam kehidupan di dunia. Tak terelakkan jika dikatakan produk BBM tersebut merupakan bahan yang paling penting saat ini. Kebutuhan akan produk BBM tersebut semakin meroket setiap tahunnya mengingat semakin bertambahnya jumlah manusia dan jumlah kendaraan bermotor yang digunakan. Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan produk BBM dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan emisi yang besar pula. Pembakaran yang tidak sempurna dapat meningkatkan emisi gas buang maka perlunya kinerja mesin yang baik dan komposisi bahan bakar yang tepat agar dapat menghasilkan suatu proses pembakaran yang ideal atau sempurna. Kesesuaian bahan bakar itu terlihat dari angka oktannya, sebab angka oktan merupakan ukuran ketahanan bahan bakar terhadap ketukan (knocking) yang terjadi pada mesin kendaraan. Untuk meningkatkan angka oktan pada bahan bakar terutama pada produk BBM Pertalite dan Pertamax dapat dilakukan dengan menambahkan toluena. Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai



pelarut. Namun



penggunaan toluena sebagai komponen pada produk BBM Pertalite dan Pertamax perlu dipertimbangkan dengan cara melakukan pengujian sehingga tidak berdampak pada mesin kendaraan dan kesehatan lingkungan hidup manusia. Praktikum kali ini akan mengkaji persentase kandungan toluena dalam Pertalite dan Pertamax menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis. Praktikum ini juga diharapkan untuk dapat menemukan kesesuaian campuran yang tepat antara produk BBM Pertalite dan Pertamax dengan toluena dalam menaikkan angka oktan agar menjadi bahan bakar yang baik, sehingga dapat digunakan pada kendaraan serta memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan lingkungan.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 1



1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Pengendalian Mutu Produk Migas dengan judul “Penetuan Kandungan Toluena dalam Pertamax dan Pertalite dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”, antara lain : 1. Untuk mengetahui bagian dan cara menggunakan spektrofotometer UV-Vis. 2. Untuk mengetahui persentase kandungan toluena dalam produk Pertalite dan Pertamax. 3. Untuk



meningkatkan



keterampilan



mahasiswa



menggunakan



alat



spektrofotometer UV-Vis. 1.3 Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum Pengendalian Mutu Produk Migas dengan judul “Penetuan Kandungan Toluena dalam Pertamax dan Pertalite dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”, antara lain : 1. Bagi Penulis praktikum ini bermanfaat untuk dapat mengaplikasikan metode Spetrofotometer UV-Vis dalam mengidentifikasi persentase kandungan toluena dalam produk Pertalite dan Pertamax. 2. Bagi pembaca laporan praktikum ini sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toluena Toluena merupakan senyawa turunan benzene yang salah satu atom hidrogennya tersubtitusi oleh gugus (-CH3). Nama lain dari Toluena adalah metilbenzena atau fenil metana. Toluena mempunyai rumus molekul C6H5CH3 dan rumus struktur sebagai berikut.



Gambar. Struktur Toluena Toluena merupakan senyawa tidak berwarna, berwujud cairan yang mempunyai aroma khas tetapi tidak setajam benzene. Hidrokarbon aromatic kini digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga digunakan sebagai obat inhalan karena sifatnya yang memabukkan. Toluena juga mudah sekali terbakar (Saleh, 2017). Toluena adalah suatu hidrokarbon (C7H8) yang digunakan sebagai bahan pelarut cat, bahan kimia, farmasi, dan karet serta juga digunakan sebagai keperluan bahan mentah utama dalam sintesis bahan pewarna sakarin dan lain-lain. Toluena ditemukan dalam bensin, cat akrilik, pernis, bahan pengencer cat, perekat karet, lem pesawat udara, dan semir sepatu. Pada suhu kamar toluena adalah suatu cairan tidak berwarna, mudah menguap dan manis. Pemakaian toluena di Indonesia semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun dan berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 3



Indonesia pada tahun 1990 terpakai 44.061.498 kg dan tahun 1997 terpakai 93.361.061 kg (Rahmat, 2019). Toluena ditambahkan pada produk BBM bersamaan dengan benzene dan xylene untuk meningkatkan nilai oktan. Toluena cepat menguap ke udara dan terdegradasi oleh mikroorganisme di air permukaan. Titik didih toluena adalah 110,625 oC. Masuknya toluena ke lingkungan (air, tanah, dan udara) melalui penguapan, tumpahan, ataupun kebocoran UST. Keberadaan benzene dan xylene mempengaruhi perpindahan toluena dalam tanah, kompetitif penyerapan antara komponen bensin menyebabkan penurunan interaksi antara toluena dengan tanah sehingga toluena dengan cepat meresap ke air tanah (Sucahyo, 2018). 2.2 Gasoline Gasoline adalah fraksi terpenting dari minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor roda dua, tiga, ataupun empat. Komponen utama yang terkandung di dalam bensin, yaitu oktana dan n-heptana, molekul-molekul yang terdapat pada bensin memiliki kecen derungan untuk lepas dari permukaan bila dibandingkan dengan zat cair yang lain, makin tinggi temperatur yang terdapat pada lingkungan sekitar bensin maka semakin tinggi pula proses pelepasan molekul-molekul dari permukaan. Mutu bahan bakar bensin bergantung kepada jumlah ketukan (konocking) yang ditimbulkannya. Ketukan (knocking) adalah suatu perilaku bahan bakar yang menyebabkan mesin menggelitik, mengurangi efisiensi bahan bakar dan merusak mesin. Knocking dinyatakan dengan nilai oktan. Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Semakin tinggi nilai oktan, berarti semakin sedikir ketukannya, dan semakin baik juga mutunya (Nurfathiyanti, 2017). 2.3 Pertalite Pertalite adalah bahan bakar minyak dari pertamina dengan RON 90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertalite memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan premium.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 4



Selain itu, RON 90 membuat pembakaran pada mesin kendaraan dengan teknologi terkini lebih baik dibandingkan dengan premium yang memiliki RON 88. Sehingga sesuai digunakan untuk kendaraan roda dua, hingga kendaraan multi purpose vehicle ukuran menengah (Maridjo, 2019). 2.4 Pertamax Pertamax (RON 92), Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mensyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990, terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan xatalytic converters. Seperti halnya Premium, Pertamax adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak (Amrullah, 2018). 2.5 Spektrofotometri Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi relatif jika energ tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Mustikaningrum, 2015). 2.6 Prinsip Kerja UV-Vis Prinsip kerja spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki absorbansi pada panjang gelombang tetentu yang khas. Panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi digunakan untuk mengukur kadar zat yang diperiksa. Banyaknya cahaya yang diabsorbsi oleh zat berbanding lurus dengan kadar zat. Memastikan ketepatan



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 5



pengukuran, kadar yang hendak diukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui (standar). 2.7 UV-Vis Spektrofotometer Uv-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan sinar tampak yang di absorsi oleh sampel menghasilkan



konsentrasi.



Metode



yang



digunakan



pada



instrument



spektrofotometer adalah spektrofotometri. Untuk mengukur banyak radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi maka digunakan spektrum absorbsi. Spektrum absorbsi merupakan hubungan panjang antara banyaknya sinar yang diserap dengan panjang gelombang sinar (Suryadi, 2019). Spektrofotometri UV-Vis juga dilakukan dengan pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200 –350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.Dimana detector dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible (Rasyid, 2020). 2.8 Kegunaan Alat Spektrofotometer UV-Vis secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan dari logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik. a. Larutan ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya) karena elektron dalam atom logam dapat tertarik dari satu negara elektronik lainnya. Warna larutan ion logam sangat dipengaruhi oleh kehadiran spesies lain, seperti anion tertentu atau logam. Sebagai contoh, warna larutan encer tembaga sufat adalah biru yang sangat terang; menambahkan amonia meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan maksimal (λmax).



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 6



b. Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat tinggi konjugasi, juga menyerap cahaya pada daerah UV atau terlihat dari spektrum elektromagnetik. Pelarut untuk penentuan ini sering air untuk senyawa larut dalam air, atau etanol untuk senyawa organik yang larut. (Pelarut organik mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak semua pelarut yang cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol menyerap sangat lemah di paling panjang gelombang). Polaritas pelarut dan pH dapat mempengaruhi penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya, peningkatan penyerapan maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika pH meningkat 6-13 atau ketika polaritas pelarut berkurang. c. Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan warna, warna sering terlalu kuat untuk digunakan dalam pengukuran kuantitatif. Hukum BeerLambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies menyerap dalam larutan dan panjang jalan. Jadi, untuk tetap jalan panjang, UV / Vis spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui seberapa cepat perubahan absorbansi dengan konsentrasi. Ini dapat diambil dari referensi (tabel koefisien molar kepunahan), atau lebih tepatnya, ditentukan dari kurva kalibrasi.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 7



BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu



: Senin, 15 Februari 2021



Tempat



: Laboratorium Quality Control Logistik Minyak dan Gas, PEM Akamigas



3.2 Alat dan Bahan Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah : 1.



Spektrofotometri UV-Vis



2.



Kuvet



3.



Labu ukur 10 mL



4.



Gelas beaker / gelas ukur



5.



Pipet tetes



6.



Bulb



7.



Pipet Ukur



Bahan yang digunakan yaitu : 1. Pertalite 2. Pertamax 3. Toluena 4. Iso-oktana 3.3 Cara Kerja A. Pengenceran Toluena 1. Melakukan pengenceran 0,1 mL toluena dengan Iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 1 sebagai larutan induk. 2. Mengambil larutan induk pada labu ukur 1 sebanyak 0,1 mL dan diletakkan pada labu ukur 2 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 2.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 8



3. Mengambil larutan pada labu ukur 2 sebanyak 0,1 mL dan diletakkan pada labu ukur 3 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 3. 4. Mengambil larutan pada labu ukur 3 sebanyak 0,5 mL dan diletakkan pada labu ukur 4 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 4. Larutan pada labu ukur 4 yang akan di uji dalam UV-Vis. B. Pengenceran Pertalite 1. Melakukan pengenceran 0,01 mL Pertalite dengan Iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 1 sebagai larutan induk. 2. Mengambil larutan induk pada labu ukur 1 sebanyak 0,5 mL dan diletakkan pada labu ukur 2 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 2. 3. Mengambil larutan pada labu ukur 2 sebanyak 1 mL dan diletakkan pada labu ukur 3 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 3. 4. Mengambil larutan pada labu ukur 3 sebanyak 0,5 mL dan diletakkan pada labu ukur 4 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 4. Larutan pada labu ukur 4 yang akan di uji dalam UV-Vis. C. Pengenceran Pertamax 1. Melakukan pengenceran 0,01 mL pertamax dengan Iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 1 sebagai larutan induk. 2. Mengambil larutan induk pada labu ukur 1 sebanyak 0,5 mL dan diletakkan pada labu ukur 2 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 2. 3. Mengambil larutan pada labu ukur 2 sebanyak 0,5 mL dan diletakkan pada labu ukur 3 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 3. 4. Mengambil larutan pada labu ukur 3 sebanyak 0,5 mL dan diletakkan pada labu ukur 4 serta dilakukan pengenceran menggunakan iso-oktana dalam 10 mL labu ukur 4. Larutan pada labu ukur 4 yang akan di uji dalam UV-Vis.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 9



D. Analisis Larutan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis 1. Menghidupkan Spektrofotometer UV-Vis dan komputer. 2. Membuka aplikasi/software untuk Spektrofotometer UV-Vis. 3. Sebelum menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, biarkan alat untuk melakukan self test sampai semua pengujian ter-checklist pada kolom Pass. 4. Mengatur panjang gelombang dengan Start pada 400 dan End pada 190. 5. Mengatur Baseline untuk berada pada angka 0,0000 dengan menekan ”Zero” pada aplikasi/software. 6. Membilas kedua kuvet menggunakan Iso-oktana minimal sebanyak 2x. Lalu, isi kedua kuvet menggunakan Iso-oktana sampai ¾ ketinggian kuvet. 7. Memasukkan kedua kuvet ke dalam Spektrofotometer UV-Vis dan melakukan Scan terhadap Baseline yaitu iso-oktana. 8. Mengganti kuvet yang berada pada posisi depan dengan Toluena yang sudah diencerkan sebelumnya sebanyak ¾ ketinggian kuvet. 9. Memasukkan kuvet ke dalam Spektrofotometer UV-Vis, lalu melakukan Scan dengan menekan “Sample” pada aplikasi/software. 10. Selanjutnya, membilas kuvet bagian depan dengan Iso-oktana minimal sebanyak 2x. Lalu, ulangi langkah 8 dan 9 untuk Pertalite/Pertamax. 3.4 Perhitungan Untuk melakukan perhitungan pengenceran itu sendiri menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut : 𝑽𝟏 𝒙 𝑵 𝟏 = 𝑽𝟐 𝒙 𝑵 𝟐 dimana, V1 =



Volume awal



N1 =



Konsentrasi awal



V2 =



Volume akhir



N2 =



Konsentrasi akhir



Untuk perhitungan kadar tersebut menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ⁄𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 𝐴 𝑥 99,9 % % 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 10000



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Perhitungan Pada praktikum kali ini bertujuan untuk penentuan toluena dalam produk BBM, dimana masing-masing produk dilarutkan dalam labu ukur 10 mL, dengan volume, yaitu: Vol. Toluena



Vol. Pertalite



Vol. Pertamax



(mL)



(mL)



(mL)



Larutan Induk



0,1



0,01



0,01



Pengenceran Pertama



0,1



0,5



0,5



Pengenceran Kedua



0,1



1



0,5



Pengenceran Ketiga



0,5



0,5



0,5



Keterangan



Tabel Volume Untuk Pengenceran



4.1.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian tersebut, setelah dilakukan pembuatan larutan standar, sehingga di dapat absorbansi dari toluena itu sendiri, yaitu:



Sumber : Hasil Praktikum Kelompok 3 Batch 1 Logistik 1A



Nama



AU (208,60 nm)



Baseline



0,0199



Toluena



0,0451



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 11



Pertalite



0,1026



Pertamax



0,0279



Sumber : Hasil Praktikum Kelompok 3 Batch 1 Logistik 1A



4.1.2 Perhitungan a. Pengenceran Toluena Larutan Induk V1 x N1



=



V2 x N2



0,1 x 99,9



=



10 x N2



9,99



=



10 N2



N2



=



9,99/10



N2



=



0,999



V1 x N1



=



V2 x N2



0,1 x 0,999



=



10 x N2



0,0999



=



10 N2



N2



=



0,099/10



N2



=



0,00999



V1 x N1



=



V2 x N2



0,1 x 0,00999



=



10 x N2



0,000999



=



10 N2



N2



=



0,000999/10



N2



=



0,0000999



V1 x N1



=



V2 x N2



0,5 x 0,0000999



=



10 x N2



0,00004995



=



10 N2



N2



=



0,00004995/10



N2



=



0,000004495



Pengenceran Pertama



Pengenceran Kedua



Pengenceran Ketiga



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 12



b. Kandungan Toluena dalam Pertalite Larutan Induk V1 x N1



=



V2 x N2



0,01 x 99,9



=



10 x N2



0,999



=



10 N2



N2



=



0,999/10



N2



=



0,0999



V1 x N1



=



V2 x N2



0,5 x 0,0999



=



10 x N2



0,04995



=



10 N2



N2



=



0,04995/10



N2



=



0,004995



V1 x N1



=



V2 x N2



1 x 0,004995



=



10 x N2



0,004995



=



10 N2



N2



=



0,004995/10



N2



=



0,0004995



V1 x N1



=



V2 x N2



0,5 x 0,0004995



=



10 x N2



0,00024975



=



10 N2



N2



=



0,00024975/10



N2



=



0,000024975



Pengenceran Pertama



Pengenceran Kedua



Pengenceran Ketiga



Menentukan Persentase Larutan 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ⁄𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 𝐴 𝑥 99,9 % 10000 0,1026⁄ 100000 ⁄2,4975 𝑥 99,9 % 0,0451 𝑥 % 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 10000 % 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 13



% 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =



90997,78 10000



% 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 9,09978%



c. Kandungan Toluena dalam Pertamax Larutan Induk V1 x N1



=



V2 x N2



0,01 x 99,9



=



10 x N2



0,999



=



10 N2



N2



=



0,999/10



N2



=



0,0999



Pengenceran Pertama V1 x N1



=



V2 x N2



0,5 x 0,0999



=



10 x N2



0,04995



=



10 N2



N2



=



0,04995/10



N2



=



0,004995



V1 x N1



=



V2 x N2



0,5 x 0,0024975



=



10 x N2



0,0024975



=



10 N2



N2



=



0,0024975/10



N2



=



0,00024975



V1 x N1



=



V2 x N2



0,5 x 0,00024975



=



10 x N2



0,0001248



=



10 N2



N2



=



0,0001248/10



N2



=



0,00001248



Pengenceran Kedua



Pengenceran Ketiga



Menentukan Persentase Larutan % 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =



𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ⁄𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 𝐴 𝑥 99,9 % 10000



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 14



0,0279⁄ 100000⁄ 1,248 𝑥 99,9 % 0,0451 𝑥 10000 49519,76 % 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 10000 % 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =



% 𝑇 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 4,951976 %



4.2 Pembahasan Pada praktikum yang telah kami lakukan didapat hasil dari kandungan hidrokarbon toluena pada produk Pertalite dan Pertamax menggunakan cairan isooktan. Secara teori, toluena berada pada Panjang gelombang 207 nm, namun pada saat melakukan praktikum kali ini, praktikan mendapatkan hasil di Panjang gelombang 208,60 nm. Hal ini bisa saja di akibatkan dari larutan yang tekontaminasi dari produk lain. Kontaminasi tersebut dapat terjadi jika pembersihan dari alat yang digunakan tidak steril. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan Panjang gelombang tersebut diakibatkan karena masa dari toluena tersebut. Konsentrasi dari larutan juga merupakan salah satu faktor pembeda, hal ini disebabkan dengan tidak ketelitian praktikan dalam melakukan pengeceran dari beberapa larutan. Untuk mengukur Nilai absorbansi pada produk yang akan di uji, dilakukan tiga kali pengenceran dengan volume yang berbeda pada setiap pengeceran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi yang sangat kecil dengan membuat larutan induk terlebih dahulu. Toluena setelah dilakukan pengenceran dengan volume awal 0,1 mL untuk membuat larutan induk, kemudian dilakukan tiga kali pengenceran dan didapatkan nilai konsentrasi sebesar 0,000004495 N. Untuk produk Pertalite sendiri, setelah dilakukan pengenceran dengan volume awal 0,01 mL untuk membuat larutan induk, kemudian dilakukan tiga kali pengenceran dan didapatkan nilai konsentrasi sebesar 0,000024975 N. Selanjutnya, untuk produk Pertamax, setelah dilakukan pengenceran dengan volume awal 0,01 mL untuk membuat larutan induk, kemudian dilakukan tiga kali pengenceran dan didapatkan nilai konsentrasi sebesar 0,00001248 N. Setelah mendapatkan konsentrasi standar dari dua produk tersebut, kemudian dilakukan pengujian menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Nilai absorbansi pada panjang gelombang 208,60 nm



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 15



yang didapatkan pada produk Pertalite menggunakan zat pelarut isooktan sebesar 0,1026 dan nilai absorbansi yang didapatkan pada produk Pertamax menggunakan pelarut isooktana sebesar 0,0279. Toluena terkandung pada zat tambahan bahan bakar. Zat tersebut ditambahkan untuk mendapatkan nilai oktan yang diinginkan. Semakin tinggi nilai oktan maka bahan bakar akan semakin mudah dikompresi dan proses pembakaran akan semakin sempurna. Dalam penelitian lainnya, hasil perhitungan angka oktan dari penambahan toluena ke dalam Pertalite dan Pertamax akan dibandingkan dengan hasil pengujian angka oktan menggunakan mesin CFR-F1 dengan metode ASTM D 2699. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kandungan toluena pada jenis bahan bakar yang berbeda sebagaimana terlihat pada tabel tersebut. Senyawa Toluna



Bensin



Bensin



Bensin



(RON 87)



(RON 89)



(RON 92)



10,59%



12,59%



13,13%



Sumber : (Adityati, 2015) Pada penelitian kali ini, setelah mendapatkan larutan standar, dengan konsentrasi setiap larutan yang telah ditentukan, maka dapat dihitung untuk penentuan atau persentase toluena dalam produk BBM. Untuk kadar toluena dalam Pertalite sendiri didapatkan hasil persentase sebesar 9,09978%. Sedangkan di dalam produk Pertamax didapat persentase toluena sebesar 4,951976%. Menurut data tersebut kandungan toluena terbesar terdapat di dalam produk Pertalite. Untuk persentase kandungan toluena tersebut sebenarnya tidak di atur dalam SKK Dirjen Migas, tetapi yang telah kita ketahui penambahan toluena dalam produk BBM tersebut berguna untuk menambah angka oktan. Hal ini berbanding terbalik dengan dampak terhadap lingkungan yang ada. Dampak yang dihasilkan tersebut dapat mengganggu kesehatan apabila terhirup oleh manusia. Jika ada satu produk yang didapatkan pada praktikum menunjukkan nilai negatif maka disitu terdapat beberapa kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan yang dilakukan yaitu kurang teliti dalam mengambil larutan



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 16



menggunakan bulb. Hal ini menyebabkan volume larutan yang akan diambil tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya sehingga saat pengenceran gagal dan kurang pekat. Setelah itu juga kesalahan dalam menuangkan larutan kedalam labu ukur yang tidak tepat mengenai dasar labu serta tidak tercampur dengan sempurna. Dengan adanya kesalahan pada saat melakukan praktikum ini menyebabkan hasil yang didapatkan bernilai negatif. Seharusnya hasil yang didapatkan jika tidak adanya kesalahan dalam melakukan praktikum akan mendapatkan hasil yang bernilai positif dan grafik yang didapatkan akan sesuai dengan ketentuan.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 17



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum “Penetuan Kandungan Toluena dalam Pertamax dan Pertalite dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis” dapat ditarik kesimpulan, diantaranya: 1. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, nilai kadar kandungan toluena didalam Pertalite sebesar 9,09978% dan pada Pertamax 4,951976%. 2. Penambahan toluena didalam BBM dapat meningkatkan nilai oktan dari suatu produk namun dampak yang disebabkan bagi lingkungan sangat berbahaya. Untuk itu penggunaan akan toluena untuk meningkatkan nilai angka oktan harus dalam ambang batas wajar, walaupun maksimal kandungan toluena dalam produk tidak diatur dalam SKK Dirjen Migas. 3. Besarnya kandungan toluena berdasarkan pada nilai RON dari produk sendiri. Semakin tinggi nilai RON suatu produk maka semakin tinggi juga nilai kadar kandungan toluena didalamnya, begitupun sebaliknya. 5.2 Saran Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan praktikum, sebisa mungkin harus dapat menghindari kesalahan ataupun tindakan yang dapat membuat salah perhitungan dan mempengaruhi hasil akhir praktikum sehingga sesuai dengan kriteria yang seharusnya yaitu menghasilkan hasil yang linear antara nilai konsentrasi dengan nilai absorbansi. Selain itu disarankan untuk membiasakan diri dalam memegang alat praktikum agar tidak gugup dalam melakukan praktikum.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 18



DAFTAR PUSTAKA Adityati. (2015). Analisis Kandungan BTEX pada Emisi Gas Buang Sepeda Motor. Bandung. Aji, S. (2018). Nomor Oktan BBM. Jakarta. Amrullah. (2018). Analisis Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium dan Pertamax Terhadap Prestasi Mesin. Bau-Bau. Jarot, C. T. (2006). Pemanfaatan Toluene Untuk Meningkatkan Angka Oktan Bahan Bakar Bensin. Surabaya. Maridjo. (2019). Pengaruh Pemakaian Bahan Bakar Premium, Pertalite dan Pertamax Terhadap Kinerja Motor 4 Tak. Bandung. Mustikaningrum, M. (2015). Aplikasi Meode Spektrofotometri Visibel Genesys-20 Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza). Semarang. Nurfathiyanti. (2017). Bensin Kimia. Semarang. Rahmat, A. (2019). Dampak Terpapar Toluena Terhadap Kadar Asam Hipurat Urin. Medan. Rasyid, A. (2020). Peralatan UV-Vis. Saleh, K. P. (2017). Toluena. Sucahyo, V. R. (2018). Identifikasi Komposisi Benzene, Toluene, Ethylbenzene, Xylene (BTEX) Dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) Dengan Head Space – Gas Chromatography – Mass Spectrophotometry (HS – GC – MS). Yogyakarta. Suryadi. (2019). Analisa Kualitatif dan Kuantatif Pada Senyawa Organik Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis.



LOGISTIK MINYAK DAN GAS 19



L A M P I R A N



LAMPIRAN 1



L A M P I R A N



LAMPIRAN 2



L A M P I R A N