Laporan EBP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Menurut Engel yang menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka (Betz, Sowden, 2012). Di Indonesia, Depkes (2008) menjelaskan bahwa indikator mutu klinik pelayanan keperawatan terdiri dari enam kategori yaitu 1) patient safety, 2) keterbatasan perawatan diri, 3) kepuasan pasien 4) kecemasan, 5) kenyamanan (comfort)/ bebas dari nyeri, dan 6) pengetahuan (discharge planning). Saat ini masih banyak laporan tentang pelayanan keperawatan yang kurang optimal. Salah satu kegiatan pelayanan keperawatan yang kurang optimal adalah manajemen nyeri yang diajarkan kepada pasien. Manajemen nyeri adalah upaya mengurangi rasa sakit sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien (NIC, 2012). Manajemen nyeri yang efektif adalah aspek penting asuhan keperawatan untuk proses penyembuhan, pencegahan komplikasi, mengurangi penderitaan dan mencegah



perkembangan



nyeri



yang



tidak



dapat



disembuhkan.



Pelaksanaan manajemen nyeri saat ini belum dilakukan secara maksimal oleh tenaga kesehatan terutama perawat (Kipkorir, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen nyeri adalah pengetahuan, sikap, pengalaman dan standar yang ada.



2



Pentingnya penanganan nyeri menjadikan nyeri sebagai vital sign yang kelima, setelah nafas, tekanan darah, nadi dan suhu, sehingga manajemen nyeri mutlak harus ada (Casey, 2011). Berdasarkan Undangundang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,dikatakan bahwa setiap rumah sakit wajib untuk melaksanakan akreditasi dalam rangka peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali. Isu manajemen nyeri ini menjadi salah satu elemen penilaian yang dipersyaratkan untuk dipenuhi oleh pihak rumah sakit. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien harus mengacu pada pedoman pengelolaan nyeri (Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit {SNARS}) (DPD Pormiki, 2017). Elemen penilaian dalam akreditasi salah satunya dan angka tata laksana nyeri, manajemen nyeri merupakan salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan. Indikator pelayanan keperawatan merupakan indikator mutu minimal yang harus dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Indikator tersebut meliputi: Keselamatan pasien (patient safety), perawatan diri (self care), kenyamanan



(angka



tatalaksana



nyeri



dan



angka



kenyamanan),



kecemasan, pengetahuan dan kepuasan. Menurut Al-Syaer et al, (2011) dalam praktek klinis perawat memiliki peran penting dalam penilaian dan penanganan nyeri serta harus memiliki pengetahuan dalam menilai dan mengelola nyeri. Pengobatan non farmakologi adalah suatu bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan medis tertentu (Kozier & Snyder, 2010). Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi Nyeri adalah terapi back massage (Massage Punggung). Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin memberikan inovasi penerapan tindakan keperawatan Massage Punggung Terhadap penurunan intensitas nyeri.



3



B. Tujuan Untuk mengetahui efektifitas tindakan massage terhadap penurunan nyeri di Ruang Cattleya RSUD Ungaran tahun 2020. C. Manfaat 1. Bagi Klien Penerapan EBNP (Evidence Based Nursing Practice) berupa tindakan massage diharapkan dapat membantu pasien dalam menurunkan intensitas nyeri. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Bagi pelayanan kesehatan diharapkan penerapan EBNP (Evidence Based Nursing Practice) dapat menjadi solusi dalam mengatasi Nyeri 3. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan dengan adanya penerapan EBNP (Evidence Based Nursing Practice) ini, dapat menginspirasi institusi pendidikan dalam menerapkan hasil karya ilmiah ini untuk mengatasi permasalahan di lapangan



4



BAB II TINAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Massage Punggung 1. Pengertian Massage punggung Massage punggungmerupakan sentuhan yang dibentuk berguna untuk meningkatkan kenyamanan, mengurangi stress dan menciptakan ketenangan (Lynn & Selvin 2006 dalam Lestari 2015). Massage merupakan salah satu cara memanjakan diri, karena sentuhan memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun serta meningkatkan pikiran. Selain itu pula, karena massage punggung melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami.Endorphin juga dapat menciptakan rasa nyaman dan enak (Maryunani, 2010 dalam lestari, 2015). Terapi manipulasi dengan pijatan lembut pada jaringan yang bertujuan yang memberikan efek terhadap fisiologis terutama pada vaskular, muskular, dan sistem saraf pada tubuh.massagetidak hanya memberikan relaksasi secara menyeluruh, namun juga bermanfaat bagi kesehatan seperti melancarkan sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan respon nyeri, dan meningkatkan kualitas tidur. Terapi lakukan 12-15 kali pijatan dalam satu menit dalam waktu 3-10 menit.Usapan yang panjang dan lembut memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi klien, sedangkan usapan yang pendek dan sirkuler



5



cenderung



bersifat



menstimulasi



mekanisme



massage



yaitu



meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis, sehingga menyebabkan terjadinya pelepasan endorfin yang membuat pembuluh darah menjadi vasodilatasi (Kozier & Snyder, 2010). 2. Manfaat Massage Massage yang akan digunakan bersifat holistik manfaat massage terasa pada tubuh, pikiran, dan jiwa. Pijat melancarkan peredarah dan aliran getah bening.Efek langsung yang bersifat mekanis dari tekanan secara berirama dan gerakan - gerakan yang digunakan dalam pijat secara dramatis meningkatkan tingkat aliran darah.rangsangan yang di timbulkan terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah melebar secara refleks. dan ini melancarkan aliran darah yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Efek dari massage menurut Hadibroto dan Syamsir, (2006) yaitu: a. Mengurangi ketegangan otot b. Meningkatkan sirkulasi darah c. Meningkatkan mobilitas dan rentang kemampuan gerak dari persendian. d. Merangsang dan mengaktifkan sistem saraf. e. Meningkatkan kondisi kulit. f. Memperbaiki pencernaan dan fungsi usus. g. Mengatasi nyeri akut dan kronis.



6



h. Mengurangi pembengkakan, mengurangi stres, menimbulkan relaksasi, memperbaiki sistem imunitas, dan meningkatkan kualitas hidup secara umum. 3. Teknik Massage Punggung Teknik massage untuk gejala hipertensi menurut Wiyoto (2011) antara lain, adalah: a. Menggosok(stroking) Stroking adalah suatu gerakan menurut dengan mengunakan ujung-ujung tiga jari yang merapat (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis). Untuk menguatkan tekanan, tangan lain dapat membantunya. Teknik ini banyak digunakan untuk segment dan remedial massage. b. Memijat (petrisage) Petrisage adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel.Kesalahan pada umumnya tidak dapatnya jari-jari tersebut melurus.Bagian tubuh yang dipijat terletak didalam lengkungan telapak tangan antara jari-jari dan ibu jari. Gerakan memijat dengan meremas otot yang sedikit ditarik keatas seolaholah akan memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot yang lain. Gerakan pijatan harus dilakukan pada tiap kelompok otot dan otot harus dipijat beberapa kali dengan supel dan rileks. c. Gerusan (friction)



7



Friction adalah suatu gerakan gerusan kecil- kecil yang dilakukan dengan mempergunakan ujung tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis) yang merapat, ibu jari, ujung siku, pangkal telapak tangan dan yang bergerak berputar-putar searah atau berlawanan arah dengan jarum jam. Berputar-putar dan menggeser kesamping secara supel dan kontinyu sehingga seperti spiral. Untuk lebih menguatkan tekanannya tangan lain dapat membantu menekan diatas. Teknik ini dapat dilakukan dibagian pantat, otot-otot pada vertebralis (kanan kiri columna vertebralis) disepanjang



tulang



belakang,



telapak



kaki dan



sekeliling



persendian banyak dilakukan untuk remedial massage (Wiyoto, 2011). 4. Bagian Tubuh Yang Diberikan Massage Bagian tubuh yang diberikan massage adalah di bagian punggung dengan cara stroking, petrisage, friction. (Wiyoto, 2011). 5. Penatalaksanaan Massage Posisi pasien telungkup pada posisi pasien tidur terlungkup di bawah pergelangan kaki pasien diberi ganjal berupa bantal guling kecil sedangkan masseur berada di sebelah kiri pasien (Wiyoto, 2011). 6. Standar Operasional Prosedur (SOP)Massage Standar Operasional Prosedur (SOP) menurut Wiyoto (2011): NO.



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Persiapan Alat: Bantal/penyangga



8



Minyak gosok 1



Fase Pra Interaksi



Tissue Persiapan Lingkungan: Jaga privasi klien (pasang sampiran) Persiapan Klien: Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan Posisi pasien telungkup pada posisi



2



Fase Orientasi



pasien



tidur



terlungkup



di



bawah



pergelangan kaki pasien diberi ganjal berupa bantal guling kecil



sedangkan



masseur berada di sebelah kiri pasien Mencuci tangan Ambil minyak gosok secukupnya Usapkan 3



Fase Kerja



dipunggung



pasien



dengan



merata Pijat punggung pasien dengan cara dari arah bawah keatas, lakukan selama 3 – 15 menit. Rapikan alat dan klien Cuci tangan Beri reinforcement kepada klien Kaji evaluasi respon klien Menyampaikan rencana tindak lanjut dengan klien



4.



Fase Terminasi



Membuat kontrak yang akan datang: waktu, tempat, topik Mengakhiri kegitan dengan berpamitan Bereskan alat-alat Lakukan dokumentasi.



Sumber: (Wiyoto, 2011)



9



B. Konsep Teori Nyeri 1. Definisi Nyeri Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Trihastutik, 2017). Menurut Smeltzer & Bare (2015), definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. 2. Fisiologi Nyeri Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang terlepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare, 2015). 3. Jenis Nyeri Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu, a. Nyeri Akut



10



Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya



berkaitan



dengan



cidera



fisik.



Nyeri



akut



mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri pasca pembedahan (Trihastutik, 2017). b. Nyeri Kronik Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya Trihastutik, 2017). 4. Pengkajian Nyeri a. Skala Deskriptif Verbal (VDS) Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsian ini dirangking



11



dari “tidak nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan (Potter & Perry, 2005) b. Skala Penilaian Numerik (NRS) Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. c. Skala Analog Visual (VAS) VAS adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri (Potter & Perry, 2005). d. Skala Nyeri Wajah Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat) (Potter & Perry, 2005). 5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri a. Usia b. Jenis kelamin c. Kebudayaan d. Perhatian



12



e. Ansietas f. Kelemahan g. Pengalaman sebelumnya h. Gaya koping i. Dukungan keluarga dan sosial j. Makna nyeri C. Manajemen Nyeri 1. Pengertian Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun mengatur nyeri secara optimal. Tak hanya itu, manajemen nyeri juga berguna untuk mengurangi resiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang. 2. Macam-Macam manajemen nyeri a. Terapi spiritual Terapi untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan kekuatankekuatan yang bersangkutan dengan nilai/makna. Bagaimana seseorang itu dapat memaknai hidupnya. Antara agama satu dengan agama lain sama dalam hal spiritual, sama-sama memandang nilai/makna pada kehidupannya. b. Terapi SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan



13



akupressur. Ketiga teknik ini berusaha merangsang titik – titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energi meridian) tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan kita (Zainuddin, 2012). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa SEFT atau Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah suatu teknik terapi yang menggunakan energi tubuh atau energy meridian yang dilakukan dengan memberikan ketukan-ketukan ringan pada titik- titik tertentu pada meridian tubuh, sehingga dapat mengatasi masalah fisik serta emosi. c. Imajinasi Terbimbing Imajinasi



terbimbing



adalah



menggunakan



imajinasi



seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. d. Relaksasi Nafas Dalam Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan



inspirasi



secara



maksimal)



dan



bagaimana



menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan



14



meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom (Fitriani, 2013). e. Kompres Dingin Metode



sederhana



yang



dapat



di



gunakan



untuk



mengurangi nyeri yang secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres dingin pada area nyeri, ini merupakan alternatif pilihan yang alamiah dan sederhana yang dengan cepat mengurangi rasa nyeri



selain



dengan memakai



obat-obatan. Terapi



dingin



menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Price, Sylvia & Anderson dalam Rahmawati, 2014). f. Kompres Hangat Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat yang dapat menimbulkan efek fisiologis (Anugraheni, 2013). Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-otot yang tegang (Price, Sylvia & Wilson, 2005). Kompres hangat dilakukan dengan mempergunakan bulibuli panas atau kantong air panas secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang. g. Latihan Otot Progresif



15



Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010). Terapi relaksasi ini dilakukan dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu, untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut-turut. h. Genggam Jari Relaksasi genggam jari adalah sebuah tehnik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapaun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi didalam tubuh kita. Tehnik genggam jari disebut juga finger hold (Liana, 2008). Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir dan nyeri, jari telunjuk berhubungan



dengan



ketakutan



berhubungan



dengan



kemarahan



atau atau



cemas, emosi,



jari



tengah



jari



manis



berhubungan dengan kesedihan dan jari kelingking berhubungan dengan rendah diri atau kecil hati. Relaksasi digunakan untuk memindahkan energi yang terhambat menjadi lancar (Hill, 2011). i. Massage Massage merupakan salah satu cara memanjakan diri, karena sentuhan memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna



16



untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun serta meningkatkan pikiran. Selain itu pula, karena massage punggung melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami.



17



BAB III METODE PENULISAN A. Rancangan Solusi Yang ditawarkan Penulisan ini disusun menggunakan design studi kasus atau case ctudy. Case study adalah metode yang digunkan untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan menyeluruh, dengan tujuan didapatkannya pemahaman yang mendalam mengenai kondisi individu tersebut beserta masalah



yang



dihadapinnya,



dengan



tujuan



untuk



menyelesaikan



permasalahan dan memperoleh perkembangan diri yang baik (Rahardjo & Gudnanto 2010). B. Teknik Pengumpulan Data 1. Tekhnik pengumpulan data dengan melakukan skrining pasien di Ruang Cattleya 2. Pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi kemudian dimintakan persetujuan untuk dilakukan tindakan atau intervensi masase 3. Pasien mendapat penjelasan mengenai mekanisme dan tujuan masase 4. Apabila pasien setuju kemudian dilakukan intervensi 5. Catat hasil atau evaluasi setelah dilakukan tindakan atau intervensi. C. Luaran Pasien 1. Mengetahui penerapan tindakan masase pada pasien dengan Hipertensi di ruang Cattleya



18



2. Menganalisis



bagaimana



penerapan



masase



menurunkan tekanan darah pada pasien dengan



untuk



membantu



hipertensi di ruang



Cattleya 3. Melaporkan hasil yang didapatkan selama studi kasus ini mengenai penerapan masase untuk menurunkan intensitas Nyeri di ruang Cattleya D. Kriteria Pasien Populasi dalam studi kasus ini adalah pasien yang mengelu Nyeri ringan dan sedang di ruang Cattleya. 1. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian (hijijah, 2012) kriteria inklusi dalam studi kasus ini yaitu : a. Pasien dengan orientasi baik b. Pasien dengan nyeri ringan dan sedang c. Pasien bersedia untuk mendapatkan tindakan masase 2. Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi yaitu kriteria di luari inklusi (Hijijah, 2012), kriteria ekslusi dalam studi kasus ini yaitu : a. Pasien dengan penurunan kesadaran b. Pasien dengan gangguan pendengaran dan gangguan konsentrasi E. EBNP (Evidence Based Nursing Practice)



19



Dalam penerapan EBNP (Evidence Based Nursing Practice) berupa masase punggung pasien Nyeri ringan dan sedang menggunakan analisis PICOT sebagai berikut : P / Problem



: Nyeri Ringan dan Sedang



I / Intervention



: massage punggung



C / Comparation



: Tidak terdapat pembanding pada pemberian intervensi terapi masase pada pasien Hipertensi



O / Outcame



: intensitas Nyeri turun



T / Time



: setelah masase punggung



F. Metode Telusuri jurnal Jurnal penelitian yang digunakan sebagai dasar penerapan EBNP (Evidence Based Nursing Practice) berupa masase punggung pada pasien Nyeri, ini didapatkan dari beberapa akses pencarian, diantaranya adalah PubMed, dan Google Scholar, dalam mencari jurnal penelitian tersebut, penulis menerapkan beberapa kriteria baik itu kriteria inklusi maupun eksklusi. 1. Kriteria Inklusi a. Jurnal terpublikasi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( 2015 keatas) b. Jurnal yang digunakan sudah terindeks dan terdaftar pada jurnal nasional maupun internasional. c. Jurnal terpublikasi dalam bentuk full text 2. Kriteria Eksklusi



20



a. Jurnal peneltian terpublikasi dalam bentuk abstrak dan tidak terindeks pada jurnal nasional maupun internasional Kata kunci yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelusuran jurnal ilmiah diantaranya adalah efektifitas terapi masase pada pasien nyeri atau Dari pencarian tersebut penulis mendapatkan 2 buah jurnal penelitian yang penulis gunakan sebagai dasar penerapan EBNP (Evidence Based Nursing Practice) berupa penerapan terapi masase untuk membantu pasien dalam menurunkan intensitas Nyeri Berikut adalah alur penulis dalam mendapatkan jurnal penelitian tersebut 1. Pengamatan fenomena permasalahan pasien di Ruang Cattleya RSUD Ungaran 2. Penganalisisan permasalahan tersebut 3. Melakukan pencarian hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan di lapangan dengan menggunakan situs pencarian internet 4. Membuka situs pencarian jurnal (PubMed, Google Scholar) 5. Menentukan kata kunci (Pengaruh Massage punggung terhadap intensitas Nyeri) 6. Menentukan jurnal penelitian yang sesuai tema studi kasus yang dilakukan G. Analisis Jurnal Berdasarkan hasil analisis jurnal yang didapatkan, menunjukan bahwa Terapi masase dapat membantu pasien dalam menurunkanintensitas Nyeri.



21



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hasil pre test dan post test uji tingkat nyeri menggunakan skala NRS (berdasarkan pasien dengan keluhan nyeri) Hasil Pre dan Post Test Uji Tingkat Nyeri dengan Skala NRS (berdasarkan data pasien yang mempunyai keluhan nyeri ringan -sedang) No. Kamar Nama NO – Bed 1 701 Tn. K 2 702 Tn. S 3 704 Tn. E 4 706 Tn. W 5 707 Tn. A 6 VIP 14 Tn. M 7 721B Ny. M 8 722B Ny. S 9 723B Tn. W 10 724A Ny. F Jumlah total pasien dengan nyeri = 10 Rata – Rata Pre test Rata – Rata Post test B. Pembahasan



Pre



Post



5 5 4 3 4 4 5 3 5 5



4 4 2 2 3 2 3 2 3 3



4,3 2,8



22



Massage merupakan salah satu cara memanjakan diri, karena sentuhan memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun serta meningkatkan pikiran. Selain itu pula, karena massage punggung melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami.Endorphin juga dapat menciptakan rasa nyaman dan enak (Kozier, 2010). Terapi manipulasi dengan pijatan lembut pada jaringan yang bertujuan yang memberikan efek terhadap fisiologis terutama pada vaskular, muskular, dan sistem saraf pada tubuh.massage tidak hanya memberikan relaksasi secara menyeluruh, namun juga bermanfaat bagi kesehatan seperti melancarkan sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan respon nyeri, dan meningkatkan kualitas tidur (Kozier, 2010). Wiyoto (2011). Mengemukakan frekuensi masase dapat dilakukan 10-15 menit 1 kali tindakan



dan bisa



dilakukan beberapa kali dalam sehari. Berdasarkan hasil diatas terjadi penurunan nyeri sebanyak 1,5 dengan nilai rata-rata pre adalah 4,3 dan nilai rata-rata post 2,8. Hal ini sejalan dengan penelitian



Kristiana et al (2016) bahwa Setelah dilakukan implementasi



massage punggung selama tiga hari berturut-turut, didapatkan data bahwa ketiga responden mengalami penurunan skala nyeri setiap harinya. Dan hasil akhir atau evaluasinya ketiga responden mengalami penurunan skala nyeri dari berat/sedang ke skala nyeri ringan. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tiarnida et al (2019) bahwa massage Punggung terdapat pengaruh teknik back massage terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi Menurut Mahendra (2009) Relaksasi otot salah satunya adalah pijatan merupakan stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10 menit masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal. Pijatan juga dapat memperbaiki masalah di persendian otot,



23



melenturkan tubuh, memulihkan ketegangan dan meredakan nyeri. Selain itu bisa memperbaiki sirkulasi darah, dan mengurangi kegelisahan dan depresi. Bisa juga mempengaruhi aliran getah bening, otot, saraf, dan saluran pencernaan dan stress. Menurut Kozier (2010) Mekanisme dijelaskan



dengan



teori



penurunan



nyeri



ini dapat



gate control yaitu intensitas nyeri diturunkan



dengan dengan memblok transmisi nyeri pada gerbang (gate) dan teori Endorphin yaitu



menurunnya intensitas



nyeri dipengaruhi



oleh



meningkatnya kadar endorphin dalam tubuh. Dengan pemberian terapi back massage dapat merangsang serabut A beta yang banyak terdapat di kulit dan berespon terhadap masase



ringan



pada



dihantarkan lebih cepat. Pemberian stimulasi



kulit



sehingga impuls



ini



membuat masukan



impuls dominan berasal dari serabut A beta sehingga pintu gerbang menutup dan impuls nyeri tidak dapat diteruskan



ke



korteks



serebral



untuk diinterpretasikan sebagai nyeri. Di



itu,



sistem



kontrol



desenden



juga



akan



bereaksi



samping



dengan melepaskan endorphin yang



merupakan morfin alami tubuh sehingga memblok transmisi nyeri dan persepsi nyeri tidak terjadi, penurunan.



jadi



intensitas



yang



dirasakan mengalami



24



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil diatas bahwa Terapi masase dianggap efisien dalam menurunkan Intensitas Nyeri pada pasien yang mengeluh sakit kepala, tegang pada leher, sakit punggung, dan bahu serta Nyeri Post Op yang dirawat di Ruang Cattleya RSUD Ungaran. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas diharapkan tindakan ini dapat dilakukan oleh perawat dalam melakukan intervensi keperawatan kepada pasien yang mengalami masalah keperawatan nyeri akut



25



DAFTAR PUSTAKA Hadibroto I & Syamsir A. 2006. Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Kozier E.B & Snyder. 2010. Fundamental Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Kristiana et al,2016. Efektifitas Massage Punggung Untuk Mengurangi Nyeri Kepala. Jurnal Keperawatan GSH Vol 5 No 2 Sri Lestari. 2015. Pemberian Terapi Relaksasi Masase Punggung Terhadap penurunan Tingkat kecemasan Pre Operasi Pada Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Fraktur Femur Di ruang Mawar RSUD DR Soedirman Mangun Soemarso Wonogiri. Tiarnida et al, 2018. Pengaruh Teknik Back Massage (Masase Punggung) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi. Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2. Wiyoto, T, B. 2011. Remedial Massage, Nuha Medika, Yogyakarta