Laporan Ebp [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN EVIDENCE-BASED PRACTICE TERHADAP PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN SKALA INSOMNIA PADA NY.S M DENGAN HIPERTENSI DI RT02/RW 01 DUSUN DERSANAN KEL.BUTUHAN DELANGGU



Nama Mahasiswa



: Maria Yasinta Moi



NIM



: SN162195



1. Latar Belakang Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan yang terbesar bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan kesehatan untuk lansia adalah pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk memastikan keterjagaan disiang hari guna menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kualitas hidup yang tinggi. (Stenley and Beare, 2007). Pada lansia, kualitas tidur pada malam hari mengalami penurunan menjadi sekitar 70-80% sedikit efektif dari usia dewasa.



Hal



ini



juga



didukung oleh pendapat Nugroho (1999) yang mengatakan bahwa pada kelompok usia 70 tahun dijumpai 22% kasus mengeluh mengenai masalah tidur dan 30% dari kelompok tersebut banyak yang terbangun di malam hari. National Institute of Health (1990) menyatakan bahwa gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan 66%



orang



yang



tinggal



di



fasilitas perawatan jangka



panjang. Hal tersebut diperkuat oleh Frost (2001) yang menyatakan bahwa prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Luce dan Segal (1970) mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor yang terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Efisiensi



1



tidur (jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring di tempat tidur)



semakin



berkurang. Sementara kebutuhan tidur pun semakin



menurun, karena dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang. Perubahan- perubahan ini berbarengan dengan perubahan fisik lain (Stiabudhi, 2008). Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan



tidur di kalangan



lansia. Insomnia



didefinisikan sebagai suatu keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Insomnia sedikit banyak memberi dampak pada kualitas tidur, sehingga menyebabkan tidur tidak berkualitas. Akibat yang dapat dirasakan adalah menurunya



kualitas



hidup,



produktivitas dan keselamatan serta



dapat mempengaruhi



kualitas



kerja



(Amirta,2009). Kurang tidur, dapat



pula mengakibatkan



masalah



dalam



keluarga dan perkawinan, karena



kurang tidur dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit dalam bergaul. Bila tidur kurang lelap, maka tubuh akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun (Lacks & Morin,1992). Olah raga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia. Dengan berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang terbangun dan tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan



pada



lansia



yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini



akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan



imunitas



dalam



tubuh



manusia setelah latihan teratur (Depkes,1995). Berdasarkan hasil pengkajian pada hari senin tanggal 18 Januari 2016 didapatkan hasil bahwa penerima manfaat Tn.M di Wisma Arimbi Balai rehabilitasi sosial anak “wira adhi karya” ungaran unit pelayanan sosial lanjut



2



usia wening wardoyo. Di dapatkan data pengkajian bahwa Tn. M mengatakan bahwa dirinya susah sekali tidur siang atau pun tidur pada malam hari padahal penerima manfaat sudah berusaha tidur cepat dan melakukan kegiatan pada siang hari sehinga dirinya bisa tertidur, dari hasil observasi ditandai oleh penerima manfaat sering mengeluh kenapa dirinya tidak bisa tidur dan walau pun tidur hanya 1 jam saja. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah tingginya meninggkat 180/90 mmHg. Maka dari itu mahasiswa ingin menerapkan terapi nonfarmakologi untuk menangani insomnia pada penerima manfaat di Wisma Arimbi Balai rehabilitasi sosial anak “wira adhi karya” ungaran unit pelayanan sosial lanjut usia wening wardoyo. Maka dengan cara senam lansia yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur pada Tn. M.



2. PICO Pengkajian pada tanggal 13 Desember 2017 didapatkan data pengkajian bahwa Ny.S mengatakan bahwa dirinya susah sekali tidur siang atau pun tidur pada malam hari padahal penerima manfaat sudah berusaha tidur cepat dan melakukan kegiatan pada siang hari sehinga dirinya bisa tertidur, dari hasil observasi ditandai oleh penerima manfaat sering mengeluh kenapa dirinya tidak bisa tidur dan walau pun tidur hanya 1 jam saja. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah tingginya meninggkat 160/90 mmHg. Salah satu tindakan keperawatan nonfarmakologi adalah senam lansia untuk meningkatkan kualitas tidur penerima manfaat Lansia yang mengalami insomnia. Senam lansia merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktivitas parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengkibatkan transport oksigen keseluruh tubuh terutama otak lancar sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal. Pada kondisi ini akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu sekresi melatonin yang optimal dan pengaruh beta endhorphin



3



dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008).



3. Tinjauan Kasus Saat dilakukan pengkajian pada Ny.S didapatkan data pengkajian bahwa Ny.S mengatakan bahwa dirinya susah sekali tidur siang atau pun tidur pada malam hari padahal penerima manfaat sudah berusaha tidur cepat dan melakukan kegiatan pada siang hari sehinga dirinya bisa tertidur, dari hasil observasi ditandai oleh penerima manfaat sering mengeluh kenapa dirinya tidak bisa tidur dan walau pun tidur hanya 1 jam saja. tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 88x/menit, Respirasi rate 20 x/menit. Ny.S mengatakan bahwa pernah dirawat di rumah sakit, dengan penyakit hipertensi dan gula darah yang tinggi..



4. Dasar Pembanding Penatalaksanaan farmakologis yang biasa diberikan obat penurun tekanan darah tinggi yaitu dengan memberikan obat-obatan seperti kaptropril dan juga Ny.S mengatakan sering memijat bagian titik-tik saraf dekat mata . Sehingga



dalam situasi ini mendorong mahasiswa memberikan terapi



nonfarmakologi untuk meningkatkan kualitas tidur bagi penerima manfaat. Senam



lansia



merupakan



salah



satu



tindakan



keperawatan



nonfarmakologi adalah senam lansia untuk meningkatkan kualitas tidur penerima manfaat Lansia yang mengalami insomnia. dengan memberikan senam lansia yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur penerima manfaat. Tindakan ini digunakan untuk klien yang mengalami insomnia (Famelia Yurintika, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi 2015). Efek senam lansia merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktivitas parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengkibatkan transport oksigen keseluruh tubuh terutama otak lancar,



4



sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal. Pada kondisi ini akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu sekresi melatonin yang optimal dan pengaruh beta endhorphin dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008).



5. Implementasi Tindakan terapi senam lansia sudah diterapkan di dusun Dersanan pada Ny.S yang dilaksanakan pada tanggal 16 – 18 Desember 2017. Berdasarkan penelitian Famelia Yurintika, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi yang berjudul “Pengaruh Senam Lansia Tehadap Kualitas Tidur Pada Lansia Yang Insomnia, JOM Vol No. 2, Oktober 2015”. Cara Melakukan senam lansia : 1. Fase persiapan a. Mempersiapkan alat dan tempat b. Atur posisi PM 2. Fase orientasi a. Memberikan salam dan menjelaskan tujuan latihan senam lansia b. Menjelaskan aturan pelaksanaan : 



PM harus mengikuti senam lansia ini dari awal sampai akhir







PM yang meninggalkan senam harus minta izin terlebih dahulu.



c. Kontrak waktu Terapi menjelaskan waktu berlangsung 20-30 menit. 3. Tahap kerja a. Langkah pertama, lakukan pemansan untuk meregangkan otototot PM yang kaku b. Langkah kedua, lakukan gerakan senam lansia gerakan menggunakan music dan perlahan mengikuti kondisi dari PM



5



c. Langkah ketiga, lakukan gerakan pendinginan seperti menarik napas. d. Berikan pujian untuk setiap latihan. 4. Tahap terminasi a. Menanyakan perasaan PM setelah mengikuti latihan senam lansia b. Memberikan pujian pada PM. c. Membuat kontrak waktu kembali untuk latihan senam lansia untuk selanjutnya. d. Penutup : mengucapkan salam dan terima kasih.



6. HASIL Berdasarkan intervensi yang dilakukan selama tiga hari didapatkan kualitas tidur Ny.S pada tanggal 19 Desember 2017 meningkat. Terbukti Ny.S mengatakan tidurnya pada malam hari sudah meningkat 2-3 jam, dan pada siang hari penerima manfaat mulai berbaring ditempat tidur. Merasa otot badanya mulai rileks untuk beristirahat. Senam lansia dapat meningkatkan kualitas tidur, ini merupakan salah satu cara yang mudah untuk dilakukan salah satu teknik relaksasi yang dapat dilakukan oleh lansia hipertensi adalah teknik relaksasi otot progresif. Olah raga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia. Dengan berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang terbangun dan tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan



imunitas



dalam



tubuh manusia



setelah latihan teratur (Depkes,1995).



6



Teknik relaksasi otot adalah suatu latihan dan olah pernafasan yang dilakukan untuk menghasilkan respon yang dapat menerangi respon stress sehingga dapat menurunkan kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah (Smeltzer & Bare, 2002).



7. DISKUSI Senam lansia dapat meningkatkan kualitas tidur, ini merupakan salah satu cara yang mudah untuk dilakukan salah satu teknik relaksasi yang dapat dilakukan oleh lansia hipertensi adalah teknik relaksasi otot progresif. Olah raga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia. Dengan berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang terbangun dan tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa



dilakukan



pada



lansia



yaitu senam bugar lansia. Aktivitas



olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang



berkeliaran



di dalam



tubuh.



Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes,1995). Teknik relaksasi otot adalah suatu latihan dan olah pernafasan yang dilakukan untuk menghasilkan respon yang dapat menerangi respon stress sehingga dapat menurunkan kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah (Smeltzer & Bare, 2002). Berdasarkan penelitian



Famelia Yurintika, Febriana Sabrian,



Yulia Irvani Dewi yang berjudul “Pengaruh Senam Lansia Tehadap Kualitas Tidur Pada Lansia Yang Insomnia, JOM Vol No. 2, Oktober 2015”. Setelah



dilakukan



penelitian



tentang pengaruh senam lansia



terhadap kualitas tidur pada lansia yang insomnia didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa sebagian besar sebagian



besar



yang



mengalami



gangguan tidur berada pada rentang usia 60-74 tahun atau dapat



7



dikategorikan sebagai usia lanjut sebanyak 29 responden 85,3%. Terkait dengan jenis kelamin mayoritas responden laki-laki sebanyak 55,9% (19 orang). Terkait status pendidikan mayoritas responden tamatan SD yaitu sebanyak 53% (18 orang). Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen dengan menggunakan uji statistik wilcoxon didapatkan p value 0,000 (p