Laporan Holistik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • tatsa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF



ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA IBU NIFAS NY. P UMUR 22 TAHUN P1A0 4 HARI POSTPARTUM FISIOLOGIS DI PUSKESMAS DEPOK III YOGYAKARTA



Disusun oleh: Nama



: Tatsa Putri Kumala Sari



NIM



: P1337424719027



PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2020



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA IBU NIFAS NY. P UMUR 22 TAHUN P1A0 4 HARI POSTPARTUM FISIOLOGIS DI PUSKESMAS DEPOK III YOGYAKARTA



Disusun oleh: Nama



: Tatsa Putri Kumala Sari



NIM



: P1337424719027



Semarang,



November 2020



Disetujui Pembimbing Institusi



Rizky Amelia,S.ST, M. Kes NIP 19810520 200212 2 002



i



KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik klinik kebidanan komprehensif dengan judul ‘Asuhan kebidanan holistik pada ibu nifas Ny. P umur 22 tahun P1A0 4 hari postpartum fisiologis di Puskesmas Depok III Yogyakarta’ Proses penulisan laporan ini melibatkan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini, diantaranya yaitu: 1.



Marsum, BE,SPd,MHP selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menempuh Pendidikan Magister Terapan Kebidanan.



2.



Prof. Dr.dr. Suharyo Hadisaputro, Sp.Pd-KPTI selaku Direktur Program Pasca Sarjana Poltekkes Kemenkes Semarang atas dukungan yang telah diberikan kepada kami selama menempuh pendidikan.



3.



Dr. Sri Sumarni, M.Mid selaku Ketua Program Pasca Sarjana Prodi Kebidanan atas dukungan yang telah diberikan kepada kami selama menempuh pendidikan.



4.



Rizky Amelia,S.ST, M. Kes selaku pembimbing institusi yang telah memberikan masukan kepada penulis.



5.



Ny. P selaku pasien yang telah bersedia untuk mendapatkan asuhan kebidanan.



ii



Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.



Semarang,



November 2020 Penulis,



Tatsa Putri Kumala Sari



iii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iv BAB I.......................................................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Tujuan..........................................................................................................3 C. Ruang Lingkup............................................................................................3 D. Manfaat........................................................................................................3 BAB II.....................................................................................................................5 A. Gambaran Puskesmas Depok III...............................................................5 B. Permasalahan di Puskesmas Depok III....................................................9 BAB III..................................................................................................................10 A. Kajian Masalah Kasus..............................................................................10 B. Kajian Teori...............................................................................................22 C. Manajemen Varney...................................................................................35 BAB V....................................................................................................................39 A. Kesimpulan................................................................................................39 B. Saran..........................................................................................................39 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40 LAMPIRAN..........................................................................................................42



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah jangka waktu antara lahirnya bayi dan plasenta lepas dari rahim sampai kembalinya organ-organ reproduksi ke keadaan normal seperti sebelum melahirkan. Masa nifas berlangsung selama enam minggu. Pada masa nifas, ibu akan mengalami beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara. Payudara pada ibu nifas akan menjadi lebih besar, keras dan menghitam disekitar puting, ini menandakan dimulainya proses menyusui (Sulistyawati, 2009). Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi seorang ibu untuk buah hatinya, karena ASI mempunyai banyak nutrisi yang berguna untuk kecerdasan bayi. Semua zat yang terkandung dalam ASI seperti zat putih, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, zat kekebalan, hormon, enzim dan sel darah putih sangat dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang, selain itu, ASI juga berrmanfaat membantu melindungi bayi dari penyakitpenyakit seperti diare, demam, kematian mendadak dan melindungi terhadap alergi makanan (Khasanah & Sulistyawati, 2017). Manfaat ASI tersebut akan diperoleh secara optimal apabila ibu memberikan ASI ekslusif (tanpa makanan tambahan) selama enam bulan. Dukungan menjadi faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yang harus diperhatikan selanjutnya setelah kesehatan ibu. Dukungan



1



keluarga terutama suami mempunyai hubungan dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Keluarga memberikan dukungan motivasi untuk ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Ibu yang mendapat dukungan dari suami mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI eksklusif sebesar dua kali dibanding ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari suaminya (Anggorowati, 2013). Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif selanjutnya adalah rasa nyaman, setalah ibu melahirkan, ibu akan mengalami rasa tidak nyaman diseluruh tubuh, stres dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini akan menghambat sekresi hormon oksitosin. Hormon oksitosin adalah hormon yang berperan dalam pengeluaran ASI. Apabila sekresi hormon oksitosin terhambat, pengeluaran ASI menjadi tidak lancar.



Pengeluaran



ASI



yang



tidak



lancar



dapat



menimbulkan



pembengkakan pada payudara, jika tidak segera diatasi akan berdampak lebih lanjut yaitu dapat menyebakan mastitis dan infeksi (Dinas Kesehatan DIY, 2019). Salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin dan meningkatkan rasa nyaman adalah dengan pijat oksitosin (Ummah, 2014). Pijat oksitosin merupakan salah satu terapi komplementer yang efektif untuk mengurangi ketidak nyamanan fisik, memperbaiki mood dan meningkatkan hormon oksitosin (Ummah, 2014). Oleh karena itu, penulis melakukan asuhan kebidanan holistik pada ibu nifas pada Ny. P umur 22 tahun P1A0 4 hari postpartum fisiologis di Puskesmas Depok III.



2



B. Tujuan 1.



Tujuan Umum Melakukan asuhan kebidanan ibu nifas fisiologis pada Ny. P umur 22 tahun P1A0 4 hari postpartum fisiologis di Puskesmas Depok III secara holistik dengan pijat oksitosin menggunakan management varney dengan pendokumentasian SOAP



2.



Tujuan Khusus a.



Mampu mengumpulkan data dasar berupa data subjektif fan objektif asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.P



b.



Mampu menginterpretasikan data dasar asuhan kebidanan pada Ny.P



c.



Mampu melakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial terhadap asuhan kebidanan Ny.P



d.



Mampu menentukan kebutuhan tindakan segera asuhan holistik pada ibu nifas Ny.P



e.



Mengevaluasi keefektifan asuhan holistik yang telah diberikan



C. Ruang Lingkup 1.



Tempat



: Puskesmas Depok III Yogyakarta



2.



Sasaran



: Ny. P umur 22 tahun P1A0 4 hari postpartum fisiologis



3.



Waktu



: 10 November 2020



D. Manfaat 1.



Puskesmas Depok III



3



Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi bidan mengenai asuhan kebidanan holistik pada ibu nifas yaitu pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI. 2.



Institusi Pendidikan Hasil laporan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai asuhan kebidanan holistik dan menjadi referensi dalam melakukan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI.



3.



Klien/ Pasien Pasien diharapkan dapat mempraktikkan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI.



4



BAB II PROFIL PUSKESMAS DEPOK III A. Gambaran Puskesmas Depok III 1.



Wilayah Kerja Wilayah kerja Puskesmas Depok III terletak diantara



7 o46’41.4”s



110 o23’20.8”E dan berada pada ketinggian antara 100 - 2500 m diatas permukaan laut. Luas wilayah kerja Puskesmas Depok III meliputi desa Caturtunggal seluas 11,070 km2. Batas wilayah kerja Puskesmas Depok III adalah : a) bagian utara



: Desa Condongcatur kecamatan Depok



b) bagian timur



: Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok



c) bagian selatan



: Kelurahan Demangan kota Yogya, Desa



Banguntapan d) bagian barat



: Desa Sinduadi Kecamatan Mlati



Kecamatan Depok terdiri dari 3 desa yaitu desa Maguwoharjo, Condongcatur dan Caturtunggal. Untuk wilayah kerja Puskesmas Depok III terdiri dari 1 desa yaitu Desa Caturtunggal yang terdiri dari 20 dusun, RW 93 dan 296 RT. Jumlah secara rinci terlihat pada tabel berikut : Tabel 1 Jumlah Desa, Dusun, RW dan RT Tahun 2019 No



Desa



Dusun



RW



RT



1



Caturtunggal



20



93



296



5



2.



Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM a.



Pelayanan KB Pelayanan KB yang bersifat UKM meliputi Kunjungan PUS yang belum ber KB di Wilayah Kerja Puskesmas Depok 3 sebanyak 20 kali selama tahun 2019 meliputi 1 Desa Caturtunggal, serta pelayanan IVA test setiap hari Kamis dan Sabtu (UKP).



b.



Pertemuan Evaluasi PWS KIA Pertemuan Evaluasi PWS KIA pada tahun 2019 dilaksanakan 1x dengan mengundang lintas sektoral dan jejaring pelayanan kesehatan baik negeri maupun swasta



yang berada di wilayah



kerja



Puskesmas Depok 3 c.



Pendataan Terpadu Pendataan terpadu di tahun 2019 dilakukan 1x di akhir tahun dengan mengundang wakil kader dari 36 Posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Depok 3. Data yang diperoleh meliputi data jumlah ibu hamil, bayi, balita, dan PUS



d.



Pendampingan P4K Kegiatan pendampingan P4K di tahun 2019 dilaksanakan oleh Bidan didampingi oleh kader di 36 Lokasi



e.



Kunjungan Ibu Hamil Faktor Risiko/ Risiko Tinggi Kunjungan rumah ibu hamil dengan faktor resiko /resiko tinggi pada tahun 2019 dilaksanakan sebanyak 25 kali



6



f.



Kelas Ibu Hamil Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir. Pelaksanaan kelas ibu hamil selama tahun 2019 ada 4 kelas, masing-masing kelas 3x pertemuan dengan jumlah ibu hamil sebanyak 12 orang. Materi yang dibahas antara lain: 1) Pertemuan I : pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, aktivitas fisik/ senam ibu hamil 2) Pertemuan II: Persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, aktivitas fisik/ senam ibu hamil 3) Pertemuan III : pencegahan penyakit komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas agar ibu dan bayi sehat, Perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal Selama tahun 2019 kelas ibu hamil dilaksanakan sebanyak 12 kali dengan jumlah peserta sebanyak 48 orang.



g.



Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Penyuluhan Reproduksi yang dilaksanakan oleh puskesmas meliputi Penyuluhan kesehatan reproduksi di sekolah maupun di masyarakat (usia reproduksi). Adapun dana yang digunakan untuk pelaksanaan penyuluhan di sekolah menggunakan dana BOK,



7



sedangkan



penyuluhan



reproduksi



di



masyarakat



dilakukan



berdasarkan kebutuhan sehingga belum menggunakan anggaran. a)



Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada anak usia sekolah. Penyuluhan kesehatan reproduksi pada anak sekolah dilaksanakan di SMP dan SMA atau sederajat, dengan sasaran kelas VII dan kelas X, sebagai



pembekalan



pengetahuan



tentang



reproduksi



sehat.



Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada usia reproduksi. b)



Penyuluhan kesehatan reproduksi pada usia reproduksi dilaksanakan di posyandu dengan materi pencegahan Kanker serviks dan kanker payudara.



h.



Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Untuk kegiatan SDIDTK UKM terdiri dari kegiatan pemantauan kesehatan balita di Posyandu dilaksanakan oleh kader Posyandu dengan terlebih dahulu dilakukan pertemuan refresing SDIDTK yang dipandu langsunger bidan Penanggungjawab Program. Sedangkan untuk kegiatan SDIDTK Apras untuk di PAUD dilakukan oleh tim yang terdiri dari Bidan, perawat/dokter gigi, Psikolog dan Nutrisionis untuk tahun 2019 dilakukan pada 42 institusi PAUD. Pemeriksaan SDIDTK UKP di laksanakan di Poli KIA dengan di laksanakan oleh Bidan yang bertugas di KIA



i.



Bulan Imunisasi Anak Selokah (BIAS) Pada pelaksanaan BIAS pada bulan Agustus dan November anak kelas 1 mendapatkan imunisasi Campak dan DT sedangkan anak kelas 2 dan 5 mendapat suntikan Td. Sebelum pelaksanaan BIAS diadakan pertemuan lintas sektor terlebih dahulu yaitu ke UPT Yandik dan



8



pertemuan guru UKS , diharapkan dengan adanya koordinasi yang baik dari pihak-pihak terkait, pelaksanaan BIAS dapat berjalan dengan lancar. 3.



Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP Pelayanan Poli KIA Puskesmas meliputi pelayanan: a.



Ibu hamil



b.



Ibu nifas



c.



Pemeriksaan neonatal bayi balita



d.



Ibu dengan keluhan kesehatan reproduksi



e.



Imunisasi



f.



Deteksi tumbuh kembang bayi balita



g.



Pemeriksaan IVA



h.



Pelayanan KB



B. Permasalahan di Puskesmas Depok III Di Puskesmas Depok III belum diterapkan asuhan kebidanan berdasarkan evidence based pada ibu hamil, ibu nifas, bayi maupun remaja. Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Salah satu contoh EBM yaitu senam yoga. Belum diterapkannya asuhan kebidanan berdasarkan evidence based disebabkan beberapa faktor yaitu pengetahuan, beban kerja dan kebijakan kepala Puskesmas Depok III. Padahal asuhan kebidanan berdasaran evidence based perlu dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan klien. Bidan merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan berkualitas dan sebagai tenaga kesehatan yang profesional, bekerja sebagai mitra masyarakat khususnya keluarga sebagai unit terkecil.



9



C. Kajian Teori



1.



Masa Nifas a.



Pengertian Masa nifas/ puerperium adalah periode setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu dimana terjadi perubahan anatomi dan fisiologi kembali ke keadaan normal (sebelum hamil) (Sharma, 2016).



b.



Adaptasi Psikologi Masa Nifas Adaptasi psikologi masa nifas menurut Reva Rubin yaitu: 1) Fase Taking in (0-24 jam postpartum) Ibu menunjukkan perilaku dependen seperti sulit membuat keputusan, membutuhkan bantuan untuk merawat diri, fokus pada kebutuhan fisiknya sendiri (nutrisi, istirahat dan eliminasi), dan sering menceritakan kembali proses persalinannya kepada orang lain, sehingga fase ini bukan waktu yang tepat untuk mengajarkan perawatan bayi (Klosner, 2006). 2) Fase Taking Hold (2 - 7 postpartum) Fase taking hold merupakan perubahan yang dialami ibu postpartum dari perilaku dependen ke independen dalam perawatan diri dan bayinya. Pada fase ini ibu menjadi antusias terhadap perawatan bayinya, maka penting untuk mengajarkan kepada ibu cara perawatan bayi (Klosner, 2006). 3) Fase Letting Go (> 7 hari postpartum)



10



Ibu postpartum melepaskan peran lamanya dan memulai peran barunya sebagai ibu, sehingga umumnya ibu mengalami beberapa macam emosi (Klosner, 2006). c.



Perubahan Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas 1) Uterus Uterus mengalami kontraksi segera setelah lahirnya plasenta yang menyebabkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi, sehingga terjadi iskemia pada bekas perlekatan plasenta, akibatnya desidua mengalami nekrosis dan degenerasi untuk digantikan endometrium yang baru. Kontraksi uterus juga menyebabkan involusi uterus. Proses involusi uterus ini dapat dinilai dengan mengukur tinggi fundus uteri (Klosner, 2006). Tabel 3.1 Proses Involusi Uterus Periode Postpartum Bayi lahir Uri lepas 1 minggu 2 minggu 3 minggu 8 minggu



Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Dua jari bawah pusat Pertengahan pusat-sympisis Tak teraba diatas simpisis Bertambah kecil Tidak teraba



Sumber : (Klosner, 2006) Beberapa faktor yang mendorong terjadinya involusi uterus yaitu menyusui (merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior), mobilisasi dini, dan nutrisi seimbang. Sedangkan beberapa faktor yang menghambat involusi uterus yaitu kandung kemih penuh (kandung kemih yang penuh akan mendorong



11



rahim ke atas), riwayat kehamilan dengan polihidramnion, kelelahan, grandemultipara dan infeksi (Klosner, 2006). Desidua (lapisan uterus yang mendukung kehamilan harus) dilepaskan. Darah, lendir, jaringan, dan sel darah putih dibuang dari uterus selama periode postpartum dalam bentuk lokia secara bertahap (Klosner, 2006). Tabel 3.2 Jenis – Jenis Lokia Jenis Lokia Rubra (Cruenta) Sanguinolenta Serosa Alba



Waktu Terjadi 1-2 hari postpartum



Warna



Komposisi



Merah



7 hari postpartum 14 hari postpartum



Merah kekuningan Kuning kecokelatan



Darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium Darah dan lendir



>14 hari postpartum



Putih



Serpihan jaringan, eritrosit, leukosit, dan lendir mulut rahim Eritrosit, leukosit, lemak dan lendir



2) Serviks Serviks tidak teraba segera setelah persalinan dan mengalami oedema dalam beberapa hari. Os serviks secara bertahap menutup kembali ke keadaan normal setelah 2 minggu postpartum (Ricci & Kyle, 2009) 3) Vagina Mukosa vagina mengalami oedema dan tipis dengan sedikit rugae segera setelah persalinan. Mukosa vagina menjadi tebal dan rugae hilang dalam waktu 3 minggu. Vagina kembali ke ukuran sebelum hamil pada 6-8 minggu postpartum



12



4) Perineum Perineum mengalami oedema dan memar pada hari 1-2 postpartum. Apabila terdapat luka perineum dengan jahitan perineum, maka dapat sembuh total dalam waktu 4-6 bulan tanpa komplikasi (Ricci & Kyle, 2009). 5) Payudara Payudara



akan



membesar



dan



mulai



memproduksi



kolostrum segera setelah persalinan. Kolostrum memiliki konsentrasi laktosa yang tinggi. Selama 2-3 hari pertama setelah persalinan payudara mengeluarkan kolostrum, sekresi ASI meningkat secara bertahap dan pada hari ke-6 produksi ASI sekitar 500mL setiap 24 jam dan meningkat menjadi 800 mL setiap 24 jam apabila menyusui on demand (Sharma, 2016). Ibu harus mengosongkan satu payudara sebelum menyusui dengan payudara di sisi lain. Pengosongan payudara ini penting untuk mengatur suplai, kualitas ASI, dan komposisi ASI yaitu fore milk dan hind milk. Ibu perlu mendapat penjelasan cara menyusui yang benar, yaitu menggendong bayi dilekukan lengan sehingga kepala bebas bergerak, punggung bayi ditopang, puting diarahkan ke mulut bayi ketika mulai menyusui, bayi harus dipeluk cukup dekat sehingga dagunya menyentuh payudara dan seluruh areola masuk ke mulut bayi (Sharma, 2016).



13



6) Sistem Kardiovaskuler Curah jantung tinggi selama beberapa hari pertama postpartum dan menurun bertahap seperti sebelum hamil dalam 3 bulan pertama postpartum. Volume darah kembali turun segera setelah persalinan dan normal dalam waktu 4 minggu postpartum. Penurunan curah jantung dan volume darah mencerminkan kehilangan darah terkait persalinan. Rata-rata kehilangan darah 500 mL pada persalinan pervaginam dan 1000 mL pada persalinan sesar (Ricci & Kyle, 2009). 7) Sistem Pencernaan Terjadi penurunan produksi progesteron segera setelah kelahiran plasenta menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi. Penurunan produksi progesteron menyebabkan berkurangnya motilitas usus. Luka perineum yang menimbulkan rasa nyeri juga menjadi hambatan defekasi (Bahiyatun, 2009). 8) Sistem Perkemihan Saluran urinaria mengalami dilatasi pada hari 1-3 postpartum sehingga terjadi diuresis. Kondisi ini akan normal pada 4 minggu postpartum. Pada postpartum awal, kandung kemih mengalami oedema, kongesti dan hipotonik karena overdistensi saat kala II persalinan (Bahiyatun, 2009). 9) Sistem Pernapasan



14



Volume paru – paru, volume kapasitas dan volume tidal menjadi normal dalam 2-6 minggu postpartum. Tidak terjadi perubahan frekuensi pernapasan pada ibu nifas (Sharma, 2016). d.



Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa ibu nifas boleh pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan setelah 24 jam persalinan dan setidaknya 3 kali kunjungan nifas yaitu pada hari ke-3 postpartum, hari 7-14 postpartum dan 6 minggu postpartum. (Sharma, 2016). Bidan melakukan kunjungan terhadap ibu nifas, yaitu: 1) Kunjungan ke-1, bertujuan: a)



Mencegah perdarahan karena atonia uteri.



b) Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut c)



Memberikan konseling pada ibu dan keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.



d) Pemberian ASI awal. e)



Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.



f)



Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. 



g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2) Kunjungan ke-2 bertujuan:



15



a)



Memastikan



involusi



uterus



berjalan



normal,



uterus



berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan c)



Memastikan ibu cukup makanan, cairan, dan istirahat.



d) Memastikan ibu menyusui dengan benar e)



Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi



3) Kunjungan ke-3, tujuannya untuk: a)



Menanyakan pada ibu penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami



b) Memberikan konseling untuk KB secara dini 2.



Holistic Care a.



Pengertian Holistik artinya menyeluruh yang terdiri dari kata holy and healthy. Pandangan holistik memperlakukan manusia secara utuh & seimbang mencakup aspek fisik, psikologi, spiritual, dan sosial. Pengobatan holistik menggunakan konsep menyeluruh yaitu keterpaduan jiwa dan raga dengan metode alamiah yang ilmiah (Mardjan, 2016). Tidak semua pengobatan alternatif adalah holistik, jika suatu pengobatan alternatif tidak memandang permasalahan secara



16



menyeluruh, maka bukan termasuk pengobatan holistik (Mardjan, 2016). b.



Sejarah Sejarah holistik dimulai sebelum istilah holism diperkenalkan oleh Jan Christian Smuts dalam bukunya ‘Holism and Evolution’. Istilah holism diperkenalkan di tahun 1926. Holism saat ini lebih dikenal dengan holistik. Penyembuhan holistik sudah ada sejak 5000 tahun lalu. Kebanyakan sejarawan percaya bahwa penyembuhan holistik dimulai di India dan Cina. Tokoh holistik yang terkenal adalah Socrates, ia berpandangan bahwa kita harus memandang tubuh sebagai keseluruhan, bukan bagian yang terpisah. Plato juga pendukung pandangan holistik dan menyarankan para dokter bahwa menghormati hubungan antara pikiran dan tubuh adalah sangat penting bagi kesehatan.



c.



Cabang Holistic Care 1) Holistik Tradisional Holistik tradisional adalah suatu teknik penyembuhan yang memanfaatkan alam dengan prinsip holisme. Contoh holistik tradisional yaitu akupuntur, akupresur, herbal, ayurveda, uropathy,



pranic



healing,



apiitherapy.



Gelar



praktisinya



bermacam – macam, yaitu tabib, sin-se, dukun dan lainnya (Hermawan, 2017). 2) Holistik Modern



17



Holistik



modern



adalah



teknik



penyembuhan



yang



menggabungkan penyembuhan tradisional dengan teknologi modern yang memanfaatkan alam dengan prinsip holisme. Holistik modern berawal sekitar 200 tahun yang lalu dengan adanya



homeopathy.



homeopathy



Holistik



(praktisi



modern



homeopath),



diantaranya



osteopathy



yaitu



(praktisi



osteopath), dan naturopathy modern (praktisi doctor of naturopathy) (Hermawan, 2017). 3) Holistik Modern Ananopathy Ananopathy tradisional



adalah



dengan



gabungan



teknologi



pengobatan



modern



yang



alternatif bertujuan



menyembuhkan. Pengobatan ananopathy fokus pada akar penyakit bukan pada gejala dan merawat secara keseluruhan, bukan pada yang tampak saja. Teknik yang digunakan adalah hukum alam, hukum sebab akibat, perbaikan pola makan dan gaya hidup, penggunaan bahan alam yang diterapkan dengan basis alam dan sains modern. Praktisi ananopathy disebut ananopath, sedangkan pemimpinnya disebut danton (Hermawan, 2017). d.



Nilai Utama Holistic Care 1) Filosofi dan Pendidikan Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu kerangka filosofi dan pengetahuan.



18



2) Holistik Etik, Teori Keperawatan dan Riset Menekankan bahwa asuhan yang profesional didasarkan pada teori, diinformasikan oleh penelitian dan didasarkan prinsip etik sebagai petunjuk praktik yang kompeten. 3) Holistik Nurse Save Care Keyakinan bahwa tenaga kesehatan harus terlibat dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan. 4) Communication,Therapeutic



Environment



&



Cultural



Competency Menekankan



pada



perkembangan



untuk



memanfaatkan



pengkajian dan asuhan terapeutik yang mengacu pada pola, masalah, kebutuhan klien dan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan klien (Mardjan, 2016). e.



Motto Holistic Care 1) C (Caring) : pelayanan kesehatan yang memperhatikan rasa kemanusiaan contoh menggunakan kalimat yang lemah lembut, memberikan sentuhan, memberikan dukungan dan selalu berada disamping klien 2) A (Accessible) : pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat 3) R (Research Bassed) : Pelayanan berdasarkan bukti ilmiah, keahlian pemberi pelayanan dan pilihan klien.



19



4) E (Empowerment) : Pemberdayaan klien dalam membuat keputusan yang tepat bagi kesehatannya dengan memberikan informasi yang tepat (Mardjan, 2016) f.



Perbedaan Holistic Care dengan Pengobatan Medis Konvensional Tabel 3.3 Perbedaan Pengobatan Holistik & Medis Konvensional Pengobatan Holistik Mengandalkan obat – obatan kimia dan intervensi medis seperti operasi Memandang penyakit dan kondisi manusia secara terpisah Fokus menekan gejala Kesembuhan bersifat sementara Menyebabkan efek samping Mahal



Medis Konvensional Peningkatan sistem kekebalan tubuh klien Memandang penyakit dan kondisi manusia secara menyeluruh Fokus mengatasi akar penyakit Kesembuhan bersifat permanen Hampir tidak ada efek samping Murah bahkan gratis



Sumber : (Hermawan, 2017) 3.



Pijat Oksitosin a.



Pengertian Pijat Oksitosin disebut juga dengan rolling massage merupakan salah satu terapi relaksasi yang bertujuan menstimulasi saraf pusat pada hipofisisposterior dan anterior sehingga dapat meningkatkan produksi ASI khususnya pada ibu post partum dan memberikan kenyamanan dan rileksasi setelah persalinan (Kiftia, 2016). Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin



20



adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, Merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI (Kiftia, 2016). b.



Mekanisme Kerja Pijat Oksitosin Prolaktin memiliki peran yang sangat penting untuk merangsang perkembangan laktasi, kelenjar payudara serta produksi ASI yang dihasilkan. Prolaktin merupakan hormon yang disinitesis dan disekresi dari lactotrops berperan dalam mengalirkan ASI sampai mulut bayi. Pijat oksitosin dilakukan disepanjang tulang belakang, dimana pada laktasi ini ibu sering merasakan tegang. Sepanjang tulang belakang terdapat titik akupresur utuk memudahkan proses laktasi dan melancarkan proses aliran ASI serta saraf disekitar payudara yang terhubung dengan saraf yang tersebar disepanjang tulang belakang. Pijat oksitosin dilakukan pada ibu paska melahirkan sebagai stimulus yangakan menyebabkan kenaikan kadar prolaktin dan oksitosin terutama pada hari awal menyusu, yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi dan pelepasan ASI. Oksitosin



membuat



sel-sel



myoepitel



disekitar



alveoli



berkonteraksi, sehingga ASI yang telah terkumpul dialveoli dapat mengalir dan mengisi diseluruh saluran ASI dengan lancar (WHO, 2009). c.



Langkah Pijat Oksitosin



21



Stimulasi pijat oksitosin dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Pertama ibu melepas pakaian atas dan bra, pasang handuk di pangkuan ibu 2) Posisikan ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk memudahkan penolong dalam memijat), kemudian lengan ibu dilipat diatas meja didepannya dengan kepala diletakkan diatas lengannya, payudara tergantung lepas tanpa baju



3) Melakukan pemijatan sepanjang tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepal tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan. Mulai dari nervus 5-6 hingga scapula.



4) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang, membentuk gerakan melingkar dengan kedua ibujari



22



5) Pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang dari leher kearah tulang belikat 6) Lakukan pemijatan 2-3 menit (Depkes, 2010). d.



Manfaat Pijat Oksitosin 1) Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta 2) Mencegah terjadinya perdarahan post partum 3) Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus 4) Meningkatkan produksi ASI 5) Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui 6) Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga



e. Tanda-tanda posisi menyusui yang benar 1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu 2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu 3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara bagian bawah) 4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi 5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka 6) Sebagian besar areola tidak tampak



23



7) Bayi menghisap dalam dan perlahan 8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu 9) Terkadang terdengar suara bayi menelan 10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet (Mufdillah et al., 2017) f. Tanda-tanda bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup 1) Bayi akan terlihat puas setelah menyusu 2) Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu) 3) Puting dan payudara tidak luka atau nyeri 4) Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari 5) Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya (Mufdillah et al., 2017) A. Manajemen Varney 1.



Langkah I (pertama) : Pengkajian dengan mengumpulkan data untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengka



2.



Langkah II (kedua) : Identifikasi terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi atas data-data



yang



dikumpulkan, sehingga ditemukan



yang



masalah



atau



diagnosa



spesifik. 3.



Langkah III (ketiga) : Identifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah



24



diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan



antisipasi,



bila



memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benarbenar terjadi. 4.



Langkah IV (keempat) : Identifikasi perlunya tindakan segera untuk ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus.



5.



Langkah V (kelima ) : Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan



oleh langkah-langkah



sebelumnya.



Langkah



ini



merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah



diidentifikasi



atau



diantisipasi,



pada langkah ini



informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. 6.



Langkah VI (keenam) : Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.



7.



Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan (Wildan & Hidayat, 2008)



25



BAB III KAJIAN KASUS Kajian Masalah Kasus Asuhan kebidanan holistik pada ibu nifas Ny. P umur 22 tahun P1A0 4 hari postpartum fisiologis di Puskesmas Depok III Yogyakarta 1.



Pengkajian Data Hari/ tanggal



: Selasa, 10 November 2020



Pukul



: 14.00 WIB



Tempat



: Ruang KIA Puskesmas Depok III



a.



Data Subjektif 1) Biodata Pasien



Suami



Nama



:Nn. P



Nama : Tn. R



Umur



:22 tahun



Umur : 24 tahun



Agama



:Islam



Agama : Islam



Suku



:Kalimantan



Suku : Jawa



Pendidikan :SMA



Pendidikan: SMA



Alamat



Pekerjaan:Wiraswasta



:Jalan Anggajaya



Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga No. Telp



: 0817xxxxx



2) Alasan Datang Ibu mengatakan ini merupakan jadwal kontrol ulang 3) Keluhan Utama



26



Ibu merasa cemas karena ASI yang keluar sedikit 4) Riwayat Kesehatan: Ibu mengatakan tidak pernah/sedang mengalami: a) TBC : batuk berkepanjangan + 1bulan dan disertai darah. b) Penyakit Jantung : napas tersengal- sengal saat selesai beraktivitas c) Hepatitis : Nyeri ulu hati, kencing pekat seperti teh, tinja pucat d) DM : Sering kencing malam hari, sering lapar/ haus di malam hari e) HIV/ AIDS : BB turun terus menerus, infeksi jamur persisten, kehilangan memori jangka pendek f) Hipertensi : Pusing yang menetap dan tengkuk terasa pegal g) Malaria : Menggigil, demam tinggi, berkeringat banyak 5) Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah atau sedang mengalami gejala yang disebutkan diatas 6) Riwayat Obstetri a) Riwayat Menstruasi Menarche



:12 tahun



Siklus haid



:30 hari



Lama haid



:6 hari



Jumlah darah :Sehari ganti pembalut 3-4 kali



27



Warna darah :Merah (hati 1-2), kecoklatan (hari 3-6), kehitaman (hari 7-8) Nyeri haid



:Nyeri ringan dihari pertama



b) Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu Tahun -



Kehamilan Frek UK Penyulit ANC (mgg) -



Persalinan Jenis



Penolong JK/ BB



-



-



-



Nifas Penyulit



ASI eksklusif -



-



c) Riwayat KB



: Pernah/ tidak pernah



a. Jika pernah Jenis Kontrasepsi -



Lama Pemakaian -



Keluhan -



Alasan dilepas -



b. Rencana setelah melahirkan : Ibu mengatakan rencana ingin KB suntik 3 bulanan d) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang Kehamilan HPHT : 8 Feb 2020



HPL



: 6 Nov 2020



UK



Penyulit



: Tidak ada



Abortus



:0



: 39 minggu



Persalinan Paritas : 1



28



Penyulit IMD -



-



Tempat : BPM Jenis



Penolong



: Bidan



: Pervaginam



Lama kala I



: 6 jam



Lama kala II



: 55 menit



Lama kala III : 10 menit Lama kala IV : 2 jam Penyulit



: Tidak ada



Tgl/ jam lahir : 6 November 2020/ 22.55 WIB Keadaan bayi :Lahir



hidup,



menangis



keras,



kulit



kemerahan, jenis kelamin laki-laki, APGAR score 9/10/10, berat badan 200 gr, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar lengan 11 cm, dan tidak ada kelainan bawaan. 7) Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Pasien mengatakan makan 3x sehari, porsi satu piring dengan nasi, lauk-pauk dan sayur. Pasien tidak ada makanan pantangan.



Minum



7-8



gelas



sehari,



mengonsumsi air putih, teh, dan susu b) Eliminasi



29



pasien



sering



Pasien mengataan BAB lancar sehari sekali, konsistensi padat, warna coklat. BAK 5-6x dalam sehari, urine bening dengan bau khas c) Kebersihan diri Ibu mengatakan mandi 2x perhari, gosok gigi 2x perhari, keramas 2 hari sekali, ganti celana dalam 3x perhari, dan ganti pakaian 2x perhari d) Istirahat Ibu mengatakan tidur malam 6 jam sering terbangun untuk menyusui bayinya dan tidur siang 1 jam e) Aktivitas fisik Ibu mengatakan sudah dapat ke kamar mandi secara mandiri dan melakukan kegiatan sendiri f) Kebiasaan yang merugikan kesehatan Merokok : Ibu mengatakan ibu tidak pernah merokok Minuman beralkohol : Ibu mengatakan tidak pernah konsumsi minuman beralkohol Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat kecuali dari petugas kesehatan seperti dokter dan bidan Jamu : Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jamu g) Pola menyusui



30



Ibu mengatakan menyusui bayinya hanya jika bayinya menangis. Saat menyusui ibu mengatakan bayi tidak merasa puas. 8) Riwayat Psikologi, Spiritual dan Ekonomi Status perkawinan : menikah sah secara agama dan hukum Umur waktu menikah : 19 th Pernikahan ke : 1 , umur pernikahan 1 tahun Hubungan dengan suami : baik Respon keluarga : Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung ibu, keluarga dan suami menemani ibu sejak persalinan hingga sekarang dan membantu segala kebutuhan ibu dan bayinya Adat Istiadat : ibu mengatakan tidak melakukan adat istiadat yang merugikan kesehatan yang berkaitan dengan masa nifas Spiritual : Ibu dan keluarga solat 5 waktu Penghasilan perbulan : Rp. 3.500.000 (cukup/tidak cukup) c.



Data Objektif 1) Pemeriksaan Umum Keadaan umum



:Baik



Kesadaran



:Composmentis



Tekanan darah



:110/70 mmHg



Suhu



:36,30C



Nadi



:88x/menit



Respirasi



:20x/menit



31



BB



:55kg



2) Pemeriksaan Fisik a)



Status present Kepala



:Mesocephal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, kulit kepala bersih.



Muka



:Tidak pucat, tidak ada oedema



Mata



:Simetris,



tidak



ada pengeluaran yang



mencurigakan, konjungtiva merah segar, sklera putih Hidung



:Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran yang mencurigakan



Mulut



:Bibir simetris, lidah bersih, gigi tidak caries, gusi tidak bengkak dan berdarah



Leher



:Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis



Telinga



:Bersih, simetris, tidak ada peradangan maupun benjolan



Dada



:Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, , tidak ada benjolan, tidak ada wheezing, tidak ada stridor maupun ronkhi



Abdomen



:Tidak ada bekas luka atau operasi, tidak ada pembesaran hepar



32



Ekstermitas



:Tidak terdapat oedem pada kaki, jari-jari tangan maupun kaki tidak pucat



b) Status Obstetri Payudara



:Simetris, puting susu menonjol, areola menghitam, konsistensi payudara lunak, ASI keluar sedikit



Abdomen



:TFU teraba pertengahan pusat simpisis, kontraksi uterus keras,



uterus teraba



keras,ada striae gravidarum dan linea nigra Genetalia



:Tidak



oedema,



terdapat



jahitan



luka



perineum derajat 2, jahitan laserasi sudah mulai kering, lokea sanguniolenta 2.



Analisa Ny.P umur 22 tahun P1A0 postpartum hari ke-4 Masalah



: Ibu merasa cemas karena ASI kurang lancar dan posisi menyusui yang kurang tepat



Kebutuhan



: Mengatasi rasa cemas ibu dengan melakukan pijat



oksitosin untuk memperlancar pengeluaran ASI dan mengajarkan ibu teknik menyusui. 3.



Penatalaksanaan Tanggal/ Jam: 10 November 2020/ 14.30 WIB



33



a.



Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa ibu dalam keadaan sehat dan normal Evaluasi :Ibu mengatakan paham dengan hasil pemeriksaan yang disampaikan



b.



Menjelaskan kepada ibu jika pengeluaran ASI ibu terhambat dikarenakan teknik menyusui ibu yang belum benar dan pemberian ASI yang masih diberikan hanya pada saat bayi menangis. Evaluasi: Ibu mendengarkan penjelasan yang disampaikan



c.



Mengurangi kecemasan ibu dengan memberikan edukasi mengenai cara memperlancar produksi ASI yaitu dengan cara mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, menghindari stress, menyusui sesering mungkin, dan menyusui dengan posisi dan perlekatan yang benar Evaluasi: Pasien mendengarkan penjelasan.



d.



Menjelaskan pada ibu tanda-tanda posisi menyusui yang benar Evaluasi : Ibu mengerti dan sudah benar dalam mempraktekkannya



e.



Memberitahu ibu tanda bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan tersebut



f.



Memberi tahu ibu mengenai manfaat pijat oksitosin yaitu untuk meningkatkan produksi ASI dengan cara memberikan penekanan pada titik-titik tertentu yang dapat merangsang produksi ASI dan memberikan rasa rileks pada ibu sehingga dapat mengurangi kecemasan. Melakukan pijat oksitosin.



34



Evaluasi: Ibu merasa nyaman setelah dilakukan pijat oksitosin g.



Melakukan pengukuran jumlah ASI dengan spuit. Jumlah ASI yang dihasilkan saat memerah adalah 20ml



h.



Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan pijat oksitosin dirumah dengan bantuan suami agar produksi ASI meningkat Evaluasi: Ibu bersedia untuk melakukan pijat secara mandiri



i.



Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan follow up sebagai tindak lanjut dari asuhan Evaluasi: Ibu bersedia dilakukan follow up



j.



Melakukan dokumentasi Evaluasi: Telah dilakukan dokumentasi



4.



Catatan Perkembangan Tanggal/ jam : 12 November 2020/ 10.00 WIB a.



Data Subjektif Pasien merasa lebih tenang karena jumlah ASI yang keluar menjadi lebih banyak



b. Data Objektif Keadaan umum : Baik Kesadaran



: Composmentis



Tekanan darah : 112/70 mmHg Nadi



: 80x/menit



Respirasi



: 20x/menit



Suhu



: 36,50C



35



Payudara



: Simetris, tidak ada benjolan, puting susu menonjol,



Abdomen



: TFU pertengahan simpisis – pusat, kontaksi uterus



baik, terdapat lineanigra dan striae gravidarum, kandung kemih kosong Genetalia



: Tidak oedema, lochea sanguelenta, terdapat jahitan



laserasi namun sudah kering, tidak terdapat tanda – tanda infeksi. c.



Analisa Ny. P umur 22 tahun P1A0 6 hari postpartum fisiologis



d. Penatalaksanaan 1) Memberitahu pasien bahwa keadaannya dalam kondisi baik Evaluasi : pasien mengetahui kondisi kesehatannya saat ini. 2) Melakukan evaluasi mengenai cara menyusui yang baik dan benar. Evaluasi : pasien sudah bisa menyusui dengan posisi dan perlekatan yang benar 3) Melakukan evaluasi pemijatan oksitosin yang dilakukan oleh suami pasien Evaluasi : Suami pasien sudah dapat melakukan pijat oksitosin dengan baik dan benar 4) Melakukan pengukuran jumlah ASI dengan spuit. Jumlah ASI yang dihasilkan saat memerah adalah 35ml



36



5) Menganjurkan kepada pasien untuk istirahat yang cukup yaitu minimal 8 jam tidur malam,1 jam tidur siang, istirahat saat bayi tidur dan tetap memperhatikan nutrisi ibu. Evaluasi : pasien mengerti dan akan mengikuti saran yang diberikan 6) Melakukan dokumentasi Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan



37



BAB IV PEMBAHASAN Produksi dan ejeksi ASI yang sedikit pada hari – hari pertama setelah melahirkan sering menjadi kendala utama dalam pemberian ASI eksklusif. Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada ibu maupun bayi yang timbul selama menyusui atau bahkan dapat dimulai sejak sebelum persalinan. Intervensi menggunakan obat hanya mencakup aspek fisik. Maka perlunya asuhan kebidanan holistik berdasarkan evidence based pada ibu menyusui yang memperlakukan ibu secara utuh dan seimbang mencakup aspek fisik, psikologi, spiritual, dan sosial (Mardjan, 2016). Asuhan kebidanan holistik yang dilakukan pada Ny. P yaitu pijat oksitosin karena berdasarkan kondisi ibu mengalami kecemasan akibat produksi ASI yang kurang. Pemijatan atau massage merupakan salah satu intervensi atau penatalaksanaan non farmakologis untuk mengurangi ketidaknyaman pada pasien dan membantu pasien relaksasi, relaksasi ini bertujuan menurunkan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah sehingga adanya keseimbangan (equilibrium), selain itu pemijatan pada bagian punggung dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin, sedangkan endorphin sendiri berfungsi sebagai ejektor dan rasa rileks dan menimbulkan ketenangan, sehingga pemijatan atau massage dapat menurunkan ketegangan otot (Guyton & Hall, 2008). Dalam proses menyusui terdapat dua proses penting yaitu proses pembentukan air susu (the milk production reflex) dan proses pengeluaran air susu (let down reflex) yang keduanya dipengaruhi oleh hormon yang diatur oleh



38



hypothalamus. Sebagaimana pengaturan hormon yang lain, hypothalamus akan bekerja sesuai dengan perintah otak dan bekerja sesuai emosi ibu. Kondisi kejiwaan dan emosi ibu yang tenang sangat memengaruhi produksi ASI. Jika Ibu mengalami stres, pikiran tertekan, tidak tenang, cemas, sedih, dan tegang, produksi ASI akan berpengaruh secara signifikan (Aidha et al., 2009). Ny.P yang hanya memberikan ASI saat bayi menangis juga berpengaruh pada jumlah dan sekresi ASI. Durasi menyusui berkaitan dengan refleks prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi ASI. Stimulasi isapan bayi akan mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveoler kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulasi isapan yaitu frekuenasi, intensitas dan lama bayi menghisap, selain dari durasi pemberian ASI perasaan rileks dan nyaman pada ibu dapat membantu meningkatkan reflek let down, hal ini sejalan dengan Perasaan rileks yang dialami ibu akan meningkatkan kenyamanan ibu sehingga semakin meningkatkan reflek let down dan meningkatkan jumlah hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua hormon ini bekerja mempengaruhi banyak sedikitnya ASI (Rahayu, D et al, 2015). Pijat oksitosin telah dilakukan kepada Ny. P yang merasa cemas karena ASI yang keluar sedikit, intervensi diberikan serta ibu diberitahukan untuk tetap memberikan bayinya ASI secara ondemand dan memberitahukan kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar. Pada hari pertama dilakukan pijat



39



oksitosin jumlah ASI ibu sebanyak 20cc, saat dilakukan follow up pada hari ke enam nifas jumlah ASI dalam sekali perah sudah bertambah menjadi 35cc. Telah dilakukan pendidikan kesehatan pada Ny.P antara lain yaitu istirahat yang cukup yaitu minimal 8 jam tidur malam,1 jam tidur siang,& istirahat saat bayi tidur karena ibu kurang istirahat dan kelelahan akibat persalinan. Pendidikan kesehatan mengenai cara menyusui yang benar karena ibu belum pernah memiliki pengalaman menyusui, tanda bahaya masa nifas agar ibu ke fasyankes apabila mengalami tanda bahaya. Edukasi cara menyimpan ASI dan memberitahu ibu cara memberikan ASI kepada bayi, serta menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja kepada bayinya tanpa tambahan makanan dan minuman sampai bayinya berusia 6 bulan. Pendidikan kesehatan gizi seimbang dan tidak boleh berpantang makanan karena mempengaruhi pemulihan kesehatan ibu, mencegah infeksi dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas ASI.



40



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Ny. P umur 22 tahun P1A0 postpartum fisiologis dengan masalah kelancaran ASI yang kurang telah dilakukan asuhan kebidanan holistik dengan pijat oksitosin. Pemberian pijat oksitosin pada ibu nifas mampu memberikan rasa nyaman dan meningkatkan kelancaran ASI. B. Saran Bidan sebagai pelaksana asuhan kebidanan hendaknya mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin sebagai salah satu asuhan untuk meningkatkan kelancaran ASI dan meningkatan rasa nyaman pada ibu.



41



DAFTAR PUSTAKA Aidha, Wahyutri, E., & Imamah, I. N. (2009). HUBUNGAN KECEMASAN DAN NYERI TERHADAP PRODUKSI ASI HARI 0-3 PADA IBU POST SECTIO CAESARIA DI RUANG GEMMA 2 RUMAH SAKIT DIRGAHAYU. Anggorowati, F. (2013). Hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Jurnal Keperawatan Maternitas, 1, 1–8. Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. EGC Kedokteran. Depkes, R. (2010). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan DIY. (2019). Profil Kesehatan D.I Yogyakarta tahun 2018. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2018, 32. Guyton, A. ., & Hall, J. . (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.). EGC Kedokteran. Hermawan, A. (2017). Mengenal Medis Holistik dan Bagaimana Mempraktekkannya. Healindonesia press. Khasanah, N. A., & Sulistyawati, W. (2017). Buku Ajar Nifas dan Menyusui,. CV Kekata Group. Kiftia, M. (2016). Pengaruh Terapi Pijat Oksitosinterhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 42–49. Klosner, N. J. (2006). Introductory Maternity Nursing. Lippincott Williams & Wilkins. Mardjan. (2016). Pengobatan Alternatif Holistik Modern. Mujahid Press



42



Bandung. Mufdillah, Subijanto, Sutisna, E. &, & Akhyar, M. (2017). Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI Ekslusif. Peduli ASI Ekslusif, 0–38. Ricci, S. S., & Kyle, T. (2009). Maternity and Pediatric Nursing. Lippincott Williams & Wilkins. Sharma, A. (2016). A Practical Guide to Third Trimester of Pregnancy & Puerperium. Jaypee Brohers Medical. Sulistyawati. (2009). Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Ummah, F. (2014). PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK Faizatul. Surya, 02. https://doi.org/10.1016/0014-4827(73)90260-7 Wildan, M., & Hidayat, A. A. A. (2008). Dokumentasi Kebidanan.



43



LAMPIRAN



44



45



46