Laporan Kasus Omd [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK PEMERIKSAAN OESOPHAGUS DAN MAAG DUODENUM (OMD) DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PENULISAN D. SISTEMATIKA PENULISAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG Radiologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran atau ilmu pengobatan yang menggunakan sinar x, sumber suara dan magnet untuk imaging pada bidang diagnostik dan radioterapi. Pada bidang diagnostik memanfaatkan sinar-x untuk membantu menegakkan diagnosa dalam bentuk foto (hasil radiografi) yang bisa didokumentasikan. Diagnosa dapat dilakukan apabila gambaran radiografi yang dihasilkan dapat menggambarkan semua struktur dari objek yang akan didiagnosa serta memenuhi syarat pemeriksaan. Untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan apa yang diinginkan maka harus mengetahui teknik radiografi (tata cara pemeriksaan). Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras. Dalam penyusunan laporan



ini, penulis



menyajikan salah satu pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan Oesophagus dan Maag Deudenum (OMD). Pemeriksaan Oesophagus dan Maag Duodenum (OMD) adalah pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu barium sulfat dan bahan kontras negatif yaitu berupa gas (microbar-gas) dengan tujuan untuk memvisualisasikan keadaan oesophagus dan lambung yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut. Namun ketika melakukan praktek kerja lapangan, penulis melihat pemeriksaan Oesophagus, Maag dan Duodenum dilakukan pada pasien dengan kasus dysphagia. Untuk itulah penulis merasa tertarik untuk



membahas dan mengetahui teknik serta peranan pemeriksaan ini dengan membuat



laporan



yang



berjudul



“TEKNIK



PEMERIKSAAN



OESOPHAGUS DAN MAAG DUODENUM (OMD) DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr. MOEWARDI ”. B.



RUMUSAN MASALAH Untuk mempermudah pemahaman dan penulisan tentang pemeriksaan OMD maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah: 1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiologi Oesophagus Dan Maag Duodenum (OMD) dengan klinis dysphagia di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi ? 2. Apakah peranan proyeksi pemeriksaan radiografi Maag dan Duodenum pada klinis dysphagia ?



C.



TUJUAN PENULISAN Penulisan laporan ini bertujuan untuk : 1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiologi Oesophagus Dan Maag Duodenum (OMD) dengan klinis dysphagia di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi ? 2. Apakah peranan proyeksi pemeriksaan radiografi Maag dan Duodenum pada klinis dysphagia ?



D.



SISTEMATIKA PENULISAN



BAB II LANDASAN TEORI A. Anatomi dan Fisiologi 1. Oesophagus Oesofagus merupakan saluran ketiga dalam sistem pencernaan setelah mulut dan faring yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya + 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Terletak di belakang trakea dan di depan vertebrae ( sekitar Cervikal 5 sampai Thorakal 11 ) setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung (Syaifuddin, 1997 : 77) Esophagus terdiri dari empat lapisan yaitu : 1. Lapisan fibrosa ( terluar ) 2. Lapisan muskuler 3. Lapisan submukosa 4. Lapisan mukosa ( terdalam ) Berdasarkan anatominya esophagus terdiri dari tiga bagian yaitu : a. Esophagus pars cervikalis Pada bagian ini esophagus terletak sesuai mid sagital



plane,



seiring menuju daerah thorakal menyimpang



kearah



perlahan



kiri. b. Esophagus pars thorakalis Pada bagian ini esophagus melalui mediastinum bagian posterior dan kembali kedaerah mid line. Esophagus terletak di posterior kanan arkus aorta dan di posterior kiri dari bronkus serta diantara pericardium bagian posterior diafragma. c. Esophagus pars abdominalis



kemudian menuju aorta melalui



Pada bagian ini terjadi penggabungan bergabungnya



esophagus



dengan



dengan lambung,



lambung



ini



disebut



oesofagogastric. Terletak sekitar thorakal 11 atau proc xypoid dengan cardiac antrum sebagai bagian akhir dari esophagus. Terdapat tiga penyempitan pada esopaghus, yaitu 1. Ujung atas esophagus 2. Tempat bronkus menyilangi esophagus 3. Tempat esophagus menyilangi diafragma Fungsi utama oesofagus adalah untuk menghantarkan makanan dari faring ke lambung dengan gerakan peristaltik. 2. Maag Merupakan bagian dari saluran yang dapat berdilatasi atau mengembang dari saluran cerna. Lambung terdiri dari fundus, corpus dan pylorus. Fundus berhubungan dengan oesofagus melalui orifisium pilorik, yang terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa. Lambung biasanya memiliki bentuk " J " dan terletak disebelah kiri atas abdomen, tetapi bentuk lambung juga dapat bervariasi umumnya dipengaruhi oleh tekanan organ lain, posisi tubuh ( berdiri atau tidur ) dan bentuk postur tubuh. Ada 3 macam bentuk postur tubuh yang dapat mempengaruhi bentuk dari lambung, yaitu hyperstenic, stenic dan hypostenic / astenic.



(Merrill's Atlas of Radiographic, 2012)



a. Hyperstenic Sering disebut kegemukan, orang dengan postur tubuh hyperstenic mempunyai bentuk lambung besar dan pendek, ukuran abdomen dan diafragma lebar, Letak lambung sekitar Thorakal 9 - Thorakal 12, letak pylorus lambung sekitar Thorakal 11 – Thorakal 12 dan letak bulbus duodeni sekitar Thorakal 11 – Thorakal 12 disebelah kanan pylorus. ( Bontrager, 2001 ) b. Stenic Bentuk tubuh sedang atau rata – rata. Bentuk lambung dari type stenic berbentuk huruf " J " yang terletak lebih rendah daripada type hyperstenic. Lambung memanjang kebawah dari Thorakal 11 - Lumbal 1, bulbus duodeni terletak sekitar Lumbal 1 – Lumbal 2 c. Hypostenic atau astenic Orang tersebut memiliki badan yang kurus, bentuk lambungnya menjadi lebih rendah yaitu dari Thorakal 11 turun sampai lumbal 5 atau setinggi crista iliaka. Lambung memiiki permukaan posterior dan anterior. Bangunan kanan dari lambumg disebut curvature minor dan bangunan kiri lambung disebut curvature mayor. ( Bontrager, 2001 ). Fungsi lambung adalah : a. Menyimpan dan mengolah makanan sampai dapat dicerna lebih jauh menuju ke usus halus b. Menghasilkan asam lambung,enzim dan zat- zat kimia lainnya yang berperan penting dalam proses pencernaan c. Mengalirkan makanan dalam bentuk bahan / material ke usus halus melalui pylorus dengan gerakan peristaltic. ( Syaifuddin, 1997 ).



3. Duodenum



(Merrill's Atlas of Radiographic, 2012) Panjangnya + 25 cm berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledoktus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus). Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledoktus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Dinding duodenum mempunyai lapiasan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum. Duodenum dimulai dari pylorus dan terbagi dalam empat bagian, yaitu : a. Bagian superior / bulbos duodeni, berbentuk seperti buah jambu b. Bagian desenden, mempunyai panjang 7 – 10cm dimana pada bagian ini melalui bagian inferior dari kepala pankreas c. Bagian horizontal / transversal d. Bagian asenden, di bagian ini terdapat duodenijejenal fleksure, yaitu tempat duodenum dan jejenum bergabung.



Fungsi Duodenum ialah sebagai tempat pencernaan dan penyerapan makanan, dimana dalam mencerna makanan dengan bantuan enzim pankreas dan biliaris melalui ampula vateri. Kemudian setelah makanan berada di illeum akan terjadi proses penyerapan atau absorpsi. B. Patologi 1. Oesofagus a. Achalasia Disebut juga dengan cardiospasmus, yaitu sindroma yang terdiri atas dyspagia (kesukaran menelan), rasa nyeri, dan muntahmuntah. Disebabkan oleh ketidakseimbangan saraf-saraf otonom, sehingga otot-otot sirkuler bagian bawah oesofagus tidak dapat mengendur b. Dysphagia c. Hernia hiatus Terjadi karena oesofagus terlalu pendek sehingga bagian lambung ke atas diafragma yang menyebabkan selalu merasa sangat kenyang setelah makan. d. Radang (esofagitis) Disebabkan oleh zat korosif, uremi, tuberkulosis, lues dan actinomycosis e. Fistula tracheo-esofageal Terdapat saluran antara trachea dengan esofagus 2. Maag (lambung) a. Gastritis Disebabkan oleh makanan atau minuman yang dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir lambung, dan juga dapat disebabkan infeksi akut. b. Tukak lambung (ulkus) Terjadi perforasi dan perdarahan pada lambung, biasanya terjadi rasa nyeri pada daerah epigastrium. c. Duodenum



Terjadi dilatasi atau pelebaran setempat (lokal) dapat terjadi secara: 1) Kongenital Disebabkan kelemahan setempat pada dinding duodenum dan ditemukan pada tempat-tempat pembuluh darah masuk ke dalam dinding, terutama dinding duodenum bagian kedua. 2) Divertikulum Biasanya pada duodenum bagian pertama dan biasanya sekitar bekas tukak peptik. Bila banyak disebut divertikulosis C. Prosedur Pemeriksaan Radiografi OMD a. Definisi pemeriksaan OMD Teknik radiografi OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian diamati dengan fluoroskopi ( Bontrager, 2001 ) b. Tujuan pemeriksaan OMD Teknik radiografi OMD bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan pada organ esofagus, maag, dan duodenum. c. Persiapan pemeriksaan OMD yaitu : 1. Persiapan pasien Persiapan pasien sebelum pemeriksaan yaitu : a) Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan b) Pasien puasa selama 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan c) Pasien dianjurkan untuk tidak merokok atau banyak bicara (Bryan, 1979) 2. Persiapan alat dan bahan Persiapan alat : a) Pesawat sinar x b) Kaset ukuran 30 x 40 cm, marker R / L



c) Film ukuran 24 x 30 cm d) Gelas e) Sendok f)



Tissue



g) Baju pasien Persiapan bahan : a) Media kontras barium sulfat (BaSO4) atau Telebrix Kontras media adalah suatu bahan yang dapat digunakan dalam



pemeriksaan



radiologi



yang



bertujuan



untuk



memberikan perbedaan densitas organ disekitarnya. Kontras media dibagi menjadi dua macam yaitu kontras media positif dan kontras media negatif. Kontras media positif adalah kontras media yang memiliki nomor atom tinggi, contohnya barium, telebrix, urografin. Sedangkan kontras media negatif yaitu kontras media yang memiliki nomor atom rendah, contohnya udara (Ballinger, 1999). Pemeriksaan OMD dengan menggunakan media kontras dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1) Barium swallow adalah pemeriksaan radiologis oesofagus dengan cara menelan media kontras 2) Barium meal adalah pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum, colon dengan cara meminum media kontras 3) Barium follow through adalah pemeriksaan radiologis usus halus dengan meminum media kontras yang merupakan kelanjutan dari pemeriksaan barium meal yang memerlukan waktu beberapa jam untuk dapat sampai ke proses pencernaan makanan. b) Cara pemberian media kontras Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologis saluran pencernaan adalah BaSo4. Bahan ini



merupakan suatu serbuk berwarna putih, mempunyai berat atom yang besar dan tidak larut dalam air. Barium ini dapat melapisi dinding mukosa organ dan bersifat suspensi. Bahan diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu, sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut harus diminum oleh pasien dalam pemeriksaan oesofagus maag duodenum. Apabila persiapan pasien sudah dianggap baik, maka untuk pemeriksaan lambung dan duodenum setelah pasien diberi suspensi barium, yang terdiri dari 4 sendok kecil barium, serbuk adem sari dan 200 ml air dengan perbandingan 1 : 4 atau kurang lebih satu gelas kemudian pasien disuruh berbaring di atas meja pemeriksaan dan diminta untuk memutar badan ke kiri dan ke kanan sebanyak 2-3 kali (berguling-guling) dengan maksud agar suspensi barium sulfat dapat melapisi dinding lambung dan duodenum secara merata, setelah itu segera dilakukan sitif Telebpengambilan radiograf. Radiograf diambil setelah kurang lebih 3-5 menit post media kontras Sedangkan untuk pemeriksaan oesofagus, pasien diberi suspensi barium kurang lebih 2-3 sendok makan. Kontras barium dikulum di dalam mulut setelah itu pasien diinstruksikan untuk menelan. Pembuatan radiograf dilakukan setelah kurang lebih 1-5 detik setelah barium diminum. (Kertoleksono, 1999). d. Teknik pemeriksaan OMD Teknik pemeriksaan OMD yang pertama kali dilakukan adalah pasien datang ke radiologi kemudian pasien diminta untuk ganti baju, setelah itu kita mempersiapkan media kontras yang akan dipakai yaitu membuat campuran antara barium dan air. Pemeriksaan oesofagus dapat menggunakan 2 perbandingan yaitu dengan perbandingan 1 : 1 posisi pasien dalam keadaan berdiri (Clark K.C, 1973) atau perbandingan 1 : 4 posisi pasien dalam keadaan tiduran (Bontrager,



1991). Pada pemeriksaan maag duodenum perbandingan campuran yang digunakan adalah 1 : 4 (Bontrager, 1999) e. Proyeksi pemeriksaan OMD f. g. kkkkk D. nnnn