Laporan Kimia Industri Produksi Cat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA INDUSTRI “ PROSES PRODUKSI CAT”



KELOMPOK 1 NAMA ANGGOTA: SALMA ANISA YENNY SETYO RAHAYU NADYA AULIA RIZKI SANDRA PUSPITA NARESWARI LALITYA B. ANDHIKA PUTRA PRATAMA JOSES ADYATMA PARAHITA INTALLIALITA ZAENAB



140210150003 140210150012 140210150013 140210150031 140210150040 140210150043 140210150052 140210150067 140210150098



PROGRAM STUDI S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018



PROSES PRODUKSI CAT I. TUJUAN 1.1 Mempelajari dan mempraktikan proses pembuatan cat tembok. 1.2 Mampu menghitung kelayakan ekonomi pembuatan cat tembok. 1.3 Mampu merancang proses produksi pembuatan cat.



II. PRINSIP 1. Resin Resin bertindak sebagai bahan pengikat yang berfungsi agar cat dapat membentuk lapisan film tipis dan melekat pada benda yang dilapisi 2. Zat Pewarna / Pigmen Zat Pewarna/ Pigmen biasanya berupa partikel padat yang mudah terdispersi dalam cat dan memberikan karakteristik tertentu berupa warna, daya tahan dan daya tutup dan juga sebagai pelindung cat tersebut. 3. Pelarut Pelarut berfungsi untuk melarutkan zat pengikat dan mengencerkan cat sehingga kekentalan cat dapat diatur sesuai dengan standar. Pelarut yang digunakan biasanya air. 4. Zat Aditif Zat aditif berfungsi unntuk meningkatkan performa dan biasanya digunakan dalam jumlah sedikit.



III. TEORI Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan metrial-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land Australia, dan lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan.Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan penemuan pada dunia cat (Andriewongso, 2009).



Cat adalah suatu produk yang berfungsi untuk melindungi (proteksi) dan atau menghiasi (dekorasi) dengan atau tanpa warna (transparan) suatu objek atau permukaan dengan cara mengkovernya dengan suatu lapisan. Cat dapat diaplikasikan ke hampir seluruh objek, pada tembok, kayu, logam, plastik, kanvas sampai pada permukaan jalan raya. Terdapat lima komponen utama pada cat, yaitu diluent (pelarut), binder (pengikat), pewarna, ekstender, dan aditif. Binder adalah yang paling penting keberadaannya, binder adalah bagian dari cat dimana pada akhirnya membentuk suatu lapisan film cat yang kering. Fungsi diluent adalah untuk mengatur kekentalan dari cat. Diluent adalah bersifat menguap dan tidak ikut terbentuk menjadi lapisan film. Fungsi aditif adalah bermacam-macam, aditif adalah suatu komponen yang ditambahkan pada cat yang berfungsi untuk menambah atau meningkatkan properti (sifatsifat/fitur-fitur kepemilikan) dari suatu cat, seperti kilap tidaknya, daya sebar pigmen, stabilitas, dan lain-lain. Pewarna berfungsi sebagai penyedia warna pada cat, pewarna bisa sebagai pigmen atau dye. Jika cat tidak diberi pewarna, maka cat dapat dikatakan sebagai cat vernish atau clearcoat. Ekstender atau filler berfungsi untuk meningkatkan ketebalan dan kekerasan lapisan film cat dan juga sebagai pemurah (bulking agent) (Eressyafei, 2009). Klasifikasi cat dibedakan menjadi (Ratna, 2010): 1. Water Based Meliputi Cat tembok dan cat air 2. Solvent Based Meliputi Cat mobil, cat besi, dan cat minyak



Tabel 1.1 Perkembangan penemuan pada dunia cat Tahun penemuan



Perkembangan penemuan pada dunia cat



1923



Nitrocellulose Alkyd



1924



Titanium Dioksida



1928



Phenolic larut minyak



1930



Alkyd urea-formaldehyde



1933



Kopolimer Vinylchloride



1934



Emulsi basis minyak



1936



Akrilik Thermoset



1937



Polyurethane



1939



Alkyd melamine-formaldehyde



1944



Cat berbasis silikon



1947



Resin epoksi



1950



PVA dan cat akrilik



1955



Powder coating



1958



Cat akrilik untuk otomotif Cat tembok lateks



1960



Cat water-borne



1962



Anodic electrocoating



1963



Cat UV dan EB curing



1971



Cationic eletrocoating



1974



Clear-over-colour topcoat



(Andriewongso, 2009). Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih teknologi ynag dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya (Heri,2009). Dalam pembuatan cat, pemilihan bahan-bahan diatas harus memilki sifat-sifat yang sesuai dengan aplikasinya. Sebagai contoh zat pengikat, harus memiliki sifat pengeringan, daya perekat terhadap benda yang dilapisisnya dan mudah dalam penggunaannya. Untuk zat pewarna diutamakan memilki sifat daya tutup dan sifat kilapnya cocok dengan benda yang dilapiss, tidak mudah pudar, dan harganya murah. Untuk pelarut harus memilki sifat mudah melarutkan, mudah penggunaannya, serta mudah dan cepat mengering. Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat (Heri, 2009): a.



Cat Tanpa Pigmen, Extender atau Filler Pembuatannya hanya melibat proses penuangan, mixing dan stiring saja, yaitu menuang



bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang akan dibuat ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan dengan putaran mixer relative pelan hingga diperoleh suatu campuran yang benar-benar merata disemua titik. Waktu stiring dan kecepatan mixer disesuaikan dengan jumlah dan kekentalan campuran. Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat hinner, hardener, woodstain (solvent + dyestuff) atau campuran bahan-bahan lain yang tidak mengandung pigmen atau extender asli (padatan). Namun jika pigmen atau extendernya sudah diproses menjadi bahan setengah jadi (pasta) terlebih dahulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut diatas.



b.



Cat Dengan Pigmen dan/atau Extender Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus padatan



(pigmen atau extender) terdisfersi dalam campuran. Jika diinginkan padatan terdisfersi secara kasar (dengan kehalusan antara 20-50 mikron), maka proses yang dibutuhkan adalah cukup dengan proses disfersi saja, namun jika dikehendaki padatan terdisfersi secara halus( 5-20 mikron) maka diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis cat yang dibuat cukup dengan proses disfersi saja: dempul atau filler, cat primer, undercot, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan merupakan sifat yang harus dicapai. Komponen pembuat cat adalah terdiri dari zat pengikat, zat pewarna, zat pengisi, pelarut, dan zat aditif. Zat pengikat dan zat pewarna merupakan bahan yang memberikan pengaruh paling besar dalam proses produksi cat. Zat aditif adalah zat yang ditambahkan kedalam cat dengan kadar relatif rendah tetapi dapat mempengaruhi sifat-sifat dari cat, sebagai contoh yaitu drying agen, antifoam, slip agen, biocides, pigmen, dispersing agen, dan lain-lain (Heri, 2009). Bahan pengikat berfungsi agar cat dapat membentuk lapisan film tipis dan merekat pada benda yang dilapisi titik. Bahan-bahan ini biasanya adalah alkyd resin, epoxy resin, minor resin, silikon resin, dan latex. Zat pewarna atau pigmen biasanya berupa partikel padat yang mudah terdispersi dalam cat dan dapat memberikan warna, daya tahan, daya tutup dan melindungi besi dari korosi. Pelarut yang ditambahkan ke dalm cat berfungsi melarutkan zat pengikat dan mengencerkan sehingga kekentalan cat dapat diatur sesuai dengan standar. Zat pengisi digunakan untuk biasanya digunakan untuk menambahkan volume dari cat sehingga dapat menurunkan harga produksi cat.Zat pengisi yang biasanya digunakan adalah barium sulfat, kaolin, mika,talk, dan paris white. Zat aditif yang digunakan dalam proses pembuatan cat biasanya digunakan untuk meningkatkan performansi cat. Zat yang biasanya digunakan antara lain (Shreve, 1956): a.



Bioaktif aditif Bahan ini untuk mencegah timbulnya mikroorganisme seperti jamur. Bahan-bahan yang



biasa digunakan adalah Barium metaborat, Diklorofluamide, dan lain-lain. b. Viskositas Modifier Formulasi cat biasanya dalam bentuk larutan encer sedangkan dalam bentuk konsentrat biasanya harus ditambahkan bahan pengental agar dapat mempertahankan dalam cat sesuai dengan keinginan. Bahan-bahan yang biasanya digunakan adalah CMCNa, AllginatNa, PVA dan lain lain. Bahan ini biasanya digunakan untuk mempertahankan bahan pengisi dan pewarna tetap terdispersi.



c.



Dispersing Agent



d.



Antifoam Untuk menghilangkan busa dan selama produksi cat.



e.



Slip Agent Untuk melicinkan permukaan film sehingga lapisan cat mengkilat. Biasanya digunakan



sodium silikat. Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa (Anonim,2009): a. Resin, pigmen, extender, solvent, dan additive yang dibeli dapat kemudian disimpan di dalam gudang sesuai dengan spesifikasi, tidak terjadi salah barang, penyimpangan dan perubahan kualitasnya. b. Proses pembuatan pasta menghasilkan pasta yang stabil, tidak gampang mengulit, mengeras, dan dengan derajat kehalusan sesuai kebutuhan. c. Proses pembuatan cat menghasilkan cat dan film dengan kualitas seperti yang diharapkan. Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan oleh pelanggan, berbagai usaha harus diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari setiap proses seoptimal mungkin. Setiap proses dimulai dari pembelian bahan baku, penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan baku menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, penyimpan bahan jadi dan pengiriman bahan jadi ke pelanggan harus di control dengan jadwal, pengujian dan pelayanan yang memadai (Shreve, 1956).



IV. ALAT DAN BAHAN 4.1 Alat 4.1.1



Mixer



4.1.2



Pengaduk



4.1.3



Plastik kemasan



4.1.4



Timbangan



4.1.5



Wadah



4.2 Bahan 4.2.1



Air bersih 1520 mL



4.2.2



Kalsium karbonat 1300 g



4.2.3



Phenoil 50 g



4.2.4



Polimer akrilik 500 g



4.2.5



Selulosa 25 g



4.2.6



Titanium dioksida 250 g



V. PROSEDUR 5.1 Tahap penyiapan bahan Langkah pertama adalah penyiapan semua bahan yang akan digunakan dalam pembuatan cat tembok yang meliputi zat pengisi (kalsium karbonat), aditif (pengental,cmc,pewarna), zat pengikat (Nitrosol-Nitrocelulose) dan air sebagai pelarut. Semua bahan dimasukkan kedalam mixer kemudian diaduk. 5.2 Tahap pencampuran Bahan-bahan yang telah dicampurkan dengan air kemudian diaduk dengan kecepatan tinggi selama kurang lebih 30 menit hingga tercampur sempurna. Setelah tercapai kondisi tersebut kemudian pigmen baru ditambahkan sesuai dengan warna yang dikehendaki akan tetapi pada percobaan kali ini tidak digunakan pigmen warna. 5.3 Tahap kontrol kualitas Pada tahap ini produk dikontrol kualitasnya sesuai dengan standar yang telah diterapkan. Parameter yang perlu diamati adalah pH dan kekentalan. 5.4 Tahap pengemasan Tahap pengemasan produk dilakukan didalam bentuk plastik dengan ukuran 1 kg.



Diagram alir proses pembuatan cat Air



Kalsium Karbonat



Pigmen



Penyiapan Bahan Baku



Pengadukan



Kontrol Kualitas



Pengemasan



Produk



VI. DATA PENGAMATAN 6.1 Tabel Sifat Fisik dan Kimia Zat



Sifat Fisik



Sifat Kimia



Akuades



Mr=18g/mol



Polar



Tb= 0℃



Pelarut universal



Td= 100℃



pH netral



Mr=53,06g/mol



Tidak berwarna



Tl= -84℃



Mudah terbakar



Td= 77℃



Beracun



H



H O



Acrylic Polymer



Reaktif HE Cellulose (natrosol)



Kalsium Karbonat



Mr= Variatif



Mudah larut dalam air



Tl= 140℃



panas



Serbuk



Zat lengket



Tl=825℃



Larut dalam air dan asam



Mr = 100.0869 g/mol



Tidak Bberbau



𝜌= 2,711 – 2,83 g/ml



Pine Oil



Titanium Dioksida



Tl= 5℃



Cairan tidak berwarna



Td= 195 ℃



hingga kuning pucat



𝜌= 0,95 g/ml



Tidak larut dalam air



Padatan putih



Tidak berbau



Mr = 79,866 g/mol



Tidak larut dalam air



Indeks bias = 2,488



Tidak mudah terbakar



𝜌= 4,23 g/ml



6.2 Tabel Pengamatan Zat HE Cellulose (natrosol)



Perlakuan



Hasil



-ditimbang sebanyak 12,5 g



-massa natrosol= 12,5120 g



dengan neraca analitik -dilarutkan dalam air panas



-larut



sebanyak 800ml hingga larut sempurna -dimasukkan CaCO3 sedikit demi sedikit sebanyak 1300g -diaduk hingga merata



-terbentuk larutan berwarna



dengan mixer



putih



-ditambahkan acrylic polymer sebanyak 250,2g -diaduk kembali dengan mixer hingga merata -ditambahkan pine oil sebanyak 25,5g -diaduk kembali dengan mixer hingga merata -ditambahkan titanium



-Cat tembok



dioksida sebanyak 125g dan diaduk kembali hingga rata dengan menggunakan mixer 6.3 Perhitungan Basis 1000 kg/ hari 1. Perhitungan Biaya Investasi Modal Tetap: a. Timbangan



: Rp



525.000,00



b. Reaktor (drum bekas 100 L)



: Rp



200.000,00



c. Motor pengaduk



: Rp 2.318.000,00



d. Wadah-wadah



: Rp



375.000,00



e. Perlengkapan lainnya



: Rp



250.000,00



TOTAL



: Rp 3.468.000,00



Modal Kerja: a.



Persediaan bahan baku & kemasan



: Rp 5.000.000,00



b.



Persediaan bahan jadi



: Rp TOTAL



300.000,00



: Rp 5.300.000,00



2. Total Investasi Total modal = modal tetap + modal kerja Total modal = Rp 3.468.000,00 + Rp 5.300.000,00 = Rp 8.768.200,00



3. Biaya Operasional a.



Biaya bahan baku dan kemasan



: Rp



b.



Penyusutan peralatan (disperse alat) 5 tahun



: Rp 1.000.000,00



c.



Biaya operasional penjualan



: Rp



d.



Biaya pegawai



: Rp 3.600.000,00



e.



Biaya energi



: Rp



Total Biaya Operasional



25.000,00



800.000,00



575.000,00



: Rp 5.980.000,00



4. Perhitungan HPP a.



Air bersih (800 g (%) x Rp 3000,00 /kg)



: Rp



2.400,00



b.



Kalsium karbonat (1300 g (%) x Rp 2000,00 /kg)



: Rp



2.600,00



c.



Polymer Acrylic (250,2 g (%) x Rp 20.000,00 /kg)



: Rp



5.004,00



d.



Pine oil (25,5 g (%) x Rp 25.000,00 /kg)



: Rp



637,00



e.



Titanium oxide (125 g (%) x Rp 5000,00 /kg)



: Rp



625,00



HPP/ 2,5 kg produk



: Rp 11.266,00



HPP /kg produk



: Rp 4.506,00



5. Keuntungan Keuntungan/ liter = harga penjualan /kg - HPP /kg = Rp 6000,00 – Rp 4506,00 = Rp 1494,00 Keuntungan/ bln = keuntungn/ kg x kapasitas produksi/ bln = Rp 1494,00 x Rp 3125,00 = Rp 4.668.750,00



6. BEP (Break Event Point) BEP jumlah minimal produk (kg) per hari yang harus dijual agar tidak rugi. BEP = Biaya operasional/ bulan : Harga jual = 5.980.000 : 5000 = 1196 kg BEP per hari = BEP : 25 hari = 1196 kg : 25 hari = 47,84 kg/ hari



7. Perhitungan Pay Back Period (PBP) PBP = [(total investasi) : ((target penjualan/hari – BEP/hari) x (keuntungan/kg x hari kerja/bln)] = [5.980.000 : (( 92,25 - 47,84) x (1494 x 30)] = 3 bulan



VII. PEMBAHASAN Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari dan mempraktekkan proses produksi pembuatan cat tembok, menghitung kelayakan ekonomi pembuatan cat (HPP), biaya produksi, operasional, keuntungan, BEP, PBP, serta merancang proses produksi pembuatan cat semi komersial. Pembuatan cat ini tidak bisa sembarangan karena dalam pembuatan cat terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi untuk memenuhi standar untuk pemasaran misalnya: a. Tahan terhadap cuaca b. Daya tahan yang tinggi c. Daya kering yang tinggi d. Mampu menahan korosi e. Tahan lama



Oleh karena itu, dalam pembuatan cat ini hal yang pertama dilakukan adalah tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini, dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan tersebut diambil dari gudang dengan syarat bahan sudah teruji kualitasnya, tidak kadaluwarsa dan



tidak pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut). Hal tersebut dilakukan dilakukan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam pembuatan cat. Mengukur/menakar bahan yang akan dipakai dalam pembuatan cat bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau resepnya. Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting juga terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment. Hal pertama yang dilakukan adalah HE Cellulose atau yang lebih dikenal dengan naetrosol ditimbang dengan menggunakan neraca analitis sebanyak 12,5120 g. HE Cellulose atau naetrosol berfungsi sebagai zat perekat yang akan membuat cat dapat menempel pada tembok karena hal itu merupakan indikator dari sebuah cat untuk melapisi sehingga cat tersebut harus merekat pada bahan yang akan dilapisi. Setelah itu, HE Cellulose dilarutkan dalam air sebanyak 800 mL. Air berfungsi sebagai pelarut. Pelarut ini ditambahkan ke dalam cat untuk melarutkan zat pengikat dan mengencerkan cat sehingga kekentalan cat dapat diatur sesuai dengan standar. Pelarut yang digunakan pada cat tembok berbeda dengan cat besi atau kayu. Jika cat tembok menggunakan air sebagai pelarut, maka cat besi atau kayu biasanya menggunakan pelarut organik seperti white swrit, etil alcohol, etil asetat, butyl asetat, MEK, MBIK dan lain-lain. Sehingga dalam pembuatannya pun berbeda. Hal ini disebabkan karena bahan yang akan dilapisinya pun mempunyai bahan dan tekstur yang berbeda. Air yang digunakan harus dalam keadaan panas karena kelarutan HE Cellulosa / naetrosol lambat dalam air dingin. Oleh karena itu, agar proses pelarutan berlangsung cepat, maka HE Cellulosa /naetrosol dilarutkan dalam air panas. Seperti telah diketahui bahwa kelarutan suatu senyawa organik akan bertambah besar dalam pelarut pada suhu panas dibandingkan dengan pelarut pada suhu dingin. Pada proses penambahan HE Cellulosa /naetrosol ke dalam air panas tidak dilakukan di atas kompor listrik, karena dikhawatirkan HE Cellulosa /naetrosol akan rusak akibat ada tambahan panas dari kompor listrik sehingga memungkinkan cat tidak bisa menempel pada tembok. Untuk memperbesar kelarutan HE Cellulosa /naetrosol dilakukan pengadukan menggunakan mixer. Hal ini bertujuan untuk memperbesar tumbukan antar molekulmolekul HE Cellulose dengan molekul air, sehinggga proses pelarutan menjadi lebih cepat. Pengadukan ini harus dilakukan sampai semua padatan HE Cellulose larut. Kecepatan mixer yang digunakan dalam tahap ini adalah 1 karena hal itu untuk



menghindari timbulnya buih atau busa yang akan mengganggu dalam proses selanjutnya untuk menghasilkan tekstur cat yang lembut. Setelah larut sempurna, kalsium karbonat, CaCO3 ditambahkan sedikit demi sedikit sebanyak 1300 g sambil diaduk hingga merata. Pengadukan berfungsi untuk mempercepat pelarutan. Pada proses pengadukan ini menggunakan alat bantu mixer yang memiliki kecepatan yang dapat diatur. Proses pengadukan ini dapat pula menggunakan pengaduk biasa, akan tetapi kurang efektif karena membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan tenaga atau energi yang cukup besar untuk mencampurkan larutan HE Cellulose dan kalsium karbonat. Kalsium karbonat yang ditambahkan digunakan sebagai bahan pengisi. Kalsium karbonat ini dapat digunakan untuk menambahkan volume cat, sehingga dapat menurunkan harga produksi cat. Zat pengisi lainnya yang biasanya digunakan adalah barium sulfat, kaolin, mika, talk, dan pans white. Zat pengisi yang digunakan tergantung dari pertimbangan produsen. Setelah terbentuk larutan berwarna putih, polymer acrylic ditambahkan sebanyak 250,2g dan diaduk hingga merata dengan menggunakan mixer agar proses pencampuran berlangsung cepat. Polymer acrylic ini dapat membentuk lapisan film tipis dan merekat pada benda yang dilapisi serta akan membuat lapisan cat yang telas dioleskan pada dinding atau tembok telihat rata dan halus. Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah alkyd resin, epoxy resin, amino resin, silicon resin, dan latex. Sedangkan untuk cat kayu dan besi biasanya digunakan alkyd resin. Sedangkan untuk cat tembok biasanya digunakan lateks,



PVAc atau nitro cellulose.



Kemudian, pine oil ditambahkan sebanyak 25,5g dan diaduk hingga rata menggunakan mixer. Pada proses pencampurannya dilakukan pada suhu kamar, karena pemanasan tidak memberi pengaruh yang cukup berarti pada proses ini. Pine oil digunakan sebagai pewangi yang dapat memberikan bau khas cemara pada cat. Selain itu, pine oil juga berfungsi untuk menambah kelarutan CaCO3 dalam campuran adonan cat. Titanium oksida ditambahkan sebanyak 125 g ke dalam campuran dan diaduk kembali menggunakan mixer. Titanium oksida ini membuat campuran berwama putih. Campuran atau pasta yang dihasilkan memiliki kekentalan atau viskositas yang cukup tinggi. Kekentalan sendiri menunjukkan kualitas dari cat itu sendiri. Cat yang terlalu kental juga bukan merupakan cat yang baik tapi cat tersebut harus mempunyai tingkat kekentalan yang pas dan sesuai dengan bahan yang akan dilapisi (misalnya tembok untuk cat tembok).



Cat tembok yang dihasilkan ini bisa saja bukan hanya warna putih tapi dapat saja ditambahkan dengan pewama untuk menghasilkan warna yang diinginkan sesuai dengan selera pembuat. Zat pewarna atau pigmen yang biasanya digunakan dapat berupa partikel padat yang mudah terdispersi di dalam cat dan dapat memberikan karakteristik tertentu pada cat tersebut. Karakteristik tersebut antara lain dapat memberikan wama, daya tahan, daya tutup, dan melindungi seperti melindungi besi dan korosi. Pigmen terdiri dari berbagai warna, antara lain pigmen putih (Titanium oksida), pigmen kuning (Zinc chromate), pigmen hijau (Chromium oxide), pigmen biru (Prussian blue), pigmen merah (Red iron oxide), dan pigmen hitam (Carbon black). Kadang-kadang



pada



proses



pembuatan cat ini digunakan antifoam yang berguna untuk menghilangkan busa selama produksi cat. Selain itu, kadang-kadang digunakan anti jamur untuk mencegah tumbuhnya jamur pada cat setelah pelapisan pada suatu media misalnya tembok. Kemudian terkadang pula digunakan dispersing agent untuk mendispersikan campuran cat. Tahapan dispersi meliputi: a. Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender oleh bahan-bahan cair (millbase). b. Proses pemecahan secara mekanis temadap kelompok-kolompok partikel pigment dan extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau partikef-partikel pnmernya sesuai dengan derajad kehalusan yang dikehendaki. Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau partikel-partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali. Tetapi pada percobaan ini tidak ditambahkan antifoam,anti jamur dan dispersing agent. Hasilnya, dalam percobaan cat ini yang dihasilkan campuran cat yang kurang halus dan terlalu kental. Hal ini disebabkan karena pada proses pelarutan HE Cellulose tidak halus atau larut sempurna sehingga untuk tahap selanjutnya terganggu. Pada awalnya terdapat busa akibat tidak digunakannya antifoam pada proses pembuatan cat ini sehingga selama proses pembuatan cat timbul busa. Akan tetapi hal tersebut masih bisa ditanggulangi karena busa yang dihasilkan tidak terlalu banyak sehingga campuran hanya bermasalah dalam hal kehalusan tekstur cat. Karena cat yang dihasilkan terlalu kental maka ditambahkan kembali air panas dengan jumlah sekitar 100 mL. Dan dihaluskan kembali dengan menggunakan mixer. Setelah homogen, campuran tersebut dikemas dalam plastik dan dicoba dioleskan pada dinding. Hasilnya cat yang dioleskan pada tembok menempel dengan baik. Hal ini menunjukkan hasil pembuatan cat berjalan dengan baik.



Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya investasi dan didapatkan modal tetap dengan jumlah Rp 3.468.000,00 dan modal kerja Rp 5.300.000,00, kemudian untuk perhitungan total investasi yaitu bernilai Rp 8.768.200,00, perhitungan biaya operasional sejumlah Rp 5.980.000,00, perhitungan HPP/2,5 kg produk yaitu sejumlah Rp 11.266,00 dan HPP/kg produk sejumlah Rp 4.506,00, kemudian juga dihitung keuntungan yang diperoleh yaitu Keuntungan/ liter dengan jumlah Rp 1494,00 dan Keuntungan/ bln dengan jumlah Rp 4.668.750,00, dan dihitung nilai BEP (Break Event Point) dengan hasil 1196 kg dengan BEP per hari yaitu 47,84 kg/ hari, kemudian dihitung pula nilai PBP (payback period) yaitu 3 bulan.



VIII. KESIMPULAN 8.1 Proses pembuatan cat tembok dapat dipelajari dan dipraktikan. 8.2 Mampu menghitung kelayakan ekonomi pembuatan cat tembok. 8.3 Mampu merancang proses produksi pembuatan cat.



DAFTAR PUSTAKA Andriewongso. 2009. Pengecatan dan Permasalahannya. www. proyeksi.com. Anonim. 2009. Pembuatan Cat. http://www.geocities.com/heri_susyanto/Apa-kah Cat.htm. Eressyafei. 2009. Cat. http://www.ibiblio.org/ecolandtech/ruralskills/home-made/cat. Heri. 2009. Kontrol Kualitas Produksi Cat. http://www.gardco.com/ navigation.html. Ratna. 2010. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas-xi/klasi-fikasi-dankegunaan-cat/ Shreve. 1956. Quality of Paint. Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi.



LAMPIRAN



Gambar 1. Uji Coba Cat Hasil Percobaan