Laporan Magang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MAGANG MAHASISWA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2017/2018



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI KEMENTERIAN KESEHATAN RI



HALAMAN PERSETUJUAN



Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan magang mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.



Jambi, November 2017



Pembimbing Lapangan



Pembimbing Institusi



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatNya lah laporan magang Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan instansi magang yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Dan tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini. Tanpa dukungan dari berbagai pihak mungkin laporan ini tidak bisa selesai tepat waktu. Kami menyadari bahwa di dalam penyelesaian laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberi dorongan kepada kami agar dilain waktu kami dapat membuat dan menyempurnakan laporan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya yang membutuhkan informasi tentang KKP. Atas perhatian dsn kerjasamanya diucapkan terima kasih.



Jambi, November 2017



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 2 Sesuai dengan Visi PROGRAM Studi DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik



Kesehatan



kemenkes



Jambi



yaitu







Institusi



Yang



Meghasilkan Tenaga Ahli Madya Kesehatan Lingkungan yang berkualitas dan kompeten di Tingkat Nasional Tahun 2018’’, maka salah satu misi kesehatan lingkungan adalah menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, kemampuan mengembangkan



IPTEK



dan



kompeten



di



bidang



Kesehatan



Lingkungan dalam Pembangunan Daerah dan Nasional. 3 Upaya yang dilakukan untuk mencapai visi dan misi tersebut adalah menyelenggarakan kegiatan magang. Kegiatan magang merupakan suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan lingkungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan danpeningkatan status kesehatan masyarakat



Dalam



prosesnya



mahasiswa diharapkan memahami mengenai pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di lokasi magang,mampu mengenal masalah, menentukan kualitas masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam pemecahan masalah lingkungan. Kemudian menyusun rencana kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, dengan memperhatikan segala sumber daya yang ada di lokasi magang. 4 KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Tugas KKP yaitu Pengendalian kekarantinaan dan surveilans epidemiologi, Pengendalian factor risiko lingkungan, 5 Pelaksanaan upaya kesehatan lintas wilayah. Salah satu peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi sebagai pusat pelayanan sanitasi pelabuhan merupakan ujung tombak dalam pemecahan masalah kesehatan khususnya kesehatan lingkungan di pelabuhan, maka peran



KKP sangat besar dan tinggi. Besarnya tanggung jawab dan peran KKP menjadikan KKP sebagai sarana pengembangan kemampuan dan sumber pengalaman bagi tenaga kesehatan. Oleh karena itu diperlukan pengalaman bagi mahasiswa Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi di KKP dalam bentuk kegiatan magang.



2.1 TUJUAN A. TUJUAN UMUM Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan diterapka melalui magang kkp B. Tujuan Khusus Dalam proses belajar mengajar melalui magang kkp ini, diharapkan mahasiswa mampu : 1. Melakukan penangkapan nyamuk dan identifikasi nyamuk 2. Mengetahui pengendalian lalat 3. Mengetahui cara penangkapan tikus 4. Melakukan pemeriksaan TPM 5. Melakukan perhitungan kebisingan dan partikulat debu 6. Mengetahui cara penggunaan fogging 7. Melakukan pemeriksaan sanitasi kapal 8. mengetahui cara identifikasi nyamuk dan jentik 9. Menyusun dan menyajikan laporan



1.4 Ruang lingkup Laporan ini menggambarkan tentang Melakukan penangkapan, nyamuk



dan



identifikasi



nyamuk,Mengetahui



pengendalian



lalat,



Mengetahui cara penangkapan tikus,Melakukan pemeriksaan TPM, Melakukan perhitungan kebisingan dan partikulat debu, Mengetahui cara penggunaan fogging, Melakukan pemeriksaan sanitasi kapal, mengetahui cara identifikasi nyamuk dan jentik, Menyusun dan menyajikan laporan di Kantor Kesehatan Pelabukan Kelas III Jambi



BAB II TINJAUAN TEORI 1. Klasifikasi tikus A. Klasisifikasi Tikus : Kingdom



: Animalia



Phyllum



: Chordata



Class



: Mammalia



Ordo



: Rodentia



Family



: Muridae



Genus



: Bandicota



Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000 spesies untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya kurang lebih 150 spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang paling berperan sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan hama pertanian.



Delapan



spesies



tersebut



yaitu



Rattus



norvegicus



(tikus



riol/got/selokan/kota), Rattus-rattus diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus (mencit rumah), Rattus exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus wirok), Rattus tiomanicus (tikus pohon), Rattus argentiventer (tikus sawah), Mus caroli (mencit ladang) Rattus norvegicus, Rattus rattus dan Mus musculus mempunyai distribusi geografi yg menyebar diseluruh dunia sehingga disebut sebagai hewan kosmopolit. Sisanya hanya sekitar Asia dan Asia Tenggara saja. Tikus wirok, tikus riul, tikus sawah dan mencit ladang termasuk hewan terestrial yang dicirikan dengan ekor relatif pendek terhadap kepala dan badan serta tonjolan pada telapak kaki yang relatif kecil dan halus. Tikus pohon, tikus rumah (atap), tikus ladang dan mencit rumah termsuk hewan arboreal yang dicirikan dengan ekor yang panjang serta tonjolan pada telapak kaki yang besar dan kasar. Salah satu ciri terpenting dari Ordo Rodentia (hewan pengerat) adalah kemampuannya untuk mengerat benda-benda yang keras. Maksud mengerat untuk mengurangi



pertumbuhan gigi serinya terus menerus. Pertumbuhan gigi seri yang terus menerus disebabkan oleh tidak adanya penyempitan pada bagian pangkalnya sehingga terdapat celah yang disebut diastema. Diastema berfungsi untuk membuang kotoran yg ikut terbawa dengan pakannya masuk kedalam mulut. Rodentia tidak mempunyai gigi taring, sehingga ada celah antara geraham dan gigi seri (diastema). B. Penyakit-Penyakit Yang Tergolong Rodent Borne Diseases, Adalah : a. Penyakit Pes (Plague) Di dalam siklus penyakit ini tikus berperan sebagai “host”. Epizootic umumnya terjadi pada Rattus rattus diardii (Politzer, 1954). Apabila tikus banyak yang mati, pinjal yang dalam hidupnya memerlukan darah kemudian pindah ke manusia. Bila pinjal-pinjal tersebut mengandung baksil per yaitu Yersinia (Pasteurella) pestis, (Goldenberg, 1968), maka bisa menular kepada manusia. Pes ini pada manusia disebut pes bubo ”bubonic plague” dan disamping itu ada pula yang disebut pes paru-paru ”pneumonic plague atau lung plague” dan pes septichaemia – ”septichaemic plague” (Baltazard et.al., 1956). Bila pes bubo ini dibiarkan saja (tidak diobati), bisa menjalar ke paru-paru, timbullah pes paru-paru skunder (secondary lung plague) yang sangat ditakuti, karena bisa menular melalui udara. Pes inilah yang biasanya menyebabkan epidemi dan menimbulkan banyak korban. Pada keadaan yang luar biasa dimana baksil pes telah meracuni seluruh pembuluh darah, bisa menyebabkan pes septichaemi. Penderita bisa meninggal secara tiba-tiba dalam keadaan yang sangat mengerikan. Mungkin inilah yang menyebabkan kenapa penyakit pes zaman dahulu disebut ”penyakit setan atau black death”. Sebelum penyakit pes tersebut pindah ke manusia melalui perantaraan pinjal tikus (Xenophsylla spp, Nosopsyllus fasciatus, dan pinjal tikus lainnya) dari ”host”nya yang terkenal (di Indonesia) yaitu R.r diardi. Di dalam tubuh tikus penyakit pes tersebut dapat bersiklus secara abadi pada tubuh beberapa jenis binatang lainnya (”rodent”) (Kartman dan Prince, 1956; Quan, et.al., 1954).



Jenis-jenis binatang pengerat ini tidak semuanya akan mati bila kena penyakit pes. Binatang tersebut berfungsi sebagai pembawa (”carrier atau vehicle”) baksil pes. Di Indonesia R. exulans telah diketahui sebagai pembawa penyakit pes di daerah Boyolali (Tumer, et.al., 1974), sedangkan di Amerika dikenal jenis-jenis lainnya yaitu : Citellus variegates dan C beechevi (Stark, et.al., 1967). Hal inilah antara lain yang menyebabkan mengapa bidang kesehatan banyak menaruh perhatian kepada binatang mengerat dan melakukan penelitian-penelitian. Penyakit pes yang abadi pada berjenis-jenis binatang pengerat di alam terbuka yang umumnya jauh dari kehidupan manusia disebut “sylvatic plague” atau “campestral plague” (Politzer, 1954). Tempat-tempat di alam dimana binatang mengerat selalu mengandung bibit penyakit disebut “foci” (jamak) atau ”focus” (tunggal). Mengetahui sumber dan pergerakan penyakit-penyakit tersebut ke manusia sangat menarik bagi para “epidemiologist” sedangkan mengetahui jenis-jenis binatang yang terlibat beserta situasi habitatnya sangat menarik bagi para “mammalogist” dan “animal ecologist”. Pekerjaan untuk mengetahui dimana ada foci tersebut disebut “foci detection” dan data yang diperoleh sangat berguna untuk melakukan program pemberantasan penyakit pes. Inilah salah satu kegunaan dari binatang pengerat tersebut, disamping sebagai binatang percobaan di laboratorium juga digunakan dalam evaluasi kegiatan di lapangan (melakukan pooling test). b. Leptospirosis Penyakit ini di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda banyak menimpa pekerja-pekerja pada tempat-tempat penggalian tanah, terutama tanah-tanah yang lembab ataupun yang berair, seperti misalnya got-got dan tambangtambang. Pada saat itu tikus yang menularkan penyakit ini adalah R. novergicus. Terakhir penyakit ini memperlihatkan dirinya kembali di kecamatan Kayu Agung, kabupaten Ogan Komering Ilir, sekitar tahun 1970. Dengan adanya sistem adanya ”trapping” yang meluas ditemukan banyak R. exulans yang terjangkit Leptospirosis. Di Malaysia ”host”nya yang terkenal adalah R. novergicus dan R. argentiventer (Harrison, 1962). Leptospira berkembang biak



pada ginjal tikus. Kemidian Leptospira ini dikeluarkan melalui urine dan akan tetap hidup untuk beberapa waktu lamanya di tanah yang lembab/basah ataupun di air. Penularan kepada manusia terjadi melalui selaput lendir atau luka di kulit. Pada dewasa ini penyakit tersebut sudah tidak begitu kelihatan lagi namun diduga penyakit tersebut masih berkembang biak terus di hutan diantara rodentia liar. c. Scrub typhus Seperti halnya pada penyakit pes, ” scrub typhus” tidak hanya melibatkan tikus. Penyakit ini disebabkan oleh Rickettsia yang hidup pada salah satu vektor (”mite”) yang bernama Trombicula akamushi atau T. deliensis (Harrison, 1962). Di Malaysia sudah diketahui bahwa vektor penyakit ini hidup pada R. Argentiventer sedangkan di Singapura yang biasa dikenal sebagai ”host” adalah R.r diardi. Kedua jenis Trombicula ini pada stadium dewasa hidup bebas di tanah, tetapi stadium larvanya hidup dari darah tikus. Bila seekor Trombicula mengidap Rickettsia, maka panyakit ini akan berkembang biak dan terbawa pada telur dan anak-anaknya. Larva yang baru diteteskan dalam keadaan lapar dapat mencari host baru, mungkin saja larvanya yang membawa Rickettsia ini mengisap darah manusia kerena tidak menemukan tikus. Pada waktu itu Rickettsia ditularkan pada manusia yang akhirnya menderita penyakit Scrub typhus d. Murine typhus Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia mooseri, (Mackie, et. Al., 1946). Penyakit ini sangat dekat hubungannya dengan penyakit Pes hingga mungkin sekali infeksinya terjadi secara bersamaan, karena mempunyai vektor dan host yang sama terkenalnya yaitu X. Cheopis dan R. r diardii (Harrison, 1962). e. Rat bite fever Penyakit ini adalah sejenis demam yang disebabkan oleh Spirillium minus yang masuk melalui gigitan tikus, (Mickie, et.al., 1946). Penyakit ini walaupun dinyatakan ada di Indonesia, tetapi belum banyak diketahui dan diperhatikan. C.Makanan Tikus



Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian bijibijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya. Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun. Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar



jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya. D. Indera Pada Tikus - Indera Penglihatan Tikus Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter. -



Indera Penciuman Tikus Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau



makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya. -



Indera Pendengaran Tikus



Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu : Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina Suara-suara menandakan adanya bahaya Suara-suara pada saat menemukan makanan Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan E. Sarang Tikus Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai



minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daundaunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan. F. Perkembangbiakan Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kirakira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi. G. Tanda-tanda Keberadaan Tikus Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut: -



Droping Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa.



Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras. -



Run ways Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut



run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam. -



Grawing Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam



aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan misalnya lubang dinding. -



Borrow



Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain. -



Bau



Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya. -



Tikus hidup



Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar. Ditemukannya Bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.



2. Menghitung Kepadatan Lalat A. Pengertian Lalat Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai



vektor penularan penyakit saluran



pencernaan. Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat, membutuhkan waktu permenit atau perdetik. Buat warna putih pembuangan sampah atau pembuangan air 3-5 pengamanan pengembangan( < 50 Padat) (>20 sangat Padat.) pengendalian = (Lem, Lilin,kipas Air). Pengendalian alat kimia : brinting atau penyemprotan. B.Jenis-jenis lalat Jenis-jenis lalat antara lain : a. Lalat rumah (Musca domestica) Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit



disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30350C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna. merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan. Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah.



Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudanggudang. a. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans) Menurut Sucipto (2011) bahwa, lalat kandang: 1. Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah. 2. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian bawah. 3. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian mulut (proboscis) meruncing untuk menusuk dan menghisap darah. 4. Bagian toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang 5. Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta mendekati vena 3. 6. Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian atas.Siklus hidup dari lalat kandang juga hampir sama dengan siklus hidup lalat pada umumnya. Yang membedakannya yakni pada lama berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada siklus pradewasa (pupa). Dan cenderung menghisap darah. Tahap larva berlangsung selama 1-3 minggu, kemudian menjadi pupa dan akan muncul stadium pradewasa setelah satu minggu atau lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar rumah



di tempat yang terpapar sinar matahari serta termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukan. c.Lalat Hijau (Phenisial) Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat hijau termasuk kedalam family Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang sampai besar dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap. 2. Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari



hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan



buah-buahan. 3. Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar. 4. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides, Trichuris trichiura dan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada lambung lalat. d. Lalat Daging (Sarchopaga) Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat daging termasuk dalam family Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya. 2. Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur. 3.



Bersifat



viviparous



dan



mengeluarkan



larva



hidup



pada



tempat



perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang membusuk. 4. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung telur cacing Ascaris lumbricoidesdan cacing cambuk. a. Lalat Kecil (Fannia) Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house flies. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang atau unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai keadaan sejuk dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga menghabiskan



waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat jantan berkeliling di sekitar lampu-lampu yang menggantung (Sucipto, 2011).Pada umumnya segala jenis atau spesies lalat memiliki kecenderungan pola hidup dan siklus hidup yang hampir sama. Namun pada keadaan-keadaan tertentu dan tempat-tempat tertentu ada lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi hal ini tidak mempungkiri bahwa spesies-spesies lalat yang telah disebutkan diatas merupakan vektor pembawa penyakit dan merupakan hewan pengganggu yang harus dikendalikan sehingga perlu diketahui siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk dikendalikan. C.Siklus Hidup Lalat Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C. Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.



D. Tempat Perindukan Lalat



Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang). 1. Kotoran Hewan Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normal nya lebih kurang satu minggu). 2. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan 3. Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa makanan, buahbuahan yang ada didalam rumah maupun dipasar. 4. Kotoran Organik Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya lalat. 5. Air Kotor Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka. E. Pola Penyebaran Lalat 1. Pola Distribusi Musca domestica dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang tersebar secara kosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari cahaya daripada tempat yang langsung terkena cahaya matahari. Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat ini dimungkinkan karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat di suatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25 C. Populasi menurun apabila temperatur > 450C dan < 100C. Pada temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan & distribusi lalat pada Siang hari akan berada di sekitar tempat makan & tempat perindukan di mana juga terjadi



perkawinan & istirahat. Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur, kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti pada temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di luar rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya malam hari. 2.Ketahanan Hidup Tergantung pada musim dan temperatur: Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin yaitu bisa mencapai 3 bulan, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Lalat melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang. Pada stadium telur biasanya tidak tahan terhadap suhu yang ekstrim dan akan mati bila berada dibawah 50C dan di atas 400C. Lamanya tahap instar larva sangat tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan.Pada suhu -20C larva dapat bertahan beberapa hari , di bawah suhu 100C larva tidak dapat berkembang menjadi pupa. F. Ekologi Tentang Lalat Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang. 1) Tempat peristirahatan Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang



sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter 2) Fluktuasi Jumlah lalat Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 º C atau > 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 %. G. Teknik Pengendalian dan Pemberantasan Lalat 1) Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan (Sitanggang, 2001). a.



Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.



b.



Kandang ternak



c.



Kandang harus dapat dibersihkan



d.



Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari



e.



Terdapat saluran air limbah yang baik (HAKLI, 2009).



2) Kandang ayam dan burung a.



Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya



terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering b.



Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara



interval (disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992). 3) Timbunan kotoran ternak



Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian, kotoran sebaiknya diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi selokan agar lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran sacara menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoranakibat proses fermentasi (HAKLI, 2009). 4. Kotoran Manusia Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank (HAKLI, 2009). Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial untuk tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada daerah tersebut jarang sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi syarat kesehatan, bahkan banyak diantaranya yang hanya menggunakan lahan terbuka sebagai jamban. Sebaiknya, bila fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang air besar pada jarak ± 500 meter dengan arah angin yang tidak mengarah ke dekat tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air bersih dengan membuat lubang dan menutupnya secara berlapis agar tidak menimbulkan bau yang dapat merangsang lalat unutk datang dan berkembang biak (DEPKES, 1992). 5) Sampah basah dan sampah organic Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu



sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 –4 hari (DEPKES, 1992). Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut. Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari dengan tanah setebal 15 – 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak beberapa kilometer dari rumah penduduk(DEPKES, 1992).



3. Pemeriksaan Hygiene Sanitasi Makanan (TPM) di Rumah Makan A. Pengertian Rumah Makan Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran pada pasal (1) terdapat pengertian rumah makan dan restoran. Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kebersihan di Rumah makan sangat penting, mengingat salah satu fungsi dari rumah makan yaitu sebagai tempat menjual makanan dan dihidangkan kepada pembeli. Sebagaimana tempat umum lainnya, rumah makan perlu mendapat pengawasan khusus mengenai keadaan sanitasinya. Bila tidak maka akan menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan seperti timbulnya penyakit menular B. Tujuan Sanitasi Rumah Makanan Adapun tujuan dari sanitasi rumah makan adalah : 1. Agar makanan dan minuman yang dihasilkan restoran dan rumah makan dalam keadaan bersih dan aman dikonsumsi



2. Mencegah terjadinya gangguan penyakit dan keracunan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh pengotoran makanan dan minuman selama proses pengolahan dan penyajian 3. Meningkatkan hygiene perseorangan penjamah makanan dan perilaku sehat penjamah makanan



C. Persyaratan Sanitasi Rumah Makan/Restoran 1. Lokasi Rumah makan tidak berada pada arah angin dan pada jarak kurang dari 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan cemaran lain. 2. Bangunan Harus terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur, kokoh/kuat/permanen, rapat serangga dan tikus. 3. Pembagian Ruang Terdiri dari dapur dan ruang makan, ada toilet, ada gudang bahan makanan, ada ruang karyawan, ada ruang administrasi, dan ada gudang peralatan. 4. Lantai Harus bersih, kedap air, tidak licin, rata, kering, konus ( tidak membentuk sudut mati) 5. Dinding Harus kedap air, rata, bersih 6. Ventilasi Tersedia dan berfungsi baik, menghilangkan bau tak enak, cukup menjamin rasa nyaman 7. Pencahayaan / Penerangan Tersebar merata disetiap ruangan, intensitas cahaya 10 fc, tidak menyilaukan. 8. Atap Tidak menjadi sarang tikus dan serangga, tidak bocor, cukup landai. 9. Langit-langit



Tinggi minimal 2,4 meter, rata dan bersih, tidak terdapat lubanglubang 10. Pintu Rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka arah luar, terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan. 11. Tempat pencuci bahan makanan Tersedia air pencuci yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat, aman dan halus, air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci hama 12. Locker karyawan Tersedia locker karyawan dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, dan mempunyai tutup rapar, jumlahnya cukup, letak locker dalam ruang tersendiri, locker untuk karyawan pria dan wanita terpisah. 13. Peralatan pencegah masuknya serangga dan tikus Setiap lubang ventilasi dipasang kawat kassa serangga, dipasang terali tikus, persilangan pipa dan dinding ditutup rapat, tempat tandon air mempunyai tutup dan bebas jentik nyamuk. 14. Dapur Bersih,ada fasilitas penyimpanan makanan, tersedia penyimpanan makanan panas, ukuran dapur cukup memadai, ada cukup dan cerobong asap, terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan. 15. Ruang makan Perlengkapan ruang makan selalu bersih,ukuran ruang makan minimal 0,85 m2 perkursi tamu, pintu masuk buka tutup otomatis, tersedia fasilitas cuci tangan yang memenuhi estetika, tempat peragaan makanan jadi tertutup. 16. Gudang makanan Tidak terdapat bahan lain selain bahan makanan, tersedia rak-rak penempatan bahan makanan sesuai dengan ketentuan, kapasitas gudang cukup memadai, rapat serangga dan tikus. 17. Bahan makanan



Kondisi fisik baik, angka kuman dan bahan kimia makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan, bahan makanan berasal dari sumber resmi, bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes. RI 18. Makanan jadi Kondisi fisik makanan jadi baik, angka kuman dan bahan kimia makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan, makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan dan terdaftar pada Depkes. RI 19. Proses pengolahan Tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benara dan cara kerja yang bersih, pengambialan makanan jadi menggunakan alat yang khusus, mengguanakan peralatan dengan benar. 20. Penyimpanan bahan makanan Suhu dan kelembaban penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan, ketebalan penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan, penempatan terpisah dengan makanan jadi, tempat bersih dan terpelihara, disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak. 21. Penyimpanan makanan jadi Suhu dan waktu penyimpanan dengan persyaratan jenis makanan jadi, cara penyimpanan tertutup. 22. Cara Penyajian :Suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 600C, pewadahan dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih, cara membawa dan penyajian makanan dengan tertutup, penyajian makanan harus pada tempat yang bersih. 23. Ketentuan peralatan Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan memenuhi persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan, peralatan dalam keadaan baik dan utuh, peralatan makan dan minum tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, permukaan alat yang kontak langsung dengan makanan tidak ada sudut mati dan halus, peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak mengandung zat beracun.



24. Pengetahuan/sertifikat hygiene sanitasi makanan Pemilik/pengusaha perna mengikuti kursus/temu karya, supervisor pernah mengikuti kursus, semua penjamah makanan pernah mengikuti kursus, salah seorang penjamah pernah mengikuti kursus 25. Air bersih harus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan. 26. Pembuangan air limbah. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, tidak merupakan sumber pencemar, misalnya memakai saluran tertutup, septic tank dan riol. Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak. 27.Toilet. Toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan makanan, ruang tamu dan gudang makanan. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria, begitu juga toilet pengunjung terpisah dengan toilet untuk tenaga kerja. Toilet dibersihkan dengan deterjen dan alat pengering seperti kain pel, tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok dan sabun. Lantai dibuat kedap air, tidak licin mudah dibersihkan. Air limbah dibuangkan ke septic tank, riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari air tanah. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan saluran pembuangan. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup dan peturasan harus dilengkapi dengan air yang mengalir. 28. Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue). Jumlah toilet untuk pengunjung dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut: 29. Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisasisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.



30. Disediakan juga tempat pengumpul sampah sementara yang terlindung dari serangga dan hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah. 31. Tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas tempat duduk dengan satu tempat cuci tangan untuk 1-60 orang dengan setiap penambahan 150 orang ditambah satu fasilitas ini. Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering. Apabila tidak tersedia fasilitas cuci tangan dapat disediakan : sapu tangan kertas yang mengandung alkohol, lap basah dengan dan air hangat. Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan seperti tempat cuci tangan yang jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya karyawan yaitu 1 sampai 10 orang, 1 buah; dengan penambahan 1 buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu atau karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup. 32. Tempat mencuci peralatan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan suhu 40°C – 80°C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2). Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bilik/bak pencuci yaitu untuk mengguyur, menyabun, dan membilas. 33. Tempat pencuci bahan makanan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan, bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung larutan kalium permangat 0,02%. Tempat pencucian dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah. 34. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlah loker dhsesuaikan dengan jumlah karyawan, dan ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang serta dibuat terpisah untuk pria dan wanita.



35. Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus tempat penyimpanan air bersih harus tertutup sehingga dapat menahan masuknya tikus dan serangga termasuk juga nyamuk Aedes aegypti serta albopictus. Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga (kawat kasa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus (teralis dengan jarak 2 cm). Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat dimasuki serangga.



D.Upaya Progam Penanganan Makanan Upaya-upaya program pengamanan makanan meliputi pengamatan setiap tahap dari rantai peredaran makanan dari petani sampai meja makan guna menurunkan bahaya yang diakibatkan oleh makanan tersebut. Titik kritis dalam kegiatan pengawasan makanan adalah meliputi : - Seleksi dan penerimaan bahan makanan - Penyimpanan, penanganan, dan menyiapkan bahan makanan - Memasak dengan efektif - Penanganan setelah dimasak - Membersihkan dan sanitasi bahan makanan dan makanan jadi, termasuk pelayanan mengkemas makanan - Hygiene penjamah - Pelatihan penjamah makanan. Selain restoran/rumah makan memilki sertifikat laik sehat dan grading, penjamah makanan juga wajib memilki sertifikat kursus penjamah makanan (Depkes, 2003)



4. FOGGING A. Pengertian fogging dan swinfog Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang



digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine (swing fog) dan ultra low volume ground sprayer mounted (ULV). Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog yang dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog. B. Prosedur dan tata laksana pelaksanaan pengasapan atau fogging antara lain sebagai berikut : 1. Sebagai langkah awal pengasapan/fogging dalam suatu area tertentu, dengan membuat gambaran atau memetakan area yang disemprot. Area yang tercakup sedikitnya berjarak 200 meter di dalam radius rumah yang terindikasi sebagai lokasi dengue. Kemudian dilakukan peringatan kepada warga terlebih dahulu untuk keluar ruamh dengan terlebih dahulu menutup makanan atau mengeluarkan piaraan. 2. Berbagai bahan insektisida yang dipergunakan dalam pelaksanaan operasional



fogging



fokus



adalah



golongan



sintentik



piretroit



dengan dosis penggunaan 100 ml/Ha. Semaentara perbandingan campuran 100 ml : 10 liter solar. 3. Sasaran fogging adalah semua ruangan baik dalam bangunan rumah maupun di luar bangunan (halaman/pekarangan), karena obyek sasaran adalah nyamuk yang terbang. Sifat kerja dari fogging adalah knock down effect yang artinya setelah nyamuk kontak dengan partikel (droplet) isektisida diharapkan mati setelah 24 jam. 4. Terdapat dua macam peralatan yang digunakan untuk pengasapan atau fogging antara lain mesin fog dan ULV (Ultra Low Volume). Mesin fog dipergunakan untuk keperluan operasional fogging dari rumah ke rumah (door



to door operation). Untuk keperluan ini dipergunakan swing fog machine SN 11, KeRF fog machine, pulls fog dan dina fog. Beberapa jenis peralatan ini mempunyai prinsip kerja yang sama yakni menghasilkan fog (kabut) racun serangga sebagai hasil kerja semburan gas pembakaran yang memecah larutan racun serangga (bahan kimia yang digunakan), menjadi droplet yang sangat halus dan berwujud sebagai fog. Rata-rata alokasi waktu yang diperlukan dengan penggunaan peralatan ini adalah 2-3 menit untuk setiap rumah dan halamannya. Sementara Ultra Low Volume (ULV) menghasilkan cold fog. hasil ini didaptkan dengan mekanisme terjadinya tekanan mekanik biasa terhadap racun serangga melewati system nozzle. Dengan alat ini droplet racun serangga yang dihasilkan jauh lebih halus daripada fog biasa. ULV sangat cocok dipergunakan pada area out door atau luar ruangan. 5. Menurut Depkes RI (2005), untuk membatasi penularan virus dengue dilakukan dua siklus pengasapan atau penyemprotan, dengan interval satu minggu. Penentuan siklus ini dengan asumsi, bahwa pada penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue atau nyamuk infektif, dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Kemudian akan segera diikuti dengan munculnya nyamuk baru yang akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang berpotensi menimbulkan terjadinya penularan kembali, sehingga perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama, agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.



5.SANITASI KAPAL Sarana transportasi yang dianggap sebagai lingkungan tempat tinggal sementara yang memiliki waktu menetap relative lama adalah kapal laut. Sesuai dengan keadaan tersebut, serta amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut, maka sanitasi di kapal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung pengawasan kesehatan khususnya manusia di dalamnya maupun masyarakat pada umumnya.



Setiap orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan kapal seperti sarana sanitasi, suplai makanan dan kebersihan lingkungan di kapal. Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerjasama setiap Anak Buah Kapal (ABK). Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap saat dan secara berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal (CDC, 2003). Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian integral dari perilaku kesehatan terhadap sanitasi. Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku kesehatan yang dikemukakan Blum (1979), bahwa derajat kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan kesehatan dan keturunan. Menurut Permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987, sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di kapal untuk memutuskan



mata



rantai



penularan



penyakit



guna



memelihara



dan



mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin Kesehatan Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau risiko rendah, jika kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam masa waktu enam bulan sekali (WHO, 2007). Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan adalah



Kantor



Kesehatan



Pelabuhan



(KKP).



Menurut



Permenkes



No.356/Menkes/IV/2008, bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja Pelabuhan / Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan.



Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui nakhoda kapal dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung sanitasi kapal. Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan lingkungan alat angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai usaha pencegahan penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit. Tujuan peningkatan sanitasi kapal menurut permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987 adalah: 1. Meniadakan / menghilangkan sumber penularan penyakit di dalam kapal. 2. Agar kapal tetap bersih sewaktu mau berangkat maupun sedang berlayar. 3. Supaya penumpang maupun ABK senang berada didalamnya, bagi penumpang. International Health Regulations (IHR) 2005 menekankan pengawasan di pintu keluar masuk suatu negara melalui pelabuhan maupun lintas batas. Untuk itu Sertifikat Sanitasi kapal (SSCC dan SSCEC) diperlukan sebagai alat bantu suatu negara dalam mengurangi faktor risiko penyebaran penyakit akibat dari pelayaran kapal Nasional dan Internasional. Menurut IHR tahun 2005, kapal yang sudah dinyatakan layak sanitasinya akan diberikan sertifikat sanitasi sesuai dengan IHR tahun 2005, sertifikat Ship Sanitation Control Exemption Certificate (SSCEC) berlaku maksimal selama 6 bulan. Masa berlaku ini dapat diperpanjang satu bulan jika pemeriksaan atau pengawasan yang diminta tidak dapat dilaksanakan di pelabuhan. Dalam rangka pemeriksaan dan pengawasan sanitasi kapal yang baik diperlukan adanya pencegahan dan pengawasan yang terus-menerus dengan melakukan koordinasi yang terpadu dan terarah baik dari awak kapal maupun pemilik kapal itu sendiri. Adapun standar dalam pemeriksaan sanitasi kapal laut berdasarkan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (1989) adalah sebagai berikut: Dek: Tiap hari dek dibersihakn sedikitnya satu kali, bila basah dikeringkan, kotoran / sampah tidak boleh berserakan dan semua barang-barang / alat-alat diatur dengan rapi. Dek yang bersih dan rapi selain mencegah penyakit kecelakaan juga memberikan kesan awal yang baik bagi setiap pengunjung serta membuat orang / penumpang betah tingal di dalam kapal.



Kamar ABK dan Penumpang: Ventilasi dan penerangan yang cukup serta kebersihan dapat menjamin kesehatan, kesejahteraan serta keamanan ABK maupun penumpang. Bila penerangan secara alami tidak mencukupi, maka diberikan penerangan secara mekanis dengan menggunakan lampu neon. Alat penerangan di dalam kapal tidak boleh menggunakan lilin atau lampu minyak. Tujuan adanya ventilasi adalah untuk memasukkan udara segar dan mengeluarkan udara yang kotor. Bila kamar tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik, akan menimbulkan beberapa keadaan yang dapat merugikan kesehatan seperti sesak nafas. Kamar Mandi dan Kakus sebaiknya setiap waktu dalam keadaan bersih. Di dalam kamar mandi juga sebaiknya tersedia pembersih lantai atau kreolin 5% dalam larutan air dan selalu tersedia air bersih yang cukup serta memenuhi syarat kesehatan. Diusahakan agar penyaluran air kotor lancar. Diusahakan agar penyaluran air kamar mandi dan kakus tidak diperkenankan sebagai tempat penyimpanan. Di samping itu, kran harus berfungsi dengan baik, lantai tidak boleh licin dan tidak diperkenankan para penumpang untuk mencuci alat makan dalam kamar mandi / kakus. Dapur merupakan tempat penyimpanan dan tempat pencucian alat-alat dapur (alat makan / minum, dan sebagainya). Makanan dan minuman yang disediakan, diolah, disimpan dan disajikan harus secara hygienis untuk memperkecil kemungkinan timbulnya penyakit seperti disentri, cholera, typus, keracunan dan sebagainya. Kamar Pendingin, thermometer ditempatkan di kamar pendingin dengan suhu ruangan 100C. Tempat Penyimpanan Makanan yang tak membusuk:



Selain bersih



tempat penyimpanan makanan juga memerlukan ventilasi yang cukup, makanan yang berserakan akan menarik tikus dan serangga; Pengaturan barang harus sedemikian rupa, sehingga tikus tidak bersembunyi / bersarang di antara barangbarang; Pestisida dan sejenisnya dilarang disimpan di tempat penyimpanan makanan. Pengelola makanan:



Mempunyai perilaku hygienis dan saniter yaitu:



selalu mencuci tangan bila kotor, menutup hidung dan mulut sewaktu batuk / bersin dan tidak merokok sewaktu bertugas;Personal hygienis harus diperhatikan



yaitu: tidak menderita penyakit menular, berpakain bersih, badan, rambut tangan dan kuku bersih; Bila ada pengelola makanan yang terdapat dibebaskan sementara dari food handling, maka pengelola tersebut tidak dapat mengelola makanan sampai ia tidak lagi merupakan sumber penularannya. Persediaan air bersih: Air bersih sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan di kapal untuk kegiatan memasak air minum dan makanan, mencuci, keperluan mandi dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia 6. PENANGKAPAN NYAMUK DAN IDENTIFIKASI NYAMUK A. Bagian-bagian tubuh nyamuk yang di pakai untuk mengenal jenis Nyamuk antara lain 1. Ukuran dan bagian-bagian tubuh nyamuk 2. Percabangan urat sayap 3. Bentuk, jumlah dan warna sisik atau bulu-bulu yang terdapat pada bagian-bagian tubuh nyamuk. Siklus hidup nyamuk, sejak dari telur hungga menjadi nyamuk dewasa sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat stadia, yaitu : Stadium dewasa → telur → pupa / kepompong Keterangan : Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup dialam bebas, sedangkan ketiga stadium yang hidup dan berkembang didalam air. Berdasarkan kesenangannya nyamuk suka mencari darah, dikenal 2 golongan nyamuk yaitu : 1. Nyamuk yang senang mencari darah orang 2. Nyamuk yang senang mencari darah binatang Waktu keaktifan mencari darah bagi nyamuk berbeda-beda, di bedakan atas: 1. Nyamuk yang aktif pada waktu malam hari misalnya : Anopheles dan Culex



2. Nyamuk yang aktif pada waktu siang hari misalnya : Aedes Untuk tiap jenis nyamuk tipe breeding places yang berlainan. Nyamuk Culex dapat berkembang disembarang tempat air, Aedes hanya mau di tempat air yang airnya cukup bersih dan tidak kontak langsung dengan tanah. Mansonia senag di kolam, rawa-rawa, danau yang banyak tanaman airnya. Sedangkan Anopheles kesenanganya untuk memilih breeding places sangat bervariasi.



B.Ciri-ciri Nyamuk Nyamuk Aedes : 1. Hampir seluruh bagian tubuh terdapat warna putih keperak-perakan dapat digunakan sebagai alat (pedoman) identifikasi aedes 2. Pada kai terdapat garis-garis putih 3. Fedding Habitat Jam 09.00-11.00 Wib (Pagi) dan 16.00-17.00 Wib (Sore) mangsanya khusus manusia. 4. Jarak terbang maksimal 200 meter dari sarang 5. Reesting Places : di dalam rumah terutama di tempat-tempat yang gelap dan lembab, di dinding-dinding rumah, gorden, yang warna-warna gelap. Nyamuk Anopheles : 1. Palpinya hampir sama panjang dengan Probocis 2. Sayap bernoda 3. Posisi mengigit istirahat tidak sejajar (membentuk sudut) C. Siklus Hidup Nyamuk Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles,Culex, , Aedes,. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuhyang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies berbeda-beda tetapi jarang sekalimelebihi 15 mm. Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa



.



a. Telur Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan



menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan menjadi larva nyamuk. Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda – beda tergantung dari jenisnya. 1.



Nyamuk Aedes



Meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya 2.



Nyamuk anopeles



Meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. 3.



Nyamuk culex



Meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung, sedangkan jentiknya menggantung di air b. Larva Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik. Larva bernapas melaluispirakel yang terletak pada segmen perut kedelapan, atau melalui siphon, dan karena itu harus sering muncul ke permukaan.. Larva menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makanganggang , bakteri , dan mikro-organisme lain. Mereka menyelam di bawah permukaan hanya bila terganggu. Larva berenang dengan gerakan tersentak-sentak dari



seluruh tubuh. Larva berkembang melalui empat tahap, atau instar , setelah itu mereka bermetamorfosis menjadi kepompong. Pada akhir setiap instar, yang berganti bulu larva, exoskeleton shedding mereka, atau kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut. c. Pupa Setelah berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan Kepala dan dada digabung menjadi cephalothorax dengan perut melengkung di bawahnya Seperti halnya larva, pupa harus datang ke permukaan sering untuk bernapas, yang mereka lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan. Setelah beberapa hari, pupa naik ke permukaan air, nyamuk dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. d.



Dewasa Nyamuk memiliki mulut yang disesuaikan untuk menembus kulit



tumbuhan dan hewan. Sementara laki-laki biasanya nektar dan jus tanaman, wanita perlu mendapatkan gizi dari menghisap darah sebelum dia dapat menghasilkan telur. Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan.. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa dalam sebagai hanyalima hari, tetapi biasanya 10-14 hari dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh nyamuk dewasa tergantung pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan di dalam air. Panjang dewasa bervariasi tetapi jarang lebih besar dari 16 mm (0,6 in) , dan berat sampai dengan 2,5 mg. Semua nyamuk memiliki tubuh langsing dengan tiga bagian: kepala , dada dan perut.



Nyamuk betina juga akan memakan sumber gula untuk energi tetapi biasanya memerlukan darah untuk pengembangan telur. Setelah menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat selama beberapa hari untuk pematangan telur. Proses ini tergantung pada suhu, namun biasanya berlangsung 2-3 hari dalam kondisi tropis.. kepala memiliki mata, banyak-tersegmentasi antena . antena ini untuk mendeteksi bau host. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya memiliki probosis panjang untuk menembus kulit untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.



7. KEBISINGAN DAN DEBU A. Pengertian Udara Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Sedangkan menurut BPLH (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup) kota Bekasi, udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan troposfer yang apa adanya yang sehari-hari kita hirup. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida (0,03%).Kadar zat, energi, dan/atau komponen lainyang ada di udara bebas tersebut disebut dengan mutu udara ambien, sedangkan keadaan mutu udara di suatutempat pada saat dilakukan inventarisasi disebut sebagai status mutu udara ambien (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atauunsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udaraambien. Dalam upaya yang dilakukan agarudara ambien dapat



memenuhi fungsi sebagaimana mestinya, perlu dilakukan adanya suatu perlindungan mutu udara ambien sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999. Kualitas Fisik Udara dalam Ruang adalah nilai parameter yang mengindikasikan kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban, pencahayaan, suhu dan partikulat debu. Persyaratan kualitas udara dalam ruang yang meliputi kualitas fisik adalah : 1) Suhu udara, 2) Pencahayaan, 3) Kelembaban, 4) Kebisingan, 5) Partikulat Debu. B. Hubungan Tingkat Kebisingan terhadap Kesehatan Setiap



orang



memiliki



kepekaan



sendiri-sendiri



terhadap



kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi dan ketidak tenangan. Disamping itu sumber kebisingan yang tinggi memberikan pengaruh sehingga dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi atau percakapan antar pekerja, Mengurangi konsentrasi, Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara maupun permanen, dan tuli akibat kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif. Gangguan kebisingan dapat dikelompokkan sebagai berikut 1) Gangguan Fisiologis. Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidakdapat didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkankecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriak-, selain memerlukantenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapatmengganggu cardiac output dan tekanan darah.



2) Gangguan Psikologis. Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir. 3) Gangguan Patologis Organis. Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen. C. Hubungan Tingkat Kepadatan Debu terhadap Kesehatan Debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar serta dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara (indoor and outdoor pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dankeselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dariberbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda beda.Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit padasaluran pernafasan. Adapun jenis penyakit akibat kerja yang diakibatkanoleh debu diantaranya adalah Pneumokoniosis, Silikosis, Anthrakosilikosis, Asbestosis, Berryliosis, Byssinosis, Stannosis, Siderosis. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada Solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu, dan ukuran partikel debu.



Partikel debu memiliki dampak terhadap kesehatan seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru, bronchitis khronis, emfisema paru, asma bronchial, dan gangguan kardiovaskular C. Kebisingan Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. MenurutKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri standart tingkat kebisingan di ruang kerja tanpa pelindung maksimal 85 dBA. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur tingkat tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya gelombang yang dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi tekanan. Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara (Mukono, 2006) : 1) Cara sederhana Menggunakan alat sound level meter selama 10 menit. Pengukuran dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik. 2) Cara langsung Cara tersebut lebih canggih dan menggunakan alat Integrating Sound Level Meter. Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1) Bising interior Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesinmesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada



digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain. 2) Bising eksterior Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan kebisingan, yaitu : a. Jarak Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Dalam kasus di permukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan dengan udara. b. Serapan Udara Udara mempunyai massa. Udara mengisi ruang kosong diatas bumi dan digunakan oleh suara untuk merambat. Namun adanya udara juga sebagai penghambat gelombang suara. Gelombang suara akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap udara daripada udara lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara. Udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap suara daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar. c.



Angin Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.



d.



Permukaan Bumi Permukaan bumi yang berupa tanah dan rumput, merupakan barrier yang sangat alami. Suara yang datang akan terserap langsung. Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal jalan akan langsung memantulkan bunyi.



D. Partikulat Debu Partikulat debu merupakan partikel padat yang terbentuk karena adanya kegiatan alami atau mekanik seperti penghalusan, penghancuran, peledakan pengayaan atau pengeboran. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan



Republik



Indonesia



Nomor



1405/MENKES/SK/XI/2002Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri standart kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut : Debu total 0,15 mg/m. Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Standar yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agent (EPA) tahun 2006, Nilai Ambang Batas (NAB) menurut EPA tahun 2006 untuk PM10 adalah 150 µg/m3 (0,15 mg/m3) dan untuk PM2,5 adalah 35 µg/m3 (0,035 mg/m3). Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Hal ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi penyakit akibat kerja. Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah



mengendap (Yunus, 1997). Sumber- sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin. Sumber kontaminan debu yang berasal dari luar ruangan umumnya berasal dari emisi/ gas buang kendaraan bermotor. Partikel yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya berukuran 0.01-5 mikron. Menurut Ruzer (2005), partikel dengan ukuran lebih dari 50 mikron terdeposit pada jalanan. Sehingga apabila roda kendaraan bergesekan dengan jalan akan mebuat pergerakan partikel dengan diameter lebih besar ke atas (udara bebas). Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Faridawati (1995) mengelompokkanpartikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Jenis Debu No.



Jenis Debu



1.



Organik:



Contoh (Jenis Debu)



a. Alamiah 1. Fosil



Batubara, karbon hitam,



2. Bakteri



arang granit.



3. Jamur



TBC,



4. Virus



bacillus.



5. Sayuran



Histoplasmosis,



6. Binatang



kriptokokus, thermophilic.



b. Sintesis



Cacar



antraks,



air,



Q



enzim,



fever,



1. Plastik



psikotosis.



2. Reagen



Padi, serat nanas, alangalang. Kotoran burung, ayam.



Politetrafluoretilen, toluene diisosianat. Minyak isopropyl, pelarut organik. 2.



Anorganik: a. Silika bebas 1. Crystaline



Quarz, trymite cristobalite.



2. Amorphous



Diatom aceous earth, silica



b. Silika



gel.



1. Fibosis 2. Lain-lain c. Metal



Asbestosis, sillinamite, talk Mika, kaolin, debu semen



1. Inert 2. Bersifat keganasan



Besi,



barium,



titanium,



aluminium, seng. Arsen,



kobal,



nikel,



uranium, khrom. Sumber: Suma’mur (1996) Alat pengukuran kadar debu di udara bermacam-macam, tetapi pada praktikum ini menggunakan alat EPAM 5000. EPAM 5000 Haz Dust adalah alat monitoring debu dengan ukuran TSP, PM10, PM2.5 dan PM1.0. Alat ini menggunakan hamburan cahaya untuk mengukur konsentrasi partikel dan memberikan langsung real-time penentuan dan rekaman data konsentrasi partikel udara dalam miligram per meter kubik (mg/m3). Aplikasi EPAM 5000 Haz Dust sangat cocok di pakai di dalam ruangan maupun di luar ruangan. EPAM 5000 Haz Dust merupakan teknologi yang sangat canggih dilengkapi dengan software, Filter paper, Kabel data dan penudukung lainnya. EPAM 5000 Haz Dust merupakan alat monitoring debu yang mudah dibawa kemana-mana dan tidak menggunakan power listrik karena sudah dilengkapi dengan baterai dan daya tahan baterai sampai 24 jam. Fitur EPAM 5000 adalah sebagai berikut :



1. Pengaturannya cepat dan mudah. 2. Sangat sensitif dan akurat 0.001-20.0 mg/m3 untuk partikel 0.1 sampai 100 pM. 3. Udara internal sampel pompa untuk 4 LPM (Liter Per Menit). 4. Unik partikulat aerodinamis ukuran sensor real-time dan in-line kaset Filter 47mm yang memungkinkan bersamaan gravimetri sampling. 5. Korelasi yang tinggi dengan metode EPA PM10 dan TEOM. 6. Kapasitas baterai 24 jam. 7. Pemantauan berkelanjutan dengan AC adapter. 8. Audible alarm sirene. 9. Mudah untuk menggunakan analisisa data dari perangkat lunak. 10. Opsional Transmisi Wireless Data ke Komputer. Sedangkan aplikasi EPAM 5000 adalah sebagai berikut : 1. Mengukur off-site partikulat migrasi. 2. Survei untuk PM2.5 dan PM10. 3. Pemantauan pembentukan debu selama pengeboran dan penggalian. 4. Mengevaluasi pengendalian polusi dan peralatan. 5. Menemukan dan mengidentifikasi "hot spot". 6. Tanggap darurat. 7. Menentukan tingkat perlindungan dan produksi pernapasan. 8. Survei tempat kerja untuk kepatuhan OSHA / EPA untuk menentukan area yang bermasalah. 9. Mengevaluasi pekerja paparan kontaminan udara. 10. Pelengkap instrumen untuk semua EPA dan OSHA dalam prosedur pengambilan sampel udara partikulat pribadi dan ambien. 11. Berguna dalam semua penelitian kesehatan dan keselamatan lingkungan dan pekerjaan. 8.PEMERIKSAAN KUALITAS AIR A. AIR



Air merupakan kebutuhan utama di dalam kehidupan



dan tidak ada



satupun makhluk hidup di dunia yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air dengan ukuran rata - rata sebanyak 90 % dari berat badannya. Ukuran tubuh orang dewasa 55-60%, berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65%



sedangkan



untuk bayi sekitar 80% . Air bersih



dibutuhkan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup manusia untuk melakukan segala kegiatan, sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai untuk keperluan sehari-hari. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu. PERMENKES Nomor 492/ Menkes/ Per/ IV 2010 pada BAB I pasal 1 jelas dikatakan pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap air minum dengan sistem jaringan perpipaan, depot air minum, air minum bukan jaringan perpipaan untuk tujuan komersial dan bukan non komersial oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Kantor Kesehatan Pelabuhan.Khusus wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan dan menurut Permenkes No. 2348 Tahun 2011, salah satu tugas pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah pengawasan air bersih/ minum. Karena itu Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak secara berkala melakukan pengawasan Air Bersih di wilayah perimeter, buffer, dan alat angkut (kapal/ pesawat) sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi kasus penyakit yang disebabkan oleh kualitas air dan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat.. Parameter pemeriksaan 1. Parameter Fisik Berdasarkan hasil penelitian parameter fisik yaitu warna, bau, rasa, keruh, suhu, dan TDS semuanya memenuhi syarat baik Perimeter, Buffer maupun di kapal hal ini sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Salah satu indikator pencemaran air secara umum dapat



dilihat dari air yang berwarna, berbau, berasa, keruh, suhu, dan TDS. ini membuktikan bahwa pencemaran secara umum tidak terjadi pada air bersih dari sarana yang digunakan di perimeter, buffer, dan Kapal. Hal ini berarti dari segi parameter fisik yaitu warna, bau, dan rasa, keruh, suhu, dan TDS memenuhi syarat kesehatan dari sarana air bersih yang diteliti aman untuk dikonsumsi. 2. Parameter Kimia Pengukuran parameter kimia yaitu :Nitrit / Nitrat, Besi, Amonium, Kesadahan, Sisa Chlor, Timbal, dan pH hasil penelitian yang ada di Perimeter, Buffer, semuanya memenuhi syarat sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. a. pH (Derajat Keasaman) pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Jadi, apa arti pH bagi air? Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan padatan rendah atau tinggi. pH dari air murni adalah 7. Secara umum, air dengan nilai pH lebih rendah dari 7 dianggap asam dan nilai pH lebih dari 7 dianggap basa. Nilai pH normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5 s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d 8,5. Alkalinitas adalah ukuran kapasitas air untuk bertahan dari perubahan pH yang mungkin terjadi danmembuat air menjadi lebih asam. Ukuran dari alkalinitas dan pH air diperlukan untuk menilai ke-korosifan dari air. Secara umum, air dengan nilai pH rendah (8,5 mengindikasikan air mengandung padatan tinggi. Air padatan tinggi tidak menyebabkan resiko pada kesehatan, tetapi dapat menimbulkan masalah pada keindahan. Masalah ini berupa rasa alkali pada air (membuat kopi menjadi lebih pahit), formasi pada piring, peralatan, wadah pencuci, kesulitan untuk membuat sabun dan detergen berbusa, dan formasi dari presipirasi yang tidak larut pada baju. Selain itu nilai pH berhubungan dengan sistem metabolisme tubuh Anda..Umumnya sel-sel tubuh tidak cocok dengan air ber-pH jauh dari netral.kita penting mengetahui ph air yang akan kita minum karena Ph adalah tingkatan yang menunujukkan asam atau basa nya suatu larutan yang di ukur pada skal 0-14 .untuk ph air minum skala yang sesuai dengan stndar kesehatan adalah 6,5 - 8,5,jika dibawah 6,5 maka dikatakan air tsb bersifat asam dan diatas 8,5 adalah basa.Tinggi atau rendah nya ph air dipengaruhi oleh senyawa /kandungan dalam air tsb.mari kita mengenaal lebih jauh tentang ph air ini.Ph air minum mineral yg sesuai standar depkes adalah antara 6,5 - 8,5Ph air minum demineral/murni/reverse osmosis adalah antara 5,0 s/d 7,5.Namun untuk air minum ph yang paling ideal adalah 7,0 yang dikatakan sebagai pH netral. b. Klorida



Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−. Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida; contohnya adalahgaram meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−. Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu ataulebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti kloridadapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhanadari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl), sedangkan contohsederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah klorometana(CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.( Sumber : Wikipedia :http://www.anakunhas.com/2011/10/pengertian-klorida.html) Asam klorida adalah zat atau larutan yang sangat korosif, yang merupakansejenis asam kuat dari gas hidrogen klorida (HCI). Cairan zat asam kloridahampir mirip dengan zat asam yang terdapat dalam lambung, karena asamklorida sangat mudah merusak zat lain, maka dalam penyimpanannyamemerlukan penanganan yang teliti. Kalau didalam tubuh kita, asam klorida terdapat dalam organ lambung,disini fungsi asam klorida adalah melarutkan atau mencerna makanansehingga dapat diserap oleh tubuh kita. Tapi mengapa dinding lambungsendiri tidak mengalami kerusakan akibat asam klorida? Hal ini karena dalam dinding lambung terdapat lapisan yang bernama mukosa, yang melindungidinding lambung dari korosi asam. Apabila lapisan mukosa gagal bekerja,maka akan dapat menyebabkan sakit nyeri lambung yang sering kita sebutdengansakit maag. Sumber c. Nitrit (NO2) Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan.



Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi PDAM. Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun bahan makanan yang diawetkan menggunakan nitrat dan nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia simptomatik pada anak-anak. Walaupun sayuran jarang menjadi sumber keracunan akut, mereka memberi kontribusi >70% nitrat dalam diet manusia tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan umbiumbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran lainnya. Sisanya berasal dari air minum (+ 21%) dan dari daging atau produk olahan daging (6%) yang sering memakai natrium nitrat (NaNO3) sebagai pengawet maupun pewarna makanan. Methemoglobinemia simptomatik telah terjadi pada anak-anak yang memakan sosis yang menggunakan nitrit dan nitrat secara berlebihan 1,2.



BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN SANITASI TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada Tanggal : 1 November 2017 Pukul : 11.30 WIB Lokasi : CV.GOOD FOOD Pengukuran Kebisingan Pengukuran kebisingan yang dilakukan di CV.GoodFood sukses Perkasa bertujuan untuk mengetahui factor resiko yang akan berpengaruh kepada tingkat kerja pegawai . dengan demikian diperlukan pengukuran kebisingan . setelah dilakukan pengukuran diperoleh hasil pengukuran kebisingan di Ruang pembuatan Roti CV.GoodFood didapat hasil 66.46 dBA sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup kep-48 MENLH/1996 kebisingan diperdagangan dan jasa tingkat kebisingan yang diperbolehkan 70 dBA sehingga hasil pengukuran di Ruang pembuatan Roti CV.GoodFood memenuhi syarat. Pengukuran Pencahayaan Pengukuran pencahayaan yang dilakukan di CV.GoodFood Sukses Perkasa di peroleh hasil sebagai berikut . No



Lokasi



Hasil



1



Ruang packing



129,55 lux



2



Ruang pemanggangan



78,9 lux



Menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 pencahayaan di ruangan perkantoran dan industri yang diperbolehkan min 100 lux , sehingga didapat hasil dari data diatas, diruangan packing CV.GoodFood Memenui syarat , sedangkan di ruangan pemanggangan dibawah nilai ambang batas yang diperuntukan . Pengukuran suhu dan kelembapan



Pengukuran suhu dan kelembapan yang dilakukan di CV.GoodFood Sukses Perkasa diperoleh hasil pengukurannya memenuhi syarat , untuk suhu di peroleh hasil rata rata dari 4 ruangan yang diukur didapat 290C . sesuai dengan standar yang ada di Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.1405 /MENKES/SK/XI/2002 tentang pedoman penyehatan Udara dalam Ruang kerja dan Industri Nilai Ambang Batas (NAB) untuk suhu yang di perbolehkan 18-300C . Pengukuran kelembapan yang dilaksanakan di CV.GoodFood Sukses Perkasa memenuhi syarat , diperoleh hasil rata-rata dari 4 ruangan yang diukur didapat 60%. sesuai dengan standar yang ada di Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.1405 /MENKES/SK/XI/2002 tentang pedoman penyehatan Udara dalam Ruang kerja dan Industri Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kelembapan yang diperbolehkan 40 %-60%. Pengukuran Kualitas Udara Pengukuran kualitas udara di CV. GoodFood menggunakan HAZ-DUST partikulat PM 2,5 mengukur lokasi ruang packing maksimum 0,041 mg/𝑚3 ,minimum 0,006 mg/𝑚3 , T.W.A 0,025 mg/𝑚3 dan diruang dapur (pemasakan) maksimum 0,066 mg/𝑚3 , minimum 0,002 mg/𝑚3 , T.W.A 0,043 mg/𝑚3 . Tempat Pengolahan Makanan CV.GoodFood termasuk golongan jasa boga golongan C, dalam Permenkes 715 tahun 2003 Batas Penilaian Golongan C Yaitu sampai dengan nomor 44 dengan nilai bobot 100 . untuk nilai dari hasil penjumlahan uraian yang telah memenuhi syarat , golongan C engan ketentuan minimal 92 atau 92%. Dengan demikian berdasarkan permenkes 715 tahun 2003 memenuhi syarat atau standar dengan jumlah nilai 93 . Kesimpulan Proses kegiatan magang mahasiswa poltekkes kemenkes jambi jurusan kesehatan lingkungan di KKP Jambi yang melakukan praktek lapangan di CV.GoodFood Sukses Perkasa Jl.Soekarno Hatta Talang Bakung, Kec.Jambi Selatan, Jambi . Dilaksanakan pada tanggal 1 November 2017 dan diperoleh kesimpulan untuk pengukuran kebisingan di Ruang pembuatan Roti CV.GoodFood memenuhi syarat. Untuk pengukuran Pencahayaan di ruang packing CV.GoodFood Memenuhi syarat , sedangkan di ruangan pemanggangan dibawah nilai ambang batas yang diperuntukan. Untuk suhu dan kelembapan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Untuk



pengukuran Pengukuran kualitas udara di CV. GoodFood menggunakan HAZ-DUST partikulat PM 2,5 mengukur lokasi ruang packing maksimum 0,041 mg/𝑚3 ,minimum 0,006 mg/𝑚3 , T.W.A 0,025 mg/𝑚3 dan diruang dapur (pemasakan) maksimum 0,066 mg/𝑚3 , minimum 0,002 mg/𝑚3 , T.W.A 0,043 mg/𝑚3 . Untuk tempat pengolahan makanan memenuhi syarat. Untuk penyediaan air bersih memenuhi syarat kecuali Mn yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. Untuk pengukuran kepadatan lalat termasuk kategori tingkat kepadatan rendah dan tidak perlun dilakukan tindakan. Untuk pengendalian tikus diperoleh tikus Suncus Murinus ( cecurut ). Untuk survey larva nyamuk diperoleh 1 pupa. Saran 1. Untuk penjamah makanan di CV.GoodFood sebaiknya menggunakan APD. 2. Perlunya dilakukan pengurasan bak agar jentik tidak dapat berkembang biak. 3. Sebaiknya CV.GoodFood melakukan pengendalian tikus dengan cara memasang perangkap dan menutup saluran pembuangan air limbah. 4. Sebaiknya penjamah makanan tidak menggunakan make up pada saat bekerja.



PEMERIKSAAN AIR PARAMETER KIMIA Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada Tanggal : 7 November 2017 Pukul



: 08.30 wib – 09.30 wib



Lokasi



: Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi



Data Sampel Air Sumber



: Sumur bor pH 7,5 suhu 28,30C



Pukul



: 08.43 wib



Lokasi



: Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi



Pengambil sampel



A. Pengujian klorin Cl2



: Wiki Pratama



Alat dan bahan : 1. Alat yang digunakan • Water Test Kit 2. Bahan yang diperlukan: • Sampel air10 ml • DPD Free Chlorine Reagen 1 tablet



Metode



:



1. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Menyiapkan 1 tabung sampel air sebagai blanko 3. Mengambil alat Water Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml ke dalam comparator test 4. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel 5. Memasukkan 1 tablet DPD Free Chlorine Reagen ke dalam Tabung Sampel diamkan selama 2 menit 6. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel 7. Melihat angka yang tertera pada Comparator 8. Mencatat angkanya sebagai nilai sisa chlor



Hasil



:



Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel tidak ada perubahan warna yang signifikan diperoleh hasil besarnya nilai sisa chlor dalam sampel airadalah 0,1 mg/liter



B. Pengujian Mn (mangan) Alat dan bahan : 1. Alat yang digunakan • Comparator Test Kit 2. Bahan yang diperlukan: • Sampel airMn 10 ml • Free Manganese Reagent 1 tablet



Metode



:



1. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Menyiapkan 1 tabung sampel air sebagai blanko 3. Mengambil alat Water Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml ke dalam comparator test 4. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel 5. Memasukkan 1 tablet Manganese Reagent ke dalam Tabung Sampel diamkan selama 20 menit 6. Membandingkan warna yang sama antara Comparator Control dan tabung Sampel 7. Melihat angka yang tertera pada Comparator 8. Mencatat angkanya sebagai nilai mangan



Hasil



:



Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel terjadi perubahan warna, warna sampel menjadi biru diperoleh hasil besarnya nilai mangan dalam sampel airadalah 10 mg/liter C. Pemeriksaan Kualitas Air Secara Kimia Fe ( Besi ) Alat a. countour comperator kit-fe b. ATK (alat, tulis, kerja) c. Comparator d. Cool box e. Kertas label f. Formulir g. Jerigen dan label



Bahan a. Reagen iron 1



b. Reagen iron 2 c. Air sampel



Prosedur Kerja a. Siapkan alat dan bahan b. Bilas botol sampel dengan menggunakan air sampel c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml, 1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel. d. Tambahkan satu tablet Iron MR nomor 1 kedalam wadah sampel hancurkan dan goncang e. Tambahkan satu tablet Iron MR nomor 2 kedalam wadah sampel hancurkan dan goncang f. Dan diamkan selama 10 menit g. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat h. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut i. Catat hasil



Hasil Didapatkan hasil sampel berwarna kuning atau orange dengan kadar Fe 0,5 pada air sampel.



D. Pemeriksaan Kualitas Air Secara Kimia Sulphide Alat a. Countour comperator kit b. ATK (alat, tulis, kerja) c. Comparator d. Cool box e. Kertas label f. Formulir



g. Jerigen dan label 1. Bahan a. Sulphide 1 b. Sulphide 2 c. Air sampel



Prosedur kerja a. Siapkan alat dan bahan b. Bilas botol smapel dengan menggunakan air sampel c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml, 1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel. d. Tambahkan 1 tablet sulfhide nomor 1 dan 1 tablet sulphide nomor 2 hancurkan lalu goncang e. Diamkan selama 10 menit untuk mengetahui warna yang dihasilkan f. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat g. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut h. Catat hasil



Hasil Didapatkan hasil sampel berwarna Unggu dengan kadar Sulphide 0,05 pada air sampel.



E. Pemeriksaan Kualitas Air Secara Kimia Fluoride Alat a. countour comperator kit b. ATK (alat, tulis, kerja) c. Comparator d. Cool box e. Kertas label



f. Formulir g. Jerigen dan label



Bahan a. Fluoride 1 b. Fluotide 2 c. Air sampel



Prosedur kerja a. Siapkan alat dan bahan b. Bilas botol smapel dengan menggunakan air sampel c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml, 1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel. d. Tambahkan 1 tablet Flouride nomor 1 kedalam wadah hancurkan dan goncang e. Tambahkan 1 tablet Flouride nomor 2 kedalam wadah hancurkan dan goncang f. Diamkan selama 5 menit untuk mengetahui warna yang dihasilkan g. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat h. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut i. Catat hasil



Hasil Didapatkan Hasil sampel berwarna merah dengan kadar flouride 1,5 pada air sampel. F. Pengujian Nitrit Alat dan bahan : 1. Alat yang digunakan



• Water Test Kit 2. Bahan yang diperlukan: • Sampel air10 ml • Reagents tablet Metode



:



1. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel 3. Memasukkan 1 tablet reagen ke dalam Tabung Sampel diamkan selama 10 menit 4. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel 5. Melihat angka yang tertera pada Comparator 6. Mencatat angkanya sebagai nilai Nitrit



Hasil



:



Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, tidak ada perubahan warna yang cukup signifikan diperoleh hasil besarnya nilai Nitrit dalam sampel airadalah 0,02 mg/liter G. Pengujian Nitrat Alat dan bahan : 1. Alat yang digunakan • Water Test Kit 2. Bahan yang diperlukan: • Sampel air10 ml • Reagents tablet Metode



:



1. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Mengisi botol reaksil dengan sampel airsebanyak 1 ml 3. Menambahkan 19 ml aquades kedalam botol sampel. 4. Menambahkan 1 sendok ukuran 0,1 g kedalam botol reaksi 5. Menambahkan 1 Nitratest tablet hancurkan hingga homogen. Tunggu hingga mengendap selama 2 menit.



6. Memasukkan sampel kedalam botol sampel menambahkan nitrikal tunggu 10 menit. 7. Memasukkan tabung sampel ke dalam Komparator Nitrat. 8. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel 9. Melihat angka yang tertera pada Comparator 10.



Mencatat angkanya sebagai nilai Nitrat



Hasil



:



Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, terjadi perubahan warna yaitu abu-abu muda diperoleh hasil besarnya nilai Nitrit dalam sampel airadalah 1,0 mg/liter ANALIS DATA Dari pemeriksaan air diperoleh data:



Hasil



Satuan



Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan



Cl



0,1



mg/L



250



Mn



10



mg/L



0,1



Sulfida



0,05



mg/L



0,05



Fe



0,5



mg/L



0,3



Fluorida



1,5



mg/L



1,5



Nitrit



0,02



mg/L



1,0



Nitrat



1,0



mg/L



10



Pemeriksaan



Keterangan Dibawah NAB Melebihi NAB Sesuai NAB Melebihi NAB Sesuai NAB Dibawah NAB Dibawah NAB



Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan pada tabel sudah di seuaikan menurut Permenkes No. 492 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air KESIMPULAN



Berdasarkan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Dari pemeriksaan air parameter kimia maka disimpulkan bahwa kandungan sulfida dan fluorida sesuai dengan kadar maksimun yang diperbolehkan.



SANITASI KAPAL Gambaran Umum Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Talang Duku terletak di Desa Talang Duku, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambiyang mempunyai luas wilayah 271 Hektar atau 2,71 Km2.. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Muara Sabak terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada 0°53’ 1°41’ LS dan 103°23 - 104°31 BT.Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai luas wilayah 5.445 Km², Pelabuhan Muara Sabak terletak pada posisi 010 07,51” LS - 1030 51,01” BT terletak +10 mil dari Muara Sungai Batang hari. Kegiatan Magang Pemeriksaan sanitasi kapal 1) Tabulasi data Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal TB. ABDILLAH No 1



2



3



Jenis Pemeriksaan



Ada



Faktor risiko Kelengkapan dokumen a) sertifikat P3K Kapal b) Buku Kesehatan c) Daftar Vaksinasi d) Catatan Perjalanan e) Data Umum Kapal Fasilitas Medik a) Ruang Pemeriksaan b) Tenaga Kesehatan c) Obat-obatan



Tidak Ada V



V V V V V V V V



Ket



4



5



Dilakukkan tindakan penyehatan Jenis tindakan penyehatan yang dilakukan a) Hapus tikus b) Hapus serangga c) Hapus Kuman d) Hapus Kontaminasi Bahan Berbahaya



V



V V V V



Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal MV. SRIWIJAYA 8 No



Jenis Pemeriksaan



1



Faktor risiko



2



Kelengkapan dokumen



3



Ada



a) sertifikat P3K Kapal



V



b) Buku Kesehatan



V



c) Daftar Vaksinasi



V



d) Catatan Perjalanan



V



e) Data Umum Kapal



V



Fasilitas Medik V



b) Tenaga Kesehatan



V



c) Obat-obatan



V



Dilakukkan tindakan penyehatan



5



Ada V



a) Ruang Pemeriksaan



4



Tidak



V



Jenis tindakan penyehatan yang dilakukan a) Hapus tikus



V



b) Hapus serangga



V



c) Hapus Kuman



V V



Ket



d) Hapus Kontaminasi Bahan Berbahaya



2) Analisa data Pada Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Talang Duku yang dilaksanakan pada tanggal 1-2 November 2017 , pukul 10.21 WIB. Dari tabel berikut dapat disimpulkan bahwa Sanitasi Kapal TB.ABDILLAH dan Kapal MV. SRIWIJAYA 8 memenuhi syarat.



Pelaksanaan kegiatan Pelaksaan praktek magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi Wilayah Kerja Talang duku dilakukan selama 2 hari tepatnya padai tanggal 01 November 2017. Berikut waktu pelaksanaan praktek : Inspeksi Sanitasi Sanitasi Kapal TB.ABDILLAH : Hari/tanggal : Rabu, 1 November 2017 Jam : 10.21 WIB s/d selesai Inspeksi Sanitasi Kapal MV. SRIWIJAYA 8: Hari/tanggal : Kamis, 2 November 2017 Jam : 14.56 WIB s/d selesai



Survey Tingkat Kepadatan Jentik Dan Nyamuk I. PERSIAPAN A. Sumber Daya Manusia Syarat:  Fungsional Sabitarian, Entomolog.



Penunjang:  Kader yang sudah dilatih.  Pengemudi/supir yang memiliki SIM A



B. Sarana Dan Prasarana 1. Sarana dan Prasarana Pengamatan Peralatan :  Mobil khusus vektor







Loupe



kontrol







Alat tulis



 Senter







Glass objek



 Pipet Panjang dengan







Cover glass







Mikroskop Binokuler



 Pipet sedang







Mikroskop Stereo



 Pipet kecil







Kertas label



 Cawan petri







Kaleng/gelas plastik



karet penghisap



 Botol kosong kecil



untuk



Bahan :  Alkohol







Formulir



 Xylol







Surat tugas



2. Sarana dan Prasarana Pemberantasan Peralatan :  Mobil khusus vektor







Gelas ukur







Corong



 Thernnal Fogging







Ember



 ULV







Kacamata safety



 Masker







Pengaduk



 Helmet







Tool Kit



 Sepatu safety







Alat pemadam api ringan



kontrol



 Senter



(APAR)



 Pakaian kerja







Timbangan



 Sarung tangan







Sendok



 Jerigen Bahan :



 Insektisida







Bahan bakar



 Larvisida







Surat tugas



 Pelarut



II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN A. Pemetaan  Pemetaan daerah perimeter dan daerah buffer yang merupakan tempat perindukan potensial Nyamuk Aedes aegypti.  Membagi



daerah



pengawasan



untuk



memudahkan



pengawasan/pemberantasan secara intensif. B. Pengamatan 1. Survey Aedes aegypti Stadium Larva  Petugas yang akan melakukan pemerisaan kedalam bangunan milik instansi Pemerintah/Swasta harus izin terlebih dahulu kepada petugas di instansi tersebut.  Periksa container yang ada pada semua bangunan di lingkungan Pelabuhan/Bandara.  Apabila ada kontainere positif jentik dengan investasi campuran pilihlah seekor yang diperkirakan jentik Nyamuk Aedes (bergerak lamban tetapi apabila disinari akan bergerak lincah seperti huruf “S”, berwarna putih keabu-abuan dengan ukuran 0,5-1 cm, bergerak menjauhi sinar/cahaya dan apabila istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air).  Jentik yang diperkirakan Aedes diambil dengan pipet panjang dan dimasukan kedalam botol kecil serta diberi label (nama bangunan dan tanggal pengambilan).  Tulislah semua nama bangunan, container (baik positif maupun negative larva) yang diperiksa kedalam fomulir.



a. Identifikasi Jentik/Larva  Siapkan mikroskop binokuler  Letakkan larva yang akan diperiksa pada cawan petri  Ambil larva dengan pinset kecil 68



 Letakkan larva pada objek glass  Teteskan xylol pada larva  Tutup dengan cover glass  Periksa dengan lensa pembesaran 10 X  Untuk identifikasi lihat kunci identifikasi Nyamuk Aedes aegypti  Lakukan identifikasi larva dilaboratorium sesuai dengan ciri – cirinya b. Penghitungan Indeks (House Index/HI, Countainer Index/CI, Breteau Index/BI)  Hitunglah House Index, Container Index dan Breteau Index selanjutnya tulis kedalam laporan. - House Index : Persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa. Rumah positif jentik



HI = Jumlah rumah diperiksa X 100% - Container Index : persentase antara kontainer dimana ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa. 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘



CI =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 X 100% - Breteau Index : jumlah kontainer yang positif per seratus rumah. BI =



𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎



X 100%



 Apabila Indeks Larva Aedes > 0% untuk daerah Perimeter dan > 1% untuk daerah Buffer, maka direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.  Survey Aedes stadium telur dilakukan jika infestasi A. Aegypti di daerah pengawasan rendah sekali atau sukar ditemukan larva ( BI < 5 ) dengan dilakukan pemasangan ovitrap ( perangkap telur ).



69



 Pengamatan Aedes aegypti stadium larva dilakukan pagi hari secara teratur setiap bulan sekali pada setiap wilayah pengamatan. c. Analisis Hasil Indikator kepadatan (Density Figure) populasi Aedes sp merujuk pada WHO tahun 1972 No



Tingkat



House



Countainer



Breteau



Kepadatan



Index



Index



Index



%



%



%



1



Rendah



1–3



1–2



1–4



2



Sedang



4–7



3–5



5–9



3



Sedang



8 – 17



6–9



10 – 19



4



Sedang



18 – 28



10 – 14



20 – 34



5



Sedang



29 - 37



15 - 20



35 – 49



6



Tinggi



38 – 49



21 – 27



50 – 74



7



Tinggi



50 – 59



28 – 31



75 – 99



8



Tinggi



60 – 76



32 – 40



100 199



9



Tinggi



77 +



B. Pengamatan Kehidupan Tikus Dan Pinjal I. PERSIAPAN A. Sumber Daya Manusia Syarat:  Fungsional sanitarian, Entomologi Penunjang :



70



41 +



200 +







 Kader yang sudah dilatih  Pengemudi/supir yang memiliki SIM A B. Sarana Dan Prasarana Peralatan : 



Kendaraan roda 4











Kendaraan roda 2







Perangkap







Penggaris







Kantong







Kapas







Baskom







Kunci identifikasi







Sisir







Baju







Timbangan







Sarung tangan







Mikroskop







Masker







Object glass







Kaca slide







Petridish







Cover glass







Penyedot pinjal







Tanda-tanda pemasangan







Tabung gelas



Botol- botol vial untuk parasit lain



racun 



Formulir dan ATK



Bahan :



II.







Chloroform







Umpan







Racun tikus







Alkohol







Lysol/sabun



LANGKAH –LANGKAH PELAKSANAAN 2.1. Di Pelabuhan/Bandara A. Pemetaan  Pemetaan daerah yang menjadi lokasi pengawasan / pemberantasan.



71



 Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan pengawasan/pemberantasan secara intensif (bagi KKP dengan daerah yang luas).  Bagi KKP dengan daerah tidak terlalu luas,tidakperlu membuat pembagian daerah pengawasan.  Peta yang dibuat memuat situasi gudang, gedung dan bangunan lain yang ada di pelabuhan/bandara, tempat sampah, tempat pengelolahan makanan, saluran air, tempatpenumpukan barang dan lokasi penumpukan barang di area terbuka. B. Pengamatan Tikus Dan Pinjal 1. PengamatanTikus Dan Pinjal  Siapkan perangkapyang telah diberi umpan : kelapa bakar, ikan asin, buah (usahakan diganti setiap pemasangan selama 5 hari berturut-turut).  Pemsangan perangkap pada sore hari, terutama di gudang – gudang yang dilakukansetiap 40 hari selama 5 hari berturut turut yang dapat mencakup seluruh area pelabuhan. Untuk pelabuhan besar dapat dibagimenjadi 2-4 bagian sesuai dengan keadaan masing masing bagian, yang dikerjakan dalam 5 hari berturut turut dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan. - jumlah perangkap yang di pasang antara 100-300 buah/hari (sesuai dengan kebutuhan). Pada setiap kegiatan jumlah perangkap yang di pasang minimal 100 buah dan maksimal 300 buah perangkap tergantung luas area. - Tiap jarak 10 m dipasang 1 perangkap - Pasangkan umpan pada seluruh perangkap yang akan di pasang.  Perangkap diambil keesokan harinya sebelum aktivitas mulai ramai (pagi hari)  Catat jumlah perangkap yang hilang.



72



 Pisahkan perangkap yang berisi tikus dan dimasukkan ke dalam karung kain dan diberi label. - Lakukan identifikasi tikus dan pinjal. - Perangkap yang berisi tikus dan telah kosong harus di cuci dan dikeringkan sebelum digunakan kembali - Seluruh umpan harus diganti kembali  Menghitung kepadatan tikus = tikus tertangkap/jumlah perangkap yang terpasang 2. Identifikasi tikus dan pinjal  Tikus yang sudah diberi tanda/label lalu dibunuh (secara mekanik atau menggunakan kapas yang telah diberi choloform dan dimasukkan dalam karung, kemudian di tunggu beberapa menit sampai tikus tidak bergerak lagi.  Lakukan penyisiran pada tikus menggunakan sisir khusu untuk kutu



agar



mudah



mendapatkan



ectoparasite



(pinjal,fleks,chingger).  Melakukan identifikasi tikus untuk megetahui spesiesnya (panjang tikus keseluruhan,panjang ekor,panjang kaki,panjang telinga,menghitung jumlah mamae,mengukur besar testis dan menimbang berat tikus) dan kewaspadaan terhadap adanya kasus import.  Menghitung jumlah pinjal dan tentukan indeks pinjal (bila indeks pinjal lebih dari 1,lakukan pemberantasan).  Menentukan spesies pinjal guna pemeriksaan jenis pinjal untuk mengetahui apakah ada pinjal import dari negara lain yang terbawa oleh kapal.



Indeks pinjal (flea indeks) Indek pinjal = jumlah pinjal yang ditemukan/jumlah tikus yang tertangkap.



3. Kunci Identifikasi Tikus 1. Mencit rumah Mus musculus Linnaeus 73







Panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175 mm, ekor 81–108 mm, kaki belakang 12–18 mm, telinga 8–12 mm.







Rumus mamae 3 + 2 = 10. Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu. Terdapat di dalam rumah ; dalam almari, dan tempat penyimpanan lainnya



2. Tikus riol Rattus norvegicus (Berkenhout) Panjang ujung kepala sampai ekor 300–400 mm, ekor 170-230 mm, kaki belakang 42–47 mm, telinga 18–22 mm. Rumus mamae 3+3 = 12. Warna rambut badan atas coklat kelabu, rambut bagian



perut kelabu. Banyak dijumpai di



saluran air/riol/got di daerah pemukiman kota dan pasar.



3. Tikus rumah Rattus rattus diardii (Jentik) Panjang total ujung kepala sampai ujung ekor 220–370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20–39 mm, telinga 13– 23 mm. Rumus mamae 2 + 3 = 10. Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Tikus jenis ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur) dan gudang. Kadang-kadang ditemukan pula di kebun sekitar rumah.



4. Tikus ladang Rattus exulans (Peale) Panjang ujung kepala sampai ekor 139–365 mm, ekor 108–147 mm, kaki belakang 24–35 mm, telinga 11–28 mm. Rumus mamae 2+2 = 8. Warna rambut badan atas coklat kelabu, rambut bagian perut putih kelabu. Terdapat di semaksemak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan, kadang-kadang masuk ke rumah.



5. Tikus wirok Bandicota indica (Bechstein) Panjang ujung kepala sampai ekor 400 – 580 mm, ekor 160 – 315 mm, kaki belakang 47 – 53 mm, telinga 29 – 32



74



mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12. Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat hitam.Rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk. Banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang, dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.



6. Tikus sawah Rattus argentiventer (Robinson & Kloss) Panjang ujung kepala sampai ekor 270–370 mm, ekor, 130 - 192 mm, kaki belakang 32 – 39 mm, telinga 18–21 mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12. Warna rambut badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau coklat pucat. Terdapat di sawah dan padang alang-alang



C. Inspeksi sanitasi masjid/mushola a. Pengertian Masjid/Mushola



b. Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah Komponen inspeksi sanitasi meliputi : 1. Letak 2. Kontruksi 3. Persyaratan Bagian dalam Tempat ibadah, rumah ibadah, tempat peribadahan adalah sebuah tempat yang di gunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama mereka masing-masing. Menjamin keadaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan seperti : 1. Penyediaan Air Bersih a.



Kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih



b.



Kualitas dan penempatan jamban/kakus



c.



Kualitas dan penempatan sarana pembungan air limbah



75



2. Pembuangan kotoran a.



Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air.



b.



Tidak berbau



c.



Cukup luas dan lantai miring kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya



d.



Mudah di bersihkan dan aman penggunaannya



e.



Di lengkapi dinding dan atap pelindung, dan dinding kedap air



f.



Cukup penerangannya



g.



Lantai kedap air



h.



Ventilasi yang cukup



i.



Tersedia air dan alat pembersih



3. Pengelolaan limbah cair Kualitas dan penempatan sarana pembungan air limbah harus memenuhi syarat. Sarana pembuangan limbah cair harus kedap air dan tertutup. Dalam hal ini pengelola atau pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan harus di berikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar. Pengawasan mutu lingkungan tempat umum. Termasuk pengendalian pencemaran lingkungan . dengan serta dari pengurus tempat-tempat ibdah diharapkan: a. Berubahnya atau terkendalinya atau hilang semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh buruk terhadap ksehatan. b. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah c. Terlaksanya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan d. Telaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempatempat umum. 4. Pengelolaan Sampah



76



Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung



jawab,



berkelanjutan,



manfaat,



keadilan,



kesadaran,



kebersamaan keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kuliatas lingkungan



serta



menjadikan



sampah



sebagai



sumber



daya.



Penyelenggaraan pengelolaan sampah antara lain berupa pepenyediaan tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat penampungan sementara, tempat pengelolaan sampah terpadu, dan tempat pemrosesan akhir. 5. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu Peraturan pemerintah No. 374 tahun 2010 menyatakan bahwa



vektor



merupakan



arthropada



yang



dapat



menularkan,



memindahkan atau jadi sumber penularan penyakit pada manusia. Jadi di tempat ibadah juga harus tidak ada tempat bersarangnya vektor seperti nyamuk, tikus kecoa dan lain sebagainya. 6. Kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik Untuk mendirikan sebuah banguan tempat ibadah ada aturan dan mekanisnya, yaitu harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis bangunan gedung dan harus ada perhatian khusus dari pemerintah pusat mengenai persyaratan bangunan. Lantai, atap dan dinding harus bersih dan kuat. Jarak langit-langit 2,5 m dari lantai.



D. Mengukur Kepadatan Lalat I. PERSIAPAN a. sumber daya manusia  Fungsional sanitarian,entomolog. b. Sarana dan prasarana pengamatan Peralatan 



Fly grill







Anemometer







Counter







Kendaraan







Hygrometer







Thermometer



77



Bahan 



Formulir







Surat tugas



c. Sarana dan prasarana pemberantasan Peralatan 



Mobil







Mist blower







Ember







Pengaduk







Pakaian kerja







Alat pelindung diri (masker,helmet,kacamata dan sarung tangan)







Lem lalat



Bahan  Insektisida  Pelarut



II.



LANGKAH_LANGKAH PELAKSANAAN a. pengamatan pelaksanaan survei kepadatan lalat di pelabuhan  Buat pemetaan daerah potensial lalat  Siapkan kelengkapan fly grill dan peralatan lainnya  Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan  Lakukan pengukuran suhu,kelembaban udara dan kecepatan angin  Catat hasil pengukuran pada formulir yang tersedia  Letakkan fly grill di tempat yang potensial lalat seperti : TPS kontainer sampah,tempat penjualan makanan  Biarkan flygrill di hinggapi lalat selama 30 detik  Hitung lalat yang hinggap pada flygrill pada fly grill denan menggunakan counter  Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali di setiap lokasi.  Catata dlam formulir pemeriksaan  Lima nilai tertinggi di hitung rata-ratanya  Cocokkan dengan indeks dan interpretasikan sbb



no



Rata-rata



indeks



78



1



0-2



rendah



2



3-5



sedang



3



6-20



tinggi



4



20 keatas



Sangat tinggi



Setelah



dilakukan



survei



kepadatan



dilakukan



analisis



hasil



serta



rekomendasi,apabila kepadatan tinggi atau sangat tinggi maka dilakukan tindakan pengendalian.



Interpretasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok Grill) sebagai berikut : a) 0 – 2



: Rendah atau tidak menjadi masalah



b) 3 – 5



: Sedang dan perlu dilakukan pengamanan



terhadap tempat – tempat berkembangbiakan



dan lain – lain )



sampah , kotoran hewan c) 6 – 20



lalat ( tumpukan



: Tinggi / padat dan perlu pengamanan



terhadap tempat – tempat berkembangbiakan bila mungkin direncanakan upaya d) >21



lalat dan



pengandaliannya.



: Sangat tinggi / sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat –



perkembangbiakan lalat dan tindakan



tempat pengendalian



lalat.



HASIL 1) Survey Tingkat Kepadatan Jentik /Larva Nyamuk Aedes Aegypti 



Lokasi Survey



= Pelabuhan Muara Sabak







Hari / Tanggal



= Selasa, 31 Oktober 2017







Hasil Survei



Tabel 3.2 Hasil Survei Tingkat Kepadatan Jentik /Larva Nyamuk Aedes Aegypti di pemukiman Wilker Muara Sabak 79



No







Hasil Survei



Jumlah



1.



Rumah yang diperiksa



71



2.



Container



149



3.



Rumah ada jentik



8



4.



Container ada jentik



11



House Indeks (HI) HI =



Rumah positif jentik Jumlah rumah diperiksa



X 100%



8 =



= 11,3 % 71







Container Index (CI): CI =



𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎



X 100%



= 11/ 149 x 100% = 7,4 %



Jadi, tingkat kepadatan jentik berdasarkan HI dan CI berada pada tingkat sedang, maka direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.







Hasil Identifikasi larva dan nyamuk 1. Jentik



80



j Jentik yang ditemukan merupakan jentik Aedes Aegypti, dengan ciri-ciri: - Pada saat di beri cahaya jentik aedes aegypti bergerak cepat ke dasar air. - Memiliki sifon - Memiliki comb yang berbaris - Memiliki duri comb trisula (bercabang tiga) - Memiliki pecten - Memiliki bulu tube 2. Nyamuk



Nyamuk yang di tangkap merupakan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri-ciri: - Adanya corak loreng-loreng putih dan hitam pada kaki dan bagian tubuh lainnya - Memiliki tiga garis putih pada toraknya



2) Inspeksi sanitasi Mushola Nurul Falah Nama Tempat Ibadah : Mushola Nurul Falah Alamat



: Muara Sabak



Nama Pengurus



: Dermawan



Tanggal/jam pemeriksaan



: Jumat, 03 November 2017 81



Tabel 3.3 Hasil Inspeksi sanitasi bangunan Mushola Nurul Falah, di wilker Muara Sabak



NO



VARIABEL UPAYA



SKORE



I.



PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN UMUM



1



Lokasi



36



2



Lingkungan/ halaman



36



BAGIAN DALAM 1



Lantai



60



2



Dinding



50



3



Atap



54



4



Langit-langit



45



5



Pagar



40



6



Pencahayaan



80



7



Ventilasi



80



8



Tersedia perlengkapan ibadah



80



II.



FASILITAS SANITASI



1



Air bersih



108



2



Pembuangan air limbah



95



3



Tempat sampah



0



4



Jamban dan urinoir



80



TOTAL BOBOT



844



82



Pengamatan KehidupanKeterangan



:



0 s/d 699



= Tidak memenuhi syarat kesehatan



700 s/d 1000



= Memenuhi syarat kesehatan



Berdasarkan inspeksi sanitasi yang dilakukan tempat ibadah tersebut sudah memenuhi syarat. Pembahasan              



:



Lokasi sesuai dengan rencana tata letak kota. Lingkungan/halaman bersih, rapi dan drainase berfungsi dengan baik serta tidak terdapat genangan air. Lantai bersih, kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin. Dinding bersih, permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air, dan berwarna terang. Atap tidak bocor, tidak memungkinkan genangan air. Tinggi langit-langit dari lantai 2,5 m tetapi ada retakan pada langit-langit Pagar kuat dan terpelihara Pencahayaan cukup terang Ventilasi terdapat perlengkapan untuk mengatur sirkulasi udara dan kondisi udara ruang terasa nyaman. Tersedia perlengkapan ibadah bersih dan tertata rapi serta tersedia cukup untuk orang yang melakukan ibadah. Tersedia air bersih yang cukup, memenuhi syarat fisik serta air wudhu keluar melalui kran-kran khusus. Pembuangan air limbah mengalir dengan lancar,kedap air dan sistem tertutup. Tersedia tempat sampah dengan jumlah yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, kedap air dan tertutup serta tersedia TPS yang memenuhi syarat. Jamban dan urinior bersih dan tidak berbau, lantai kedap air, miring kearah saluran pembuangan serta jamban pria dan wanita terpisah.



3) Pengamatan Tikus Dan Pinjal



Lokasi ; Pelabuhan Muara Sabak



Tabel 3.4 Pengamatan Tikus Dan Pinjal Di KKP Wilker Muara Sabak No



Tanggal



Jumlah perangkap



83



Jenis Umpan



Jumlah Tikus Tertangkap



1



Selasa, 31 Oktober 10 perangkap 2017



Roti



0



2



Rabu, 01 10 perangkap November 2017



Ikan asin



0



3



Kamis, 02 10 perangkap November 2017



Ikan asin



0



Jumlah



0



Pemasangan perangkap tikus dilakukan selama tiga



hari dengan jumlah



perangkap 10 perangkap per hari dengan menggunakan umpan roti dan ikan asin. Setelah dilakukan pemasangan perangkap selama dua hari tidak tertangkap tikus.



I.



Magang di Wilker Talang Duku



1) Pengukuran Kepadatan Lalat Pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pemberantasan lalat berupa pengendalian dengan cara melakukan penghitungan kepadatan lalat. Tindakan pemberantasan sementara belum dapat dilakukan karena belum tersedia bahan desinfektan untuk pemberantasan.



Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di KKP Wilker Talang Duku Periode Waktu



Penguk



Jml



No uran



T1



T2



T3



T4



T5



T6



T7



T8



T9



T10



1.



P1



0



1



0



1



0



0



1



0



0



0



3



2.



P2



1



0



1



1



0



2



0



1



1



0



7



2.



P3



0



1



2



0



0



1



1



0



0



0



4



Tabel 3.6. Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 1 di KKP Wilker Talang Duku



84



P1 Jumlah



T2



T4



T7



T8



T9



Total(X)



1



1



1



0



0



3



Hasil rata – rata kepadatan lalat P1 dari 5 titik tertinggi I = (X)/5 I = 3/5 = 0,6



Tabel 3.7 Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 2 di KKP Wilker Talang Duku P2 Jumlah



T1



T3



T4



T6



T8



1



1



1



2



1



Total(X)



Hasil rata – rata kepadatan lalat P2 dari 5 titik tertinggi I = (X)/5 I = 6/5 = 1,2



Tabel 3.8 Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 3 di KKP Wilker Talang Duku P2 Jumlah



T2



T3



T6



T7



T8



Total(X)



1



2



1



1



0



4



Hasil rata – rata kepadatan lalat P2 dari 5 titik tertinggi I = (X)/5 I = 4/5 = 0,8



85



Hasil Rata-Rata Total I Total = 0,6 + 1,2 + 0,8 = 2,6 3



= 0,86



3



Jadi dari hasil pengukuran kepadatan lalat di area pemukiman wilker talang duku “rendah” atau tidak menjadi masalah. Pengukuran di lakuakan di daerah sekitar TPS di wilker KKP Talang Duku. Pengukuran dilakukan di tiga titik, dimana P1 dilakukan di dekat pembuangan sampah di KKP wilker Talang Duku, P2 dilakukan di depan KKP wilker Talang Duku, dan P3 dilakukan di samping KKP wilker Talang Duku.



86



BAB IV PENUTUP



KESIMPULAN Dalam kegitan Magang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2017 ini, kami masih banyak mendapatkan kendala baik dalam pelaksanaan praktikum maupun kendala dalam penulisan laporan. Hal-hal yang telah dipelajari dalam kegiatan perkuliahan di kampus dapat disesuaikan dengan kegiatan pada saat magang. Kami mendapatkan tambahan ilmu pada saat turun dilapangan



Berdasarkan uraian dari pembahasan dan analisa pada bab-bab sebelumnya maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2. Survey tingkat kepadatan jentik /larva nyamuk aedes aegypti dilakukan untuk mengetahui tingkat kepadatan nyamuk di suatu wilker pelabuhan agar dapat direkomendasikan dilakukan pengendalian atau tidak. 3. Sanitasi tempat-tempat umum di wilker KKP dilakukan untuk mengawasi TTU di wilker dan menginformasikan hasil pengamatan serta upaya tindak lanjut kepada pengelola dan tembusan kepada Adpel/Kepala Bandara serta instansi terkait. 4. Pemeriksaan tikus diatas kapal dilakukan pada saat melakukan perpanjangan SSCC/SSCEC atau pemeriksaan dilakukan pada saat kedatangan kapal dari daerah terjangkit/ luar negeri. Apabila ditemukan tanda-tanda kehidupan tikus atau adanya tikus maka direkomendasikan untuk dilakukan tindakan tindakan Derattisasi yang pelaksanaannya oleh Badan Usaha Swasta (BUS) dengan pengawasan dari petugas KKP. 5. Pengamatan/pemeriksaan keberadaan lalat di kapal dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan kapal dalam rangka penerbitan SSCC. Apabila ditemukan kehidupan lalat di atas kapal/pesawat direkomendasikan untuk dilakukan tindakan Disenseksi. Sementara apabila kepadatan lalat tinggi/sangat tinggi di pelabuhan maka dilakukan tindakan pengendalian.



87



6. Pemeriksaan kualitas air bersih di atas kapal dilakukan pada saat pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC dan atau pada saat pemeriksaan sanitasi kapal saat kepadatan kapal dari luar negeri/daerah terjangkit. Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan menginformasikan hasil pengawasan



kepada



pengelola



dan



tembusan



Administrator



Pelabuhan/Administrator Bandara serta Pemerintah Daerah/Ka. Dinkes setempat. 7. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memantau kebisingan di kawasan Perimeter, Buffer digunakan sebagai kontrol/pembanding (diluar wilayah perimeter dan Buffer), umumnya di lingkungan pemukiman atau perumahan. Hasilnya Desiminasi pada instansi terkait di lingkungan Pelabuhan/bandara. 8. Pemeriksaan sanitasi kapal bertujuan untuk mengetahui keadaan sanitasi kapal dan menetapkan rekomendasi hasil sanitasi berupa penerbitan SSCEC atau tindakan penyehatan umtuk penerbitan SSCC. SARAN 1. Sebaiknya formulir untuk pemeriksaan sanitasi kapal dibuat sesuai jenis kapal. Cotohnya: kapal barang, kapal penumpang, kapal feri maupun tongkang. 2. Perlu menambah dan memperbaiki fasilitas-fasilitas dan sarana prasarana di KKP Jambi khususnya sarana pemeriksaan kualitas lingkungan seperti kualitas udara dan tanah. 3. Perlu diadakan penambahan pegawai untuk mengisi lowongan kerja pada satuan kerja-satuan kerja dan pos-pos kerja dalam wilayah operasional kantor unit penyelenggaran pelabuhan Jambi, agar kegiatan-kegiatan yang berjalan dapat berlangsung dengan baik.



88