Laporan Magang Yusi Indriani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



LAPORAN MAGANG TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SELADA (Lactuca sativa. L) HIDROPOINIK SISTEM NFT DI LAHAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KALIMANTAN TENGAH KOTA PALANGKARAYA (KALTENG)



YUSI INDRIANI CAA 115 020



i



ii



FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2019 TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SELADA (Lactuca sativa. L) HIDROPOINIK SISTEM NFT DI KOTA PALANGKA RAYALAHAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KALIMANTAN TENGAH (KALTENG)



YUSI INDRIANI CAA 115 020 Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian



Menyetujui:



Pembimbing I,



Dr. Ir. Moch. Anwar, M.Si Tanggal: / /



Pembimbing II,



Dr. Hastin Ernawati N. C. C,S.P.,M.P. Tanggal: / /



ii



iii



Mengetahui :



Dekan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya



Ir. CAKRA BIRAWA, MP Zafrullah Damanik, S.P.,M.Si NIP. 19640212 199002 1 002



Ketua Jurusan Budidaya Pertanian,



FENGKY F. ADJI. SP. MP. Ph.Dr. NIP. 197971043107 20053012 1 001 RIGKASAN



YUSI INDRIANI, CAA 115 020. Teknik BuDdidaya Tanaman Selada (Lactuca Sativasativa. L) Hidropinik Sistem NFT Di Kota Palangka RayaLahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah (KALTENG). Di Bawah bimbingan Dr. Ir. Moch. Anwar, M.Si dan Dr. Hastin Ernawati N.C.C,S.P.,M.P. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang mempunyai peran penting bagi subsektor pertanian, khususnya hortikultura. Produksiengembangan tanaman selada di Kalimantan tTengah memiliki terhambat beberapa faktor, diantaranya an berupa berkurangnya lahan produktif untuk menanam selada yang tidak banyak, sedangkan permintaan terhadap selada cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, produksi tanaman selada di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013 sebesar 283.770 ton, 280.969 ton, 294.934 ton dan 300.961 1997-2001, volume ekspor-impor selada menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan selada dalam negeri masih didominasi kegiatan impor yang mencapai 1338.3 ton, dengan nilai ekspor hanya sebesar 271.3 ton. Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan terhadap selada juga dilakukan berupa penanaman secara hidroponik.



iii



iv



Kegiatan magang ini dilaksanakan pada 26 Oktober – 7 Desember 2018. Bertempat di. Jln G.OBOS km.05, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan



di kebun lahan BPTP Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan magang yang dilakukan menyesuaikan dengan program kerja yang diadakan di BPTP kalimantan Kalimantan tengahTengah. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu budidaya tanaman sayur secara hidroponik . Teknik budidaya tanaman selada hidroponik yang diterapkan di Palangka Raya, khususnya di BPTP Kalimantan Tengah yaitu Nutrient Film Technique atau sistem hidroponik tersirkulasi. Budidaya tanaman selada dimulai dari penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan, penyemaian benih selada, pindah tanam dari tempat penyemaian ke instalasi Hidroponik, perawatan, dan panen. Sistem hidroponik tersirkulasi memiliki kelebihan dibanding sistem lain, diantaranya : bisa memperoleh untung lebih besar karena dalam satu waktu bisa panen berkali-kali, perawatan dan pemantauan aliran maupun kondisi nutrisi lebih mudah, dan mendapatkan aliran yang stabil dalam satu jalur nutrisi. Hasil kegiatan..................................



.



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Teknik iv



v



Budidaya Tanaman Selada (Lactica sativa L.) Hidroponik sistem NFT Di Kota Palangka Raya”. Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menyelesaikan mata kuliah magang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ayahanda tercinta Sarjini dan Ibu yang sangat saya sayangi Ermawida, beserta saudara yang selalu memberi dukungan berupa doa dan materi demi kelancaran kegiatan magang



2.



Dr. Ir. Moch. Anwar, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan arahan dan saran selama kuliah dan penulisan laporan magang sehingga dapat diselesaikan dengan baik



3.



Dr. Hastin Ernawati N. C. C,S.P.,M.P. selaku Dosen Pembimbing II saya yang selalu memberikan arahan dan saran selama kuliah dan penulisan laporan magang sehingga dapat diselesaikan dengan baik



4.



Ir. Cakra Birawa, M. P selaku Dekan Fakultas Pertanian



5.



Dr. Zafrullah Damanik, S.P.,M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian



6.



Wahyu Widyawati, S.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi



7.



Sahabat-sahabat seperjuangan yang saya sayangi, Nadia Oktaviani, Sensie, Nur Hamidah, Siti Aisyah, dan Hendra Pratama



8.



Teman-teman kelompok magang saya, Ayub Sehat D. Sirait Adrian Jakunda, Daniel Aritonang, Syaiful Rohmad, Bakhtiar Hadi Negara, Rasio, Saripudin, Mikhael Gultom dan Prasetya.



9.



Seluruh teman-teman angkatan 2015 yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan magang dengan baik



10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan magang hingga dapat terselesaikan dengan baik Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih belum sempurna. Namun demikian, penulis berharap kritik dan saran yang membangun sehingga laporan ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, khususnya bagi mahasiswa



v



vi



Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.



Palangka Raya, JanuariMaret 2019 Penulis,



DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii vi



vii



RINGKASAN.....................................................................................................



iii



KATA PENGANTAR........................................................................................



iv



DAFTAR ISI.......................................................................................................



vi



DAFTAR GAMBAR..........................................................................................



vii



DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................



viii



LEMBAR PENGESAHAN................................................................................



ii



RINGKASAN.....................................................................................................



iii



DAFTAR ISI ......................................................................................................



iv



DAFTAR GAMBAR..........................................................................................



v



BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1.2. Tujuan.................................................................................................



1 1 3



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2.1. Klasifikasi Tanaman Selada (Lactuca sativa L).................................. 2.2 Morfologi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.................................... 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L) ......................... 2.4. Definisi dan Sejarah Hidroponik.......................................................... 2.5. Hidroponik Sistem Nutrient Film Technique (NFT)............................ 2.6. Teknik Budidaya Tanaman Selada Hidroponik....................................



4 4 4 5 6 7 8



BAB III. 109 3.1. 910 3.2. 9 3.3.



METODE MAGANG......................................................................... Waktu dan Tempat.............................................................................. Bahan dan Alat...................................................................................



10



Metode Pelaksanaan Magang.............................................................



10



3.4. Metode Pelaksanaan...........................................................................



10



BAB IV.KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG.......................................... 4.1. Tinjauan Umum BPTP Kalimantan Tengah......................................... 4.2. Struktur Organisasi...............................................................................



12 12



9



132 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 5.1. Teknik Budidaya Tanaman Selada Secara Hidroponik Sistem NFT 14 5.2. Teknik Budidaya Tanaman Selada Secara Hidroponik vii



14



viii



Sistem NFT di BPTP KALTENG........................................................ 145 5.2. Kelebihan dan Kekurangan Sistem NFT.............................................. BAB VI PENUTUP............................................................................................ 1920 6.1. Kesimpulan......................................................................................... 19 6.1. Saran................................................................................................... 1920



17



20



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 210 LAMPIRAN ...................................................................................................... 221



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Gambar 1 :Jjenis- jenis selada.......................................................... 5 Gambar 2. Struktur Organisasi BPTP Provinsi KalTeng.................................... Gambar 3. Proses Penyiapan Alat Dan Bahan.................................................... 146 Gambar 4. Penyemaian....................................................................................... 157 Gambar 5. Proses pindah tanam bibit selada...................................................... 176 Gambar 6. Pengecekan Kepekatan Nutrisi Hidroponik dan Kebersihan pada Instalasi.................................................................................... 178 Gambar 7. Tanaman Selada Siap Panen............................................................. 178



viii



13



ix



DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Foto – Foto Kegiatan Magang................................................................... 21 21.



Absensi Kegiatan Magang.............................................................



ix



22



x



x



1



I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komoditas sayuran merupakan kelompok tanaman hortikultura di sub sektor pertanian yang cukup berperan dalam pemenuhan gizi masyarakat dan memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan masyarakat. Selada dikenal kontribusi gizinya sebagai sumber mineral, pro vitamin A, vitamin C dan serat. Selada memiliki banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki organ dalam, mencegah panas dalam, melancarkan metabolisme, membantu menjaga kesehatan rambut, mencegah kulit menjadi kering, dan dapat mengobati insomnia. Sebagian besar selada dikonsumsi mentah dan merupakan komponen utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi karbohidrat dan protein rendah (Siregar dan Suhandy, 2015). Permintaan terhadap tanaman selada (Lactuca sativa L.) di Indonesia terus meningkat, seiring dengan meningkatnya penduduk dan konsumsi per kapita. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) produksi tanaman selada di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013 sebesar 283.770 ton, 280.969 ton, 294.934 ton dan 300.961 tonBerdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1997-2001, volume ekspor-impor selada menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan selada dalam negeri masih didominasi kegiatan impor yang mencapai 1338.3 ton, dengan nilai ekspor hanya sebesar 271.3 ton. Potensi devisa yang dapat disimpan sangat besar melihat nilai total neraca ekspor-impor yang mencapai US$ 1.519.382, sehingga menjadikan selada termasuk ke dalam salah satu komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia (SiregarBPS,, 20154). Selada tumbuh baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan subur yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur dengan pH tanah 5 - 6,5. Semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, pemukiman dan sektor industri serta menurunnya kesuburan tanah membuat usaha pertanian konvesional terhambat. Hidroponik merupakan metode budidaya tanaman yang menggunakan media tanam selain tanah yang tidak membutuhkan lahan yang besar, hasil produksi tanaman dapat dilipat gandakan dan memanfaatkan lahan yang sempit serta tidak 1



2



terpakai (Nyoman, 2016). Pemanfaatan teknologi hidroponik diharapkan mampu memperbaiki produksi dan kualitas selada dan mampu meningkatkan kandungan kalsium secara efisien karena didukung dengan adanya pemenuhan nutrisi yang sesuai bagi tanaman. disertai dengan penambahan kalsium secara ekternal ke dalam nutrisi hidroponik yang digunakan. Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur. Hidroponik berasal dari kata hydroponick, bahasa Yunani. Kata tersebut merupakan gabungan dari dua kata yaitu hydro yang artinya air dan ponos yang artinya bekerja. Jadi hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air. Biasanya media yang dapat digunakan pada teknik hidroponik ini yaitu arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut dan serbuk sabut kelapa. Prinsip dasar dalam budidaya hidroponik yaitu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang



ideal



bagi



perkembangan



dan



pertumbuhan



sehingga



tidak



terjadi



ketergantungan tanaman terhadap alam. Kebutuhan tanaman terhadap hara dipasok dari luar dengan membuat formulasi nutrisi. Larutan hara hidroponik harus mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S serta hara mikro Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Larutan hara dapat menggunakan pupuk hidroponik yang tersedia atau mencampur berbagai macam pupuk (Susila dan Koerniawati, 2004). Terdapat beberapa teknik dalam menerapkan budidaya sayuran secara hidroponik, diantaranya yaitu teknik hidroponik sistem terapung (Susila dan Koerniawati, 2004), Nutrient Film Technique (NFT), dan aeroponik (Jones, 2005). Penerapan teknik hidroponik ini tergantung dari jenis tanamannya yaitu sayuran buah, sayuran daun, atau sayuran umbi. Sistem hidroponik yang terpopuler di masyarakat yaitu sistem Nutrient Film Technique (NFT) yang merupakan teknologi hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan campuran air dan nutrisi dangkal yang disirkulasikan secara terus-menerus (Siregar dan Suhandy, 2015). Pemanfaatan hidroponik sistem sumbu tersirkulasi memiliki kelebihan secara khusus yaitu kombinasi kedua sistem hidroponik ini yaitu larutan nutrisi dapat tersirkulasi serta volume larutan hara yang dibutuhkan lebih rendah. Kelebihan lain 2



3



dari sistem ini yaitu larutan nutrisi dalam keadaan tersedia, sirkulasi mencegah lumut, bersih dan mudah dikontrol, tanaman tumbuh dengan optimal, umur panen menjadi lebih singkat dan penggunaan nutrisi yang efisien. Namun kekurangan sistem tersebut yaitu biaya investasi cukup mahal (susantoSusanto dan Pribadi,2004). I.2. Tujuan Tujuan kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. I.2.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan magang ini yaitu untuk meningkatkan



pengalaman dan keterampilan kerja praktis mahasiswa sesuai dengan tahapan kegiatan budidaya selada hidroponik yang dilaksanakan di BPTP Kalteng, dan menambah pengalaman, ilmu pengetahuan dan teknologi dari kegiatan di lapangan yang dilakukan secara langsung. I.2.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan magang adalah untuk mempelajari dan mempraktekkan teknik budidaya tanaman selada secara hidroponik dengan sistem



Nutrient Film Technique (NFT).



3



4



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Kedudukan selada dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Asterales



Famili



: Asteraceae



Genus



: Lactuca



Species



: Lactuca sativa L (Susila dan Koernawati, 2004)



2.2. Morfologi Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam tergantung varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30-40 cm dan tinggi tanaman selada jenis kepala berkisar antara 20-30 cm. Umur panen selada berbeda-beda menurut kultivar dan musim, umurnya berkisar 30-85 hari setelah pindah tanam. Bobot tanaman sangat beragam, mulai dari 100 g sampai 400 g. Panen yang terlalu dini memberikan hasil panen yang rendah dan panen yang terlambat dapat menurunkan kualitas. Secara umum selada yang berkualitas bagus memiliki rasa yang tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah, tampilan fisik menarik serta kandungan seratnya rendah (Susila dan Koernawati, 2004). Menurut siswandi Siswandi dan Teguh tahun 2015, Varietas Selada yang dibudidayakan dan dikembangkan saat ini memiliki banyak varietas diantaranya yaitu : a.) Selada kepala atau selada telur (Head head lettuce) Selada yang memiliki ciriciri membentuk krop yaitu daun-daun saling merapat membentuk bulatan menyerupai kepala. b.) 4



5



c.) Selada rapuh (Cos cos lettuce dan Romaine romaine lettuce) Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop seperti tipe selada kepala. Tetapi krop pada tipe selada rapuh berbentuk lonjong dengan pertumbuhan meninggi, daunnya lebih tegak, dan kropnya berukuran besar dan kurang padat. d.) Selada daun (cutting lettuce atau leaf lettuce) Selada yang memiliki ciri-ciri daun selada lepas, berombak dan tidak membentuk krop, daunnya halus dan renyah. Biasanya tipe selada ini lebih enak dikonsumsi dalam keadaan mentah. e.) Selada batang (Asparagus asparagus lettuce atau stem lettuce) Selada yang memiliki ciri-ciri tidak membentuk krop, daun berukuran besar, bulat panjang, tangkai daun lebar dan berwarna hijau tua serta memiliki tulang daun menyirip. Beberapa varietas selada yang telah dikembangkan dipaparkan dalam gambar 1.



berikut ini



Gambar 1 :jenis- jenis selada a). Selada kepala atau selada telur (Head lettuce); b). Selada rapuh (Cos lettuce dan Romaine lettuce); c). Selada daun (cutting lettuce); d). Selada batang (Asparagus lettuce) 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L) (a) (b) (c) (d) Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi adalah 15-25 °C. Suhu yang lebih tinggi dari 30°C dapat menghambat pertumbuhan, merangsang tumbuhnya tangkai bunga (bolting), dan dapat menyebabkan rasa pahit pada tanaman. Sedangkan untuk tipe selada kepala, suhu yang tinggi dapat menyebabkan bentuk kepala longgar. Selada tipe daun longgar umumnya beradaptasi lebih baik terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi ketimbang tipe bentuk kepala. Selada dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Pada daerah pegunungan, daun dapat 5



6



membentuk krop yang besar sedangkan didataran rendah daun dapat membentuk krop yang kecil, tetapi cepat berbunga. Syarat penting agar selada dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki derajat keasaman tanah pH 5-6.5 ( Sunarjono, 2014). Selada dapat tumbuh pada jenis tanah lempung berdebu, berpasir dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara dan ber-pH netral. Jika tanah asam, daun selada akan menjadi berwarna kuning. Karena itu, sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman (Duaja , 2012) 2.4. Definisi dan Sejarah Hidroponik Hidroponik dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi, Hidroponik hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air yang telah dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh tanaman untuk menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus dipertahankan pada tingkat tertentu agar pertumbuhan dan produksi tanaman optimal. Hidroponik dapat menjadi salah satu alternatif terbatasnya lahan pertanian dan dapat dilakukan pada lahan yang kesuburannya rendah maupun wilayah padat penduduk (Nurfinayati, 2004). Sejarah mencatat bahwa hidroponik sudah dimulai oleh Bangsa Babylonia pada tahun 600 SM yaitu berupa taman gantung (hanging garden). Taman gantung ini adalah merupakan hadiah dari Raja Nebukadnezar II untuk istri tercintanya bernama Amytis, yang juga sebagai permaisuri. Taman gantung ini dibuat secara bertingkat dan tidak semuanya menggunakan media tanah sebagai media tanam. Seperti halnya Bangsa Babylonia, Bangsa Cina juga telah mencoba menerapkan cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam. Bangsa Cina telah menerapkan teknik bercocok tanam yang dikenal dengan “Taman Terapung”. Bahkan di Mesir, Cina dan India juga sudah menerapkan cara bercocok tanam yang tidak menggunakan tanah sebagai media tanam. Mereka sudah menggunakan pupuk organik yang mereka gunakan sebagai suplai bahan makan untuk tanaman yang 6



7



mereka tanam di dalam bedengan pasir yang terletak di tepi sungai. Cara bercocok tanam seperti ini dikenal dengan istilah “River Bed Cultivation”. Istilah hidroponik lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF. Gericke melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang berisi mineral sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai ketinggian 300 cm dan memiliki buah yang lebat. Sebelumnya beberapa ahli patologis tanaman juga melakukan percobaaan dan penelitian untuk dapat melakukan bercocok tanam tanpa media tanah sebagai media tanam, sehingga pada masa itu bermunculan istilahistilah: “Nutri Culture”, “Water Culture”, ”Gravel Bed Culture”, dan istilah “Soilless Culture” (Siregar dan Suhandy, 2015). 2.5. Hidroponik Sistem Nutrient Film Technique (NFT) Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) merupakan salah satu sistem hidroponik yang dikembangkan. NFT adalah teknik hidroponik dengan aliran air nutrisi dangkal yang kembali beredar melewati akar tanaman di sebuah alur kedap air. Dalam sistem yang ideal, kedalaman aliran sirkulasi harus sangat dangkal, sedikit lebih dari sebuah film air. Sebuah sistem NFT yang dirancang berdasarkan pada penggunakan kemiringan saluran yang tepat, laju aliran yang tepat, dan panjang saluran yang tepat (Ardian,2007). Keuntungan utama sistem NFT dari bentuk-bentuk hidroponik lain adalah : a) akar tanaman akan mendapatkan pasokan air, oksigen dan nutrisi yang cukup. Sistem NFT nutrisinya hanya selapis menyebabkan ketersediaan nutrisi dan oksigen pada akar selalu berlimpah; b) Sistem NFT dapat menghasilkan lebih tanaman dengan sedikit ruang, sedikit air dan sedikit nutrient. Selain itu, ada aerasi yang baik dan suplai oksigen di sebagian besar sistem hidroponik; c) Sistem NFT juga sangat mudah dalam pembuatan dan pemeliharaan. Akibatnya, sistem NFT telah menjadi salah satu yang paling populer sistem hidroponik tumbuh dalam dekade terakhir Kelemahan dari NFT adalah adanya gangguan dalam aliran jika terjadi beberapa kesalahan misalnya, pemadaman listrik dan kerusakan pompa air. (Ardian,2007). 7



8



Metode yang digunakan untuk membuat sistem NFT, dibutuhkan syaratsyarat sebagai berikut: 1.) Kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah harus benar-benar seragam. 2. Kecepatan aliran yang masuk tidak boleh terlalu cepat, disesuaikan dengan kemiringan talang (Ardian,2007).. 2.6. Teknik Budidaya Tanaman Selada Hidroponik Teknik budidaya tanaman selada secara hidroponik menurut Nyoman (2016) dimulai dari : a) Persiapan awal, media yang di butuhkan antara lain adalah Sistem Hidroponik, baki, arang sekam, Sprayer/Penyemprot, spons atau rockwoll, air, pot plastik, serta nutrisi untuk tanaman daun selada; b) Penyemaian, penyemaian dilakukan dengan melubangi setiap kotak rockwool menggunakan tusuk gigi atau dengan pinset, kemudian benih diletakkan ke dalam lubang dengan posisi kecambah di bawah. Setelah semua lubang terisi, rockwool dibasahi menggunakan sprayer/semprotan dengan kekuatan air yang lembut. Media yang sudah ditanam kemudian diletakkan ditempat yang tidak terdapat cahaya matahari selama 48 jam dengan kelembaban yang terjaga. Setelah benih berkecambah sempurna media dipindahkan ke tempat yang terang, pada tahap ini merupakan tahap perawatan semai dimana rockwoll dijaga agar tetep lembab. Pada tahapan pembibitan rockwoll dibasahi dengan air nutrisi yang m emiliki konsentrasi 250-320 ppm; c) Pindah tanam, tanaman yang berumur 12 hari setelah semai atau sesudah berdaun 4, bibit selada akan dipindahkan ke sistem hidroponik; d) Pembesaran dan Perawatan, tahap pembesaran ini perlu diperhatikan kepekatan nutrisi agar tetap stabil dan jangan sampai kekeringan atau kehabisan air nutrisi. Setelah selada umur 10 Hari setelah pindah tanam, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi 800 ppm. Selanjutnya kepekatan nutrisi akan dinaikkan lagi menjadi 1.000 ppm saat umur tanaman 15 hari setelah pindah tanam. Setelah memasuki umur 20 Hari setelah pindah tanam, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi menjadi 1200 ppm. Perawatan yang dilakukan yaitu menjaga agar sistem tetap bersih dan air nutrisi tidak keruh. Hal ini sangat penting dilakukan karena akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh akar dan akan menentukan pertumbuhan tanaman. Tanaman selada juga perlu dilakukan pengendalian



8



9



hama dan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman selada; e) Panen, masa panen tanaman selada daun adalah sekitar 30 – 45 hari setelah pindah tanam (Nyoman,2016).



9



10



III. METODE MAGANG



3.1.



Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan pada 26 Oktober – 8 Desember 2018.



Bertempat di Jln G.OBOS km.05, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan di kebun lahan BPTP Provinsi Kalimantan Tengah. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan ialah benih selada (Lactuca sativa L.), nutrisi AB mix hidroponik, rockwoll, dan air. Sedangkan alat yang digunakan netpot, kain planel, TDS meter, nampan, instalasi hidroponik, kamera, alat tulis dan peralatan lain yang menunjang dalam kegiatan magang ini.. 3.3.



Metode Pelaksanaan Magang Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat praktik magang ada beberpa macam



seperti : 1.



Kegiatan wawancara Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan pihak BPTP, khususnya bagian teknik untuk memastikan sebuah kebenaran, mengklarifikasi dan menggali informasi yang berkaitan tentang pertanian terutama dalam bidang budidaya tanaman.



2.



Studi pustaka Studi pustaka yang dilakukan yaitu untuk mempelajari, menelusuri, kepustakaan untuk menunjang suatu penelitian. Manfaat dari studi pustaka yaitu untuk menggali informasi mengenai teori-teori yang telah ditemukan para ahli, untuk mengikuti perkembangan penelitian,



3.



dan untuk mengungkapkan ide secara sistematis dan kritis.



4.



Melakukan berbagai kegiatan budidaya tanaman



5. Pelaksanaan budidaya tanaman selada secara hidroponik saat magang meliputi : 10



11



 Persiapan Alat dan Bahan Persiapan alat dan bahan dilakukan dengan membersihkan alat dan menyiapkan bahan yang diperlukan dalam budidaya selada secara hidroponik. Tahap ini juga dilakukan pengenceran nutrisi hidroponik  Pembibitan selada dengan media rockwoll Pembibitan benih selada dilakukan pada media rockwoll yang sudah disiapkan sebelumnya. Rockwoll yang sudah dipotong dengan ukuran kurang lebih 1 cm setiap sisi kemudian ditanami dua benih selada. Selanjutnya media tersebut disiram dan dikontrol kelembabannya setiap hari  Pindah tanam bibit selada Pindah tanam dilakukan dengan memindahkan tanaman selada beserta media semainya dari tempat penyemaian ke instalasi hidroponik yang merupakan sistem sumbu tersirkulasi  Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya selada hidroponik mencakup beberapa kegiatan, yaitu: a) mengontrol kondisi larutan nutrisi berupa pengecekan konsentrasi nutrisi dan juga banyaknya larutan nutrisi; b) memastikan air dapat dijangkau oleh akar tanaman ataupun sumbu dari sistem yang menyalurkan nutrisi ke akar; c) pengendalian hama dan penyakit tanaman, hama yang biasa menyerang tanaman selada yaitu ulat daun. Pengendalian dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang sudah terserang dan membuang serangga yang menjadi vektor penyebaran hama. 



Panen Panen dilakukan dengan mencabut semua bagian tanaman, selanjutnya



bagian akar akan disisihkan.Kegiatan ini dilakukan saat magang yaitu untuk mengetahui cara-cara budidaya tanaman seperti budidya tanaman kaang tanah, budidayabawang merah, dan budidaya bunga kol. 6.



Dokumentasi



7. 11



12



Dokumentasi dilakukan Selama tahapan kegiatan di lapangan sebagai bukti kegiatan dan penunjang laporan. 3.4. Metode Pelaksanaan Pelaksanaan budidaya tanaman selada secara hidroponik saat magang meliputi : 



Persiapan Alat dan Bahan Persiapan Alat alat dan bahan dilakukan dengan membersihkan alat dan menyiapkan bahan yang diperlukan dalam budidaya selada secara hidroponik. Tahap ini juga dilakukan pengenceran nutrisi hidroponik







Pembibitan selada dengan media rockwoll Pembibitan benih selada dilakukan pada media rockwoll yang sudah disiapkan sebelumnya. Rockwoll yang sudah dipotong dengan ukuran kurang lebih 1 cm setiap sisi kemudian ditanami dua benih selada. Selanjutnya media tersebut disiram dan dikontrol kelembabannya setiap hari







Pindah tanam bibit selada Pindah tanam dilakukan dengan memindahkan tanaman selada beserta media semainya dari tempat penyemaian ke instalasi hidroponik yang merupakan sistem sumbu tersirkulasi







Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya selada hidroponik mencakup beberapa kegiatan, yaitu: a) mengontrol kondisi larutan nutrisi berupa pengecekan konsentrasi nutrisi dan juga banyaknya larutan nutrisi; b) memastikan air dapat dijangkau oleh akar tanaman ataupun sumbu dari sistem yang menyalurkan nutrisi ke akar; c) pengendalian hama dan penyakit tanaman, hama yang biasa menyerang tanaman selada yaitu ulat daun. Pengendalian dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang sudah terserang dan membuang serangga yang menjadi vektor penyebaran hama.



8.



Panen



12



13



Panen dilakukan dengan mencabut semua bagian tanaman, selanjutnya bagian akar akan disisihkan.



IV. KEADAAN UMUM LOKASI



4.1. Tinjauan Umum BPTP Kalimantan Tengah 13



14



Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah yang berada di Jl. G.Obos, km 5 Palangka Raya. Merupakan salah satu unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian yang wilayah kerjanya di Provinsi Kalimantan Tengah. Balai ini pertama kali didirikan tahun 1994 dengan nama BPTP Palangka Raya (SK. Mentri Pertanian No. 798/Kpst/OT.2101994 Tanggal 13 Desember 1994). Kemudian Organisasi dan Tata Kerja BPTP diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006. BPTP Kalimantan Tengah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Tugas pokok dan fungsi dari BPTP Kalimantan Tengah yaitu a. Tugas pokok Melaksanakan



Pengkajian,



Perakitan



dan



Pengembangan



Teknologi



Pertanian Tepat Guna Spesifik Lokal. b. Fungsi  Pelaksana inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna spesifik local  Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik local  Pelaksana pengembangan dan seminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluh  Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian  Pelaksana urusan tata usaha dan rumah tangga balai BPTP Kalimantan Tengah memiliki 61 orang pegawai terdiri dari 4 orang S3, 12 orang S2, 19 orang S1, 7 orang D3 dan 15 orang SLTA, dan 4 orang SD, dengan sebaran jabatan fungsional terdiri dari 18 orang peneliti/calon peneliti, 8 orang penyuluh/calon penyuluh, 22 orang tenaga administrasi, dan 12 orang tenaga teknis.



14



15



Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Kalteng: gedung kantor administrasi dan perpustakaan, gedung fungsional dan aula, laboratorium, green house, garasi dan bengkel, rumah jabatan dan perumahan staf, guest house, rumah jaga di Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya. Selain itu juga memiliki bangunan kantor laboratorium diseminasi, Gudang UPBS, studio rekaman, rumah staf, mess, garasi mobil, musholla. 4.2. Struktur Organisasi Struktur Organisasi BPTP Provinsi Kalimantan Tengah ditampilkan dalam gambar 2. berikut ini: BPTP Prov. Struktur OrganisasiKepala BPTP Provinsi Kalimantan Tengah Kal-Teng



Kepala Seksi Pelayanan Pengkajian



Kepala Subbag TU Kelompok Fungsi



Gambar 2. Struktur organisasi BPTP Provinsi Kalimantan Tengah



15



16



V. VI. VII.



HASIL DAN PEMBAHASAN



VIII. Teknik Budidaya Tanaman Selada Secara Hidroponik Sistem NFT



Teknik budidaya tanaman selada secara hidroponik menurut nyoman



IX.



Nyoman tahun (2016) yaitu : X. Persiapan awal XI.



Langkah awal dalam menanam selada hidroponik, pertama-tama siapkan



media dan bibit selada terlebih dahulu. Media yang di butuhkan antara lain adalah Sistem Hidroponik, baki, arang sekam, Sprayer/Penyemprot, spons atau rockwoll, air, pot plastik, serta nutrisi untuk tanaman daun selada XII.



Penyemaian



XIII. Siapkan Menyiapkan media tanam terlebih dahulu, yaitu berupa rockwoll yang dipotong kecil dengan panjang 1,5 cm, lebar 1,5 cm dan tinggi 1 cm. Selanjutnya, Lubangi melubangi setiap kotak rockwool menggunakan tusuk gigi atau dengan pinset. Meletakkan benih ke dalam lubang dengan posisi kecambah di bawah. Setelah semua lubang terisi, membasahi rockwool menggunakan sprayer/semprotan dengan kekuatan air yang lembut. Media yang sudah ditanam kemudian diletakkan ditempat yang tidak terdapat cahaya matahari selama 48 jam dengan kelembaban yang terjaga. Setelah benih berkecambah sempurna media dipindahkan ke tempat yang terang, pada tahap ini merupakan tahap perawatan semai dimana rockwoll dijaaga agar tetep lembab. Pada tahapan pembibitan rockwoll dibasahi dengan air nutrisi yang memiliki konsentrasi 250-320 ppm. XIV.



Pindah tanam 16



17



Setelah berumur 12 hari setelah semai atau sesudah berdaun 4, bibit selada akan



XV.



dipindahkan ke sistem hidroponik. Letakkan potongan rockwool yang berisi bibit ke dalam netpot yang sudah dipasang flanel atau sumbu dan telah diisi arang sekam sebanyak kurang lebih setengah netpot. Letakkan netpot ke dalam sistem hidroponik NFT yang tersedia. Pada tahap ini, kepekatan nutrisinya adalah 600 ppm. XVI. XVII. Pembesaran dan Perawatan XVIII. Tahap pembesaran ini perlu diperhatikan kepekatan nutrisi agar tetap stabil dan jangan sampai kekeringan atau kehabisan air nutrisi. Setelah selada umur 10 Hari setelah pindah tanam, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi 800 ppm. Selanjutnya kepekatan nutrisi akan dinaikkan lagi menjadi 1.000 ppm saat umur tanaman 15 hari setelah pindah tanam. Setelah memasuki umur 20 Hari setelah pindah tanam, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi menjadi 1200 ppm. XIX.



Perawatan yang dilakukan yaitu menjaga agar sistem tetap bersih dan air nutrisi tidak keruh. Hal ini sangat penting dilakukan karena akan berpengaruh terhadap



penyerapan nutrisi oleh akar dan akan menentukan pertumbuhan tanaman. Tanaman selada juga perlu dilakukan pengendalian hama dan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman selada XX. XXI.



Panen



Masa panen tanaman selada daun adalah sekitar 30 – 40 hari setelah pindah tanam. XXII.



8.1. 5.1. Teknik Budidaya Tanaman Selada Secara Hidroponik Sistem NFT di BPTP Kalteng 17



18



Teknik budidaya tanaman selada secara hidroponik sistem NFT di BPTP KALTENG Teknik budidaya tanaman selada secara hidroponik sistem NFT di Palangka Raya dilakukan beberapa tahapan, sebagai berikut : dilakukan beberapa tahapan, yaitu : 5.1.1. Persiapan Awal Persiapan awal yang dilakukandalam budidaya selada hidroponik di BPTP KALTENG diuraikan sebagai berikut : a) Mepemeriksaan instalasi hidroponik, dalam kegiatan ini pemeriksaan dilakukan untuk memantau apakah instalasi layak digunakan atau tidak. Kelayakan tersebut dilihat dari sirkulasi air yang baik, karena sistem yang digunakan merupakan sistem sumbu tersirkulasi atau Nutrient Film Technique (NFT); b) Mepembersihkan kain planel dan netpot, kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan kain planel dan netpot yang digunakan dari akar tanaman sebelumnya. Persiapan bahan dalam budidaya selada hidroponik yaitu: melarutkan nutrisi hidroponik atau nutrisi AB mix, larutan nutrisi dibuat dengan melarutkan nutrisi yang berbentuk butiran sebanyak 1000 g dengan air hingga larutan mencapai lima liter. Larutan ini selanjutnya akan diencerkan lagi, dalam tahap pengenceran ini 5 mL larutan untuk 1 L air atau larutan akhir memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan jenis tanaman. Nutrisi yang digunakan untuk budidaya tanaman selada yaitu dengan konsentrasi 560-1200 ppm. Persiapan alat dan bahan untuk budidaya hidroponik ditampilkan dalam gambar 3. berikut ini:m; b)



18



19



.



(a)



(b) (c) Gambar 3 : Proses Penyiapan Alat Dan Bahan a) proses pembersihan sumbu dan netpot dari sisa akar tanaman sebelumnya; b) nutrisi hidroponik; c) proses pengenceran nutrisi.



5.1.2. Penyemaian Menyiapkan media tanam terlebih dahulu, yaitu berupa rockwoll yang dipotong kecil dengan panjang 1,5 cm, lebar 1 cm dan tinggi 1 cm. Selanjutnya, Melubangi setiap kotak rockwool menggunakan tusuk gigi dan menanam benih pada rockwoll yang sudah siap. Setelah semua lubang terisi, media dibasahi dengan air nutrisi dengan konsentrasi 2950 ppm.



Media yang sudah ditanam kemudian



diletakkan ditempat yang tidak terdapat cahaya matahari selama 3 hari dengan kelembaban yang terjaga. Setelah benih berkecambah sempurna media dipindahkan ke tempat yang terang dan dijaaga agar tetep lembab. Proses penyemaian dan hasil



semaian ditampilkan dalam gambar 4. berikut ini:



19



20



(a)



(b)



Gambar 4: Pembibitan a) proses penyemaian tanaman selada; b) bibit selada umur 3 hari 5.1.3. Pindah Tanam Tanaman selada yang sudah berumur 12 hari setelah semai, bibit selada akan dipindahkan ke instalasi sistem hidroponik NFT. Langkah yang dilakukan dengan meletakkan potongan rockwool



yang berisi bibit ke dalam netpot yang sudah



dipasang flanel atau sumbu selanjutnya netpot yang berisi bibit diletakkan ke dalam sistem hidroponik NFT yang tersedia. Pada tahap ini, kepekatan nutrisinya adalah 400 ppm. Proses pindah tanam selada dari tempat penyemaian ke instalasi hidroponik ditampilkan dalam gambar 5. berikut:



Gambar 5. Proses pindah tanam bibit seladaa



5.1.4. Pembesaran dan Perawatan Setelah selada umur 15 Hari hari setelah pindah tanam, kepekatan nutrisi dinaikkan menjadi 600 ppm. Selanjutnya kepekatan nutrisi dinaikkan lagi menjadi 720 ppm Setelah memasuki umur 20 Hari setelah pindah tanam, pada 25 hari setelah pindah tanam kepekatan nutrisi dinaikkan lagi menjadi menjadi 750 ppm.



20



21



Perawatan yang dilakukan yaitu menjaga agar sistem tetap bersih dan air nutrisi tidak keruh. pengendalian hama juga dilakukan dengan cara membuang hama yang menyerang tanaman selada. Hama yang terdapat berupa ulat daun. Pemantauan kepekatan nutrii hidroponik dapat dilihat dalam gambar berikut ini:



Gambar 6. Pengecekan kepekatan nutrisi hidroponik dan kebersihan pada instalasi. 5.1.5. Panan Tanaman selada yang dipanen di instalasi BPTP kalimantan Kalimantan tengah Tengah dipanen pada umur 35 hari setelah pindah tanam. Tanaman selada yang siap untuk dipanen di BPTP kalimantan tengah ditampilkan dalam gambar



7. berikut: Gambar 7. Tanaman selada yang siap dipanen. Data bobot segar beberapa sampel tanaman selada yang dipanen diuraikan dalam tabel 1. dibawah ini : Tabel 1. Bobot segar per tanaman selada Sampel Bobot seger tanaman selada (gram) 21



22



1 2 3 4 5 6



76,5 104,43 154,7 125,06 108,14 43,09



5.2. Kelebihan dan Kekurangan sistem hidroponik NFT Kelebihan Sistem NFT:  Sangat cocok untuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Alasannya, sistem NFT akan membuat aliran air dapat terpenuhi dengan mudah, stabil, dan baik. Pemenuhan air dalam NFT memungkinkan akar tanaman untuk menyerap nutrisi lebih banyak sehingga terjadi proses fotosintesis yang lebih baik.  Dengan sistem NFT, masa tanam tanaman menajdi lebih singkat sehingga Anda bisa melakukan penanaman tanaman lebih banyak dibanding sistem hidroponik konvensional. Dengan cara bercocok tanam hidroponik NFT, Anda bisa memperoleh untung lebih besar karena dalam satu waktu bisa panen hasil berkali-kali.  Perawatan, pengontrolan, dan pemantauan aliran maupun kondisi nutrisi lebih mudah dikarenakan nutrisi ditempatkan dalam satu tempat atau wadah sehingga tidak perlu mengecek berulang kali karena dengan sekali melihat, maka Anda akan mengetahui kondisi nutrisi secara keseluruhan.  Sistem NFT mendapatkan aliran yang stabil dalam satu jalur nutrisi sehingga kondisi nutrisi di semua bagian menjadi seragam. Nutrisi yang seragam akan membuat tumbuhan memperoleh asupan kebutuhan secara merata dan seragam. Tentunya, ini akan berujung pada hasil pertanian yang lebih baik dan merata dikarenakan pertumbuhan tanaman berlangsung secara optimal tanpa ada tanaman yang dominan memperoleh nutrisi lebih banyak, tanpa melihat ukurannya. Kekurangan Sistem NFT:



22



23



 Perlengkapan untuk membuat hidroponik NFT tergolong sangat mahal meskipun banyak bahan alternatif yang bisa digunakan. Hal ini dianggap wajah mengingat komponen peralatan untuk merancang sistem hidroponik NFT yang cukup banyak, seperti pompa, persediaan nutrisi, tempat penanaman, dan lain sebagainya.  Tidak cocok untuk pemula. NFT membutuhkan ilmu, kemampuan, dan ketelitian agar bisa berhasil. Kerumitan dalam pengoperasian, seperti pengecekan air dan nutrisi tidak bisa dilakukan oleh orang awam yang baru belajar karena khawatir mengalami risiko kegagalan yang lebih besar.  Bergantung pada listrik. Beberapa alat memerlukan listrik yang stabil dan terus menyuplai agar sistem hidroponik yang telah dirancang terus berjalan.  Rentan terhadap penyakit apabila beberapa tanaman terkena penyakit. Akar tanaman yang terintegrasi dengan aliran nutrisi akan lebih mudah menyebarkan penyakit ke tanaman lain yang berada pada jalur atau wadah tersebut. Kondisi semacam ini bisa menimbulkan kerugian dengan angka yang tak sedikit.



23



24



XXIII. PENUTUP



6.1. Kesimpulan Berdasarkan dari kegiatan magang yang dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. bahwa tTeknik budidaya tanaman selada secara hidroponik sistem NFT sedikit berbeda dari referensi. Berdasarkan referensi Nutrisi yang digunakan setelah pindah tanam berkisar antara 600- 1200 ppm, sedangkan yang diterapkan pada sistem hidroponik di lahan BPTP nutrisi yang digunakan berkisar antara 400- 750 ppm. Selain itu pelaksanaan di BPTP tidak menggunakan media tanam berupa arang sekam. Namun hasil panen yang diperoleh dalam kegiatan tersebut cukup baik dengan produksi yang tinggi, dimana rata- rata bobot segar tanaman yang diperoleh dari enam sampel yang diamati yaitu 101,9 gram dan rasa dari selada yang tidak pahit. 2. Kelebihan Sistem NFT sebagai berikut : Sangat cocok untuk tanaman yang membutuhkan banyak air, masa tanam tanaman menajdi lebih singkat dan bisa memperoleh untung lebih besar karena dalam satu waktu bisa panen hasil berkalikali, perawatan dan pemantauan aliran maupun kondisi nutrisi lebih mudah, mendapatkan aliran yang stabil dalam satu jalur nutrisi. 6.2.



Saran Dari hasil selama saya melakukan kegiatan magang, saya memberikan saran agar



dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik kedepannya. Saran untuk pihak BPTP agar memberikan arahan terlebih dahulu pada setiap tugas yang diberikan agar hasilnya menjadi efektif dan efisien.



24



25



DAFTAR PUSTAKA Ardian. 2007. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai pada berbagai tipe emitter dan formulasi nutrisi hidroponik. Dinamika Pertanian 22 (3): 195-200. Badan Pusat Statistik (2014). Produksi Sayuran 2010-2013. Diakses dari www.bps.go.id (2 Februari 2019) Duaja, M.D. 2012. Pengaruh Bahan dan Dosis Kompos Cair Terhadap Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa sp.). ISSN: 2302-6472. Vol 1 No.1 Januari – Maret 2012 . Hal: 14-22. Agriculture Faculty , Jambi University, Mendalo Darat, Jambi. [FAO] Food Agriculture Organisation. 2007. (Jones, 2005). Pengaruh aplikasi pupuk daun dalam sumber nutrisi berbeda pada teknologi hidroponik sistem terapung tanaman selada (Lactuca sativa L. Var. Grand Rapids). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 34 hal.



25



26



Nurfinayati. 2004. Pemanfaatan Berulang Larutan Nutrisi pada Budidaya Selada (Lactuca sativa l.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nyoman, P. Cakra. 2016. Nilai Ec (Electro Conductivity) Berdasarkan Umur Tanaman Selada Daun Hijau (Lactuca Sativa L.) Dengan Sistem Hidroponik Nft (Nutrient Film Technique). Program Studi Teknik Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Vol 4 (1) Rubatzky, V.E. dan , M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid kedua. Diterjemahkan oleh C. Herikson. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 ha.. Siregar, J., S. Triyono, dan D. Suhandy. 2015. Pengujian beberapa nutrisi hidroponik pada selada (Lactuca sativa L.) dengan teknologi hidroponik sistem terapung (THST) termodifikasi. Teknik Pertanian,4 (2): 65-72. Siswadi dan Y. Teguh. 2015. Pengaruh Macam Media Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik. Jurnal Agronomika. Vol. 9 No. 3 : 257-264.



(Susanto,2004). Susanto, S. dan E. M. Pribadi. 2004. Pengaruh pemangkasan cabang dan penjarangan bunga jantan terhadap pertumbuhan dan produksi gherkin dengan budidaya hidroponik. Bul. Agron. 32(1):1-5



(Susila, 2004). Susila, A.dan , Y. Koerniawati. 2004. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik sistem terapung. Bul. Agron. 32(3):16-21



LAMPIRAN



26



27



Penyemaian benih selada



Kecambah Biji biji selada



Tanaman selada yang siap di pindah ke instalasi



Penambahan Nutrisi nutrisi ke Instalasiinstalasi



Kegiatan Supervisi Magang



Pengecekan konsetrasi larutan nutrisi pada umur 15 hari setelah pindah tanam



kegiatan survei oleh dosen pembimbingPenambahan Nutrisi nutrisi ke Instalasiinstalasi



27



28



Tanaman selada hidroponik 32 hari setelah pindah tanam



Pengendalian hama ulat daun pada tanaman selada



28