Laporan Pendahuluan Angina Pectoris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS



OLEH BRIYAN FERNANDO NAHAKLEKY, S. Kep NPM: 1490123015



PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA AMBON 2023



LEMBAR PENGESAHAN



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULAR: ANGINA PECTORI DI RUANG WIRASAKTI RUMAH SAKIT TK.II Prof. dr. J. A. LATUMETEN AMBON



OLEH Briyan Fernando Nahakleky, S. Kep NPM: 1490123015



Telah disahkan di Ambon,…..Januari 2023



Mengetahui,



Preceptor Institusi



Preceptor Lahan



Endah Fitriasari, S. Kep., Ners., M. Kep NIDN: 9912368593



Patrestin S. Dominggus, S. Kep., Ners



KATA PENGANTAR



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………………. LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….. KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN………………………………………………… 1.1. Konsep Penyakit………………………………………………………………… 1.1.1. Definsi…………………………………………………………………... 1.1.2. Klasifikasi………………………………………………………………. 1.1.3. Etiologi………………………………………………………………….. 1.1.4. WOC……………………………………………………………………. 1.1.5. Manifestasi Klinis………………………………………………………. 1.1.6. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………… 1.1.7. Penatalaksanaan………………………………………………………… 1.1.8. Komplikasi……………………………………………………………… 1.2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Angina Pectoris…………… 1.2.1. Pengkajian………………………………………………………………. 1.2.2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………. 1.2.3. Intervensi Keperawatan…………………………………………………. BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………………… 2.1. Data Biografi…………………………………………………………………….. 2.2. Riwayat Kesehatan/Keperawatan………………………………………………... 2.3. Riwayat Kesehatan Dahulu……………………………………………………… 2.4. Riwayat Kesehatan Keluarga……………………………………………………. 2.5. Pola Fungsi Kesehatan…………………………………………………………... 2.6. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………….. 2.7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………. 2.8. Penatalaksanaan Pengobatan…………………………………………………….. 2.9. Klasifikasi Data………………………………………………………………….. 2.10. Analisa



Data……………………………………………………………………. 2.11. Intervensi……………………………………………………………... 2.12. Implementasi Dan Keperawatan………………………………………



Rencana Evaluasi



BAB III. LITERATUR REVIEW……………………………………………………... 3.1. Review Artikel…………………………………………………………………... 3.2. Analisis PICOT………………………………………………………………….. BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………….... 4.2. Saran…………………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS 1.1 Konsep Penyakit 1.1.1 Definsi Angina pektoris (biasanya disebut sebagai angina) berarti “nyeri dada”. Angina terjadi secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat mengharuskan arteri meningkatkan suplai darah ke jantung. Arteri yang menyempit atau obstruksi tidak dapat memberikan suplai yang diperlukan. Akibatnya otot jantung terbebani (SANAK, 2021). Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode atau tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat (SANAK, 2021). Pengertian Angina secara klinis adalah keadaan iskemia miokard yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard) karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen (SANAK, 2021) 1.1.2 Klasifikasi a. Angina Pektoris Stabil/Stable Angin Angina ini disebut juga angina klasik, dilatasi terjadi karena penyempitan arteri koroner yang tidak dapat meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Aktivitas misalnya olahraga dapat menyebabkan peningkatan kerja jantung. Secara klasik berkaitan dengan latihan dan aktivitas atau mengalami stress psikis/emosi tinggi yang meningkatkan kebutuhan oksigen, nyeri akan segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktivitas. Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil (frekuensi ,lama serangan faktor pencetu menetap dalam 30 menit terakhir). Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan mendapatkan obat nitrogliserin (SANAK, 2021)



Angina pectoris juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naik tangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini, biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya (SANAK, 2021). Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Miokard transien. Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam spektrum penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut (SANAK, 2021). b. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Angina ini sering dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil yaitu selama 30 menit atau lebih, nyeri yang lebih hebat dan frekuensi serangan lebih sering, nyeri dada dapat timbul saat istirahat dan melakukan aktivitas, saat serangan timbul biasanya disertai dengan tanda-tanda sesak nafas, mual, muntah, dan diaphoresis ( keringat berlebih karena syok). Serangan nyeri dada dapat hilang bila klien mendapatkan terapi nitrogliserin, bed rest total dan bantuan oksigenasi (SANAK, 2021). Angina Pektoris Tidak Stabil Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia) khususnya jika anda telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat.



1.1.3



Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner akut (SANAK, 2021) Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri. Angina ini didefinisikan sebagai Angina Pektoris atau ketidaknyamanan iskemik (SANAK, 2021) Etiologi Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau penyakit arteri koroner yang digolongkan sebagai akumilasi sel-sel otot halus, lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan obstruksi aliran darah persial maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai dengan pembentukan thrombus. Obstruksi pada lumen akan mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada jaringan disekitarnya (SANAK, 2021). Beberapa penyebab angina pektoris menurut (SANAK, 2021), yaitu: a. Faktor penyebab 1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor: faktor pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor darah: anemia, hipoksemia, dan polisitemia. 2) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme. Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung. 3) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik. b. Faktor predisposisi Terdapat dua fator risiko terhadap Angina Pektoris yaitu faktor yang tidak bisa diubah dan faktor yang bisa diubah, yaitu: 1) Tidak dapat diubah - Usia - Jenis kelamin - Faktir genetik 2) Dapat diubah - Hipertensi - Diabetes melitus - Merokok - Kolesterol



-



Obesitas Stress Gaya hidup



1.1.4



WOC



Aterosklerosis & spasme pembuluh darah



Pejanan terhadap dingin Vasokonstriksi pembuluh darah



Stress



Latihan fisik



Makan makanan berat



Adrenalin meningkat



Kebutuhan O2 ke jantung meningkat



Aliran O2 meningkat ke mesemtrikus Aliran O2 ke jantung menurun



Aliran O2 arteri koronaria menurun



Jantung kekurangan O2



Kontraksi miokardium



Iskemia otot jantung



Penurunan curah jantung



Pembentukan asam laktat oleh miokardium



Nyeri dada



Kelemahan



Intoleransi aktivitas fisik



Nyeri akut



Takut mati



Perlu menghindari komplikasi



Ansietas



Diperlukan pengetahuan tinggi



Defisit pengetahuan



Sumber: Destrianty, 2020



1.1.5



Manifestasi Klinis Nyeri biasanya lebih hebat di atas dada, meskipun nyeri dapat menyebar ke bahu, lengan, leher, rahang, dan punggung. Klien mendeskripsikan sensasi sebagai pengencangan, seperti terjepit, atau tercekik. Dyspepsia sering kali menjadi keluhan utama. Klien lebih sering merasakan nyeri pada lengan kiri, karena merupakan arah percabangan aorta. Namun, klien dapat merasakan nyeri pada lengan yang lain. Klien Nampak pucat, merasa seperti pingsan, atau dispnea. Nyeri sering berhenti dalam waktu kurang dari 5 menit, tetapi nyeri dapat terjadi secara intens saat berlangsung. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa jantung tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen. Klien yang mengabaikan tanda peringatan ini, berisiko mengalami penyakit yang serius atau kematian yang tiba – tiba jika mereka tidak segera mendapatkan perawatan dari dokter. Klien mungkin akan mengalami serangan angina berulang, tetapi terapi mengurangi bahaya serangan yang fatal (SANAK, 2021) Manifestasi klinis dari angina pektoris, yaitu ditandai dengan nyeri dada substernal atau retrosternal yang menjalar ke leher, tenggorokan daerah interskapula atau lengan kiri. Nyeri ini berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar ke lengan kiri bagian dalam dan kadang hingga pundak, bahu dan leher kiri bahkan sampai ke kelingking kiri. Perasaan ini juga dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan, rahang dan ada juga yang sampai ke lengan kanan. Rasa tidak enak ini juga dapat dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di daerah apeks kordis. Nyeri dapat disertai beberapa atau salah satu gejala, seperti keringat dingin, mual dan muntah, lemas, berdebar dan rasa akan pingsan (fainting). Serangan nyeri berlangsung hanya beberapa menit (1 – 5 menit) tetapi dapat hingga lebih dari 20 menit (SANAK, 2021). Tanda yang lain, yaitu: a. Pemeriksaan fisik di luar serangan umumnya tidak menunjukan kelainan yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan darah meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras. b. Pada auskultasi, suara jantung terdengar jauh bising sistolik terdengar pada pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat. c. Nyeri hilang atau berkurang bila istirahat atau pemberian nitrogliserin. d. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik e. Gambaran EKG sering kali normal pada waktu tidak timbul serangan f. Angina Pectoris Stabil : Muncul Ketika Melakukan Aktifitas Berat, Biasanya Dapat Diperkirakan Dan Rasa Nyeri Yang Muncul Biasanya Sama Dengan Rasa Nyeri Yang Datang Sebelumnya, Hilang Dalam Waktu Yang Pendek Sekitar 5 Menit Atau Kurang, Hilang Dengan Segera Ketika Anda Beristirahat Atau Menggunakan Pengobatan Terhadap Angina, Rasa Sakitnya Dapat Menyebar Ke Lengan, Punggung Atau Area Lain, Dapat Dipicu Oleh Tekanan Mental Atau Stres.



1.1.6



g. Angina pectoris tidak stabil : Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi berat dan lamanya meningkat, Timbul waktu istirahat/kerja ringan, Tidak dapat diperkirakan, Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama, Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina, EKG: Deviasi segment ST depresi Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien angina pekoris (SANAK, 2021), yaitu a. Pemeriksaan Laboratorium Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah, seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko b. EKG Gambaran EKG terkadang menunjukan bahwa klien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau, menunjukan pembesaran ventrikel kiri pada klien hipertensi dan angina, dan menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG menunjukan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif. c. Foto Rontgen Dada Sering kali menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan terkadang tampak adanya kalsifikasi d. Arteriografi Koroner Suatu karakter dimasukan lewat arteri femoralis ataupun brakialis dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media kontras radiografik kemudian disuntikan dan cineroentgenogram akan memperlihatkan kuntur arteri serta daerah penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk ventrikel kiri dan disuntikan lebih banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kir e. Uji Latihan (Treadmill) Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sehingga pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG diobservasi demikian pula setelah selesai EKG terus diobservasi. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pektoris f. Thallium Exercise Myocardial Imaging



Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama uji latihan jasmani dan dapat menambah sensitivitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal. 1.1.7 Penatalaksanaan Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin. Segera setelah serangan dimulai, klien meletakkan tablet di bawah lidah (sublingual) sehingga tablet larut. Nitrogliserin memberikan efek peredaan yang cepat dengan mendilatasi arteri koroner. Klien dapat menggunakan obat ini dengan aman selama bertahun – tahun tanpa adanya efek yang menyebabkan penyakit. Salep nitrogliserin topical atau balutan transdermal yang dibasahi dengan nitrogliserin digunakan secara luas untuk memberi perlindungan terhadap nyeri angin dan mendukung pemulihan nyeri. Jika obat gagal mengendalikan serangan angina seseorang, PTCA atau bedah arteri koroner mungkin perlu dilakukan (SANAK, 2021) penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan angina pektor a. Terapi farmakologi 1) Nitrat dan nitrit Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi gejala angina pektoris dan juga memiliki efek antitrombotik dan antiplatelet. Obat yang tergolong golongan ini, yaitu isosorbit dinitrat (sorbitrat) diberikan dengan jumlah dosis 10 – 20 mg tiap 2 – 4 jam, nitrat transdermal diserap melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang dioleskan pada dinding dada, dan preheksilin maleat diberikan dosis sebesar 100 mg per oral tiap 12 jam, kemudian ditingkatkan hingga 200 mg setiap 12 jam. 2) Nitrogliserin Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina. Obat ini biasanya diletakkan di bawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk topical (Lnilin-petrolatum) yang dioleskan dikulit sebagai perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi nyeri. 3) Penyekat beta adrenergic Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat yang digunakan, antara lain atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. 4) Antagonis kalsium



Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Tiga jenis antagonis kalsium yang sering digunakan adalah nifedipin (prokardia), verapamil (isoptil, calan), dan diltiazen (cardiazem). 5) Antitrombin Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari perbagai polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berbeda-beda. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark miokard b. Terapi invasive 1) Percutanens transluminal coronary (PTCA) Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan cara memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan kateter dengan ujung berbentuk balon.



2) Coronary artery bypass graft (CABG) Merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memintas (jalan memutar) arteri janutng yang tersumbat untuk memulihkan aliran darah normal ke otot jantung



1.1.8



Komplikasi a. Infark Miokard Akut (IMA)



b.



c.



d.



e.



f.



Infark miocard Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhenrinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah (SANAK, 2021) Aritmia Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan perluasan infark (SANAK, 2021) Gagal Jantung Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh (SANAK, 2021) Syok Cadiogenic Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan perawatan agresif (SANAK, 2021) Perikarditis Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan (SANAK, 2021) Aneurisma Ventrikel Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada apex dan bagian anterior jantung (SANAK, 2021)



1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler 1.2.1 Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal pada proses keperawatan dalam melakukan proses asuhan keperawatan. Pengkajian meliputi data subjektif dan objektif yang didapat dari wawancara, rekam medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang atau diagnostik (SANAK, 2021). Dilakukan pengkajian secara sistematis pasien mencakup riwayat yang berhubungan dengan gambaran gejala yang berupa nyeri dada,sulit bernafas (dyspnea), palpitasi, pingsan, lemah, dan keringat dingin (SANAK, 2021). a. Identitas



Identitas pasien yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, nomor rekam medis, jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status, diagnosa medis, agama, alamat, pekerjaan . b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan seperti dyspnea, nyeri dada, pingsan, sesak nafas, merasa lemas dan cepat lelah pulse yang tidak teratur. Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina pectoris yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas 2) Riwayat kesehatan sekarang Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina pectoris yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizziness 3) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit yang berhubungan langsung dengan kardiovaskuler, adanya riwayat nyeri dada, nafas pendek, penyakit jantung bawaan, stroke,pingsan, riwayat hipertensi, merokok, DM, CHF, riwayat penyakit pernafasan kronis, pola hidup sehat, nyeri yang hilang timbul, serangan jantung sebelumnya, riwayat penyakit pembuluh darah, oedema 4) Riwayat pengobatan Pengobatan yang sudah dijalani dan obat- obatan yang dipakai selama pengobatan berlangsung. Pengkajian pengobatan harus dituliskan nama dari obat dan kegunaan dan efek samping dari obat tersebut 5) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga meliputi riwayat keluarga penyakit jantung, infark mikoard , DM, stroke,hipertensi, penyakit vaskuler perifer 6) Pola hidup sehat Hubungan yang kuat antara komponen- komponen dari gaya hidup pasien dan kesehatan kardiovaskuler sangat berpengaruh antara lain : pola persepsi sehat dan manajemen sehat, pola nutrisi metabolik, pola eliminasi, pola latihan aktivitas, pola istirahat tidur, pola kognitifperspektif, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola toleransi koping stress, pola nilai-nilai kepercayaan c. Pemeriksaan fisik



1) Keadaan umum Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit 2) Tanda-tanda vital Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi 3) Pemeriksaan Head to Toe a) Kepala Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada rahang b) Leher Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri c) Thorak Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan pericarditis d) Paru-paru Suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda, Kulit/membrane mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya vasokontriksi. e) Abdomen Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun, Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan, Diet tinggi kolesterol/lemak, garam kafein, minuman keras, sesak, distensi gaster f) Ekstremitas Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir, perasaan tidak berdaya setelah latihan, nyeri dada bila bekerja, dispnea saat kerja 4) Integritas ego Tanda dan gejala a) Stressor kerja, keluarga b) Ketakutan, mudah marah



1.2.2



5) Nyeri Tanda dan gejala a) Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada kanan) b) Kualitas: macam: ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar c) Durasi: biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit) d) Faktor pencetus: nyeri sebuhungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstrem, atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat. e) Faktor penghilang: nyeri mungkin responsive terhadap mekanisme penghilang tertensu (contoh: istirahat, obat antiangina) f) Nyeri dada baru atau terus-menerus yang telah berubah frekuensi, durasi, karakter atau dapat diperkirakan (contoh: tidak stabil, bervariasi, prinzmetal) g) Wajah berkeruh, meletakan pergelangan tangan pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah h) Respon otomatis (contoh: takikardi, perubahan TD) 6) Penyuluhan dan pembelajaran a) Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes b) Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas c) Penggunaan alcohol teratur, obat narkotik (contoh: kokain, amfetamin) d) Rencana pemulangan: perubahan pada penggunaan/terapi obat, bantuan/pemeliharaan tugas dengan perawat di rumah, perubahan pada susunan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu penilian klinis mengenai respons pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga atau komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP, 2017; SANAK, 2021) 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077) 2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama/frekuensi jantung (D.0008) 3) Risiko perfusi miokard tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri koroner (D.0014)



4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056) 5) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080) 6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).



1.2.3



Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Luaran (outcome)keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku atau dari presepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan 1 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) fisiologis (D.0077) keperawatan diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas intensitas nyeri (L.08066) dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang memperbesar dan menuntaskan aktivitas memperingan nyeri meningkat 5. Monitor efek samping penggunaan 2. Keluhan nyeri menurun analgesic 3. Meringis menurun 6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 4. Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri 5. Kesulitan tidur menurun 7. Fasilitasi istrahat dan tidur 6. Frekuensi nadi membaik 8. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu 7. Pola nafas membaik nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, 8. Tekanan darah membaik anjurkan monitor nyeri secara mandiri 9. Nafsu makan membaik 9. Anjurkan menggunakan analgesic secara 10. Pola tidur membaik. tepat 10. Kolaborasi pemberian analgesik. 2 Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075) perubahan irama/frekuensi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala primer



jantung



3



curah jantung meningkat (L.02008) dengan kriteria hasil: 1. Kekuatan nadi perifer meningkat, 2. Palpitasi menurun, 3. Bradikardia menurun, 4. Takikardia menurun, 5. Gambaran ekg aritmia menurun, 6. Lelah menurun, 7. Edema menurun, 8. Distensi vena jugularis menurun, 9. Dyspnea menurun, 10. Pucat menurun, 11. Sianosis menurun, 12. Murmur jantung menurun, 13. Pulmonary vascular resistance menurun, 14. Tekanan darah membaik, 15. CRT membaik, 16. CVP membaik, 17. PAWP mambaik. Risiko perfusi miokard tidak Setelah dilakukan dengan efektif b.d penurunan aliran arteri tindakan keperawatan koroner diharapkan curah jantung meningkat (L.02008) dengan



penurunan curah jantung 2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung 3. Monitor tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor bb 6. Monitor saturasi oksigen 7. Monitor keluhan nyeri dada 8. Monitor ekg 9. Monitor aritmia 10. Monitor nilai laboraturium jantung 11. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan posisi yang nyaman 12. Berikan diet 13. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress berikan okseigen 14. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi 15. Anjurkan aktifvitas fisik secara bertahap 16. Anjurkan berhenti merokok 17. Rujuk ke program rehabilitasi jantung



Perawatan jantung (02075) tindakan: 1. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung 2. Monitor tekanan darah



4



kriteria hasil: 3. Monitor intake dan output caira 1. Kekuatan nadi perifer 4. Monitor saturasi oksigen meningkat 5. Monitor keluhan nyeri dada 2. Ejection fraction 6. Monitor nilai laboraturium jantung meningkat 7. Posisikan pasien semi fowler 3. Cardiac index meningkat 8. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk 4. Palpitasi menurun modifikasi gaya hidup sehat 5. Bradikardia menurun 9. Berikan terapi relaksasi 6. Takikardia menurun 10. Berikan oksigen untuk mempertahankan 7. Gambaran ekg aritmia saturasi oksigen menurun 11. Anjurkan berhenti merokok 8. Lelah menurun 9. Edema menurun 10. Dyspnea menurun 11. Batuk menurun 12. Suara jantung s3 dan s4 menurun 13. Murmur jantung menurun 14. PVR menurun 15. CRT membaik. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy (I.05178) tindakan: ketidakseimbangan antara suplai keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang dan kebutuhan oksigen toleransi aktivitas meningkat mengakibatkan kelelahan (L.05047) dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur 1. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan meningkat selama melakukan aktifitas 2. Saturasi oksigen 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah



5



meningkat stimulus 3. Kemudahan dalam 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau melakukan aktivitas aktif sehari-hari meningkat 7. Berikan aktivitas distraksi yang 4. Kecepatan berjalan menenangkan menigkat 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika 5. Jarak berjalan meningkat tidak dapat berjalan atau berpindah 6. Kekuatan tubuh bagian 9. Anjurkan tirah baring atas dan bawah 10. Anjurkan melakukan aktivitas secara meningkat bertahap 7. Toleransi dalam menaiki 11. Anjurkan menghubungi perawat jika tangga meningkat tanda dan gejala kelelahan tidak 8. Keluhan lelah menurun berkurang 9. Dyspnea saat aktivitas 12. Ajarkan strategi koping untuk menurun mengurangi kelelahan 10. Perasaan lemah menurun 13. Kolaborasi dengan ahili gizi tentang cara 11. Aritmia saat dan setelah meningkatkan asupan makanan. aktivitas menurun 12. Frekuensi nafas membaik 13. EKG iskemia membaik. Ansietas b.d ancaman terhadap Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09134) tindakan: kematian keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah tingkat ansietas menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas (L.09093) dengan kriteria 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk hasil: menumbuhkan kepercayaan 1. Verbalisasi khawatir 4. Pahami situasi yang membuat ansietas, akibat kondisi yang dengarkan dengan penuh perhatian dihadapi menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenag dan 2. Perilaku gelisah menurun menyakinkan



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



6



Perilaku tegang menurun Tremor menurun TTV dalam batas normal Konsentrasi membaik Pola tidur membaik Kontak mata membaik Orientasi membaik.



Defisit pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan terpapar informasi keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat (L.12111) dengan kritera hasil: 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat 3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat 4. Perilaku sesuai dengan



6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 7. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang sedang dialami 8. Informasikan secara factual mengenai diagnosis pengobatan 9. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien (jika perlu) 10. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 11. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 12. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat 13. Latih teknik relaksasi Edukasi kesehatan (I.2383) tindakan: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 4. Jadwalkan pedidikan kesehatan sesuai kesepakatan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat



5.



6.



7. 8.



pengatahuan meningkat 8. Ajarkan strategi yang dapat diguanakan Pertanyaan tentang untuk meningkatkan perilaku hidup dan masalah yang dihadapi sehat menurun Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun Perilaku membaik.



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN



BAB III LITERATUR REVIEW 3.1. Review Artikel N o 1



Judul/ Penulis/Tahun Efficacy of Yangxin Recipe in Combination with Conventional Western Medicine in Treatment of Angina Pectoris of Coronary Heart Disease Jiali Liu, Yaorong Dong, and Xiaozhen Hu (2022)



Desain



Sampel



Variabel



Intervensi



Analisis



Hasil penelitian



A total of 78 patients with coronary heart disease and angina pectoris were randomly divided into a control group (n = 39) and a YXR group (n = 39).



Efficacy of Yangxin Recipe in Combinatio n with Convention al Western Medicine in Treatment



1. Preparatio n of YXR 2. Grouping and treating.



The SPSS20.0 software was used for statistical analysis. The measurement data with normal distribution analyzed by ShapiroWilk test and homogeneous variances of each subject for different treatment groups were expressed as mean ± stan-dard deviation (x ± s), and the t-test was used to compare the differences between the two groups. The changes before and after treatment in both control and YXR groups has been analyzed by χ2 test, and the count data were expressed as frequency (constituent ratio, %). P < 0.01 was considered as a



After treatment, the total effective rate of YXR was 92.31%, which was higher than (P < 0.01) that of the western medicine control group. The total score of TCM syndromes in the YXR group was (14.44±9.87), which was significantly lower than (P < 0.001) that in the simple western medicine control group (22.44±13.87). The degree of coronary stenosis in the YXR group decreased to (49.87±7.82) %, which was significantly lower



2



Acupuncture as Adjuvant Therapy for Treating Stable Angina Pectoris with Moderate Coronary Artery Lesions and the Mechanism of Heart-Brain Interactions: A Randomized Controlled Trial Protocol Long Zhao, Qingqiao Song, Huaqin Wu, Yanli Wang, Jiani Wu, Jiliang Fang, and Zhigang Li (2021)



The study is a randomized controlled clinical trial



total of 80 patients who are diagnosed with stable angina pectoris with moderate coronary artery lesions will be recruited and randomly assigned to two treatment groups (electroacupunctur e or shamelectroacupunctur e group) in a 1 :1 ratio.



Acupunctur e as Adjuvant Therapy



All participants in the two groups will receive the same basic treatment with shortterm sublingual nitroglycerin therapy when the patient suffers acute angina pectoris symptoms.



significant difference, and P < 0.001 was used as the criterion for judging the extremely significance of the difference. In this study, the statistical analysis of the clinical data will be performed by a statistician, who will be blinded to the trial, by using SPSS 19.0 statistics software. Demographic data and some basic indicators will be analysed to measure the balance of the two groups at baseline. Continuous variables will be expressed as the means ± standard deviation (SD). Categorical variables will be expressed as numbers and percentages (%). Categorical variables will be analysed with the chisquare (X2) test. Continuous variables will be analysed with



than (P < 0.001) that in the western medicine control group (57.05±9.92) %. The main outcome is Seattle Angina Questionnaire scores. ,e other observation indices are the heart rate variability and selfrating anxiety scale and self-rating depression scale scores. To explore mechanisms based on the hypothesis of a correlation between heart and brain function, fMRI scans will be used to detect functional brain changes in 15 patients from each group at baseline and at the end of treatment. Finally, the efficacy of acupuncture will be evaluated, and the



two-way repeated measures ANOVA and Kruskal–Wallis ANOVA. Statistical analysis between the two groups will be performed using Dunnett’s test. ,e comparison between baseline and end of treatment in each group will be carried out with a paired samples t-test. Statistical significance will be set to P < 0.05 with the two-sided test. For the BOLD–fMRI data processing, we will use the Statistical Parametric Mapping software SPM12 (http://www.fil.ion.ucl.ac .uk/spm) with the MATLAB platform of DPABI 4.3 software to process and analyse whole brain functional areas and the differences in the resting-state default network before and after treatment. ,e main analytical methods for cerebral responses to



HRV and imaging data will be correlated with clinical data to investigate the possible relationships between the brain and heart activity.



the different interventions include regional homogeneity (ReHo) amplitude of low-frequency fluctuations (ALFF), and seedbased functional connectivity based on the results of ReHo and ALFF



3.2. Analisis PICOT (Population, Intervention, Comparance, Outcome, Time) No 1



Judul/Penulis/Tahun Efficacy of Yangxin Recipe in Combination with Conventional Western Medicine in Treatment of Angina Pectoris of Coronary Heart Disease Jiali Liu, Yaorong Dong, and Xiaozhen Hu (2022)



Population A total of 78 patients with stable angina pectoris of CHD (Qi stagnation and blood stasis syndrome) admitted to Shanghai University of TCM Shanghai TCM-Integrated Hospital from January 2017 to December 2019 were recruited into this study.



Intervention Prescription Yanxin treatment combined with conventional Western medicine



Comparance This study conducted a comparison between the control group adopting western medicine and the YXR group receiving conventional western medicine plus oral administration of YXR. After 6 consecutive months of treatment, the data showed a difference in the



Outcome After treatment, the total effective rate of YXR was 92.31%, which was higher than (P < 0.01) that of the western medicine control group. The total score of TCM syndromes in the YXR group was (14.44±9.87), which was significantly lower than (P < 0.001) that in the simple western medicine control group (22.44±13.87). The degree of coronary stenosis in the YXR group decreased to (49.87±7.82) %, which was significantly lower than (P < 0.001) that in the western medicine



Time Routine reatment for six months



outcome of the two groups. the total effective rate of YXR was 92.31%, which was higher than (P < 0.01) that of the western medicine control group. The total score of TCM syndromes in the YXR group was (14.44±9.87), which was significantly lower than (P < 0.001) that in the simple western medicine control group (22.44±13.87). The degree of coronary stenosis in the YXR group decreased to (49.87±7.82) %, which was significantly lower than (P < 0.001) that in the western medicine control group (57.05±9.92) %. It



control group (57.05±9.92) %.



2



Acupuncture as Adjuvant Therapy for Treating Stable Angina Pectoris with Moderate Coronary Artery Lesions and the Mechanism of HeartBrain Interactions: A Randomized Controlled Trial Protocol Long Zhao, Qingqiao Song, Huaqin Wu, Yanli Wang, Jiani Wu, Jiliang Fang, and Zhigang Li (2021)



A total of 80 participants



All participants in the two groups will receive the same basic treatment with shortterm sublingual nitroglycerin therapy when the patient suffers acute angina pectoris symptoms.



can be concluded that the combined treatment of prescribed Yangshin and conventional Western medicine is more effective than the Western medicine not combined with prescribed Yangshin. The researchers grouped the samples into two groups, the electroacupuncture group and the sham electroacupuncture group, with a ratio of 1:1 the samples are split evenly between the two groups. The primary outcome in this study was the Seattle Angina Questionnaire score. while other observations were



The main outcome is Seattle Angina Questionnaire scores. ,e other observation indices are the heart rate variability and self-rating anxiety scale and selfrating depression scale scores. To explore mechanisms based on the hypothesis of a correlation between heart and brain function, fMRI scans will be used to detect functional brain changes in 15 patients from each group at baseline and at the end of treatment. Finally, the efficacy of



This trial will be conducted over 8 weeks, including a 2-week screening, 2-week treatment, and 4-week follow-up.



made including heart rate variability and self-assessment anxiety scale and self-assessment depression scale scores. after that researchers explore mechanism based on the hypothesis of a correlation between heart and brain function, fMRI scans will be used to detect functional brain changes in 15 patients from each group at the start and end of treatment. A weakness of this study is that the reader does not know for sure whether acupuncture as an adjunctive therapy can treat angina, as the researchers



acupuncture will be evaluated, and the HRV and imaging data will be correlated with clinical data to investigate the possible relationships between the brain and heart activity.



have not added any studies that have been conducted.



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 4.2. Saran



DAFTAR PUSTAKA



Liu, J., Dong, Y., & Hu, X. (2022). Ef fi cacy of Yangxin Recipe in Combination with Conventional Western Medicine in Treatment of Angina Pectoris of Coronary Heart Disease. SAGE, 28, 1–8. https://doi.org/10.1177/10760296221076152 SANAK, S. A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J.R DENGAN DIAGNOSAMEDIK ANGINA PECTORIS DI RUANGAN HIGH CARE UNIT/HCU RSUD. S.K. LERIK KUPANG. POLTEKKES KEMENKES KUPANG. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Zhao, L., Song, Q., Wu, H., Wang, Y., Wu, J., Fang, J., & Li, Z. (2021). Acupuncture as Adjuvant Therapy for Treating Stable Angina Pectoris with Moderate Coronary Artery Lesions and the Mechanism of Heart-Brain Interactions: A Randomized Controlled Trial Protocol. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 1155(10), 8. https://doi.org/https://doi.org/10.1155/2021/6634404