Laporan Pendahuluan Unstable Angina Pectoris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN UNSTABLE ANGINA PECTORIS DI CVCU



PROGRAM STUDI PROFESI NERS Keperawatan Gawat Darurat & Intensif



Oleh : Nama NIM



: Rizka Apriyeni Utari : 04064882124009



BAGIAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA



1. Definisi Angina pektoris tak stabil didefinisikan sebagai perasaan tidak enak didada (chest discomfort) akibat iskemia miokard yang datangnya tidak tentu, dapat terjadi pada waktu sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat. Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut. Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan anfark miokard akut (Trianto & Endang, 2014). Unstable Angina Pectoris adalah nyeri dada atau ketidak nyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri coroner yang menggambarkan sensasi seperti ditekan, diremas, atau seperti ditusuk-tusuk dibagian dada. Unstable Angina Pectoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversible dan semestara yang dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium yang berasal dri penyempitan asterosklerosis arteri coroner (Kumar, 2014).



2. Etiologi Faktor-faktor yang meningkatkan resiko angina tidak stabil adalah (Hendriarto, 2014): a. Merokok b. Tidak berolahraga secara teratur c. Memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi d. Mengkonsumsi tinggi lemah jenuh dan memiliki kolesterol tinggi e. Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus f. Memiliki anggota keluarga (terutama orang tua atau saudara kandung) yang telah memiliki penyakit arteri koroner g. Menggunakan stimulan atau rekreasi obat, seperti kokain atau amfetamin h. Atherosclerosis, atau pengerasan arteri adalah kondisi dimana simpanan lemak, atau plak, terbentuk didalam dinding pembuluh darah Ustable Angina Pectoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversible dan sementara akibat ketidakseimbangan antara keburuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium. Hal ini terjadi bila (Kasron, 2012):



a. Kebutuhan oksigen miokardium meningkat misalnya karena kerja fisik keras atau aktifitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak. b. Faktor aliran darah coroner berkurang misalnya aterosklerosis, spasme. c. Kebutuhan oksigen miokardium meningkat akibat kerusakan mikardium atau hipertensi diastolik.



3. Patofisiologi Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium (Kumar, 2014). Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (Nitrat Oksid) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmuskoroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energy mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasioksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda (Hendriarto, 2014).



4. Tanda dan gejala Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula, daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan (Wijaya & Putri, 2013).



5. Diagnosa Medis a. Riwayat Pasien dengan angina tidak stabil mewakili populasi heterogen. Oleh karena itu, dokter harus memperoleh riwayat terfokus gejala pasien dan faktor-faktor risiko koroner dan segera meninjau EKG untuk mengembangkan stratifikasi risiko awal. Awalnya mendapatkan sejarah untuk menentukan apakah bukti angina hadir, dan kemudian bertujuan untuk mengidentifikasi apakah stabil atau tidak stabil. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik biasanya tidak sensitif atau spesifik untuk angina tidak stabil sebagai sejarah atau tes diagnostik. Sebuah pemeriksaan fisik biasa-biasa saja tidak jarang. Lakukan penilaian cepat tanda-tanda vital pasien, dan melakukan pemeriksaan jantung. Diagnosis tertentu yang harus eksplisit dipertimbangkan adalah angina tidak stabil berbeda dari angina stabil dalam ketidaknyamanan biasanya lebih intens dan mudah terprovokasi, dan ST segmen depresi atau elevasi pada EKG dapat terjadi (Hendriarto, 2014).



6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain EKG, pemeriksaan laboratorium, ekokardiografi, dan angiografi coroner (Kumar, 2014). a. Elektrokardiogram Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-



kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif. b. Foto Rontgen Dada Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya klasifikasi arkus aorta. c. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGO atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. d. Uji Latihan Jasmani Karena pada unstable angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alattreadmill, atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal, dan selama latihan EKG dimonitor demikian pula setelah selesai EKG terus dimonitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pektoris. Di tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut. e. Penyadapan Jantung Penyadapan jantung untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah satu pemeriksaan yang paling penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung koroner maupun untuk merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada pasien angina pektoris dapat dilakukan pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif, baik untuk



tujuan diagnostik untuk konfirmasi adanya penyempitan pembuluh koroner, maupun untuk merencanakan langkah selanjutnya pada pasien angina.



7. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan pada pasien dengan unstable angina pectoris dibagi menjadi penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis (Hendriarto, 2014). a. Farmakologis 1) Penanganan nyeri: morphin sulfat, nitrat, penghambat beta (beta blocker) 2) Membtasi ukuran infark miokardium Untuk membatasi ukuran infark secara selektif, dilakukan upaya peningkatan suplai darah dan oksigen kejaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan, dan memulihkan sirkulasi. Terapi farmakologi yang diberkan adalah: a) Antikoagulan Antikoagulan berfungsi untuk mencegah bekuan darah yang dapat menyumbat sirkulasi. b) Trombolitik Trombolitik sering disebut juga dengan penghancur bekuan darah, menyerang dan melarutkan bekuan darah. c) Antilipemik Antilipemik disebut juga dengan hipolipemik, berefek menurunkan konsentrasi lipid darah. d) Vasodilator perifer Vasodilator perifer bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit akibat vasospasme. b. Non Farmakologi 1) Pemberian oksigen Terapi pemberian oksigen dimulai saat nyeri terjadi. Oksigen yang dihirup akan meningkatkan tekanan perfusi koroner sehingga meningkatkan oksigenasi pada jaringan jantung yang iskemik atau memperbaiki ketidak seimbangan oksigen di miokardium. Terapi oksigen dilakukan sampai nyeri berkurang.



2) Membatasi aktivitas fisik Istirahat merupakan cara paling efektif untuk membatasi aktivitas fisik. Pengurangan atau penghentian seluruh aktivitas pada umumnya akan mempercepat penghentian nyeri.



8. Penatalaksanaan Keperawatan a. Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan pasien yang memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan. 1) Identitas Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien. 2) Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. b) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.



Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan dizzines. c) Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, insufisiensi aorta, spasmus arteri koroner dan anemia berat d) Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner. 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit. b) Tanda-tanda vital Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi c) Pemeriksaan head to toe 1) Kepala Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada rahang 2) Leher Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher. 3) Thorak Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan perikarditis. Paru-paru: suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda.



4) Abdomen Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun. 5) Ekstremitas Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membran mukosa dan bibir.



b. Diagnosis Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) 2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (nyeri saat bernapas) 3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 5) Defisit pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpapar informasi



c. Tindakan Keperawatan No. Dx D.0077



Luaran Keperawatan



Intervensi Keperawatan



Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri selama …x… maka diharapkan tingkat Observasi: nyeri menurun, dengan kriteria hasil:



-



Identifikasi



lokasi,



-



Keluhan nyeri menurun



durasi,



frekuensi,



-



Meringis menurun



intensitas nyeri



-



Sikap protektif menurun



karakteristik, kualitas,



-



Identifikasi skala nyeri



-



Identifikasi respons nyeri non verbal



Terapeutik: -



Berikan



teknik



nonfarmakologis



untuk mengurangi rasa nyeri



-



Kontrol



lingkungan



yang



memperberat rasa nyeri -



Fasilitasi istirahat dan tidur



Edukasi: -



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri



-



Jelaskan strategi meredakan nyeri



-



Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri



Kolaborasi: D.0005



Kolaborasi pemberian analgetik



Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen jalan napas selama …x… maka diharapkan pola napas Observasi: membaik, dengan kriteria hasil: -



-



Monitor pola napas



Penggunaan otot bantu napas



-



Monitor bunyi napas tambahan



menurun



-



Monitor sputum



-



Frekuensi napas membaik



-



Kedalaman napas membaik



Terapeutik: -



Pertahankan kepatenan jalan napas



-



Posisikan semi-fowler atau fowler



-



Berikan minum hangat



-



Lakukan fisioterapi dada



Edukasi: -



Anjurkan



asupan



ml/hari -



Ajarkan batuk efektif



cairan



2000



D.0009



Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan sirkulasi selama …x… maka diharapkan perfusi Observasi: perifer meningkat, dengan kriteria hasil: -



Denyut nadi perifer meningkat



-



Warna kulit pucat menurun



-



Pengisian kapiler membaik



-



Akral membaik



-



Turgor kulit membaik



-



Periksa sirkulasi perifer



-



Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi



-



Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada esktremitas



Terapeutik: -



Hindari pemasangan infus atau pengambilan



darah



di



area



keterbatasan perfusi -



Hindari pengukuran tekanan darah pada



ekstremitas



dengan



keterbatasan perfusi -



Hindari



penekanan



dan



pemasangan tourniquet pada area yang cedera -



Lakukan pencegahan infeksi



-



Lakukan perawatan kaki dan kuku



Edukasi: -



Anjurkan berhenti merokok



-



Anjurkan berolahraga rutin



-



Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar



-



Anjurkan



menggunakan



penurunan antikoagulan,



tekanan dan



obat darah,



penurunan



kolesterol -



Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur



D.0056



Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen energi selama …x… maka diharapkan toleransi aktivitas meningkat, dengan kriteria hasil: -



Frekuensi nadi meningkat



-



Keluhan lelah menurun



-



Dispnea saat aktivitas menurun



-



Dispnea menurun



setelah



Observasi: -



yang mengakibatkan kelelahan -



aktivitas



Identifikasi gangguan fungsi tubuh



Monitor



kelelahan



fisik



dan



emosional -



Monitor pola dan jam tidur



-



Monitor



lokasi



dan



ketidaknyamanan



selama



melakukan aktivitas



Terapeutik: -



Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus



-



Lakukan



latihan



gerak



pasif



dan/atau aktif -



Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan



-



Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan



Edukasi: -



Anjurkan tirah baring



-



Anjurkan



melakukan



aktivitas



secara bertahap -



Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang



-



Ajarkan



strategi



koping



mengurangi kelelahan



untuk



Kolaborasi: -



Kolaborasi ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



D.0111



Setelah dilakukan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan selama …x… maka diharapkan tingkat Observasi: pengetahuan membaik, dengan kriteria



-



hasil: -



-



Identifikasi



kesiapan



dan



kemampuan menerima informasi Pertanyaan tentang masalah yang



-



Identifikasi faktor-faktor yang dapat



dihadapi menurun



meningkatkan



dan



menurunkan



Persepsi yang keliru terhadap



motivasi perilaku hidup bersih dan



masalah menurun



sehat



Terapeutik: -



Sediakan



materi



dan



media



pendidikan kesehatan -



Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan



-



Berikan



kesempatan



untuk



bertanya



Edukasi: -



Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan



-



Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat



-



Ajarkan digunakan



strategi untuk



yang



dapat



meningkatkan



perilaku hidup bersih dan sehat



9. Komplikasi a. Infark miocard



Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhenrinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah. b. Aritmia Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan perluasan infark. c. Gagal jantung Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. d. Syok cardiogenik Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan perawatan agresif. e. Perikarditis Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan. f. Aneurisma ventrikel Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada apex dan bagian anterior jantung (Kumar, 2014).



10. Prognosis Prognosis pasien dengan angina pektoris lebih buruk dibandingkan prognosis pasien nyeri dada non kardiak. Berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler juga turut memperburuk luaran klinis pada pasien angina pektoris. Data yang ada belum cukup



mutakhir untuk menggambarkan prognosis pasien angina pektoris di komunitas sebab mayoritas data berasal dari register penelitian farmakologi dan intervensi koroner serta kurang heterogen dalam hal karakteristik etnis dan klinis pada populasi pasien (Kasron, 2012).



DAFTAR PUSTAKA Kasron. (2012). Kelainan dan penyakit jantung. Yogyakarta: Nuha Medika Kumar. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Trianto, & Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hendriarto, H. (2014). Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume VI, Nomor 3. PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. Wijaya, A., & Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika .



WOC



Faktor di luar jantung



Sklerotik arteri koroner



Agregasi trombosit



Meningkatkan aliran darah ke mesenterik



Mengakibatkan Vasokonstriksi



Aliran oksigen ke jantung menurun



Peningkatan kebutuhan oksigen



Trombosis arteri koroner perdarahan plak ateroma



Spasme arteri koroner



Meningkatkan kebutuhan oksigen jantung



Beban kerja jantung meningkat



Peningkanan tekanan jantung



Lelah



Intoleransi Aktivitas



Nyeri Akut



Ansietas



Konstruksi jantung menurun



Penurunan aliran darah dan O2 adekuat ke jantung



Penurunan Curah Jantung



Nyeri



Takut



Pelepasan adrenalis dan meningkatkan tekanan darah



Proses anaerob Pola Napas TidakEfektif O2 tidak seimbang



Injury Miocard



Asam Laktat ꜛ Perlu menghindari komplikasi



Iskemia Miocard Diperlukan pengetahuan tinggi



MK: Perubahan Perfusi Jaringan MK: Defisit Pengetahuan