Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa Hernia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA DI RUANG DAHLIA RS dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Dosen Pembimbing: Widjijati, MN. Pembimbing Klinik: Adi Suyatno, S.Kep., Ns.



Disusun Oleh: Sinta Khairunisa P1337420218111



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO 2020



BAB I KONSEP DASAR 1.1 Pengertian Hernia Menurut Muttaqin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian- bagian tersebut. Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2010), hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut. Berdsarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya. 1.2 Klasifikasi Hernia Klasifikasi hernia berdasarkan sifat klinisnya : 1. Hernia hiatal Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada (toraks). 2. Hernia epigastrii Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan. 3. Hernia umbilikal Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. 4. Hernia inguinalis Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. 5. Hernia femoralis Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. 1



6.



Hernia insisional Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.



Klasifikasi hernia berdasarkan arah hernia : 1. Hernia Eksternal yaitu hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah luar, misalnya; hernia inguinalis lateralis dan medialis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia lumbalis dsb. 2. Hernia Internal yaitu apabila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen. (Diyono dan Mulyanti, 2013) 1.3 Etiologi Hernia 1. Kongenital a. Hernia Kongenital Sempurna terjadi karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu yang langsung muncul pada saat dia dilahirkan. b. Hernia Kongenital Tak Sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat tempat tertentu (perdisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdominal. (Deden dan Tutik, 2010). 2. Akuisital a. Kelemahan abdomen Lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding abdomen semakin lemah). b. Tekanan intra abdominal yang tinggi  Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.



2



 Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.  Obesitas, berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah. c. Konstitusi tubuh, misalnya pada orang kurus dan orang gemuk. d. Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut (Penyakit paru obstruktif paru kronis, adanya cairan di dalam rongga perut). (Haryono Rudi, 2012) 1.4 Pathofisiologi Hernia Pada awalnya hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan yang berlebihan dan menyebabkan suatu dinding abdominal menjadi tipis atau tidak cukup kuat menahan organ dan kemudian terjadi hernia. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukan kembali dan disebut hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan. Dari pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi. ( Liu dan Campbell, 2011 ).



1.5 Pathway



3



1.6 Manifestasi Klinis 1. Penonjolan di daerah inguinal 



Sumber: Sylfia Price, 2012



2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi. 4



3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen. 4. Terdengar bising usus pada benjolan  5. Kembung  6. Perubahan pola eliminasi BAB, konstipasi 7. Gelisah  8. Dehidrasi  9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong. 10. Mual, muntah 11. Anoreksia 12. Demam 13. Hipertrofi prostat pada pria 1.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus. 2. Cek darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidakseimbangan elektrolit.  1.8 Komplikasi 1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. 2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata. 3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata. 4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis. 5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah. 6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki, 5



7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah, 8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. 9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.  1.9 Penatalaksanaan Medis 1. Konservatif a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong. b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit dievaluasi kembali. c. Celana penyangga d. Istirahat baring e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB. 2. Pembedahan (Operatif) : a. Herniaplasty: memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang. b. Herniatomy: pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong. c. Herniorraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.



BAB II KONSEP KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian 1. Identitas 6



Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa. 2. Riwayat penyakit sekarang Klien dengan post herniotomy mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi. 3. Riwayat penyakit dahulu Mengkaji apakah klien penah sakit seprti yang dirasakan sekarangdan apakah pernah menderita hipertensi DM, atau penyakit keturuan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan. 4. Riwayat penyakit keluarga Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyaki keturunan atau menukar. Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada keluarga yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Pola fungsi kesehatan  1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan a. Benjolan daerah skrotum atau selangkangan b. Riwayat timbulnya bencolan 2. Pola nutrisi metabolik a. Mual, muntah b. Anoreksia c. Distensi abdomen d. Diit rendah serat e. Demam 3. Pola eliminasi a. Konstipasi b. Sering mengejan c. Kebiasaan BAB/BAK 4. Pola aktifitas dan latihan a. Kebiasaan mengangkat bedan berat b. Pekerjaan klien 7



5. Pola kognitif dan sensori a. Nyeri 6. Pola reproduksi dan sekual a. Kehamilan pada wanita b. Hipertrofi prostat pada pria 7. Pola mekanisme koping a. Cemas karena operasi b. Cemas akan penyakit Pemeriksaan fisik 1. Status Kesehatan umum a. Kesadaran klien baik itu apatis, sopor, koma, gelisah, maupun komposmentis tergantung dengan keadaan klien. b. TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan. 2. Pemeriksaan head to toe a. Kepala Meliputi ada atau tidaknya benjolan maupun nyeri, dan bentuk kepala, ekspresi wajah, ada atau tidaknya lesi dll. b. Mata Ada atau tidaknya tanda-tandaa anemis, ikteris, dan gangguan-gangguan lainnya. c. Hidung Meliputi kesimetrisan cuping hidung, gerakan cuping hidung, ada atau tidaknya polip. d. Telinga Ada atau tidaknya benjolan, nyeri tekan, dan gangguan pendengaran. e. Gigi dan mulut Ada atau tidaknya kelainan pada gigi dan mulut, pembengkakan tongsil, pucat atau tidaknya mukosa mulut, dll. f. Leher Meliputi ada atau tidaknya gangguan berupa benjolan, nyeri tekan, oedem, dan bagaimana reflek menelan klien. g. Thorax 8



Meliputi bentuk (simetris atau tidak simetris), ada tidaknya gerakan intracostae h. Paru Inspeksi : melalui pengamatan terlihat ada atau tidaknya keabnormalan dalam bernafas Palpasi : Pergerakan simetris atau tidak Perkusi : suara ketok sonor, ada atau tidaknya suara tambahan lainnya Auskultasi : suara napas normal atau tidak normal maupun irama dan suara yang terdengar (apakah terdapat ronchi, whezing, stridor) i. Jantung Inspeksi: nampak atau tidaknya iktus jantung Palpasi: nadi dan iktus teraba atau tidak Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal atau tidak maupun ada tidaknya suara mur-mur j. Abdomen dan genetalia Apakah ada benjolan atau tidak di daerah inguinalis atau selangkangan dan skrotum. Pada post operasi ada atau tidaknya gerakan peristaltik pada usus, distensi abdomen, mual atau tidak. Apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik. k. Ekstremitas    Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.



2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang muncul menurut NANDA (2017) adalah: a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (00132) b. Ansietas berhubungan dengan stressor (00146) c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (00132) d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (00085) e. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan (40000)



9



2.3 Intervensi Keperawatan DX 1.



NOC Setelah



NIC



dilakukan



RASIONAL



asuhan Manajemen



nyeri a. Untuk



keperawatan selama 3x24 jam, maka (1400) : diharapkan masalah nyeri pasien dapat teratasi Dengan Kriteria hasil:



a. Kaji



Awal Tujuan



termasuk



lokasi,



karakteristik,



durasi,



faktor presipitasi. b. Observasi reaksi non



Mengenali apa



verbal



yang terkait dengan gejala



secara



frekuensi, kualitas dan



Mengenali kapan nyeri terjadi



nyeri



komprehensif



Kontrol Nyeri (1605) Indikator



mengetahui



dari



ketidaknyamanan. c. Gunakan



nyeri



strategi



komunikasi terapeutik untuk



Melaporkan nyeri



mengetahui



yang terkontrol



pengalaman nyeri dan



Menggunakan



sampaikan



analgesik yang



penerimaan terhadap nyeri



direkomendasikan Keterangan :



pasien



d. Berikan



informasi



mengenai



1 : Tidak pernah menunjukan



seperti nyeri,



2 : Jarang menunjukan



nyeri, penyebab



berapa



nyeri



akan dirasakan, dan 3 : Kadang-kadang menunjukan



antisipasi



dari



ketidaknyamanan



4 : Sering menunjukan



akibat prosedur. 5 : Secara konsisten menunjukan



e. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan 10



lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,



dan



faktor presipitasi nyeri. b. Untuk mengetahui reaksi



non



verbal



dari



ketidaknyaman an akibat nyeri c. Untuk mengetahui pengalaman nyeri



dan



sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri d. Untuk mengetahui informasi mengenai



menangani



nyerinya



dengan tepat f. Berikan



nyeri,



seperti



penyebab Individu



nyeri,



berapa



penurunan nyeri yang



nyeri



akan



optimal



dirasakan, dan



dengan



peresepan analgesik



antisipasi dari ketidaknyaman an



akibat



prosedur e. Untuk mengetahui keadaan nyeri dan



dapat



mengatasi nyerinya dengan tepat f. Untuk menurunkan tingkat



nyeri



menggunakan 2.



Setelah



dilakukan



obat analgesik a. Agar pasien



asuhan Pengurangan



keperawatan selama 1x24 jam, maka kecemasan (5820) :



tenang



diharapkan pasien tidak mengalami



yakin



Cemas Dengan Kriteria hasil:



a. Gunakan pendekatan yang



Tingkat Kecemasan (1211) Indikator Tidak



Awal Tujuan



tenang



dan



meyakinkan b. Jelaskan



semua



prosedur



termasuk



dapat



sensasi



beristirahat



dirasakan



yang



akan yang



mungkin akan dialami 11



b. Agar



dan pasien



mengetahui prosedur



yang



mungkin



akan



dialami



klien



selama prosedur



Kesulitan



klien selama prosedur



berkosentrasi



(dilakukan)



Rasa



c. Berikan



cemas



dilakukan c.



informasi terkait



Agar pasien mengetahui



yang



aktual



disampaian



diagnosis, perawatan



aktual



secara lisan



dan prognosis



diagnosis,



d. Dorong Keterangan :



keluarga



untuk



mendampingi



klien



dengan



3 : Sedang



prognosis keluarga



pasien



e. Bantu 2 : Cukup Berat



terkait



perawatan dan



cara d. Agar



yang tepat



1 : Berat



informasi



klien



mendampingi



mengidentifikasi



klien



situasi yang memicu



cara yang tepat



kecemasan



e. Agar



dengan pasien



4 : Ringan



mengetahui



5 : Tidak Ada



situasi



yang



memicu 3.



Setelah



dilakukan



asuhan Manajemen



kecemasan nyeri a. Untuk



keperawatan selama 3x24 jam, maka (1400) : diharapkan masalah nyeri pasien dapat teratasi Dengan Kriteria hasil:



a. Kaji



Awal Tujuan



Mengenali



lokasi,



karakteristik,



durasi,



apa terkait



dengan



gejala



kualitas



dan faktor presipitasi. b. Observasi



yang



secara



termasuk frekuensi,



Mengenali kapan nyeri terjadi



nyeri



komprehensif



Kontrol Nyeri (1605) Indikator



mengetahui



reaksi



nonverbal dari ketidak nyamanan. c. Gunakan



strategi



komunikasi terapeutik 12



lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,



dan



faktor presipitasi nyeri. b. Untuk mengetahui reaksi



non



nyeri



untuk



Melaporkan nyeri



pengalaman nyeri dan



ketidaknyaman



yang terkontrol



sampaikan



an akibat nyeri



penerimaan



Menggunakan analgesik



yang



direkomendasikan



d. Berikan



1 : Tidak pernah menunjukan 2 : Jarang menunjukan 3 : Kadang-kadang menunjukan



informasi nyeri, penyebab



pengalaman nyeri



dan



sampaikan



nyeri, berapa nyeri



penerimaan



akan dirasakan, dan



pasien terhadap



antisipasi



nyeri



dari



ketidaknyamanan akibat prosedur. e. Dorong pasien untuk



5 : Secara konsisten menunjukan



dari



mengetahui



mengenai seperti



verbal



pasien c. Untuk



terhadap nyeri



Keterangan :



4 : Sering menunjukan



mengetahui



d. Untuk mengetahui informasi



memonitor nyeri dan



keadaan



nyeri



menangani



dan



dapat



nyerinya



dengan tepat f. Berikan



mengatasi Individu



penurunan nyeri yang optimal



nyerinya dengan tepat



dengan e. Untuk



peresepan analgesik



menurunkan tingkat



nyeri



menggunakan obat analgesik mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa



nyeri



akan dirasakan, dan dari 13



antisipasi



ketidaknyaman an



akibat



prosedur f. Untuk 4.



Setelah



dilakukan



mengetahui asuhan Terapi Aktivitas (4310) a. Untuk



keperawatan selama 3x24 jam, maka diharapkan



masalah



hambatan



kemampuan



mobilitas fisik dapat teratasi Dengan



dalam



Kriteria hasil: Toleransi



klien



berpartisipasi



melalui terhadap



Aktivitas



(0005) Indikator



aktivitas



spesifik b. Bantu



klien



untuk



mengidentifikasi



Awal Tujuan



aktivitas



Kekuatan tubuh bagian atas



mengetahui



a. Pertimbangkan



yang



diinginkan c. Bantu



klien



dan



Kekuatan tubuh



keluarga



bagian bawah



mengidetifikasi



Kemudahan



kelemahan



dalam



level aktivitas tertentu



melakukan



untuk dalam



d. Instruksikan klien dan



aktivitas hidup



keluarga



harian



mempertahankan



Kemampuan



fungsi dan kesehatan



untuk berbicara



terkait peran dalam



untuk



beraktivitas



melakukan



fisik, sosial, spiritul,



aktivitas fisik



dan kognisi



Keterangan :



e. Bantu keluarga



untuk



secara



klien



memantau



perkembangan 14



dan klien



dengan spesifik aktivitas



yang



mampu



dan



aman dilakukan klien b. Agar



klien



mampu memilih aktivitas



yang



diinginkan sehingga memotivasi klien



untuk



cepat sembuh c. Agar



klien



mampu mengetahui batasan-batasan diri



dalam



melakukan aktivitas d. Agar dan



fungsi kesehatan



terkait



hal-hal



1 : Sangat Terganggu



terhadap



pencapaia



tersebut



yang



mampu



tujuan



2 : Banyak Terganggu



diharapkan



dipertahankan



3 : Cukup Terganggu



secara konsisten



4 : Sedikit Terganggu



bahkan



5 : Tidak Terganggu



berkembang e. Agar perkembangan klien terpantau dan



tingkat



keberhasilan 5.



Setelah



dilakukan



dapat diketahui asuhan Kontrol Infeksi (6540) : a. Agar pasien



keperawatan selama 3x24 jam, maka diharapkan masalah resiko infeksi



a. Anjurkan



pasien



mengenai



teknik



mencuci



tangan



dapat teratasi Dengan Kriteria hasil: Keparahan Infeksi (0703) Indikator



Awal Tujuan



dengan tepat b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan



Kemerahan



perawatan pasien



Cairan



(Luka)



c. Anjurkan



yang



berbau



untuk



pasien meminum



busuk



antibiotik



Demam



yang diresepkan



Nyeri



seperti



d. Ajarkan pasien dan keluarga



Menggigil Keterangan :



mengenai



tanda



dan



gejala



infeksi



dan



kapan



harus melaporkannya



1 : Berat



kepada 15



penyedia



mengetahui teknik mencuci tangan dengan tepat b. Untuk menjaga kebersihan tangan



dan



menghindari resiko infeksi c. Agar



pasien



meminum antibiotik sesuai



dengan



resep d. Agar dan



pasien keluarga



mengetahui



2 : Cukup Berat 3 : Sedang



perawatan kesehatan e. Ajarkan pasien dan anggota



4 : Ringan 5 : Tidak Ada



keluarga



tanda



dan



gejala



infeksi



dan



kapan



mengenai bagaimana



harus



menghindari infeksi



melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan e. Agar dan



pasien anggota



keluarga mengetahui bagaimana menghindari infeksi 2.4 Evaluasi a. Nyeri berkurang. b. Cemas dapat teratasi. c. Dapat melakukan aktivitas sehari-hari. d. Tidak terjadi infeksi pada luka post operasi.



16



17