Laporan Pendahuluan Osteoarthritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS (OA GENU)



A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Nanda NicNoc, 2012). Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009) Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (2010) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian ( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi , 2013). Jadi, Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi pinggul yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi lutut, berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti pertambahan pertumbuhan tepi tulang dan tulang rawan sendi lutut (osteofit) dan fibrosis pada kapsul sendi lutut. OA merupakan penyakit gangguan



hemoestasis



metabolisme



kartilago



dengan



kerusakan



struktur



proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. 2. Etiologi Menurut R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, (2013) penyebab dari osteoarthritis antara lain adalah sebagai berikut : a. Umur Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. b. Jenis kelamin Wanita lebih sering terkena Osteoarthritis lutut dan sendi, dan laki-laki lebih sering terkena Osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi Osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi Osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari laki-laki hal ini menu jukan adanya peran hormonal pada pathogenesis Osteoarthritis



c. Penguasaan Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. d. Kegemukan Factor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopanh berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan e. Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. f. Keturunan Heberden node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis, sedangkan wanita hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. g. Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (atritis rematord, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi poleh membrane sinofial dan sel-sel radang. Pengobatan h. Joint malligment Pada akronegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal akan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil atau seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi. i. Penyakit Endokrin Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak siffat fisik rawan sendi, ligament, tendo, sinofia, dan kulit. Pada diabetes mellitus, glukaosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. j. Lefosit pada rawan sendi Hemokromatosis,



penyakit Wilson,



akronotis,



kalsiam,



firifosfat



dapat



mengendapakan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, krisrtal monosodium urat atau firofosfat dalam rawan sendi.



3. Patofisiologi Menurut Soeparman



(2013),



patofisiologi



osteoarthritis adalah sebagai berikut :



atau



perjalanan



penyakit



dari



Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki letak strategis yaitu diujung –ujung tulang untuk melaksanakan 2 fungsi, yaitu: 1)



menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan didalam sendi, berkat adanya cairan sinovium, dan



2)



disendi sebagai penerima beban, menebarkan beban keseluruh permukaan sendi sedemikian sehingga tulang dibawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur normalnya setelah tertekan) dan memiliki daya regang (tensile streghth) yang tinggi. Seperti pada tulang orang dewasa, tulang rawan sendi tidak statis, tulang



ini mengalami pertukaran, komponen matriks tulang tersebut yang aus diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh kondrosit, yang tidak hanya menyintesis matriks tetapi juga mengeluarkan enzim yang menguraikan matriks. Pada osteoarthritis, proses ini terganggu oleh beragam sebab. Osteoarthritis ditandai dengan perubahan signifiikan baik dalam komposisi maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yang mengalami degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air dan penurunan konsentrasi proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II, dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida meningkat pada tulang rawan osteoarthritis dan tampaknya berperan dalam perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis juga meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional. Secara keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respons terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang lebih dalam berproliferasi dan berupaya memperbaiki kerusakan dengan menghasilkan kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirnya menjadi predominan. Faktor yang menyebabkan pergeseran dari gambaran reparatif menjadi generatif ini masih belum diketahui. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahanperubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan



metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,2013). Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi. 4. Manifestasi Klinik Menurut A. Zainal Efendi (2012), tanda dan gejala dari osteoarthritis adalah sebaga berikut : a. Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa kesemutan atau kebas, terutama pada malam hari b. Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang gerak. Sendi tampak mengalami deformitas c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada jari tangan, dapat terbentuk d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, dan tanda-tanda inflamasi pada saat-saat tertentu e. Kehilangan fungsi secara progresif 5. Pemeriksaan Penunjang a. Untuk OA tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang mendasari pada OA sekunder. b. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan / tulang yang mengalami degenerasi. c. Sinar-X. Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan. d. Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik. e. Analisa cairan engsel Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi. f. Artroskopi



Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter



akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.



g. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi (A. Zainal Efendi, 2012). 6. Komplikasi Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam, terutama pada pagi hari. Pemakaian sendi berulang-ulang cenderung menambah nyeri. Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan saling bergesekan, sering terdengar pada kasus yang berat. Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin terjadi efusi ringan (A. Zainal Efendi, 2012). 7. Prognosis Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi. Progresif lambat. Dubia, tergantung sendi yang terlibat dan tingkat keparahan 8. Penatalaksanaan Menurut A. Zainal Efendi (2012), pentalaksanaan yg dapat dilakukan pada penderita osteoarthritis yaitu sebagai berikut : a. Medikamentosa Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. 1)



Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal



2)



Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS, seperti fenofrofin,



piroksikam,ibuprofen



dapat



digunakan.



Dosis



untuk



osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal. 3)



Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu



4)



Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.



b. Perlindungan sendi



Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). c. Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. d. Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. e. Persoalan Seksual. Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. f. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.



g. Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan



adalah



osteotomy



untuk



mengoreksi



ketidaklurusan



atau



ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit. 1)



Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.



2)



Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.



3)



Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.



h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Jika ada penyebab dasar osteoarthritis, pada pengkajian sering ditemukan pada klien berusia 30-an atau 40-an tahun, wanita biasanya lebih sering terkena dari pada pria, pinggul dapat menjadi satu-satunya sendi yang terkena dan sering dijumpai subluksasi lateral. Jika tidak ada penyeban dasar yang jelas, klien lebih sering berusia 60 atau 70-an tahun, kebanyakan wanita, dan daerah yang lain (lutut dan spinal) juga terkena.



Perubahan gaya berjalan, pada pengkajian look klien terlihat sedikit pincang yang diketahui secara dini, klien mengira kakinya menjadi lebih pendek, dan apabila berjalan terlihat lebih suka menggunakan alat bantu tongkat merupakan kondisi klinis yang sering ditemukan pada klien osteoarthritis sendi panggul. 1. Pengkajian fokus (ESTI) a. Look Nyeri lipat paha.Nyeri terasa pada lipat paha, tetapi dapat menjalar ke lutut.Secara khas nyeri ini terjadi setelah melakukan aktivitas, tetapi kemudian lebih menetap dan mengganggu tidur.Kekakuan pada mulanya diketahui terutama setelah istrahat, kemudian semakin lama semakin progresif hingga sulit untuk memakai kaos kaki dan sepatu.Pembesaran sendi pinggul (derfomitas). Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi lama, perubahan permukaan sendi, perubahan gaya berdiri, dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi. b. Feel Tanda peradangan pada sendi pinggul (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dujumpai pada OA karena adanya synovitis. c. Move Hambatan gerakan sendi pinggul.Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Gerakan akan terbatas meskipun sering tidak terasa nyeri dalam rentang yang terbatas, rotasi internal, abduksi, dan ekstensi biasanya terkena lebih dahulu dan paling parah. Riwayat Kesehatan -



Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.



Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas/istirahat Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot. 2) Kardiovaskur



Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal 3) Integritas ego Gejala



:



factor-faktor



stress



akut/kronis



missal



finansial,



pekerjaan,



ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh 4) Makanan / cairan Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah. Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering. 5) Hygiene Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain. 6) Neurosensory Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Tanda : pembengkakan sendi simetri 7) Nyeri/kenyamanan Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ). 8) Keamanan Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa. 9) Interaksi social Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.



Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien. 2.



Diagnosa Keperawatan



1) Nyeri b.d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan, destruksi sendi 2) Perdarahan b.d tindakan pembedahan 3) Hipotermia b.d terpapar dengan suhu lingkungan yang rendah 4) Gangguan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot 5) Defisit perawatan diri b.d kelemahan, kerusakan persepsi, dan kognitif 6) Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh 7) Resiko trauma b.d penurunan fungsi sendi, keterbatasan ketahanan fisik



No. 1.



2.



Diagnosa Keperawatan



NOC



NIC



Nyeri b.d agen cedera biologis, Tujuan : Pain Management distensi jaringan oleh akumulasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 1) Lakukan pengkajian nyeri cairan, destruksi sendi. secara komprehensif jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol dengan termasuk lokasi, Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan Indikator IR ER faktor presipitasi Nyeri yang dilaporkan 3 4 2) Observasi reaksi non Ekspresi nyeri wajah 3 4 verbal dari Tidak bisa beristirahat 3 4 ketidaknyamanan Panjangnya episode nyeri 3 4 3) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis, non farmakologi dan inter personal) 4) Ajarkan tentang tehnik non farmakologi 5) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Perdarahan b.d proses Tujuan : 1) Monitor tanda-tanda vital pembedahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 2) Monitor cairan infus 3) Monitor perdarahan yang jam diharapkan perdarahan berhenti dengan terjadi saat proses Kriteria Hasil : pembedahan Indikator IR ER 4) Kolaborasi dengan tim Tekanan darah 2 4 medis dalam pemberian Tekanan nadi 3 5 obat gol hemostatik Perdarahan pasca pembedahan 3 5 Saturasi oksigen 5 5



3.



4.



5.



Hipotermi b.d terpapar dengan suhu lingkungan yang rendah



Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan hipotermi hilang dengan Kriteria Hasil : Indikator IR ER Menggigil saat dingin 2 5 Melaporkan kenyamanan suhu 2 5 Peningkatan suhu kulit 2 5 Perubahan waarna kulit 3 5 Hambatan mobilitas fisik b.d Tujuan : deformitas skeletal, nyeri, Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 ketidaknyamanan, penurunan jam diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat diatasi kekuatan otot dengan Kriteria Hasil : Indikator IR EK Beradaptasi terhadap keterbatasan secara 3 5 fungsional Mengidentifikasi cara-cara untuk 3 5 beradaptasi dg perubahan hidup Mengidentifikasi rencana untuk 3 4 memenuhi ADL instrumental Menerima kebutuhan akan bantuan fisik 3 4



Defisit perawatan diri b/d kelemahan, kerusakan persepsi dan kognitif



5)



Exercise therapy : ambulation 1) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi 3) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan 4) Berikan alat bantu jika pasien memerlukan 5) Bantu klien dalam melakukan ROM Tujuan : Self Care assistance : ADLs Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 1) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diriyang jam diharapkan pasien mampu merawat diri dengan mandiri Kriteria Hasil : 2) Monitor kebutuhan klien Indikator



IR



ER



untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting, dan makan 3 5 3) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care 4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan 5) Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan Tujuan : Peningkatan Citra Tubuh : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 1) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahanjam diharapkan gangguan citra tubuh pasien berkurang perubahan (bagian tubuh) dengan disebabkan adanya Kriteria Hasil : penyakit, atau pembedahan dengan cara Indikator IR ER yang tepat Kepuasan dengan fungsi tubuh 3 5 2) Bantu pasien untuk Kepuasan dengan penampilan tubuh 3 5 memisahkan penampilan fisik dari perasaan Melaporkan penurunan citra diri yang 3 5 berharga secara pribadi negatif 3) Bantu pasien untuk Melaporkan peningkatan dalm 3 5 mendiskusikan stresor kenyamanan psikologis yang mempengaruhi citra diri terkait dngan kondisi cedera atau pembedahan Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLs dengan bantuan



6.



Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur atau bentuk tubuh



3 3



5 4



7.



Resiko trauma b/d penurunan fungsi sendi, keterbatasan ketahanan fisik



4) Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri Tujuan : Environmental Management Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Safety : jam diharapkan pasien terhindar dari resiko trauma 1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien dengan 2) Identifikasi kebutuhan Kriteria Hasil : keamanan pasien, sesuai Indikator IR ER dengan kondisi fisik dan Terbebas dari cedera 3 5 fungsi kognitif pasien dan Mampu menjelaskan faktor resiko dari 2 4 riwayat penyakit terdahulu lingkungan/prilaku personal pasien Mampu memodifikasi gaya hidup 3 5 3) Hindari lingkungan yang untuk mencegah injury berbahaya 4) Berikan penerangan yang cukup 5) Kontrol lingkungan dari kebisingan



DAFTAR PUSTAKA Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA atau Pengapuran Sendi. http://ahmadaby.blogspot.com. Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta : Internal Publishing Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika