12 0 5 MB
LAPORAN PERANCANGAN
TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR PUSAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KAKAO DI PALU
Disusun Oleh: ADE PUTRA Stb. f 221 13 081
Dibimbing Oleh Ir. Fathurrahman Mansur., M.Si Nip : 19540813 198603 1 001
Iwan Setiawan Basri S.T., M.Si Nip : 19721003 199903 1 003
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR PUSAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KAKAO DI PALU OLEH : ADE PUTRA F 221 13 081
Palu,………,………,2019 Menyetujui Pembimbing
Ir. Fathurrahman Mansur., M.Si Nip : 19540813 198603 1 001
Iwan Setiawan Basri S.T., M.Si Nip : 19721003 199903 1 003 Palu,………,………,2019 Mengetahui Ketua Program Studi SI Teknik Arsitektur Universitas Tadulako
Dr.Muhammad Bakri., S.T.,M.T Nip :19740818 200312 1 001
2
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada TUHAN Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa menyertai langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan perancangan tugas akhir berjudul “PUSAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KAKAO DI PALU ” untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Gagasan yang menjadi dasar penelitian ini karena kecintaan terhadap hasil tani lokal membudidayakan dan menjaga kelestarian komoditas kakao sehingga dapat memberikan ide gagasan ruang aktivitas pengolahan dan pemasaran di Kota Palu sehingga pelestarian produksi coklat terhadap komoditas kakao di palu ini dapat berkembang dan di kenal oleh masyarakat luas. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Fathurrahman Mansur., M.Si dan Iwan Setiawan Basri S.T., M.Si sebagai pembimbing yang telah membimbing bimbingan serta telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, ilmu, tenaga dan motifasi mulai dari pengajuan proposal tugas akhir hingga pada tahap sidang skripsi. Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan penelitian ini memperoleh bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Basir, S.E., M.S. Rektor Universitas Tadulako Palu periode 2015 - 2019
2.
Bapak Dr. H. Amar, S.T., M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Tadulako yang telah memberikan izin dalam penulisan tugas akhir ini periode 2015-2019
3.
Ibu Dr. Ir. Ahda Mulyati, M.T. dan Bapak Andi Chairul Achsan, S.P., M.Si selaku ketua jurusan dan selaku Sekertaris Jurusan Arsitektur Fakultas
3
Teknik Universitas Tadulako yang telah memberikan kelancaran pelayanan dalam urusan akademik periode 2015-2019 4.
Bapak Dr. Muhammad Bakri, S.T., M.T. Selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako yang telah memberikan kelancaran pelayanan dalam urusan akademik;
5.
Ibu Andi Herniwati, S.T., M.T., selaku Dosen Wali yang telah memberikan dorongan, saran dan nasehat selama proses perkuliahan hingga saat ini;
6.
Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Teknik khususnya Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako;
7.
Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Teknik Universitas Tadulako;
8.
PT. Asbuton Jaya Abadi perusahaan tempat saya bekerja yang memberikan waktu luang untuk lebih leluasa membagi aktifitas perkuliahan dan kerjaan sehingga saya dapat menyelesaikan studi dan juga sekalian menyelesaikan tugas sebagai tanggung jawab di perusahaan
9.
Teman-teman seperjuangan arsitektur tadulako angkatan 2013, Studio Void Arsitektur, Vetran Studio, Arsitektur 13 Studio, juga studio yang saya banggakan DepanrumahStudio yang selama ini memberikan saya begitu banyak pelajaran dan banyak memberi bantuan dan dorongan motovasi, semangat, bantuan tenaga, serta menjadi tempat berbagi keluh kisah selama menjadi mahasiswa Arsitektur Universitas Tadulako.
10.
Inggrid Wahyu Ramadhani Sunaryo teman terspesial yang telah mendampingi serta memberikan motivasi dan nasehat dengan sabar, yang telah banyak meluangkan waktu untuk menemani pada saat awal dan akhir penelitian. Terimakasih yang sebesar-besarkan penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikannya.
11.
Teman-teman mahasiswa dan alumni tiap angkatan yang bergabung dalam keluarga besar Himpunan Mahasiswa Arsitektur Tadulako (HIMA ART’lie) dan Ikatan Keluarga Arsitektur Tadulako (IKAT);
4
Teristimewa skripsi tugas akhir ini peneliti persembahkan kepada Ayahanda saya Dr. H. Andi Maddukelleng., M.Si, serta Ibunda saya Tercinta yang tak tertandingi Sri Kemala Dewi Toana, Kakak adik saya dan para saudara atas segala doa, cinta, kasih sayang, perhatian motivasi dan nasehat yang tiada tertandingi nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Hanya doa dan restunyalah yang dapat mengiringi segala kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup penulis. Disadari pula bahwa penelitian skripsi tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, olehnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan pra tugas akhir ini.
Palu, ………………2019
ADE PUTRA F221 13 081 5
ABSTRAK
PUSAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KAKAO DI PALU ADE PUTRA1 (F221 13 081) Pusat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu (dibimbing oleh kepada Ir. Fathurrahman Mansur., M.Si 2 dan Iwan Setiawan Basri S.T., M.Si 3). Memahami perkembangan produksi hasil pertanian kakao (agroindustri), konsep, prinsip, dan syarat untuk merancang Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu di butuhkan analisis, sasaran, desain. Berdasarkan karakteristik dan tujuan pengembangan produksi melalui tanaman kakao, Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar untuk kemajuan kota di bidang agraris. Sulawesi tengah terletak di posisi petama di seluruh Indonesia yang memiliki Luas Area Perkebunan Rakyat dan Tingkat produksi yang tinggi menurut Direktorat Jenderal Perkebunan melalui statistic perkebunan Indonesia komoditas kakao 2014-2016 Beranjak dari pemikiran diatas, diharapkan dalam orientasi dasar perencanaan konsep rancangan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kakao Di Kota Palu, dapat diwujudkan sebagai solusi untuk mewadahi 50 ton dari 84 ton produksi kakao yang di hasilkan dalam bentuk rancangan desain bangunan yang bersifat komersil yang ditawarkan dengan berlandaskan karakter mixed use, sebuah kompleks dengan bangunan yang menjadi pusat dari dua aktivitas yang saling berkaitan yaitu sebagai area pengembangan serta pemberdayaan kualitas produksi.
Kata Kunci : Pusa Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Palu
6
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... 2 PRAKATA ................................................................................................................. 3 KATA PENGANTAR.....................................................Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ............................................................................................................... 6 DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. 10 DAFTAR TABEL....................................................................................................... 12 IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................Error! Bookmark not defined. 1.
Konsep Perancangan Makro ........................................................... 13
2.
Penetapan Lokasi Penelitian ........................................................... 14 Alternatif 1 ...................................................................................... 14 Alternatif 2 ...................................................................................... 18
3.
Penilaian Tapak ............................................................................... 23
4.
Analisis Tapak Bangunan Pusat Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu ......................................................... 27 Iklim ................................................................................................. 27 Aspek Lingkungan ........................................................................... 29 Kebisingan ....................................................................................... 30 Orientasi Matahari .......................................................................... 31 Akses Pencapaian dan Sirkulasi ...................................................... 34 Tata Massa ...................................................................................... 38 Angin ............................................................................................... 39 Analisis Arah Pandang ..................................................................... 43 Analisis Arah Pandang Ke Tapak ..................................................... 43 Analisis Arah Pandang Keluar Tapak ............................................... 45 Analisis Vegetatif............................................................................. 47
5.
Konsep Perancangan Mikro ............................................................ 50
6.
Klasifikasi Bangunan ........................................................................ 50
7.
Analisis Aktifitas Pelaku .................................................................. 51 7
8.
Pendekatan Aktifitas ....................................................................... 53 Kelompok Aktivitas Pengelola ......................................................... 53 Kelompok Aktivitas Penjual............................................................. 53 Kelompok Aktivitas Penunjang ....................................................... 53 Kelompok Aktivitas Pelayanan/Servis, meliputi :............................ 54 Kelompok Aktivitas Parkir : ............................................................. 54
9.
Analasis Fungsi ................................................................................ 54
10.
Analisis Pengguna ........................................................................... 55
11.
Pendekatan Kebutuhan Ruang ....................................................... 61
12.
Besaran Ruang ................................................................................ 63
13.
Pendekatan Sirkulasi ....................................................................... 70
14.
Analisis Hubungan Antar Ruang...................................................... 72
15.
Pendekatan Aspek Kinerja .............................................................. 73 Sistem Penghawaan dan Perkondisian Udara ................................ 73 Sistem Pembuangan Air Kotor ........................................................ 73 Sistem Pembuangan Sampah ......................................................... 77 Sistem Pencegahan Kebakaran ....................................................... 78 Sistem Penangka Petir .................................................................... 80 Sistem Keamanan............................................................................ 81 Sistem Jaringan Listrik ..................................................................... 82
16.
Pendekatan Aspek Teknis ............................................................... 83 Sistem Struktur................................................................................ 83 Sistem Modul .................................................................................. 87
16.2.1. Modul Vertikal ................................................................................ 87 16.2.2. Modul Horizontal ............................................................................ 88 17.
Pendekatan Aspek Visual Arsitektur ............................................... 88
18.
Analisis Bentuk ................................................................................ 89
V PENUTUP ............................................................Error! Bookmark not defined. 20.
Kesimpulan ..........................................Error! Bookmark not defined.
8
21.
Saran ...................................................Error! Bookmark not defined.
22.
Rekomendasi Desain ...........................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 92 REFERENSI WEBSITE ..............................................Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN
9
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 20 Foto Survey Lokasi/Site Penelitian dan Penginderaan Jauh Melalui Internet ................................................................................................................. 16 Gambar 1. 21 Foto dokumentasi survei alternative lokasi/site I .......................... 17 Gambar 1. 22 Foto Site Penelitian ........................................................................ 18 Gambar 1. 23 Foto dokumentasi survei alternative lokasi/site II ......................... 20 Gambar 1. 24 Foto Site Penelitian ........................................................................ 21 Gambar 1. 25 Lokasi Rencana Tapak .................................................................... 22 Gambar 1. 26 Zona Bahaya Likuifaksi ................................................................... 25 Gambar 1. 27 Lokasi Tapak terpilih....................................................................... 26 Gambar 1. 28 Ilustrasi lokasi tapak perencanaan ................................................. 26 Gambar 1. 29 Sketsa Analisis bangunan tanggap kebisingan ............................... 30 Gambar 1. 30 sketsa waktu lintas matahari pada tapak ...................................... 31 Gambar 1. 31 Ilustrasi tapak bangunan tanggap cuaca ........................................ 31 Gambar 1. 32 Proses Penerimaan cahaya matahari ............................................. 33 Gambar 1. 33 Penanganan lain sinar matahari yang berlebih ............................. 34 Gambar 1. 34 Pencapaian Ke Tapak ..................................................................... 35 Gambar 1. 35 Analisis Aksesibilitas dan Pencapaian ............................................ 36 Gambar 1. 36 Ilustrasi Tapak Menanggapi Sistim Sirkulasi .................................. 37 Gambar 1. 37 Analisis Sirkulasi ............................................................................. 37 Gambar 1. 38 Penataan Pola Massa Ruang .......................................................... 38 Gambar 1. 39 Ilustrasi Tapak Terhadap Tata Massa Bangunan............................ 39 Gambar 1. 40 Tanggapan Lokasi Mengenai Hembusan Angin ............................. 41 Gambar 1. 41 Ilustasi Tapak Terhadap Arah Mata Angin ..................................... 42 Gambar 1. 42 Pemanfaatan Angin Terhadap Bangunan ...................................... 42 Gambar 1. 43 Arah Pandang Ke Tapak ................................................................. 44 Gambar 1. 44 Arah Pandang Ke Luar Tapak ......................................................... 45 Gambar 1. 45 View Ke Arah Barat ........................................................................ 46 Gambar 1. 46 View Ke Arah Utara ........................................................................ 46 Gambar 1. 47 View Ke Arah Timur ........................................................................ 46 Gambar 1. 49 View Ke Arah Selatan ..................................................................... 47 Gambar 1. 48 Ilustrasi Tapak Terhadap View ....................................................... 47 Gambar 1. 50 Ilustrasi Perencanaan Jenis Vegegatif Pada Tapak ........................ 48 Gambar 1. 51 Analisis Fungsi ................................................................................ 54 Gambar 1. 52 Zoning Kawasan Perancangan Pusat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Palu................................................................................ 72 Gambar 1. 53 Sistem Semi otomatis dan Otomatis .............................................. 79 Gambar 1. 54 Sistem Penangkal Petir Konvensional ............................................ 81 Gambar 1. 55 Sistem Keamanan CCTV ................................................................. 82 Gambar 1. 56 Struktur Rangka batang 2 dimensi ................................................. 84 10
Gambar 1. 57 Detail Sambungan Bola Nodle dan Pipa Kalvanis .......................... 85 Gambar 1. 58 Sistem Struktur Bawah / Pondasi ................................................... 86 Gambar 1. 59 Pola Struktur................................................................................... 87 Gambar 1. 60 Bentuk Transformasi Subtraktif. .................................................... 89 Gambar 1. 62 Konsep Bentuk ............................................................................... 90 Gambar 1. 61 Bentuk Transformasi Aditif. ........................................................... 90 Gambar 1. 63 Site Plan ..............................................Error! Bookmark not defined.
11
DAFTAR TABEL Table 3 Penilai Tapak ............................................................................................ 23 Table 4 Rata-rata Kelembapan Udara di Kota Palu Pada Tahun 2010-2014 ........ 27 Table 5 Data Curah Hujan Kota Palu ..................................................................... 28 Table 6 Data Penyinaran Kota Palu ....................................................................... 32 Table 7 Rata-Rata Kecepatan Udara dan Kecepatan Angin Di Kota Palu Tahun 2015 ...................................................................................................................... 40 Table 8 Jenis Tanaman dan Perletakan ................................................................. 48 Table 9 Analisis Pengguna ..................................................................................... 55 Table 10 Analisis Besaran Ruang........................................................................... 64 Table 11 Volume Dan Ukuran Septic Tank ............................................................ 76
12
PUSAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KAKAO DI PALU Ade Putra F 221 13 081
A. Deskripsi Perancangan Industri kakao dalam negeri sering mengalami pasang surut dan tak lepas dari masalah. faktanya industri kakao sulit tumbuh dan berkembang di Indonesia. Saat ini indonesia harus bersaing dengan negara-negara produsen kakao lainnya dalam meraih peluang pasar. Hal ini perlu perhatian yang lebih intensif mengingat mutu kakao kalah bersaing dengan mutu kakao dari negara tersebut. Perhatian terhadap agribisnis hulu, pengusaha perkebunan kakao, industri pengolahan merupakan indikator suksesnya persaingan produk kakao di tingkat internasional. Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Di Sulawesi tanaman kakao yang merupakan komoditi unggulan petani di provinsi tersebut dengan tingkat produksi terbesar di indonesia mencapai 494.241 ton dari tingkat produksi seluruh Indonesia yang mencapai nilai 760.429 ton di tahun 2016. Ini menandakan bahwa stengah produksi kakao di Indonesia berasal dari pulau Sulawesi. Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, tentang statistic perkebunan Indonesia tahun 2014-2016 tingkat produksi kakao di Sulawesi tengah adalah yang tertinggi dan terus meningkat dari jumlah produksi 161.469 ton – 175.252 ton, Dari angka tersebut untuk wilayah kota palu memproduksi 84 ton di tahun 2014 dan terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa di kota kita Sulawesi tengah perlu adanya pengolahan produksi tanaman kakao yang lebih intens. Berdasarkan permasalah yang telah penulis uraikan di atas maka penulis mengangkat judul dalam penelitian ini yaitu “Pusat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Palu”. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar 13
perancangan pusat pengolahan dan pemasaran di Kota Palu sehingga menjadi solusi dalam penyediaan ruang aktivitas pelestarian komoditas kakao dan kualitas produksi coklat di Kota Palu.
B. Konsep Perancangan Makro Berdasarkan Literatur yang di acu pada pembahasan sebelumnya mengenai keterkaitan indsutri dengan pendekatan arsitektur hi-tech akan di analisis sesuai data lapangan penulis dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, pencapaian, view, vegetasi, zonasi, kebisingan, dan lokasi tapak terpilih. C. Penetapan Lokasi Penelitian Kota Palu terbagi menjadi 8 bagian wilayah kecamatan yakni, kecamatan Palu Timur, kecamatan Palu Selatan, kecamatan Mantikulore, kecamatan Palu Utara, kecamatan Palu Barat, kecamatan Ulujadi, kecamatan Tatanga, dan kecamatan Tavaili, yang masing masing memiliki potensi yang berbeda-beda. Terkait dengan fungsi bangunan yang bergerak di bidang komersil, perdangan, dan jasa maka yang harus di perhatikan adalah pemanfaatan lahan terkait tapak tersebut. Untuk mencapai target yang di harapkan dan untuk mempermudah penentuan, pada mulanya dilakukan pendaftaran terhadap beberapa lokasi di kota palu yang di identifikasi sesuai dengan kriteria di atas. Lokasi-lokasi tersebut dijabarkan melalui dua alternatif berikut. Alternatif 1 Lokasi Penelitian terletak di wilayah Kota Palu kecamatan mantikulore yang berada di sepanjang jalan Soekarno Hatta. Dasar pertimbangan : a) Lokasi sesuai dengan RTRW Kota Palu tahun 2010–2030 (berada pada kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota).
14
b) Lokasi sehat, diartikan lokasi tidak terletak di daerah industri (banyak pengotoran udara), elemen iklim dan kelembaban udara pada lokasi terkontrol mencapai netral, yaitu 55 – 65 %. c)
Lokasi Strategis dan Aksesibilatas baik (pencapaian mudah)
15
d) Utilitas baik (terdapat jaringan listrik, jaringan telepon, air bersih dan riol kota).
Gambar 1. 1 Foto Survey Lokasi/Site Penelitian dan Penginderaan Jauh Melalui Internet sumber: RTRW Kota Palu dan Google Maps (di akses 7 Maret 2018) 16
Gambar 1. 2 Foto dokumentasi survei alternative lokasi/site I sumber: Data Lapangan, 2018
17
Tapak berbentuk persegi empat yang memiliki lahan luasnya 1.20Ha. Tapak berada di dalam kawasan perumahan dengan kepadatan rendah, di sekitarnya di kelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Kondisi tapak berada 270 ft atau 82m di atas permukaan laut dengan kontur tapak relatif datar. Berada pada jalur arteri primer yang menghubungkan pusat kota dengan daerah sekitarnya.
Gambar 1. 3 Foto Site Penelitian Sumber: Data Lapangan, 2018
Alternatif 2 Lokasi Penelitian terletak di wilayah Kota Palu kecamatan mantikulore yang berada di sepanjang jalan Trans Sulawesi. Pemilihan lokasi sesuai dengan RTRW Kota Palu tahun 2010- 2030 dan sesuai dengan karakter serta tuntutan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao secara khusus. Dasar pertimbangan : 18
a) Lokasi sesuai dengan RTRW Kota Palu tahun 2010–2030 (berada pada kawasan peruntukan lainnya). b) Lokasi sehat, diartikan lokasi tidak terletak di daerah industri (banyak pengotoran udara), elemen iklim dan kelembaban udara pada lokasi terkontrol mencapai netral, yaitu 55 – 65 %. c)
Lokasi Strategis dan Aksesibilatas baik (pencapaian mudah)
d) Utilitas baik (terdapat jaringan listrik, jaringan telepon, air bersih dan riol kota). e) View baik
19
Gambar 1. 4 Foto dokumentasi survei alternative lokasi/site II sumber: Data Lapangan, 2018
20
Tapak berbentuk persegi empat tidak beraturan yang memiliki lahan luasnya 2.7Ha. Tapak berada di dalam kawasan pariwisata dan di sekitarnya di kelilingi oleh area komersil, perdagangan dan jasa. Kondisi tapak berada 25 ft atau 7.6m di atas permukaan laut dengan kontur tapak relatif datar. Berada pada jalur arteri primer yang menghubungkan pusat kota dengan daerah sekitarnya. Lahan jauh berada dalam jangkauan pusat kota, dan mendekati batas kecamatan, Bentuk lahan kurang simetris, cenderung memanjang dan berada tidak jauh dari bibir pantai.
Gambar 1. 5 Foto Site Penelitian Sumber: Data Lapangan, 2018
Pusat-pusat kegiatan diatas secara umum akan mendukung keseluruhan wilayah Kota Palu sesuai dengan karakteristik potensi dan kendala yang ada pada setiap wilayah pengembangan kawasan. Dominasi kegiatan perdagangan masih terkonsentrasi pada lokasi pusat-pusat kegiatan serta pada sisi jaringan jalan yang 21
mempunyai keuntungan akses dan pelayanan prasarana lain seperti tersedianya jaringan listrik, pelayanan air bersih, telekomunikasi, dan prasarana pendukung lainnya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian Wilayah Kota yang sesuai untuk perancangan Pusat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Kota Palu ini adalah bagian Utara Timur Laut, tepatnya berada pada Kecamatan Mantikulore.
Gambar 1. 6 Lokasi Rencana Tapak Sumber: Data Lapangan, 2018
22
D. Penilaian Tapak Berdasarkan alternatif lokasi penelitian di Kota Palu, hingga 2 lokasi alternatif tersebut diatas. Maka perlu dilakukan analisis penelitian lokasi penelitian. Adapun dasar penelitian lokasi penelitian diuraikan sebagai berikut pada tabel : Table 1 Penilai Tapak No.
Alternatif I ( STQ)
Kriteria
Alternatif II (Tondo)
1.
Kemudahan Pencapaian
5
4
2.
Nilai Strategis
5
4
3.
Posisi Tapak
5
4
4.
Kolerasi Lingkungan
4
3
5.
Luasan Tapak
4
5
6.
Jaringan Utilitas
4
4
7.
Kesusuaian RTRW kota Palu
5
5
32
29
Jumlah
Sumber: Analisis Penulis Berdasarkan Data Lapangan, 2018 Keterangan : Paling Baik
:
5
Baik
:
4
Kurang Baik
:
3
Tidak Baik
:
2
Berdasarkan dasar pertimbangan yang telah di tentukan serta daerah peruntukan pemerintah kota palu akan bangunan komersil, perdagangan, dan jasa 23
yang memiliki akses kegiatan impor ekspor serta pengunjung konsumen maka alternatif 1 lokasi yang terpilih, yaitu di kecamatan mantikulore yang berada di sepanjang jalan Soekarno Hatta tepatnya di sebelah timur bundaran STQ bukit jabal nur dengan luas 12.350 M² atau dengan panjang 130 M dan Lebar 95 M. Untuk lebih mendalam membahas masalah bangunan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Kota Palu dengan Penerapan Arsitektur High-Tech maka perlu dianalisis berbagai hal sebagai berikut. Lokasi Penelitian berada di Jl Soekarno Hatta, KM 6. Terletak di Jl Soekarno Hatta, KM 6. dengan dasar pertimbangan : 1) Mudah dijangkau oleh kendaraan umum maupun pribadi. 2) Dekat dengan fasilitas pendukung. 3) Berada pada jalan poros yang menghubungan pusat kota dengan indsutri 4) Aman dari lokasi bencana 5) erdapat jaringan utilitas yang mendukung operasional bangunan meliputi jaringan telepon, listrik, jaringan air bersih, saluran pembuangan, dan jalan.
24
Gambar 1. 7 Zona Bahaya Likuifaksi Sumber: Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tapak yang sesuai untuk perancangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Kota Palu adalah tapak yang memiliki kemudahan pencapaian, memiliki nilai strategis, posisi tapak yang menarik, memiliki kolerasi dengan lingkungan, memiliki luasan yang cukup memadai, memiliki jaringan utilitas kota yang baik, dan sesuai dengan arahan RTRW kota Palu sebagai kawasan peruntukan lainnya juga memiliki potensi tapak yang aman dari zona bahaya bencana alam seperti likuifaksi dan dampak gempa. Oleh sebab itu tapak yang paling tepat untuk Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Palu yaitu di jalan Soekarno-Hatta KM6,
25
kelurahan Talise, kecamatan Mantikulore dengan tingkat keamanan yang tinggi berdasarkan peta zona bahaya likuifaksi dan gempa.
Gambar 1. 8 Lokasi Tapak terpilih Sumber: Data lapangan, 2018
Gambar 1. 9 Ilustrasi lokasi tapak perencanaan Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
26
E. Analisis Tapak Bangunan Pusat Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu Iklim Iklim kota Palu di pengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan Oktober-April dan musim hujan antara bulan April-Oktober, dengan suhu udara maksimum rata-rata 35°C dan minimum 26°C. Curah hujan rata-rata sebesar 88,2 Mm/Tahun. Demikian pula kelembapan udara berkisar antara 73 – 82 %. Rata-rata kecepatan angina berkisar antara 3 -5 knots.
Table 2 Rata-rata Kelembapan Udara di Kota Palu Pada Tahun 2010-2014 No.
Bulan
Kelembaban Udara (%)
1
Januari
83,99
2
Februari
77,72
3
Maret
74,08
4
April
75,67
5
Mei
75,54
6
Juni
78,57
7
Juli
75,91
8
Agustus
77,26
9
September
78,01
10
Oktober
77,97
11
November
78,01
12
Desember
78,01 Sumber: Kota Palu Dalam Angka, 2015
27
Kondisi iklim pada sekitaran tapak termasuk iklim tropis lembab, dengan tingkat kelembaban cukup tinggi. Untuk mengatasi kelembaban udara yang cukup tinggi, maka dapat diatasi dengan penggunaan dinding porous pada bangunan. Dinding porous ini berfungsi menyerap uap air di dalam ruangan dan meningkatkan kenyamanan. Dinding dikeringkan aliran udara yang melewati celah – celah dinding , mendinginkan permukaan bangunan.
Table 3 Data Curah Hujan Kota Palu Bulan
Tahun
Jumlah
2011/mm
2012/mm
2013/mm
Januari
64.7
110
51
174.7
Februari
87.8
23.6
28
111.4
Maret
45
46.4
35
91.4
April
23.7
98.8
58.5
122.5
Mei
34.3
15.9
49.8
50.2
Juni
76.2
52.8
97
129
Juli
32.5
166
130
198.5
Agustus
52.6
83
79.8
214.4
September
100.6
15
98
214
Oktober
50.7
32
57.2
139.9
November
53.5
28
152
233.5
Desember
48.3
79
69
127.3
Sumber: BMKG Bandara Sis-Aljufri Kota Palu, 2014
Kedudukan Kota Palu yang diapit oleh bukit-bukit dan pantai sehingga kota palu dapat dikategorikan sebagai Kota Lembah. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka usaha dipengaruhi oleh udara pegunungan dan udara pantai yang berakibat pada terdapatnya perbedaan suhu antar wilayah yang dipengaruhi oleh suhu pegunungan berkisar antara 250C-310C, sedangkan wilayah yang dipengaruhi oleh suhu pantai berkisar antara 310C–370 C dengan kelembaban berkisar antara
28
70 –86 persen. Aspek Lingkungan Analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan bangunan pusat pengolahan dan pemasaran hasil pertanian kakao di kota palu mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL dikenal sejak 1985-an. AMDAL adalah analisis mengenai dampak suatu proyek ( kegiatan ) terhadap lingkungan hidup. Dampak adalah perubahan lingkungan yang amat mendasar diakibatkan oleh kegiatan. Tujuan dilakukan AMDAL terutama adalah agar kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik dan tidak mengalami kerusakan dengan berdirinya proyek. Berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan ilmu serta teknologi, diidentifikasikan 8 kategori kegiatan yang potensial dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, yaitu : 1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam 2. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarui maupun yang tidak terbarui 3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan dan kemerosotan pemanfaatan sumber daya alam 4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya 5. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya 6. Introduksi jenis tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik 7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
29
Kebisingan
Gambar 1. 10 Sketsa Analisis bangunan tanggap kebisingan Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang lebih komplek, namun sering kali berakibat buruk baik terhadap manusia maupun lingkungan. Dan juga masalah kebisingan tidak hanya merupakan masalah di tempat kerja saja, tetapi juga di sekitar kita seperti suara pesawat terbang, suara lalu lintas, dll, yang sumber bahaya tersebut perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif bagi tenaga kerja dan sekitarnya. Maka oleh sebab itulah bangunan induk pusat industri dan kegiatan aktifitas konsumen maupun pekerja perlu di tempatkan sdkit lebih menghindari area bising sekaligus menyimpan bising yang tidak menyebar luas ke lingkungan dan juga dengan penambahan vegetasi akan membantu meredam bising yang akan keluar masuk seperti pada gambar 1.28
30
Orientasi Matahari
Gambar 1. 11 sketsa waktu lintas matahari pada tapak Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Gambar 1. 12 Ilustrasi tapak bangunan tanggap cuaca Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
31
Dalam perancangan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu yang mutlak diperhatikan adalah kenyamanan, yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, terutama keadaan iklim setempat. Radiasi matahari dapat menyebabkan panas yang berlebih pada ruangan. Oleh karena itu dihindari sinarnya agar tidak masuk dalam ruangan terutama siang hingga sore hari. Pada pagi hari, sinar matahari diusahan masuk karena sinar matahari pagi mengandung ultra violet yang terkenal mampu mematikan kumankuman. Table 4 Data Penyinaran Kota Palu Bulan
Tahun
Jumlah
2011
2012
2013
Januari
51.5
49.6
56.1
101
Februari
44.3
67.4
51.6
112
Maret
49.3
57
69.1
106
April
55.5
68.5
62.7
124
Mei
54.4
67.7
55.2
122
Juni
52.2
58.2
69
110
Juli
57.1
48.8
46.2
106
Agustus
60.3
63.8
55.2
124
September
59.2
75.2
45.7
134
Oktober
69.1
74.1
66.2
143
November
57.4
60.2
61
118
Desember
43.8
64.2
50.6
108
Sumber: BMKG Bandara Sis-Aljufri Kota Palu, 2014
32
Ket : Penyinaran matahari dalam (%) Pengaruh sinar matahari : a.
Matahari pada waktu pagi:
1) Pukul 06.00- 12.00 wita, sebelah barat adalah bagian yang paling banyak terkena shading dari bangunan sekitarnya. 2) Hingga kurang dari pukul 8 pagi sinar matahari belum terlalu menyengat, sehingga baik untuk kesehatan dan tanaman.
b. Matahari pada waktu siang: 1) Arah datangnya tepat dari atas. 2) Sinarnya terasa panas, menyengat dan menyilaukan, sehingga perlu di eliminasi. c.
Matahari pada waktu sore:
1) Mulai sekitar pukul 16.00, sinar matahari tidak terlalu panas. 2) Menyilaukan dan tidak baik untuk kesehatan.
Gambar 1. 13 Proses Penerimaan cahaya matahari Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
33
menempatkan letak bangunan terhadap sinar datang matahari adalah dengan mengamati lahan pada sore hari. Setelah diketahui arah datang sinar matahari pada sore hari, jendela ditempatkan tidak pada sisi bagian terkena sinar matahari sore tersebut. di sisi lain orientasi bangunan juga menentukan intensitas dan pantulan cahaya matahari yang kuat. Selain itu, kontras antara gelap dan terang yang terjadi akibat pembayangan juga dirasakan sangat tidak nyaman.
Gambar 1. 14 Penanganan lain sinar matahari yang berlebih Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Untuk meminimalisasi silau dan panas berlebih dari matahari, diantisipasi dengan penghijauan, baik dengan rerumputan ataupun pohon-pohon tinggi pada area yang di lalui sinar matahari yang menyilaukan dan paparan sinar ultra violet. Akses Pencapaian dan Sirkulasi Tahap ini diperlukan untuk mengetahui dan menguraikan arah terbesar pemakai serta pengguna bangunan datang ke tapak (Edy Darmawan, Maria Rosita, 2014 :105). Hasil analisis pencapaian ini dipakai untuk menentukan letak pintu gerbang dan titik tangkap ke arah bangunan. 34
Akses pencapaian pada tapak berada pada jalan Soekarno Hatta. Dari arah utara, merupakan akses dari wilayah kecamatan Palu Utara dan kecamatan Tawaeli, sedangkan dari arah selatan merupakan arah dari kecamatan Palu Selatan, kecamatan Palu Timur, kecamatan Ulujadi, kecamatan Palu Barat dan kecamatan Tatanga
Gambar 1. 15 Pencapaian Ke Tapak Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Tapak terletak pada kawasan yang sedang berkembang, dan dikhawatirkan nantinya akan dapat menimbulkan masalah kemacetan, oleh sebab itu diperlukan perhatian terhadap system pengaturan sirkulasi kendaraan dalam disain sehingga tidak menambah kepadatan yang akan menimbulkan kemacetan. Dalam disain, sirkulasi kendaraan pada entrance utama ke dalam tapak akan dipisahkan dengan sirkulasi kendaraan yang keluar. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan atas tapak yang masih terbuka dan juga untuk memberikan ruang yang cukup terhadap sirkulasi kendaraan keluar-masuk tapak.
35
Gambar 1. 16 Analisis Aksesibilitas dan Pencapaian Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Berdasarkan gambar 1.34 dapat diketahui bahwa akses masuk ke tapak hanya melalui jalan utama yang terdapat di depan tapak yang merupakan jenis jalan kolektor sekunder yang mempunyai 8 m terdiri dari 1 jalur dan 2 lajur. Maka dari itu, untuk memudahkan akses ke tapak data ditentukan oleh pola sirkulasi dalam tapak dan sirkulasi di sekitar tapak. Berdasarkan fungsinya, pencapaian ke tapak di bagi menjadi dua jenis (Setiono, 2004), yaitu main enterance, yang merupakan pencapaian utama dan pintu keluar utama. Sedangkan yang kedua adalah side enterance, yaitu pencapaian kedua dan bersifat servis, serta dapat digunakan sebagai pintu keluar. Untuk mencapai lokasi memang masih belum ada akses berupa jalan masuk ke lokasi, karena lahan masih terbuka dan alami, sehingga untuk masuk ke lokasi cukup dengan masuk ke lokasi secara langsung.
36
Gambar 1. 18 Analisis Sirkulasi Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Gambar 1. 17 Ilustrasi Tapak Menanggapi Sistim Sirkulasi Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Kepadatan kendaraan yang berada disekitar tapak turut memberikan pengaruh terhadap pola sirkulasi yang ada. Hal ini terjadi karena bangunan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao merupakan sarana public yang
37
diakses oleh seluruh masyarakat di kota Palu maupun diluar kota Palu, sehingga sirkulasi menjadi sangat penting dalam perancangan. Di tapak, perancangan sirkulasi menggunakan pola campuran yaitu pola sirkulasi ruang yang terdiri dari gabungan empat pola (linier, radial, spiral dan network) untuk menciptakan suatu pola yang berbeda menimbulkan kesan harmonisasi dari perpaduan. Untuk sirkulasi di dalam bangunan secara umum sirkulasi yang diterapkan tetap cenderung satu arah terhadap massa bangunan yang ada, tetapi pada titik tertentu terdapat percabangan, hal ini lebih dikarenakan terdapatnya beberapa fasilitas dan bangunan yang ada dalam satu massa sehingga dapat memudahkan bagi pejalan kaki untuk mencapai tujuannya tanpa harus melewati fasilitasfasilitas bangunan yang tidak dikehendaki. Tata Massa
Gambar 1. 19 Penataan Pola Massa Ruang Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
38
Gambar 1. 20 Ilustrasi Tapak Terhadap Tata Massa Bangunan Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Untuk menciptakan tatanan di dalam suatu komposisi arsitektur, penataan lebih kearah pada suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluruh komposisi saling berhubungan dengan bagian lain dengan tujuan untuk menghasilkan suatu susunan yang harmonis. Penataan ini membentuk ruang luar yang bersifat cluster yaitu sekumpulan bentuk-bentuk yang tergabung bersama-sama karena saling berdekatan atau saling memberikan kesamaan sifat visual. Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan bentuk-bentunya, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki aturan deometrik dan sifat introvert bentuk perpusat organisasi kelompok cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan orientasi ke dalam strukturnya.
Angin Angin terjadi pada setiap lokasi dan tapak yang diakibatkan perbedaan suhu udara. Udara panas naik ke atas sehingga tekanan udaranya menjadi turun , begitu pula sebaliknya udara dingin turun sehingga tekanan udara naik. 39
Pada tapak kondisi kecepatan angin yang bertiup cukup tinggi dikarenakan posisi tapak mengarah langsung ke teluk Palu. Pada siang hari pada tapak terjadi angin laut, yang bertiup dari laut menuju ke daratan. Sedangkan pada malam hari, terjadi angin darat yang bertiup dari daratan menuju laut.
Table 5 Rata-Rata Kecepatan Udara dan Kecepatan Angin Di Kota Palu Tahun 2015 No.
Bulan Januari
Tekanan Udara (mb) 1 012,0
Kecepatan Angin (knots) 4,10
Arah Angin Terbanyak Barat Laut
1. 2.
Februari
1 012,4
4,40
Barat Laut
3.
Maret
1 012, 8
4,20
Barat Laut
4.
April
1 011,4
4,30
Barat Laut
5.
Mei
1 012,0
4,10
Barat Laut
6.
Juni
1 011,7
3,40
Barat Laut
7.
Juli
1 012,2
4,60
Barat Laut
8.
Agustus
1 012,3
4,80
Barat Laut
9.
September
1 012,2
5,50
Barat Laut
10.
Oktober
1 012,4
5,20
Barat Laut
11.
Nopember
1 010,1
4,90
Barat Laut
12.
Desember
1 009,4
4,80
Barat Laut
Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2015
40
Gambar 1. 21 Tanggapan Lokasi Mengenai Hembusan Angin Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Untuk menanggapi kondisi angin yang ada pada sekitaran tapak, perlunya penempatan vegetasi pada bagian Utara dan Barat tapak. Hal ini dimaksudkan agar angin baik itu angin darat maupun angin laut yang masuk ke dalam tapak dapat diredam kecepatannya. Selain itu vegetasi tersebut dapat menyaring udara kotor yang terbawa oleh angin masuk ke dalam tapak.
41
Gambar 1. 23 Pemanfaatan Angin Terhadap Bangunan Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Gambar 1. 22 Ilustasi Tapak Terhadap Arah Mata Angin Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Selain itu, untuk menanggapi kecepatan angin yang cukup tinggi pada tapak, bentuk atap bangunan sebaiknya memakai sudut kemiringan ideal yaitu
42
kemiringan < 20 derajat agar angin hanya melewati dan tidak mempengaruhi konstruksi atap.
Analisis Arah Pandang Kajian ini menyangkut arah pandang dan pengguna dan pemakai fungsi bangunan. Dengan mempertimbangkan hasil analisis dimensi, potensi, pencapaian, dan sirkulasi maka arah pandang dapat dilakukan dari arah luar atau dalam tapak (Edy Darmawan, Maria Rosita, 2014 :109). Analisis Arah Pandang Ke Tapak Arah pandang ke tapak terbaik berada tepat di depan tapak, sedangkan arah pandang yang berasal dari arah utara dan selatan tapak kurang baik karena terhalang oleh kontur tanah yang cukup tinggi.
43
Gambar 1. 24 Arah Pandang Ke Tapak Sumber: Data Lapangan, 2018
Pada zona arah pandang terbaik ke tapak di tempatkan penanda/ sclupture sebagai penguat identitas dari bangunan tersebut. Penempatan sculpture pada 44
zona tersebut dimaksudkan agar arah selatan dan utara yang terhalang oleh perbukitan dapat melihat penanda tersebut. Bentuk dari sclupture ini berupa penanda yang berkaitan dengan Komoditas Kakao.
Analisis Arah Pandang Keluar Tapak Arah pandang ke luar tapak terbaik yaitu arah barat tapak dengan view Teluk Palu. Sedangkan pada bagian timur, selatan dan utara kurang baik karena viewnya mengarah ke perbukitan.
Gambar 1. 25 Arah Pandang Ke Luar Tapak Sumber: Data Lapangan, 2018
45
Gambar 1. 26 View Ke Arah Barat Sumber: Data Lapngan, 2018
Gambar 1. 27 View Ke Arah Utara Sumber: Data Lapangan, 2018
Gambar 1. 28 View Ke Arah Timur Sumber: Data Lapangan, 2018
46
Gambar 1. 30 View Ke Arah Selatan Sumber: Data Lapangan, 2018
Gambar 1. 29 Ilustrasi Tapak Terhadap View Sumber: Data Lapangan, 2018
Analisis Vegetatif Tahap ini merupakan kajian yang menyangkut keberadaan tanaman dan tumbuhan yang berada dalam tapak dan di sekitar tapak. Pada tapak terdapat beberapa vegetasi eksisting antara lain semak belukar dan pohon kayu jawa. Dengan melihat kondisi tapak yang ada, perlu adanya penataan kembali vegetasi dengan cara mengganti vegetasi eksiting dengan vegetasi-vegetasi yang 47
baru sesuai dengan fungsinya masing-masing. .Adapun dasar pertimbangan yang diambil yakni: vegetasi sebagai fungsi estetis yang mampu menambah faktor estetika pada bangunan, vegetasi sebagai fungsi teknis yang dapat melindungi bangunan dari pengaruh iklim, vegetasi sebagai pendukung yang berfungsi sebagai pengarah dan juga sebagai batas pandang.
Gambar 1. 31 Ilustrasi Perencanaan Jenis Vegegatif Pada Tapak Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
Table 6 Jenis Tanaman dan Perletakan Nama Palem Raja
Bentuk
Keterangan Fungsi : Tanaman Hias Sebagai pengarah Ciri : Daun hijau dengan panjang 23m Tinggi tanaman bisa mencapai 25-30m
Perletakkan Di letakkan pada arah masuk dan keluar tapak sebagai pengarah jalan.
48
Kiara Payung
Fungsi : Peneduh dan pelindung dari sinar matahari Menahan dan mengurangi angin Mereduksi kebisingan dan debu Ciri : Tinggi dapat mencapai 25m Memiliki banyak cabang Tajuk rimbun berdaun lebat
Pandan Bali
Tehtehan
Rumput
Fungsi : Sebagai tanaman hias Ciri : Tinggi 50 cm – 5 m Daun berwarna hijau Fungsi : Sebagai pengarah Pembentuk ruang Estetika Ciri : Warna daun beragam Daun kecil dan lebat Fungsi : Penutup tanah Pencegah erosi
Di letakkan pada bagian depan bangunan sebagai pereduksi kebisingan dan debu dari jalan raya juga sebagai peneduh bagi pejalan kaki. Diletakkan pada area taman sebagai penghias
Diletakkan pada tepian pedestrian, plasa penghubung ruang (foyer)
Pengisi elemen tanah
Ciri : Berwarna hijau Sumber: Analisis Penulis berdasarkan metode Perancangan Lansekap 2018
49
F. Konsep Perancangan Mikro G. Klasifikasi Bangunan Klasifikasi bangunan sangat berpengaruh terhadap jumlah atau kapasitas pengunjung yang disediakan. Bangunan ini direncanakan mampu memfaslitasi segala kegiatan yang berhubungan dengan Pengolahan dan Pemasaran. Kota Palu merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Klasifikasi bangunan Kelas 5 Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 diklasifikasikan sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan bangunan gedung sangat efektif dan tepat untuk skala Provinsi ataupun Nasional. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 diklasifikasikan sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan bangunan gedung, klasifikasi bangunan adalah sebagai berikut : A. Kelas 1 : Bangunan gedung hunian biasa. B. Kelas 2 : Bangunan gedung hunian, terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah. C. Kelas 3 : Bangunan gedung hunian di luar bangunan gedung kelas 1 atau kelas 2, yang umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan D. Kelas 4 : Bangunan gedung hunian campuran. Tempat tinggal yang berada di dalam suatu bangunan gedung kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan gedung tersebut. E. Kelas 5 : Bangunan gedung kantor. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar bangunan gedung kelas 6, 7, 8 atau 9. F. Kelas 6 : Bangunan gedung perdagangan. Bangunan gedung toko atau bangunan gedung lain yang dipergunakan untuk tempat penjualan barangbarang secara eceran atau pelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat.
50
G. Kelas 7 : Bangunan gedung penyimpanan/Gudang. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk penyimpanan termasuk tempat parkir dan gudang. H. Kelas 8 : Bangunan gedung Laboratorium/Industri/Pabrik. Bangunan gedung laboratorium dan bangunan gedung yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang -barang produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan. I. Kelas 9 : Bangunan gedung Umum. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat umum. J. Kelas 10 : Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian. H. Analisis Aktifitas Pelaku Berdasarkan studi literature, diperoleh bahwa pelaku aktivitas pada bangunan ini terdiri atas pegelola dan pengunjung. Setiap pelaku memiliki aktivitas yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan masing-masing. Adapun penjelasan mengenai pelaku dan aktivitasnya masing-masing adalah sebagai berikut. 1. Kelompok Pengelola Kelompok pengelola adalah pihak yang mengelola bangunan dan bertanggung jawab atas fasilitas yang diperlukan. Bisa juga berupa satu badan organisasi fungsional untuk mengelola dengan imbalan jasa berdasarkan kontrak yang disetujui oleh kedua belah pihak. Umumnya merupakan organisasi komersial yang menggunakan tenaga-tenaga ahli sesuai bidangnya. Kelompok pengelola memiliki struktur organisasi sebagai berikut : (a)
Direktur
Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya pengelolaan bangunan (jumlah 1 orang)
51
(b)
General Manager
Mempunyai wewenang untuk menentukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pengelolaan (1 orang) (c)
Kepala Bagian Non-Teknik
Bertanggung jawab terhadap hal-hal yang bersifat manajemen pengelolaan bangunan (jumlah 1 orang) (d)
Bagian admisnstrasi dan keuangan
Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang menyangkut administrasi keuangan (jumlah staf 4 orang) (e)
Bagian Pemasaran
Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang berkaitan dengan promosi dan periklanan bangunan. Promosi (4 orang), resepsionis (6 orang, dengan pembagian 2 shift, 1 shift = 3orang dengan waktu kerja 1x12 jam) (f)
Bagian Teknis Bangunan
Bertanggung jawab terhadap masalah-masalah teknik yang terjadi di bangunan seperti listrik, mesin, dan lain-lain (jumlah 3 orang) (g)
Bagian Perawatan Bangunan
Bertanggung jawab terhadap perawatan bangunan, dalam hal ini perawatan harian maupun berkala (jumlah 12 orang, dibagi dalam 2 shift, 1 shift = 6 orang dengan waktu kerja 1x6 jam) (h)
Bagian Keamanan
Bertanggung jawab terhadap keamanan di dalam dan luar bangunan. (i)
Bagian Produksi
Bertanggung jawab atas proses pengolahan bahan agar dapat di komsumsi secara langsung dan bisa di pasarkan 52
2. Kelompok Pengunjung Kelompok pengunjung adalah pihak yang meliputi hampir seluruh rangkaian aktifitas bangunan. Seperti jual beli produk, wahana edukatif dan juga rekreatif. 3. Kelompok Pelaku area komersial Menjual dan mengelola stand-stand yang ada di sekitaran area bangunan, seperti toko, foodcourt, dan sebagainya. I. Pendekatan Aktifitas Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang timbul sebagai akibat adanya aktivitas dari para pengguna bangunan dan area komersial lainnya. Aktivitas utama yang terjadi di sini adalah aktivitas yang bersifat intern dan ekstern, sedangkan kelompok aktivitas lain yang bersifat ekstern adalah sebagai penunjang aktivitas utama tersebut. Kelompok Aktivitas Pengelola a. Kegiatan Pimpinan b. Kegiatan kesekretariatan c. Kegiatan Pemasaran d. Kegiatan Produksi e. Kegiatan Pertemuan Staff dan Karyawan Kelompok Aktivitas Penjual a. Melayani aktivitas jual beli di Souvenir Shop, Distro dan Mini market. b. Melayani dan menyediakan makanan di Foodcourt dan Kafe. Kelompok Aktivitas Penunjang a. Kegiatan makan, minum, dan berkumpul di foodcourt b. Kegiatan berbelanja di toko-toko dan souvenir c. Kegiatan rekreasi dan olahraga d. Kegiatan bersepeda atau jalan-jalan di luar 53
Kelompok Aktivitas Pelayanan/Servis, meliputi : a. Kegiatan Perawatan Bangunan b. Kegiatan Pengamanan Bangunan c. Kegiatan Pelayanan Teknis Bangunan d. Kegiatan Pelayanan Lavatory Kelompok Aktivitas Parkir : a. Kegiatan Parkir Pengguna dan Pengunjung b. Kegiatan Parkir Pengelola J. Analasis Fungsi Fungsi-fungsi yang ada di dalam Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Palu di bedakan menjadi tiga tingkatan yakni fungsi primer, sekunder, dan penunjang. Adapun fungsi-fungsi tersebut ialah sebagai berikut.
Gambar 1. 32 Analisis Fungsi Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018 54
K. Analisis Pengguna Perancangan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Palu ini di rancang dengan Pemikirkan alur pengguna yang akan memakainya. Analisis ini bertujuan untuk dapat mengetahui asumsi pengguna sesuai dengan kebutuhan pengguna dan karakter dari obyek rancangan. Dalam analisis pengguna obyek Perancangan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Palu ditinjau dari jenis aktifitas apa saja yang dilakukan didalamnya, siapa saja penggunanya, jumlah pengguna yang menempati hingga rentan waktu yang dihabiskan pengguna pada obyek ini. Berikut ialah analisis pengguna berdasarkan jenis aktifitas didalamnya.
Table 7 Analisis Pengguna JENIS AKTIFITAS MEMARKIRKAN KENDARAAN
PENGGUNA
KAPASITAS
RENTAN
PENGGUNA
WAKTU
DIREKTUR
1
5-8 JAM
SEKRETARIS
2
5-8 JAM
BENDAHARA
2
5-8 JAM
STAFF PERSONALIA
5-10
5-8 JAM
STAFF BUDIDAYA
2-5
5-8 JAM
PEGAWAI BUDIDAYA
5-10
2-4 JAM
STAFF ADM
5-10
5-8 JAM
STAFF ELEKTRIKAL
3-5
5-8 JAM
STAFF PENGOLAH
3-5
2-4 JAM
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
2-4 JAM
SECURITY
5-7
12 JAM
OFFICE BOY
3-5
5-8 JAM
OFFICE GIRL
3-5
5-8 JAM
55
RECEPTIONIST
3-4
5-8 JAM
TUTOR
2-5
1-4 JAM
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
60-90 MENIT
PENGUNJUNG REMAJA
30-40
1-2 JAM
PENGUNJUNG DEWASA
10-35
1-2 JAM
GUIDE
5-7
1-4 JAM
PERGI KE RUANG STAFF PERSONALIA
5-10
10-15 MENIT
GANTI
STAFF BUDIDAYA
2-5
10-15 MENIT
(PEGAWAI)
PEGAWAI BUDIDAYA
5-10
10-15 MENIT
STAFF ADM
5-10
10-15 MENIT
STAFF ELEKTRIKAL
3-5
10-15 MENIT
STAFF PENGOLAH
3-5
10-15 MENIT
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
10-15 MENIT
SECURITY
5-7
10-15 MENIT
OFFICE BOY
3-5
10-15 MENIT
OFFICE GIRL
3-5
10-15 MENIT
RECEPTIONIST
3-4
10-15 MENIT
TUTOR
2-5
10-15 MENIT
MENGOLAH
STAFF BUDIDAYA
2-5
1-2 JAM
BIBIT
PEGAWAI BUDIDAYA
5-10
1-2 JAM
MEMISAHKAN
STAFF PENGOLAH
3-5
2-4 JAM
BIJI DARI BUAH
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
2-4 JAM
PENGERINGAN
STAFF PENGOLAH
3-5
½-1 JAM
KULIT KAKAO
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
½-1 JAM
MNJEMUR
STAFF PENGOLAH
3-5
½-1 JAM
PULP BIJI KAKAO PEGAWAI PENGOLAH
15-20
1-2 JAM
MENYORTIR BIJI
STAFF PENGOLAH
3-5
2-4 JAM
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
2-4 JAM
56
MENGERINGKAN STAFF PENGOLAH
3-5
1-2 JAM
BIJI KAKAO
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
1-2 JAM
MEMISAHKAN
STAFF PENGOLAH
3-5
1-2 JAM
MINYAK
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
1-2 JAM
MENGGILING
STAFF PENGOLAH
3-5
1-2 JAM
BIJI
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
1-2 JAM
PEMBUATAN
STAFF PENGOLAH
3-5
1-2 JAM
CACAO BUTTER
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
1-2 JAM
PEMBUATAN:
STAFF PENGOLAH
3-5
1-2 JAM
OALAHAN
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
1-2 JAM
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
10-15 MENIT
PENGUNJUNG REMAJA
35-45
10-15 MENIT
PENGUNJUNG DEWASA
20-35
10-15 MENIT
MENANYAKAN
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
20-30 MENIT
INFORMASI
PENGUNJUNG REMAJA
35-45
20-30 MENIT
PENGUNJUNG DEWASA
20-35
20-30 MENIT
MENUNGGU
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
10-20 MENIT
GUIDE
PENGUNJUNG REMAJA
35-45
10-20 MENIT
DENGAN BIJI KAKAO
KAKAO (BUBUK COKLAT
KAKAO (COKLAT BATANG ICE CREAM, CHOCOLATTE, CAKE, DLL) MEMBELI TIKET
57
PENGUNJUNG DEWASA
20-35
10-20 MENIT
MEMPELAJARI
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
10-30 MENIT
BUAH KAKAO
PENGUNJUNG REMAJA
35-45
10-30 MENIT
PENGUNJUNG DEWASA
20-35
10-30 MENIT
MELIHAT
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
1-3 JAM
PROSES
PENGUNJUNG REMAJA
35-45
1-3 JAM
PRODUKSI BUAH PENGUNJUNG DEWASA
20-35
1-3 JAM
KAKAO SAMPAI AKHIR MAKAN DAN
DIREKTUR
1
20-40 MENIT
MINUM
SEKRETARIS
2
20-40 MENIT
BENDAHARA
2
20-40 MENIT
STAFF PERSONALIA
5-10
20-40 MENIT
STAFF BUDIDAYA
2-5
20-40 MENIT
PEGAWAI BUDIDAYA
5-10
20-40 MENIT
STAFF ADM
5-10
20-40 MENIT
STAFF ELEKTRIKAL
3-5
20-40 MENIT
STAFF PENGOLAH
3-5
20-40 MENIT
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
20-40 MENIT
SECURITY
5-7
20-40 MENIT
OFFICE BOY
3-5
20-40 MENIT
OFFICE GIRL
3-5
20-40 MENIT
RECEPTIONIST
3-4
20-40 MENIT
TUTOR
2-5
20-40 MENIT
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
20-40 MENIT
PENGUNJUNG REMAJA
30-40
20-40 MENIT
PENGUNJUNG DEWASA
10-35
20-40 MENIT
GUIDE
5-7
20-40 MENIT
58
BUANG AIR
BERIBADAH
DIREKTUR
1
10-15 MENIT
SEKRETARIS
2
10-15 MENIT
BENDAHARA
2
10-15 MENIT
STAFF PERSONALIA
5-10
10-15 MENIT
STAFF BUDIDAYA
2-5
10-15 MENIT
PEGAWAI BUDIDAYA
5-10
10-15 MENIT
STAFF ADM
5-10
10-15 MENIT
STAFF ELEKTRIKAL
3-5
10-15 MENIT
STAFF PENGOLAH
3-5
10-15 MENIT
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
10-15 MENIT
SECURITY
5-7
10-15 MENIT
OFFICE BOY
3-5
10-15 MENIT
OFFICE GIRL
3-5
10-15 MENIT
RECEPTIONIST
3-4
10-15 MENIT
TUTOR
2-5
10-15 MENIT
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
10-15 MENIT
PENGUNJUNG REMAJA
30-40
10-15 MENIT
PENGUNJUNG DEWASA
10-35
10-15 MENIT
GUIDE
5-7
10-15 MENIT
DIREKTUR
1
20-40 MENIT
SEKRETARIS
2
20-40 MENIT
BENDAHARA
2
20-40 MENIT
STAFF PERSONALIA
5-10
20-40 MENIT
STAFF BUDIDAYA
2-5
20-40 MENIT
PEGAWAI BUDIDAYA
5-10
20-40 MENIT
STAFF ADM
5-10
20-40 MENIT
STAFF ELEKTRIKAL
3-5
20-40 MENIT
STAFF PENGOLAH
3-5
20-40 MENIT
59
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
20-40 MENIT
SECURITY
5-7
20-40 MENIT
OFFICE BOY
3-5
20-40 MENIT
OFFICE GIRL
3-5
20-40 MENIT
RECEPTIONIST
3-4
20-40 MENIT
TUTOR
2-5
20-40 MENIT
PENGUNJUNG ANAK-ANAK
10-20
20-40 MENIT
PENGUNJUNG REMAJA
30-40
20-40 MENIT
PENGUNJUNG DEWASA
10-35
20-40 MENIT
GUIDE
5-7
20-40 MENIT
STAFF PERSONALIA
5-10
2-5 JAM
MENGOLAH
OFFICE BOY
3-5
4-8 JAM
KEBERSIHAN
OFFICE GIRL
3-5
4-8 JAM
MENGOLAH
SECURITY
5-7
12 JAM
STAFF PERSONALIA
5-10
4-8 JAM
MENYIMPAN
STAFF PENGOLAH
3-5
30-60 MENIT
BUAH KAKAO
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
30-60 MENIT
MENYIMPAN
STAFF PENGOLAH
3-5
30-60 MENIT
HASIL
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
30-60 MENIT
STAFF PENGOLAH
3-5
2-5 JAM
MENGOLAH TIKET
KEAMANAN MENGOLAH PERSONALIA DAN OPERASIONAL
PENGOLAHAN KAKAO
60
MENGOLAH
PEGAWAI PENGOLAH
15-20
2-5 JAM
MENERIMA
DIREKTUR
1
30-60 MENIT
TAMU
SEKRETARIS
2
30-60 MENIT
BENDAHARA
2
30-60 MENIT
DIREKTUR
1
4-8 JAM
LIMBAH
HASIL
PRODUKSI
MENGOLAH KARYAWAN
Sumber: Asumsi Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
L. Pendekatan Kebutuhan Ruang Pada bangunan Pusat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Palu ini terdapat beberapa jenis ruang yang memiliki persyaratan berbeda antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhinya ruang itu diperlukan persyaratan yang berhubungan dengan pengkondisian dalam ruang. Persyaratan ruang tersebut akan mendukung berjalan baiknya kegiatan didalamnya. A.
Kelompok Ruang Pengelolah 1).
Ruang Serba Guna
2).
Ruang P3K dan Kontrol Medis
3).
Lavatory
4).
Raung Direktur
5).
Ruang General Manager
6).
Ruang Sekretaris
7).
Ruang Arsip
8).
Ruang Rapat
9).
Ruang Bendahara
10).
Ruang Staff
11).
Ruang Pegawai
61
B.
C.
D.
12).
Ruang Informasi
13).
Ruang Informasi
14).
Ruang Produksi
15).
Kebun Budidaya
16).
Ruang Pengepakan
17).
Laboratorium
18).
Gudang
19).
Lobby
20).
Hall
21).
Ruang Recepcionist
Kelompok Ruang Pengunjung 1).
Ruang Tunggu
2).
Mushola
3).
Ruang workshop
4).
Ruang Kelas
5).
Galeri
Kelompok Fasilitas Rekreasi 1).
Mini Taman/Kebun Kakao
2).
Flying fox
3).
Area Bersepeda
4).
PlayGround
5).
Galeri
Kelompok Fasilitas Service 1).
Ruang Perawatan Bangunan
2).
Ruang Cleaning Service
3).
Gudang Alat
4).
Ruang Peralatan Teknis Bangunan 62
5).
Ruang Genset
6).
Ruang Mesin AC
7).
Ruang AHU
8).
Ruang Control
9).
Ruang Security
10).
Ruang Pengawas CCTV
11).
Mushola
12).
Mushola
13).
Lavatory
14).
Parkir
15).
Ruang Kasir
16).
Ruang Loket
17).
Foodcourt
18).
Retail atau Toko
19).
Minimarket
20).
ATM
21).
Perpustakaan
22).
Toilet
23).
Ruang Sampah
M. Besaran Ruang Perancangan Pusat Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian Kakao di Kota Palu ini memiliki kebutuhan ruang berdasarkan aktifitas yang akan terjadi di dalamnya. Secara keseluruhan kebutuhan ruang yang aka nada didalam perancangan adalah sebagai berikut:
63
Table 8 Analisis Besaran Ruang KEBUTUHAN
JUM
KOMPONEN
STANDAR
LUASAN
DIME
RUANG
LAH
RUANG
UKURAN
RUANG
NSI
PRABOT PARKIR AREA
600m²
20x30m
= 0,48m²
10,4/2=
2x3m
4 kursi
= 0,16m²
5,2m²
1 lemari
= 1,44
4 orang
= 1m²
3 meja
= 0,48m²
3 kursi
= 0,16m²
3 orang
= 1m²
20 kursi
= 0,16m²
146 orang
= 1m²
200 orang
AREA PEMILIHAN 1 VARIETAS KAKAO
LOKET
RUANG
1
2
1
RECEPTIONIST
LOBBY
HALL
1
1
10 sepeda
= 1,04m²
20 motor
= 1,68m²
20 mobil
= 13,9m²
2 bus
= 30m²
4 meja
RUANG
6,39m²
2x3m
6,39m²
15x13m
= 1,5m²
150m²
9x8m
3 meja
= 0,48m²
4m²
3 orang
= 1m²
1 mesin
= 9m²
TERPILIH RUANG
1
PEMBERSIHAN
2
67,2 m²
8x8m
129,2 m²
13x10m
mesin = 6m²
depulper
RUANG PENGERING
1
15 orang
= 0,36
1 mesin
= 12m² = area jemur 50m²
64
RUANG
1
PENYANGRAIAN RUANG
1
WINOWING RUANG
1
PENGGILINGAN
15 orang
= 0,36
1 mesin
= 6m²
15 orang
= 0,36
3 mesin
= 2m²
15 orang
= 0,36
1
mesin = 12m²
12,84m²
4x3m
12,84m²
4x3
70,5m²
7x10m
52,14m²
7x9m
340,6m²
17x20m
40,3m²
5x8m
125m²
9x10m
sortasi 1
mesin = 1,5m²
penepung
RUANG
1
FINISHING
15 orang
= 0,36
2 freze
= 2m²
3
alat = 2m²
pemanas
PERPUSTAKAAN
LABORATORIUM
KELAS
FOODCOURT
1
1
2
1
15 orang
= 0,36
73 meja
= 0,48m²
146 kursi
= 0,16m²
20 lemari
= 02,88m²
146 orang
=1
5 meja lab
= 1,44m²
10 kursi
= 0,16m²
5 lemari
= 1,44m²
15 orang
=1
50 meja
= 0,48m²
100 kursi
= 0,16m²
100 orang
=1
73 meja
= 0,48m²
146 kursi
= 0,16m²
146 orang
=1
132,85m² 13x10m
65
TOILET
4
24 bak mandi = 0,64m² 24 closet 12 westafel 146 orang
MUSHOLLA
1
PLAYGROUND
1
6x6m
= 0,16m² =1
3 meja kitab
= 0,16m²
1 mimbar
=1
8 r. wudhu
= 0,64m²
2 lemari
= 1,44m²
146 orang
=1
3 ayunan
= 11,25m²
1 luncuran
= 15m²
2
36,2m²
202,12m² 15x14m
101,07m² 10x10m
jungkat = 4m²
jungkit 3 kotak bak = 2m² pasir
GAZEBO PUSAT
10 OLEH- 1
OLEH
JANITOR
3
RUANG SECURITY 2
15 orang
=1
146 orang
=1
9,7m²
3x3m
2 meja
= 0,48m²
247,6m²
16x15m
2 kursi
= 0,16m²
15 lemari
= 1,44m²
146 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6,93m²
2x3m
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6,93m²
2x3m
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
66
5 orang
=1
5 meja
= 0,48m²
10 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
10 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
PEGAWAI
6 kursi
= 0,16m²
PERSONALIA
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
3 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
PEGAWAI
6 kursi
= 0,16m²
BUDIDAYA
6 lemari
= 1,44m²
RUANG
1
DIREKTUR
RUANG
2
SEKRETARIS
RUANG
2
BENDAHARA
RUANG
STAFF 3
PERSONALIA
RUANG
RUANG
5
STAFF 1
BUDIDAYA
RUANG
3
22,64m²
4x6m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
67
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
3 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
6 kursi
= 0,16m²
6 lemari
= 1,44m²
3 orang
=1
3 meja
= 0,48m²
PEGAWAI
6 kursi
= 0,16m²
ELEKTRIKAL
6 lemari
= 1,44m²
5 orang
=1
RUANG
STAFF 1
ADM
RUANG
3
PEGAWAI ADM
RUANG
STAFF 1
ELEKTRIKAL
RUANG
3
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
6,93m²
2x3m
RUANG ARSIP
1
-
-
-
-
RUANG RAPAT
1
-
-
-
-
RUANG LOKER
1
-
-
-
-
8 kamar
=1
8m²
2x4m
RUANG
GANTI 1
KARYAWAN RUANG POMPA
1
2 orang
= 50m²/unit
50m²
RUANG TRAFO
1
2 orang
= 12m²/unit
12m²
RUANG GENSET
1
2 orang
= 15m²/unit
15m²
GUDANG BAHAN 1
2 orang
=
30m²
BAKAR
5x5m=64m²/ unit
68
AREA
1
3 orang
=
PEMBUANGAN
10x10x50%
SAMPAH
= 150m² FLOW
150m²
30%
TOTAL
4622m²
Sumber: Asumsi Penulis berdasarkan Data Lapangan 2018
Dari perhitungan Total besaran ruang sebesar ±4.622 m² maka bisa dilihat KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang diperlukan sekitar 60% dengan contoh perhitungan : LUAS TERBANGUN
= LUAS TANAH x KDB = 12.350 m2 X 60% = 7.410 m2
Luas dasar bangunan yang terbangun sekitar 7.410 m2 yang didapatkan dari total keseluruhan besaran ruang, jadi untuk luas lahan tak terbangun : Luas Lahan Tak Terbangun
= LUAS TANAH - KDB = 12.350 m2- 40% m² = 4.940 m2
Jadi, Luas Lahan/Site 12.350 m2 , Luas Lahan Terbangun = 7.410 m², Luas Ruang Terbuka = 4.940 m2.
69
N. Pendekatan Sirkulasi A. Sirkulasi Pengelolah
B.
Sirkulasi Pengunjung
70
C.
Sirkulasi Servis
71
O. Analisis Hubungan Antar Ruang Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui kedekatan antar pada perancangan Pusat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu, dan juga untuk mencari penzoningan ruang/karakter sesuai kebutuhan pada perancangan. Berikut ini diagram zoning dengan penjelasan kedekatan pada kawasan dan ruang.
Gambar 1. 33 Zoning Kawasan Perancangan Pusat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Kakao di Palu Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan, 2018
72
P. Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Penghawaan dan Perkondisian Udara A. Penghawaan Alami Sistem penghawaan alami dengan menggunakan sistem silang (cross ventilation). Berbagai cara dapat digunakan untuk memungkinkan ventilasi silang antara lain dengan memberikan bukaan pada dinding bangunan yang berlawanan atau berhadapan untuk sirkulasi udara bersih dan kotor. Digunakan pada ruangruang selain unit kantor maupun ruang service seperti lavatory, gudang, dan dapur. B. Penghawaan Buatan Penghawaan buatan dengan menggunakan AC (Air Conditioner). Terdapat dua jenis AC yaitu : -
AC setempat Disebut setempat karena udara yang dikondisikan hanya pada salah satu
ruangan, seperti pada retail dan kantor. -
AC Sentral Sistem ini memerlukan menara pendingin (water cooling tower) yang
ditempatkan di luar bangunan. Pada bangunan ini, AC Central diletakkan di ruangruang public seperti koridor, hall, lobby, dan sebagainya.
Sistem Pembuangan Air Kotor Terdapat 2 macam system air buangan, yaitu air kotor dan air hujan dengan 3 sistem buangan, antara lain : A. Sistem terpisah (Separate Sistem) Air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem masing-masing secara terpisah. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain : a. Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama b. Kuantitas yang jauh berbeda antara buangan air kotor dan air hujan 73
c. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak perlu dan harus secepatnya dibuang ke sungai 1) Keuntungan : (a) Sistem
saluran
mempunyai
dimensi
yang
kecil,
sehingga
memmudahkan pembuatan dan operasinya. (b) Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya kesehatan bagi masyarakat (c) Pada instalasi pengolahan air kotor tidak ada tambahan beban kapasitas karena penambahan air hujan (d) Pada sistem ini untuk saluran air kotor bisa direncanakan pembilasan (e) sendiri, baik pada musim kemarau maupun musim hujan
2) Kerugian : (a) Harus membuat 2 sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan biaya yang cukup besar.
B. Sistem Tercampur (Combined Sistem) Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama. Saluran ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain : a. Debit masing-masing buangan relative kecil sehingga dapat disatukan b. Kuantitas air kotor dan air hujan tidak jauh berbeda c. Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relative kecil 1) Keuntungan : (a) Hanya diperlukan satu sistem penyaluran air sehingga dalam pemilihannya lebih ekonomis (b) Terjadi pengenceran air kotor oleh air hujan sehingga konsentrasi air kotor menurun
74
2) Kerugian : (a) Diperlukan area yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan untuk penanggulangan di saat-saat tertentu
C. Kombinasi (Pseudo Separate Sistem) Merupakan perpaduan antara saluran air kotor dan saluran air hujan di mana pada waktu musim hujan air kotor dan air hujan tercampur dalam saluran air kotor, sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengecer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interceptor. Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menentukan pemilihan sistem, antara lain : a. Perbedaan yang besar antara kuantitas air kotor yang akan disalurkan melalui jaringan penyalur air kotor dan kuantitas curah hujan pada daerah pelayanan. b. Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai di mana air hujan secepatnya dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut. c. Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan tidak tetap.
Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 yaitu : 1)
Sistem pembuangan air bekas Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian, cucian piring,
atau peralatan memasak dan beberapa macam cucian lainnya.Pipa pembuangan digunakan pipa-pipa PVC atau pipa beton dengan diameter yang diperhitungkan ukurannya. Mengingat panjang PVC 4 m, maka tiap 4 m dibuat sambungan atau dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa vertical diusahakan hubungan menggunakan sambungan dengan sudut lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air balik. Pembuangan air bekas ini dapat 75
dialirkan ke saluran lingkungan atau saluran kota.
2)
Sistem pembuangan air limbah. Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran. Saluran air
limbah di tanah atau di dasar bangunan dialirkan pada jarak sependek mungkin dan tidak diperbolehkan membuat belokan-belokan tegak lurus, dialirkan dengan kemiringan 0,5-1% ke dalam penampungan yang disebut septictank. Untuk bangunan ini digunakan septictank berukuran besar yang sering disebut sebagai pengolah limbah (sewage treatment Plant-STP)
Table 9 Volume Dan Ukuran Septic Tank (m3) 60
4
1,2 x 2,5 x 1,5
120
8
1,5 x 3,5 x 1,9
180
12
1,8 x 4 x 1,9
240 300
16 20
1,8 x 5,4 x 2 2,2 x 5,4 x 2
360
24
2,4 x 6 x 1,5
420
28
2,5 x 6 x 1,5
480 32 3 Ukuran Rata-rata septic tank : 0.10 m /orang
2,5 x 7 x 2,1
Sumber: Poerbo. Utilitas Bangunan, 2016
Kebutuhan perlengkapan saniter pada bangunan tinggi, antara lain : (a) (b) (c) (d)
Closet Urinoir Badkuip/bak mandi Douche/mandi pancuran
: 8 liter/kali : 30 liter/jam : 250 liter/kali : 25 liter/kali
76
Daya buang rata-rata (average discharge) perlengkapan saniter: (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) 3)
Closet Urinoir Wastafel Badkuip/bak mandi Douche/mandi pancuran Bak cuci dapur Kebutuhan closet
: 120 liter/ menit : 120 liter/ menit : 60 liter/ menit : 90 liter/ menit : 60 liter/ menit : 90 liter/ menit : 1 buah/ 40 liter
Sistem Pengolahan Limbah Gas Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai
berikut: -
Mengontrol emisi gas buang
-
Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan
-
Pengolahan limbah B3 Limbah B3 yang sangat berbahaya apabila dibiarkan saja tentu akan
menimbulkan dampak yang buruk. Oleh karena itulah kita harus bisa mengolahnya supaya tidak berbahaya. Berikut merupakan pengolahan limbah B3: 1. Metode pengolahan secara fisika, kima dan biologi 2. Metode pembuangan limbah B3, yang terdiri atas sumur dalam/ sumur injeksi, kolam penyimpanan, dan landfill
Sistem Pembuangan Sampah Pembuangan sampah pada bangunan pada umumnya adalah dengan menggunakan tempat sampah, yaitu sampah dari masing-masing retail maupun bangunan, dikumpulkan pada kantong-kantong sampah, kemudian dibuang melalui shaft sampah yang langsung sampai ke lantai dasar, di mana terdapat penampungan sampah.
77
Untuk bangunan Pusat Pengolahan Dan Pemasaran hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu, biasanya menggunakan cara manual, di mana karyawan kebersihan mengambil sampah dari tiap unit pertokoan maupun hunian dan memasukkan ke tempat penampungan sampah sementara, setelah itu sampah-sampah tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota yang selanjutnya dibuang ke TPA.
Sistem Pencegahan Kebakaran Instalasi pemadam api pada bangunan tinggi menggunakan peralatan pemadam api instalasi tetap. Sistem deteksi awal bahaya (Early Warning Fire Detection), yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat pemadam. Sistem deteksi awal terdiri dari : A. Alat Deteksi Asap (Smoke Detector) Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di ruang tempat alat tersebut dipasang. B. Alat Deteksi Nyala Api (Flame Detector) Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultraviolet yang dipancarkan nyala api tersebut.
78
SISTEM SEMI
SISTEM OTOMATIS
Gambar 1. 34 Sistem Semi otomatis dan Otomatis Sumber: Poerbo. Utilitas Bangunan, 2016 C. Hydrant Kebakaran Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Jumlah pemakaian hidran 1 (satu) buah per 800m2. Hidran ini dibagi menjadi : a.
Hidran kebakaran dalam gedung Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5”-2” harus terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang 20-30 meter.
b.
Hidran kebakaran di halaman Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4” untuk 2 kopling, diameter 6” untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.
D. Sprinkler Alat ini akan bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60oC-70oC. Penutup kaca pada sprinkler akan pecah dan menyemburkan air. Setiap sprinkler 79
head dapat melayani luas area 10-20m2 dengan ketinggian ruangan 3 meter.Jarak antara dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6 meter di koridor.Sprinkler biasanya diletakkan di dalam ruangan dan koridor. E. Fire Extenghuiser Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25 meter dengan jarak jangkauan seluas 200-250 cm.
Sistem Penangka Petir Karena arsitektur setiap bangunan adalah unik , sebuah sistem proteksi petir yang dirancang khusus dari A / C Lightning Protection akan memenuhi kebutuhan spesifik struktur itu. Umumnya ditentukan selama fase konstruksi bangunan, sistem proteksi petir dapat dengan mudah diinstal pada sebuah bangunan. Petir terjadi hampir di mana-mana dan yang menempatkan bangunan apapun beresiko . State-of - the-art sistem proteksi petir bersertifikat adalah bagian dari desain struktural ribuan fasilitas komersial dan publik di seluruh dunia dan dirancang untuk memaksimalkan perlindungan jiwa dan harta benda . Faktor risiko termasuk lokasi , frekuensi badai , komposisi tanah dan bangunan hunian semua menentukan kebutuhan untuk sistem proteksi petir. Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya). Ada satu sistem penangkal petir yang digunakan dari beberapa sistem instalasi penangkal petir, Yaitu : A. Sistem Konvensional atau Franklin Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah, tetapi jangkauannya
terbatas.
Namun
demikian sistem
ini
merupakan
80
penangkal
petir
non
radioaktif
sehingga
tidak membahayakan
lingkungan sekitar.
Gambar 1. 35 Sistem Penangkal Petir Konvensional Sumber: Analisis Sketsa Ide Penulis, 2018
Sistem Keamanan Sistem pengamanan dengan penerapan teknologi seperti pemakaian kamera monitor (CCTV) sehingga mudah dalam pemantauan keamanan secara menyeluruh pada bangunan tanpa kehadiran petugas keamanan. Security checking digunakan untuk mengecek kendaran yang masuk ke Bekasi Cycling Center. Sistem ini lebih efisien karena dapat mengurangi jumlah kebutuhan petugas keamanan.
81
Gambar 1. 36 Sistem Keamanan CCTV Sumber: Aliexpress.com, 2018
Sistem Jaringan Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama. Setelah melalui transformator (trafo), aliran tersebut didistribusikan ke tiap-tiap unit kantor dan unit hunian, melalui meteran yang letaknya jadi satu ruang dengan ruang panel (hal ini dimaksudkan untuk memudahkan monitoring). Untuk keadaan darurat disediakan generator set yang dilengkapi dengan automatic switch sistem yang secara otomatis (dalam waktu kurang dari 5 detik) akan langsung menggantikan daya listrik dari sumber utama PLN yang terputus. Generator set mempunyai kekuatan 70% dari keadaan normal. Perlu diperhatikan bahwa generator set ini membutuhkan persyaratan ruang tersendiri, untuk meredam suara dan getaran yang ditimbulkan. Biasanya
82
untuk mereduksi getaran dan suara ini digunakan double slab, pada ruang ini juga bisa dilapisi dengan rockwall. Q. Pendekatan Aspek Teknis Sistem Struktur Stuktur bangunan Pusat Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian Kakao Di Kota Palu pada umumnya dipengaruhi oleh aspek- aspek dibawah ini: a.
Strenghten / Kekuatan
b.
Bentang
c.
Safety / Keamanan
d.
Service / Pelayanan
e.
Durability / Tahan lama
Beberapa kemungkinan struktur atap modern yang memenuhi kriteria di atas dan dapat diterapkan pada bangunan tersebut adalah :
Sistem rangka batang 2 dimensi (Plane truss system ) Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang sebagai struktur pemikul beban adalah penyusunan elemen menjadi konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk stabil. Pada bentuk segiempat atau bujursangkar, bila struktur tersebut diberi beban, maka akan terjadi deformasi masif dan menjadikan struktur tak stabil. Bila struktur ini diberi beban, maka akan membentuk suatu mekanisme runtuh (collapse), sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut ini. Struktur yang demikian dapat berubah bentuk dengan mudah tanpa adanya perubahan pada panjang setiap batang. Sebaliknya, konfigurasi segitiga tidak dapat berubah bentuk atau runtuh, sehingga dapat dikatakan bahwa bentuk ini stabil Pada struktur stabil, setiap deformasi yang terjadi relatif kecil dan dikaitkan dengan perubahan panjang batang yang diakibatkan oleh gaya yang timbul di dalam batang sebagai akibat dari beban eksternal. Selain itu, sudut yang terbentuk 83
antara dua batang tidak akan berubah apabila struktur stabil tersebut dibebani. Hal ini sangat berbeda dengan mekanisme yang terjadi pada bentuk tak stabil, dimana sudut antara dua batangnya berubah sangat besar. Pada struktur stabil, gaya eksternal menyebabkan timbulnya gaya pada batangbatang.
Gaya-gaya
tersebut
adalah
gaya
tarik
dan
tekan
murni.
Lentur (bending) tidak akan terjadi selama gaya eksternal berada pada titik nodal (titik simpul). Bila susunan segitiga dari batang-batang adalah bentuk stabil, maka sembarang susunan segitiga juga membentuk struktur stabil dan kukuh. Hal ini merupakan prinsip dasar penggunaan rangka batang pada gedung. Bentuk kaku yang lebih besar untuk sembarang geometri dapat dibuat dengan memperbesar segitiga-segitiga itu. Untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada batang tepi atas umumnya timbul gaya tekan, dan pada tepi bawah umumnya timbul gaya tarik. Gaya tarik atau tekan ini dapat timbul pada setiap batang dan mungkin terjadi pola yang berganti-ganti antara tarik dan tekan (Struktur, Schodek, 1999).
Gambar 1. 37 Struktur Rangka batang 2 dimensi Sumber: google.com
84
Gambar 1. 38 Detail Sambungan Bola Nodle dan Pipa Kalvanis Sumber: google.com
1. Struktur Bawah Struktur bawah gedung umumnya terdapat beberapa pekerjaan, yaitu: -
Pondasi (pancang, bore pile, telapak, dll)
-
Galian tanah
-
Pile cap dan sloof
-
Raft Fondation (jika ada)
-
Dinding penahan tanah / retaining wall
-
Waterproofing (umumnya waterproofing membrane atau integral)
-
Urug tanah kembali dan pemadatan tanah Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan
harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama sebagai berikut: 85
-
Jenis Tanah dan daya dukung tanah
-
Bahan Pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
-
Alat dan tenaga kerja yang memadai
-
Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
-
Waktu dan biaya pekerjaan Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut
soil investigation , atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras dan padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/ daya dukung tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara : A. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contoh-contoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah. B. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang disebut sondir static penetrometer. Ujungnyaberupa conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm2).
Gambar 1. 39 Sistem Struktur Bawah / Pondasi Sumber: Analisis Sketsa Ide Penulis, 2018 86
Gambar 1. 40 Pola Struktur Sumber: Analisis Sketsa Ide Penulis, 2018 Sistem Modul Modul merupakan angka (ukuran) baku yang menjadi patokan untuk menentukan ukuran-ukuran lebar, tinggi, jarak, elemen-elemen ruangan atau bangunan misalnya: lebar koridor, tinggi lantai, jarak kolom, dan lain sebagainya. Secara garis besar, modul dikelompokkan menjadi: Modul Vertikal Modul ini digunakan pada gambar kerja potongan. Modul ini mengatur ketinggian antar ruang. Tinggi ruangan ini ditentukan oleh aktifitas yang terjadi dalam ruangan. Untuk ruang umum terdapat ketentuan tinggi minimal lantai ke plafond yaitu ± 3 m. Selain itu, modul ini juga mengatur ruang servis antara plafond dan ruang diatasnya. Modul efektif untuk ruang servis diatas plafond adalah ± 2,4 – 5 m dan modul servis ditentukan oleh lebar bentang yang digunakan, dimensi saluransaluran ducting dan ruang gerak untuk servis yang ada diatasnya, biasanya digunakan untuk tempat jaringan utilitas bangunan.
87
Tinggi ruangan ini banyak dipengaruhi oleh: a. Tinggi blok portal, dimana semakin tinggi dimensi balok tersebut akan semakin banyak menyita ruangan yang ada dibawahnya. b. jaringan utilitas yang akan ditempatkan di dalam ruangan tersebut, modul efektif yang ditetapkan berdasarkan aktifitas yang terjadi, seperti sistem penerangan yang digunakan, dan sebagainya.
Modul Horizontal Modul struktur horizontal ini disebut juga dengan sistem grid dari struktur yang digunakan, misalkan jarak bentang 4 m atau 5 m tergantung pada kebutuhan luasan ruang dan karakteristik ruang yang digunakan.
R. Pendekatan Aspek Visual Arsitektur Psikologi Gestait menyatakan bahwa pikiran kita akan menyederhanakan lingkungan visual agar dapat memahaminya. Ketika menghadapi berbagai komposisi bentuk, kita cenderung mengurangkan hal-hal tersebut di dalam area visual kita hingga menjadi bentuk yang paling sederhana dan biasa. Semakin sederhana dan teratur suatu bentuk dasar, maka akan semakin mudah dikenali dan dipahami. Aspek Visual Norman Robert Foster Architect yang khas adalah mampu menampilkan bangunan-bangunan yang memiliki ciri tersendiri, seperti yang telah dicirikannya mengenai arsitektur High Tech. Yang Menjadi ciri khas karya Norman Foster sebagai pelopor arsitektur High Tech yaitu selalu mengekspos struktur dan konstruksi bangunannya, menampilkan bagian dalam bangunan yang mempunyai nilai sama pada bagian luar bangunan. Bagian interior di ekspos sehingga dapat dlihat dari luar. Ciri yang paling mengesankan dari pekerjaan Norman Foster lebih jelas atau nyata ini merupakan cara untuk menunjukkan suatu ide yang jenius dan menampilkan kembali sampai pekerjaannya terlihat seperti mekanisme yang sempurna, sebuah komponen industry dimodifikasi. 88
S. Analisis Bentuk Tampilan, rupa, atau ekspresi arsitektural adalah suatu kualitas, kondisi sifat, atau tingkat baik-buruknya suatu desain atau karya arsitektur, yang selalu bermuara pada perkara keharmonisan tata-rupa ruang visual, melalui sejumlah elemen
pembentuknya,
susunannya
dan
pendayagunaan
bahasanya
(F.X.Budiwidodo Pangarso, Y. Roni Sugiarto, 2014: 26). Dalam analisis bentuk Pusat Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian Kakao Di Palu, sifat-sifat dasar dari Bentuk Geometri kemudian di transformasikan. Variasi-variasi yang dimunculkan melalui manipulasi satu atau beberapa dimensi atau dengan penambahan maupun pengurangan elemen-elemen. Di dalam pendekatan bentuk arsitektural ini bentuk geometri akan di transformasikan dengan menggunakan tranformasi subtraktif dan aditif. Adapun transformasikan yang dimaksud Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan adalah sebagai berikut: 1. Transformasi Subtraktif (Pengurangan) Suatu bentuk dapat ditransformasikan dengan cara mengurangi sebagian volumenya. Dengan tergantung pada tingkat proses subtraktifnya. Bentuk dapat mempertahankan identitas asalnya atau ditransformasikan ke dalam sebuah bentuk.
Gambar 1. 41 Bentuk Transformasi Subtraktif Sumber: Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Frank D. K. Ching.
89
2. Transformasi Aditif (Penambahan) Suatu bentuk dapat dtransformasikan dengan penambahan elemenelemen pada volumenya. Sifat dan proses aditif ini serta jumlah dan ukuran relative elemen-elemen yang di tempelkan akan menentukan apakah identitas bentuk awalnya dirubah atau dipertahankan
Gambar 1. 43 Bentuk Transformasi Aditif Sumber: Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Frank D. K. Ching.
Gambar 1. 42 Konsep Bentuk Sumber: Analisis Sketsa Ide Penulis, 2018
90
KESIMPULAN Tanaman Kakao dapat menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa diolah menjadi bahan stengah jadi maupun bahan jadi. Daerah yang msih banyak didalamnya lahan terbentang yang berpotensi memiliki cukup banyak bahan olahan yang bernilai jual tinggi dan menjadi komoditas daerah Palu. Dari potensi dan masalah yang ada maka dituntut untuk mengadakan pengembanga lagi untuk upaya peningkatan nilai jual. Maka dari itu di buat perancangan pusat pengolahan dan pemasaran hasil pertanian kakao di palu agar nilai jual para petani meningkat serta membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat. Menambahkan tempat edukasi dan wisata bagi masyarakat dan target pasar. Di buka juga penelitian tentang kakao dari pembudidayaan, pengolahan, hingga menjadi coklat disini. Pendekatan pada tema High Tech ialah lebih mengarah kepada bentukan geometri. Geometri yang diambil untuk dijadikan bentukan awal ialah geometri dasar.tidak hanya itu pendekatan pada teman juga dipengaruhi pada lokasi (tapak). Bentukan yang dihasilkan akan mengikuti bentuka pada atap agar lebih menyatu.
91
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Bagian Wiayah Kota Tahun 2015 – 2016 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Sis-Aljufri Kota Palu tahun 2014 Boedhi Laksito. 2014. Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. Griya Kreasi. Jakarta Timur. Daniel L.Schodek, 1999. Struktur Darmawan, Edy, Maria Rosita, (2014) Konsep Perancangan Arsitektur. Jakarta: Penerbit Erlangga Direktorat jenderal perkebunan, tentang statistic perkebunan Indonesia komoditas kakao 2014-2016,. Jakarta, desember 2015 F.X.Budiwidodo Pangarso, Y. Roni Sugiarto, 2014, Teknik Pendekatan Desain estetika Arsitektural, Hal. 26, PT. Kanisus. Francis D.K. Ching 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Edisi tiga. Erlangga. Jakarta. Hartono Puerbo. 1992. Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Tentang studi bahaya likuifaksi palu berdasarkan data geologi teknik. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan Hidup", Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1986, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 Tahun 2010, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP) Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16 tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2010 – 2030
92