Laporan PKL Kopi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK PEMBIBITAN KOPI ARABIKA (Coffe arabica L) SECARA VEGETATIF DI INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IP2TP) GAYO PONDOK GAJAH BENER MERIAH



MULYANA SARI 180310054



PRAKTEK KERJA LAPANG



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH ACEH UTARA 2021



TEKNIK PEMBIBITAN KOPI ARABIKA (Coffe arabica L) SECARA VEGETATIF DI INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IP2TP) GAYO PONDOK GAJAH BENER MERIAH



MULYANA SARI 180310054



Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH ACEH UTARA 2021



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji dan syukur penulis ucapkan kepada-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “Teknik Pembibitan Kopi Arabika(Coffe arabica L) Secara Vegetatif Di Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo Pondok Gajah Bener Meriah”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam yang telah membawa umatnya ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan. Ungkapan terima kasih dari penulis kepada Ibu Dr. Hafifah, S.P., M.P., selaku dosen pembimbing dan penelaah Laporan Prakter Kerja Lapang milik penulis. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Ishar, SST selaku pimpinan IP2TP Gayo, Bapak Ali Imran dan sudirman selaku pembimbing di lapangan, Ibu Zuraidha selaku bidang administrasi, Sersan Akhir selaku Koordinator Lapangan, dan para jajaran staf karyawan kantor maupun lapangan yang banyak memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang.



Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang



banyak membantu secara langsung ataupun tidak dan orang tua penulis yang selalu mendoakan serta memotivasi. Penulisan laporan ini penulis anggap masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, mulai dari segi penulisan, bahasa maupun dari segi lainnya yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis sangat berharap besar dan membutuhkan saran juga kritik yang bersifat membangun kepada siapa saja, terutama pembaca laporan ini agar penulis dapat memperbaiki laporan ini. Harapan besar penulis semoga laporan ini bisa menjadi hal yang bermanfaat buat orang banyak dan bisa menjadi rujukan untuk memberikan inspirasi terhadap pembaca. Reuleut, 22 Agustus 2021 Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. 1.PENDAHULUAN........................................................................................ 1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1.2. Tujuan Praktek Lapangan.......................................................................... 1.3. Manfaat Praktek Lapangan........................................................................ 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2.1. Deskripsi Kopi Arabika............................................................................. 2.2. Syarat Tumbuh Kopi Arabika................................................................... 2.3. Teknik Pembibitan Secara Vegetatif......................................................... 3. GAMBARAN UMUM LOKASI............................................................... 3.1. Sejarah IIP2TP Gayo................................................................................. 3.2. Deskripsi Umum........................................................................................ 3.3. Status Penggunaan Kebun......................................................................... 3.4. Ketersedian Sumber Daya......................................................................... 3.5. Struktur Organisasi.................................................................................... 4. METODE PELAKSANAAN..................................................................... 4.1. Tempat dan Waktu.................................................................................... 4.2. Alat dan Bahan.......................................................................................... 4.3 Metode........................................................................................................ 5. Kegiatan Praktek........................................................................................ 5.1. Stek............................................................................................................ 5.2. Penyambungan.......................................................................................... 6. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 6.1. Kesimpulan................................................................................................ 6.2. Saran.......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................



ii



DAFTAR GAMBAR 1. Pembentukan Enteres................................................................................... 2. Penanaman Enteres....................................................................................... 3. Penutupan..................................................................................................... 4. Pemilihana Serdadu Untuk Batang Atas dan Batang Bawah....................... 5. Penanaman Setelah Penyambungan............................................................. 6. Penyungkupan Setelah Tanam..................................................................... 7. Pembentukan Batang Bawah........................................................................ 8. Penyisipan Batang Atas................................................................................ 9. Pengikatan Sambungan................................................................................ 10. Penyungkupan............................................................................................ 11. Pemilihan Batang Atas............................................................................... 12. Penyambungan........................................................................................... 13. Penyungkupan............................................................................................



iii



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1....................................................................................................... Lampiran 2.......................................................................................................



iv



1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea sp.) merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang memiliki peran sangat penting bagi Indonesia. Kopi memiliki prospek yang tinggi



di



masa



depan



dalam



mengembangkan



perekonomian



negara.



Perkembangan produksi kopi pada perkebunan besar yang ada di Indonesia selama tahun 2015 sampai dengan 2017 cenderung mengalami fluktuatif. Pada tahun 2015 produksi kopi sebesar 36,98 ribu ton dan mengalami penurunan menjadi 31,87 ribu ton atau terjadi penurunan sebesar 13,84 persen. Sedangkan pada tahun 2017 produksi kopi kembali menurun menjadi 30,29 ribu ton atau penurunan sebesar 4,95 persen). Terdapat tiga jenis kopi yang dapat tumbuh baik di Indonesia, namun yang banyak dibudidayakan salah satunya adalah kopi jenis Arabika. Beberapa produsen kopi di Indonesia terletak di propinsi Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur dan lain-lain (BPS, 2017) Kopi Arabika (Coffea arabica L.) merupakan satu-satunya spesies allotetraploid alami dalam genus Coffea. Kultivar-kultivar kopi Arabika berbasis HdT mulai berkembang di Indonesia (khususnya di dataran tinggi Gayo) mulai tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an dikembangkan juga kopi Arabika tipe katai yang berbasis Catimor (keturunan Caturra x HdT) (Dani et al., 2019). Dua kultivar lokal tipe tinggi (tall), yaitu Timtim Aceh dan Borbor, kemudian dilepas pada tahun 2010 oleh Menteri Pertanian sebagai kultivar unggul baru dengan nama Gayo 1 dan Gayo 2. Selain dua kultivar tersebut, petani juga mengembangkan dua kultivar tipe katai (dwarf) yang berbasis Catimor, yaitu Ateng Super dan P88. Kultivar Ateng Super sangat diminati petani karena produktivitasnya tinggi, ukuran biji besar, dan cepat berbuah. Daya hasil kultivar Ateng Super lebih tinggi (1,76 ton/ha) dibandingkan Gayo I dan Gayo II yang masing-masing hanya 0,96 ton/ha dan 0,91 ton/ha. Meskipun demikian, daya hasil kultivar Ateng Super dinilai tidak stabil (Hulupi et al., 2013). Seleksi secara swadaya oleh petani dalam memilih sumber benih selama puluhan tahun pada akhirnya menghasilkan kultivar-kultivar baru. Produktivitas tanaman kopi arabika dipengaruhi oleh kualitas bibit yang digunakan. Bibit



1



2



tersebut dapat diperoleh dengan cara perbanyakan secara vegetatif, kelebihan menggunakan teknik perbanyakan secara vegetatif dapat menghasilkan bibit kualitas baik dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang singkat. Salah satu lembaga atau tempat yang dapat melakukan perbanyakan secara vegetatif adalah IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Kab. Bener Meriah. Ditempat tersebut menggunakan dua metode yaitu secara stek batang dan sambung pucuk. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan praktek kerja lapangan sesuai arahan pimpinan IP2TP Gayo untuk mengetahui bagaimana teknik pembibitan secara vegetatif. Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan dengan demikian dapat diketahui teknik pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah. 1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa dapat mempelajari dan mempraktikkan langsung teknik pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah. 1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Praketek kerja lapangan ini berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang teknik pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.



2. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kopi Arabika Klasifikasi Tanaman Kopi Arabika Kopi Arabika termasuk tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan dikembangkan di lebih dari 60 negara beriklim tropis maupun subtropis, dan jumlah produksinya bisa mencapai 70% dari total produksi kopi dunia. Di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup diperhitungkan dan sebagai sumber devisa negara. Kopi Arabika (Coffea arabica L.) merupakan satu-satunya spesies dari genus Coffea yang termasuk ke dalam tanaman tetraploid (2n=2x=44) dan bersifat menyerbuk sendiri. Berdasarkan hibridisasi in situ secara genomik menunjukkan C. arabica berasal dari persilangan antara C. eugenioides dan C. canephora. Kopi Arabika pertama kali ditemukan pada tahun 850 di Ethiopia dan disebarkan ke beberapa negara Islam oleh para peziarah. Pada awal abad ke-18, tanaman kopi dibawa ke Indonesia oleh VOC dan pertama kali ditanam pada tahun 1707 di wilayah Priangan(Nur et al., 2015). Klasifikasi tanaman kopi arabika menurut ahli botani asal Swedia bernama Carl Linnaeus adalah : Kerajaan



: Plantae



Divisi



: Tracheophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Suku



: Rubiaceae



Marga



: Coffea



Spesies



: Coffea Arabica L.



Morfologi Tanaman Kopi Arabika Kopi arabika merupakan tanaman berbentuk semak tegak atau pohon kecil yang memiliki tinggi 5 m sampai 6 m dan memiliki diameter 7 cm saat tingginya setinggi dada orang dewasa. Selain itu, kopi arabika memiliki warna kulit abu abu, tipis, dan menjadi pecah - pecah dan kasar ketika tua (Hiwot, 2011).



3



4



Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak rebah, lebih dari 90% dari berat akar terdapat lapisan tanah 0-30 cm, terdapat 4-8 akar samping yang menurun ke bawah sepanjang 23 cm serta i akar cabang samping yang panjang 1-2 m horizontal, sedalam ±30 cm, dan bercabang merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi (Anshori, 2014). Untuk batang tanaman kopi memiliki dua tipe percabangan yaitu cabang yang tumbuh tegak (orthotrop) dan cabang yang tumbuh yang mendatar (plagiotrop). Cabang plagiatrop berfungsi sebagai penghasil bunga, sedangkan cabang orthotrop tumbuhnya pesat dengan ruas yang relatif panjang sehingga banyak digunakan sebagai sumber stek (Anshori, 2014 ). Bunga pada tanaman kopi memiliki ukuran relatif kecil, mahkota berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga kopi arabika berwarna hijau. Bunga dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan sehingga akan terbentuk buah. Waktu yang diperlukan terbentuk bunga hingga buah menjadi matang 8-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya. Mula – mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol, Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup – kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga (Direktorat Jendral Perkebunan, 2020). Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan dengan lapisan lilin mengkilap. Daun ini memiliki panjang 4-6 cm dan juga berbentuk oval atau lonjong. Menurut Hiwot (2011) daun kopi Arabika juga merupakan daun sederhana dengan tangkai yang pendek dengan masa pakai daun kopi arabika adalah kurang dari satu tahun. Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun bilateral, yang berarti bahwa dua daun tumbuh dari batang berlawanan satu sama lain. Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras. Buah kopi umumnya



5



mengandung dua butir biji, tetapi kadang – kadang hanya mengandung satu butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali (Budiman, 2012). Karakter morfologi yang khas pada kopi arabika adalah tajuk yang kecil, ramping, ada yang bersifat ketai dan ukuran daun yang kecil. Biji kopi arabika memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya, seperti bentuknya yang agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah tengah dibagian datarnya berlekuk (Anshori, 2014). 2.2. Syarat Tumbuh Kopi Arabika Perkebunan kopi dalam membuka lahan, perlu diketahui terlebih dahulu kesesuaian lahannya. Hal ini penting agar keberlanjutan tindak pembukaan lahan akan berjalan dengan lancer dan membuat tanaman menghasilkan produksi yang maksimal. Kesesuain lahan berkaitan erat dengan syarat tumbuh tanaman kopi arabika. Iklim Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik pertumbuhan kopi adalah antara 200 LU dan 200 LS. Indonesia yang terletak pada zona 50 LU dan 100 LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik. Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-100 LS yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0- 50 LU yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap budidaya kopi adalah elevasi (tinggi tempat), temperatur dan tipe curah hujan (Jujur dan Syaad, 2013). Curah Hujan Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga dan buah pada kopi jenis arabika dan robusta. Kopi umumnya tumbuh optimum di daerah yang curah hujannya 2.000-



6



3.000 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1 ‐ 3 bulan. Suhu udara rata‐rata 24‐30°C. Pada umumnya kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Angin berpengaruh besar terhadap jenis kopi yang bersifat self-steril. Hal ini untuk membantu penyerbukan yang berbeda klon(Jujur dan Syaad, 2013). Kondisi Tanah Kopi arabika dapat tahan terhadap masa kering yang berat, walaupun kopi ini tidak memerlukan bulan kering. Hal ini dikarenakan kopi arabika ditanam pada elevasi yang tinggi dan relatif lebih lembab serta akarnya lebih dalam. Kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 5-6,5 untuk kopi arabika. Kurang dari angka tersebut kopi juga masih bisa tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga kadang-kadang perlu diberi kapur. Sebaliknya tanaman kopi tidak menghendaki tanah yang agak basa (pH lebih dari 6,5) oleh karena itu pemberian kapur tidak boleh berlebihan (Soetriono et al., 2017). Sifat fisik tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan tekstur clayloam, struktur remah derajat struktur kuat, porositas dan permeabilitas baik dan tidak berbatu, sedangkan sifat kimia tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan kadar nitrogen total >0.20 %, fosfor tersedia >30 ppm, kalsium tertukar > 0.10 me %, bahan organic >3.5 % (C – organic > 2 % ), pH antara 5.5 – 6.5 (PTPN XII, 2013). Elevasi Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian optimum sekitar 1000 sampai 1200 meter di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi penanaman, cita rasa yang dihasilkan oleh bijinya semakin baik. Selain itu, kopi jenis ini sangat rentan pada penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix, terutama pada ketinggian kurang dari 600 sampai 700 m di atas permukaan laut. Karat daun ini dapat menyebabkan produksi dan kualitas biji kopi menjadi turun (Indrawanto et al., 2010).



7



2.3. Teknik Pembibitan Secara Vegetatif Teknik pembibitan kopi dapat dilakukan secara vegetatif, perbanyakan secara vegetatif merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk terciptanya generasi baru dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti batang, cabang, daun dan akar. Beberapa cara perbanyakan vegetatif pada tanaman kopi yaitu penyambungan, stek, kultur jaringan dan somatic embriogenetik. Adapun keuntungan dari teknik vegetatif, sifatnya akan sama dengan induk yang dipilih, lebih cepat berbuah, hasilnya akan seragam dan prosesnya lebih mudah(BPTP 2020). Teknik sambung dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan batang atas kebatang bawah. Batang bawah yang digunakan dapat berasal dari biji, stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan. Penyambungan pada tanaman kopi dapat dilakukan pada fase serdadu, fase bibit dan fase tanaman dewasa. Penyambungan kopi pada fase serdadu, persiapan batang atas dan batang bawah dilakukan bersamaan. Penyambungan tanaman pada fase bibit, bibit kopi asal benih maupun stek yang berumur 6-7 bulan dengan diameter 1 cm dipersiapkan sebagai batang bawah, sedangkan enteres batang atas dapat dipersiapkan dari enteres atau cabang orthotrop (wiwilan) tanaman induk kopi dewasa. Penyambungan pada fase tanaman dewasa biasanya dilakukan guna memperbaiki tanaman kopi yang telah tumbuh sehingga varietas yang tidak diinginkan diubah dengan jenis varietas yang dikehendaki(BPTP 2019). Benih stek dapat dipakai sebagai batang bawah untuk pembuatan benih sambungan. Keuntungan dari benih stek menajamin kemurnian klon, umur siap tanam relatif pendek (9-12) bulan sejak perakaran, perakaran cukup banyak, mempunyai sifat yang sama dengan induknya, mutu yang dihasilkan seragam dan prekositas (masa berbuah awal) relatif pendek (1-2 tahun). Perbanyakan secara kultur jaringan caranya dengan mengembangbiakan potongan jaringan tanaman dalam media buatan yang steril pada kondisi pertumbuhan yang sesuai. Keuntungan kultur jaringan mutu fisik bibit yang dihasilkan umumnya baik, mutu genetis tergantung induknya, dapat dihasilkan dalam jumlah banyak. Metode perbanyakan kolonal secara in vitro dengan cara menumbuhkan sel somatic dalam kondisi terkontrol sehingga berkembang menjadi sel embriogenik(BPTP 2019).



8



Pengembangan tanaman kopi dengan cara seperti ini lebih menguntungkan secara ekonomis karena tak harus menunggu lebih lama pada usia tanaman kopi yang seharusnya. Akan tetapi beberapa kelemahan akan muncul pada tanaman kopi yang menggunakan teknik stek. Tanaman kopi yang menggunakan teknik stek tidak memiliki akar tunjang dan akan lebih mudah roboh serta pada usia muda biasanya akan lebih mudah diserang nematoda. Namun beberapa kekurang tersebut dapat diatasi dengan cara penyambungan.



3. GAMBARAN UMUM LOKASI



3.1 Sejarah IP2PT Gayo Berawal



dari



proyek IDAP



(1978-1986) yaitu



kerjasama



Pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda, maka pada tahun 1980 diketahui bahwa kehidupan masyarakat Aceh Tengah tergantung pada hasil tanaman kopi. Akan tetapi sistim pengelolaannya masih sangat sederhana dengan produktifitas ± 500 kg kopi pasar per hektar pertahun. Mutu kopi yang dihasilkan juga rendah karena petani tidak melakukan petik merah dan tidak memperoses secara baik, akibatnya harga jual dan pendapatan petani juga rendah. Oleh sebab itu pada tahun 1984 proyek mulai membangun pabrik prosessing kopi arabika dengan proses basah (Wet Prosessing ) dengan kapasitas 15 ton kopi gelondong merah per hari. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu kopi sekaligus



meningkatkan



pendapatan



petani



disekitarnya.



Dengan



berakhirnya proyek IDAP, maka pada tahun 1986 kegiatan ini dilanjutkan oleh proyek PPW-LTA-77. Disamping kegiatan pengolahan kopi, proyek ini juga membentuk unit penyuluhan dan unit agronomi yang mengemban misi sosial dalam pengembangan kopi rakyat di Aceh Tengah. Pada tanggal 20 Januari 1987 pabrik prosessing kopi memisahkan diri dari proyek PPW-LTA-77 dengan nama PD. Genap Mupakat. Pada tahun 1987 unit agronomi dan penyuluhan berubah nama menjadi Agro Research yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah. Dengan



selesainya



pembangunan



gedung



perkantoran,



laboratorium, perumahan dan fasilitas lainnya, maka nama Agro Research berubah nama lagi menjadi Balai Penelitian Kopi (BPK) Gayo yang saat itu diresmikan oleh Menteri Muda Pertanian Prof. Dr. Syarifudin Baharsyah pada tanggal 3 Maret 1992. Pada saat yang sama ditanda tangani pula perjanjian kerjsama pengelolaan penelitian kopi antara Pemerintah Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (c/q Balai 9



10



Penelitian Kopi Gayo) dengan AP3I (c/q Pusat Penelitian Kopi dan Kakao) No: 074/285 dan No: 01/SPK/APP/II/1992. Kerjasama berakhir pada tahun 1996, Balai Penelitian Kopi (BPK) Gayo dikelola oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia (SK Menteri Pertanian RI No: 798/Kpts/OT/12/1994, tanggal 13 Desember 1994). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan merupakan salah satu instalasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dengan nama Instalasi



Penelitian dan Pengkajian



Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo. 3.2 Deskripsi Umum Visi Mengutamakan petani dalam penyediaan teknologi pertanian spesifik lokasi dengan orientasi agribisnis Misi Mewujudkan regionalisasi dan desentralisasi kegiatan penelitian dan pembangunan pertanian dengan cara melakukan: a) Identifikasi kemampuan sumber daya pertanian dan kebutuhan teknologi meliputi pemecahan masalah social budaya. b) Mendorong percepatan pembangunan pertanian pedesaan penyediaan paket teknologi pertanian spesifik lokasi. c) Mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan penyampaian umpan balik bagi penajaman program penelitian wilayah. d) Memberikan masukan alternative kebijakan pembangunan pertanian wilayah pemerintah setempat. Tugas dan fungsi IP2TP Gayo Kebun percobaan merupakan sarana penelitian yang sangat penting untuk penyelenggaraan penelitian serta difungsikan sebagai lokasi konservasi Plasma Nutfah.(Ex Situ) dan sebagai sumber daya Genetik ( SDG).dan mempunyai peran strategis dalam penyediaan materi genetic



11



dan sangat menunjang kegiatan penelitian pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul baru yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. a) Sebagai lokasi untuk koleksi plasma nutfah atau sumber daya geneti tanaman dan ternak Litkaji Teknologi pertanian. b) Sebagai lokasi untuk melaksanakan kegitan litkaji teknologi konservasi Ex situ koleksi plasma nutfah. c) Sebagai lokasi untuk memproduksi benih sumber kebun produksi dan show window,expose atau sebagai lokasi agrowidyawisata. d) Sebagai wahana untuk menghasilkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lokasi / LetakGeografis BalaiPenelitian Kopi Gayo (BPK) Gayo Proyek Pembinaan  dan Penyuluhan Kopi Rakyat PPW/LTA-77 merupakan hasil kerja sama pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang di dirikan pada 3 maret 1992 di desa pondok gajah kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Secara geografis, Desa Pondok Gajah terletak pada 04’45’188 garis Lintang Utara dan 96’53’798 Bujur Timur, berada pada ketinggian 1485 m dpl.  Table 1 : Batas wilayah Desa Pondok Gajah No 1 2 3 4



Batas Wilayah



Desa



Sebelah Utara Batin Baru Sebelah Selatan Makmur Sentosa Sebelah Barat Mupakat Jadi Sebelah Timur Simpang Utama Sumber: Kebun Percobaan (KP) Gayo. BPTP Aceh



Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana dalah salah satu faktor pendukung yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Fasilitas yang dimiliki Kebun Percobaan (KP) Gayo yaitu Perkantoran, Seed storage, Workshop, Perumahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Sarana dan Prasarana di BPTP-KP Gayo No.



Sarana dan Prasarana



Jumlah



Satuan



1.



Rumah dinas



15



Unit



12



2.



Kendaraan dinas



11



Unit



3.



Stasiun Meteorologi



1



Unit



4.



Seed storage



1



Unit



5.



Gudang



1



Unit



6.



Workshop



1



Unit



7.



Kebun produksi



1



Unit



8.



Kebun falsma nutfah



1



Unit



32 Unit Jumlah Sumber : Laporan Kebun Percobaan Gayo Tahun 2015 Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kebun Percobaan Gayo adalah terdiri dari 15 unit rumah dinas, 11 unit kendaraan dinas, 1 unit stasiun meteorologi, 1 unit seed storage, 1 unit gudang, 1 unit workshop, 1 unit kebun produksi, 1 unit kebun flasma nutfah. Keadaan Tanah Data di Kebun Percobaan (KP) Gayo memiliki struktur tanah vulkanik dan mengandung bahan organik (humus) lebih dari 5 %, kedalaman efektif lebih dari 100 cm, pH tanah 5,5 - 6,5, kemiringan  lahan berkisar 30 %. Iklim dan cuaca Kabupaten Bener Meriah merupakan kawasan beriklim tropis dengan curah hujan berkisar 1.000 –2.500 (mm) per tahun dengan jumlah hari hujan 143 –170. Hujan umum nya turun pada bulan September hingga April. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Agustus. Temperatur maksimum berkisar pada 26°C dan minimum antara 13 –23°C Kelembaban relative maksimum 75,8% dan kelembaban  relative minimum 20%. 3.3 Status Penggunaan Kebun Penggunaan kebun terutama adalah untuk perawatan dan pemeliharaan plasma nutfah varietas kopi arabika maupun klon-klon lamtoro sebagai naungan kopi. Plasma nutfah kopi yang ada suatu saat diharapkan sebagai sumber benih (Seed Bank) dalam pengembangan kopi



13



di Dataran Tinggi Gayo, terutama varietas yang mempunyai potensi produksi dan mutu. 3.4 Ketersediaan Sumber Daya Sumber Daya Manusia. Untuk melaksanakan tugas di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo. di dukung oleh 6 (Enam) orang berstatus PNS, 3 orang tenaga Adminitrasi, 2 orang tenaga teknis lapangan serta 1 orang tenaga fungsional penyuluh pertanian. Sumber Daya Lahan. Luas lahan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo adalah 18 ha sebagai berikut : a) Lokasi Kebun -



Kebun I di peruntukkan untuk kebun induk varietas Gayo I dan varietas Gayo II



-



Kebun II untuk pusat edukasi dan destinasi



-



Kebun III untuk kebun lokasi Sumber Daya Genetik dan lokasi pembenihan dan pembibitan kopi arabika



-



Kebun IV sebagai kebun komposit dan multi lokasi



b) Perkantoran Kantor terdiri atas gedung kantor utama (dua lantai), Gedung Workshop, Gedung Seed Storage, Gudang Ruang Pertemuan (Aula) dan Ruangan Mini Plan Kopi Arabika. c) Rumah dinas Sebanyak 15 (lima belas) unit dengan masing-masing type sebagai berikut : -. Type A (190 m3 )



= 1 (satu) unit



-. Type B (120 m3 )



= 4 (empat) unit



-. Type C (70 m3 )



= 4 (empat) unit



-. Type D (56 m3 )



= 2 (dua) unit



-. 3 unit rumah kebun di tiga lokasi berbeda d) Kenderaan Dinas



14



Saat ini Kebun Percobaan Gayo memiliki 11 (sebelas) unit kenderaan dinas roda dua dalam keadaan rusak dan 3 unit dalam keadaan baik. e) Stasiun Meteorologi Untuk mengukur curah hujan dan kecepatan angin serta suhu kelembaban, bekerja sama dengan BMKG Indrapuri (Banda Aceh).



Plasma nutfah kopi arabika yang ada di IP2TP adalah : No



Varietas/ Klon



Asal



1.



Sidikalang



Aceh Tengah



2.



Bergendal



Aceh Tengah



3.



Ramung



Aceh Tengah



4.



Lini. S. 795



India



5.



Lini. S. 288



India



6.



USDA 230762



USA



7.



USDA 23765



USA



8.



Abesenia 3



USA



9.



Abesenia 4



USA



10.



Abesenia 7



USA



11.



Caturra Red



Brazil



12.



Caturra Yellow



Brazil



13.



Mocca



Yaman



14.



BP 415 A



Puslit Kopi-Kakao



15.



BP 426 A



Puslit Kopi-Kakao



16.



BP 427 A



Puslit Kopi-Kakao



17.



BP 428 A



Puslit Kopi-Kakao



18.



BP 429 A



Puslit Kopi-Kakao



19.



CTT



Timor Timur



20.



CH 306



Thailand



21.



P. 88



Thailand



15



22.



C 41



Queensland



23.



C 47



Queensland



24.



C 48



Queensland



25.



C 49



Queensland



26.



C 50



Queensland



27.



SLN 9



India



28.



Cova



Brazil



29.



C.J.



Aceh Tengah



30.



Ateng Super



Aceh Tengah



31.



Kartika



Puslitkoka



32.



Andungsari 1



Puslitkoka



33.



Gayo 1



Aceh Tengah



34.



Gayo II



Bener Meriah



Lamtoro : 1. PG. 79



Puslit Kopi-Kakao



2. Petai Cina



Aceh Tengah



3.5. Struktur Organisasi Mengorganisasikan bagian-bagian yang berbeda dalam instalasi atau badan pemerintah diperlukan suatu struktur organisasi yang dapat mempersatukan sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan adanya struktur organisasi diharapkan dapat mengarahkan orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut sehingga mengetahui batas kewajibannya wewenang, serta tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya dan dapat melaksanakan aktivitas untuk mendukung tercapainya sasaran perusahaan. Dengan demikian diharapkan ada satu kesatuan perintah dalam gerak dan langkah untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan, sehingga masing-masing pekerja akan mengetahui dengan jelas dari mana ia dapat perintah dan kepada siapa ia mempertanggung jawabkan hasil kerjanya. Semua aktivitas dalam instalasi, sebelum melakukannya sangat penting untuk mencantumkan struktur organisasi yang ada, dalam hal ini merupakan



16



landasan kerja bagi seluruh pegawai yang ada didalam instalasi tersebut. Pada struktur organisasi terdapat komando yang akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bahawan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberi perintah. Struktur Organisasi di IP2TP GAYO dapat dilihat sebagai berikut :



Struktur Organisasi



Penanggungjawab IP2TP Gayo Ishar, SST



Pengelola Teknis



Pengelola Administrasi



Lapangan



Umum



Ali amran



Zuraida



Sudirman



Pengelola PUMK/ Keuangan Nur Aida Fittri, A.Md



Pengelola Program Samini



Susunan Personalia IP2TP Gayo I.



Penanggungjawab



: Ishar, SST



17



II.



Pengelola Pengadministrasian Umum



: Zuraidah



III.



Petugas keamanan dan penjaga kantor



: Sahrul Fahmi : Murtadha



IV. V.



Sekretariat/Administrasi/ kebersihan



: Peny Wulandari



Pengelola Teknis lapangan



: Ali amran : Sudirman



VI. VII.



Pengelola Program/ Perlengkapan



: Samini



Pengelola PUMK/ Keuangan



: Nur Aida Fittri, A.Md



4. METODE PELAKSANAAN 4.1. Tempat dan Waktu Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di IP2TP Gayo Pondok Gajah , BPTP Aceh, Kabupaten Bener Meriah. Kegiatan praktek kerja lapang ini dimulai dari tanggal 02 Agustus sampai 02 September 2021. 4.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pembibitan secara vegetatif adalah plastik, gunting, cutter, plastik sungkup, parafilm. Adapun bahan yang digunakan adalah tanah, enteres, bibit kopi arabika, bibit kopi robusta, air, Growtone 400 gr/liter, tanah, pasir, kompos, polybag ukuran 15x21 dengan ketebalan 0,08 mm. 4.3 Metode Kegiatan praktek kerja lapang dilakukan pengumpulan data di lapangan dan di kantor Instansi yang diperoleh dari pembimbing. Adapun metode pengumpulan data tersebut adalah dengan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung



oleh



mahasiswa untuk pertama kalinya melalui usaha dan pengalaman langsung di lapangan. Teknik ini dilakukan dengan 4 metode yaitu: 1. Metode observasi, merupakan teknik pengumpulan data, dimana mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung ke objek untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. 2. Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui proses Tanya jawab (wawancara) dengan pembimbing dan pihakpihak yang terkait dan bekerja di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Bener Meriah. 3. Metode dokumentasi, diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan. 4. Turut serta melakukan langsung segala aktifitas pembibitan kopi arabika



17



18



secara vegetatif di lapangan bersama pembimbing/petugas kebun. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data ini diperoleh dari media elektronik, buku-buku, literature penunjang dan ilmu pada saat kuliah yang berkaitan dengan judul serta data ini juga banyak diperoleh di arsip IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Bener Meriah. Hal ini dilakukan sebagai referensi yang mendukung sekaligus pembanding informasi dari data primer yang didapat.



19



5. KEGIATAN PRAKTEK 5.1 Stek Penyetekan adalah perlakuaan pemotongan bagian tanaman seperti akar, batang dan daun agar bagian tersebut membentuk akar. Bagian batang yang digunakan untuk stek berasal dari cabang orthotrop, hal ini dikarenakan cabang orthotrop dapat menghasilakn cabang orthotrop dan plagiatrop. Jika stek berasal dari cabang plagiatrop maka hanya menghasilkan cabang plagiatrop saja. Tahapan penyetekan adalah persiapan bedengan stek, persiapan bahan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Persiapan Bedengan Tahap awal dalam teknik penyetekan yaitu menentukan lokasi terlebih dahulu. Media stek yang digunakan terdiri dari campuran tanah, kompos dan pasir dengan perbandingan 3: 2 : 1 kompos yang digunakan berasal dari kulit kopi, media yang sudah tercampur rata diisikan kedalam polybag. Kemudian persiapkan kerangka sungkup dengan ketinggian 60 cm dari atas permukaan tanah. Persiapkan paranet dengan ketinggian 2 m untuk menghalau sinar matahari agar tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu gelap. Peralatan stek yang digunakan cutter, gunting, media tumbuh dan perangsang (Growtone). Persiapan Enteres Enteres berasal dari wiwilan atau tunas air tanaman dewasa. Bahan stek tidak terlalu tua atau muda sebaiknya berumur 3-6 bulan, sepasang daun dikupir pangkal stek dipotong miring 450 agar penampang pangkal stek lebih luas sehingga jumlah akar tumbuh lebih banyak. Ukuran panjang stek kira-kira 10 cm lalu potong stengah helai daunnya guna mengurangi proses penguapan. Seteleh cabang ruas dipotong dicelupkan kedalam cairan perangsang akar selama 10-15 detik kemudian ditancapkan kedalam media tumbuh.



19



20



Pelaksanaan dan Pemeliharaan Stek Setelah



melakukan



penyetekan



dilakukan



penutupan



sungkup



menggunakan plastik berangka. Penyinaran dilakukan 1-2 sekali tergantung keadaan dengan cara membuka salah satu sisi dari sungkup dan ditutup kembali. Setelah umur 3 bulan lakukan hardening setiap hari untuk melatih kondisi udara dan sinar matahari secara terbuka. Pada umur 5-6 dipelihara seperti pemeliharaan bibit di bedengan dan siap tanam setelah memiliki 6 pasang daun.



Gambar 1. Pembentukan enteres



Gambar 2. Penanaman enteres



Gambar 3. Penutupan



5.2 Penyambungan



21



Penyambungan tanaman merupakan proses menempatkan bagian dari suatu tanaman ke tanaman lain sedemikian rupa sehingga membentuk tanaman baru. Syarat batang bawah untuk penyambungan perakaran harus cukup kuat, tahan pada keadaan tanah yang kurang baik dan tahan terhadap hama penyakit didalam tanah, memiliki daya adaptasi yang luas, berbatang kaut dan sehat. Syarat untuk batang atasnya sendiri berasal dari tanaman induk yang berdaya hasil dan kualitas tinggi, berasal dari pohon yang kuat dan bebas dari hama penyakit. Bentuk batang lurus dengan diameter sesuai dengan batang bawah dan dapat menyesuaikan dengan batang bawah sehingga kompatibel. Keberhasilan teknik sambung dipengaruhi oleh ketepatan pertemuan kambium, alat dan keterampilan penyambungnya. Pelaksanaan penyambungan tanaman kopi arabika dilakukan pada beberapa fase pertumbuhan tanaman antara lain: Penyambungan Fase Serdadu Persiapan batang atas dan batang bawah dilakukan bersamaan dengan cara menyemai terlebih dahulu benih kopi. Pada pelaksanaan penyambungan fase serdadu menggunakan kopi robusta sebagai batang bawah dan kopi arabika sebagai batang atas. Batang bawah dipotong terlebih dahulu sepanjang 5 cm dari leher akal dan dibuat celah pada bagian atas sepanjang 1 cm, kemudian batang atas yang akan digunakan potong 4 cm dari kepelan, sayat miring berbentuk huruf v pada bawah. Batang atas disisipkan pada celah yang telah dibuat pada patang bawah kemudian diikat. Pengikatan menggunakan parafilm pada tautan sambungan hingga tertup rapat. Sebelum penanaman akar bibit yang terlalu panjang terlebih dahulu dipotong kemudian ditanam dalam polybag dan dilakukan penyungkupan. Penyungkupan sendiri berfungsi untuk menjaga kelembaban, menurunkan suhu, mempertahankan kelenggasan tanah, serta menghalangi hama serangga tanaman.



22



Gambar 4. Pemilahan serdadu untuk batang bawah dan batang atas



Gambar 5. Penanaman setelah Penyambungan



Gambar 6. Penyungkupan setelah Penanaman



Penyambungan Fase Bibit Penyambungan pada fase bibit batang bawah yang digunakan berumur 6-7 bulan dengan diameter batang 1 cm. Untuk enteres batang atas dapat disiapkan dari wiwilan atau cabang orthotrop batang induk dewasa. Ukuran batang bawah dan batang atas ukurannya harus sama berdiameter 1 cm. Batang bawah dipotong sepanjang 10 cm dari leher akar kemudian dibuat celah sepanjang 1 cm pada bagian atas tanaman. Untuk batang atas pilih bagian yang tidak terlalu keras dan terlalu muda potong sepanjang 5-7 cm lalu gunting setengah helai dari daunnnya untuk mengurangi proses penguapan. Kemudian sisipkan batang atas pada batang bawah, diikat dengan plastik atau parafilm. Sambungan disungkup menggunakan plastik, hasil sambungan dapat dilihat setelah 2 minggu. Sungkup dibuka setelah tunas tmbuh dan tali dibuka apabila batang sudah kokoh.



23



Gambar 7. Pembentukan batang bawah



Gambar 8. Penyisipan batang atas



Gambar 9. Pengikatan sambungan



Gambar 10. Penyungkupan



24



Untuk pemeliharaan sambungan pada fase serdadu dan fase bibit, selama proses penyungkupan dilakukan penyiraman pada pagi hari dengan frekuensi 1-2 hari sekali tergantung kondisi. Penyiraman menggunakan knapsack splayer untuk menghasilkan semburan yang halus. Setelah 2 minggu dilakukan pemeriksaan hasil sambungan ditandai dengan tidak layunya bibit hasil sambungan. Kemudian dilakukan hardening dengan cara membuka sungkup secara berkala, bibit dipelihara sebagaimana bibit pada umumnya. Penyambungan Fase Bibit Penyambungan pada fase ini guna memperbaiki tanaman kopi yang telah tumbuh, varietas yang tidak diinginkan diibuh menjadi varietas yang dikehendaki. Batang bawah dipersiapkan dari cabang orthotrop yang tumbuh pada tanaman dewasa untuk enteres batang atas berasal dari cabang orthotrop tanaman induk kopi dewasa. Enteres minimal terdiri dari satu ruas dan maksimal dua ruas. Penyambungan dilakukan dengan menggunakan sistem celah seperti pada fase serdadu dan fase bibit. Daun batang bawah disisakan sepasang sedangkan daun batang atas dipotong sebagian. Sambungan diikat menggunakan plastik dan kemudian disungkup. Hasil sambungan diamati 2 minggu setelah sambung, apabila warna batang atas tetap hijau artinya sambungan berhasil adapun sebaliknya apabila sambungan berwarna hitam. Sungkup dibuka apabila tunas telah tumbuh sempurna dan tali pengikat dibuka ketika pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang.



Gambar 11. Pemilhan batang atas



25



Gambar 12. Penyambungan



Gambar 13. Penyungkupan



26



6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo BPTP Aceh Pondok Gajah Bener meriah, dimaksudkan karna mudah untuk dilakukan, sifatnya akan sama dengan induk yang dipilih, lebih cepat berbuah dan hasilnya akan seragam. 2. Pembibitan secara vegetatif yang dilakukan di IP2TP Gayo meliputi stek dan sambungan. 3. Kegiatan stek dilakukan untuk menjaga kemurnian tanaman. Tahapan dimulai dari persiapan media, pemilihan enteres, penanaman, serta perawatan. 4. Teknik sambungan dilakukan pada tiga fase tumbuh yaitu fase serdadu, fase bibit dan fase dewasa. 6.2. Saran Dalam pemilihan enteres sebagai batang atas sebaiknya pilih cabang yang tidak terlalu muda dan terlalu tua, cabang yang tidak busuk dibagian dalamnya. Dalam pemakaian alat sebaiknya hati-hati untuk menghindari human eror. Maka dari itu penulis menyarankan pemilihan enteres dan alat yang tepat untuk keberhasilan teknik pembibitan secara vegetatif .



26



DAFTAR PUSTAKA Anshori. Et,al. 2014. Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi Arabika dan Robusta Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Sukabumi. IPB University Badan Pusat Statistik. 2017. Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Kopi Perkebunan Rakyat Budiman,



Haryanto.



2015.



Prospek



Tinggi



Bertanam



Kopi



Pedoman



Meningkatkan Kulaitas Perkebunan Kopi. Pustaka Baru Press : Yogyakarta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.2020. Buletin Pertanian Info Teknologi. Kementrian Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. 2019. Petunjuk Teknis Budidaya Kopi Arabika Berkelanjutan. Kementrian Pertanian Dani. Et,al. 2016. Variasi Genetik Dalam Populasi Kultivar Kopi Arabika Berbuah Kuning Di Lahan Petani Berdasarkan Penanda SSRs. J.TIDP 3(2): 83–94 Dani. Et,al. 2019. Identifikasi Awal Perbedaan Karakter Morfologi Antar Empat Kultivar Kopi Arabika. J. TIDP 6(3): 119-126 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian. 2020. Kopi Berkelanjutan. Jakarta : Direktorat Pasca Panen dan Pembinaan Usaha Hiwot, H. 2011.Growth and Physiological Response of Two Coffea Arabica L. Population under Higha and Low Irradiance. Thesis . Addis Ababa University Hulupi, R., Nugroho, D., & Yusianto. (2013). Keragaan beberapa varietas lokal kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Pelita Perkebunan, 29(2): 69–81 Nur Kholilatul Izzah. Et,al. 2015. Analisis Kekerabatan Genetik Kultivar Kopi Arabika Berbuah Kuning Dan Berbuah Merah Berdasarkan Marka SSR. J. TIDP 2(3): 113-122



27



LAMPIRAN



Lampiran 1



28



29



Lampiran 2 Data curah hujan di IP2TP Gayo Pondok gajah