Laporan Praktikum Alelopati Nur Fitriyana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN “ALELOPATI”



Disusun Oleh : Nur Fitriyana F1071151015 Kelompok 3 Kelas A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata yang bermacam-macam, misalnya duri, berbau, yang kurang bisa diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan bertubuh tinggi besar, Maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan



pertumbuhan tetangganya. Dalam uraian ini akan disinggung tentang sekresi kimiawi yang disebut alelopat dan mengakibatkan peristiwa yang disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat diemukan disetiap organ tumbuhan antara lain terdapat di daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji, umbi dan bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada pembelahan sel, pengambilan nutrisi atau mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman lain maka dilakukan praktikum tentang alelopati. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau ? 2. Apa saja tumbuhan yang memiliki allelopati bersifat negatif terhadap perkecambahan kacang hijau ? 3. Bagaimana pengaruh ekstrak akar ilalang (Imperata cylindrica), umbi bawang putih (Allium sativum), dan daun akasia (Acacia mangium) terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus)? 4. Bagaimana pengaruh konsentrasi 0 M, 1:7 M, 1:14 M, dan 1:21 M masing-masing ekstrak terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus)? C. Tujuan Mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Konsep yang menyatakan bahwa suatu tanaman dapat menimbulkan pengaruh buruk atau keracunan atau hambatan pada tanaman dikenal dengan alelopati. Alelopati ini ditemukan oleh Candolle sejak tahun 1832. Setelah itu menyusul ahli-ahli seperti Pickering, pada tahun 1917, Molisch pada tahun 1937, Bonner pada tahun 1950, Grummer pada tahun 1957, Evenari pada tahun 1949 dan lain-lainnya (Tukey, 1969). Allelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang



bersifat



toksik.



Pada



mikroorganisme



istilah



alelopati



dikenal



sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu (Nandito, 2009). Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun, yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan βfenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh sederhana, fumarin, kinon, flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati (Moenadir, 1998). Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang



suatu



jenis



tumbuhan



mengeluarkan



senyawa



kimia



yang



dapat



mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan (Odum, 1998). Secara umum, allelopati selalu dikaitkan dengan masalah gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh dersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman dan pada regenarasi hutan. Kuantitas dan kualitas senyawa allelopati yang dikeluarkan gulma antara lain di pengaruhi kerapatan gulma, macam gulma saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma habitués gulma, kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (c3 dan c4). Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa– senyawa beracun adalah alang–alang (Imperata cilyndrica), teki (Cyperus rotundus), Agropron intermedium, Salvia lenchophyella, dan lainnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelopathy. Interaksi biokoimia antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,



kecambah jadi abnornal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel–sel akar dan lain sebagainya (Sukman dan Yakup, 1995). Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelopat dalam peristiwa allelopathy misalnya hambatan pada pembelahan sel, pengambilan moneral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dll. Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman jenis lain yang tumbuh di sekitarnya (Moenandir, 1998). Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui : 1. Penguapan Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan



yang



melepaskan



senyawa



alelopati



melalui



penguapan



adalah



Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar. 2. Eksudat akar Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat. 3. Pencucian Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini. 4. Pembusukan organ tumbuhan Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya (Ali, 2008). Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut. a. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. b. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.



c. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan. d. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar. e. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein. f. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan. g. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim (Soetikno, 1990). Muller menemukan bahwa salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. (Syamsurizal,1993). Alang-alang bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain (Hairiah et al., 2001).



BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Hari, tanggal : Kamis, 4 -14 Desember 2018 Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN Waktu : 13.00 WIB - Selesai B. Alat dan Bahan 1. Alat - Cawan Petri - Kertas saring Whatman # 4 - Corong penyaring - Blender - Mortar dan alu - Pisau / gunting - Penggaris - Labu ukur - Gelas kimia



2. Bahan - Akuades - Akar ilalang (Imperata cylindrica) - Umbi bawang putih (Allium sativum) - Daun akasia (Acacia mangium) - Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) C. Cara Kerja 1. Dipilih kacang hijau yang baik 2. Disiapkan 4 cawan petri yang telah berisi kertas merang 3. Dibuat ekstrak akar ilalang, akasia dan umbi bawang putih sebagai berikut: - Bagian tumbuhan tersebut dihaluskan dengan blender, mortar dan alu atau di gunting halus - Dibuat ekstrak bagian tumbuhan tersebut dengan akuades dengan perbandingan sebagai berikut :  Bagian tumbuhan dan air (1:7)  Bagian tumbuhan dan air (1:14)  Bagian tumbuhan dan air (1:21) - Dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring dengan menggunakan alat penyaring. 4. Masing-masing 10 biji kacang hijau diletakan ke dalam petridish 5. Pada kacang hijau dilakukan perlakuan sebagai berikut : - Petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades - Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang  Ekstrak perbandingan I (1:7)  Ekstrak perbandingan II (1:14)  Ekstrak perbandingan III (1: 21) Hal yang sama diulangi dengan menggunakan ekstrak akasia dan bawang putih. - Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia - Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih - Dibuat ulangan tiga (3) kali. 6. Perkecambahan biji-biji diamati setiap hari selama 10 hari dan diamati juga pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang kecambah 7. Persen perkecambahan ditentukan 8. Dibandingkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan RAL dan RAL faktorial.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Tabel Pengamatan a. Tabel pengamatan 1



PERLAKUAN



DATA ALELOPATI DAUN AKASIA KELAS VA HARI KE- ( RATA-RATA) 1 2 3 4 5 6 7 8



9



10



1



0



0,7 1,2 2,5



0



0



0



0



0



0



0.44



1 1 1



0 0 0



0 0.2 0,3 0 0.2 0,3 0,4 0,6 1,3



0 0 0



0 0 0



0 0 0



0 0 0



0 0 0



0 0 0



0.07 0.07 0.23



ULANGAN



KONTROL (AQUADES) AKASIA (1:7 ) AKASIA ( 1:14 ) AKASIA ( 1:21 )



PERLAKUAN



ULANGAN



DAUN AKASIA



1



KONTROL



TOTAL



KONSENTRASI (1:7) (1:14)



TOTAL



(1:21)



0.44



0.07



0.07



0.23



0.44



0.07



0.07



0.23



RATA-RATA



0.81



b. Tabel pengamatan 2



PERLAKUAN



ULANGAN



KONTROL (AQUADES) ALANG-ALANG (1:7 ) ALANG-ALANG ( 1:14 ) ALANG-ALANG



1



DATA ALELOPATI AKAR ALANG-ALANG KELAS VB HARI KE- ( RATA-RATA) 1 2 3 4 5 6 7 0 1,3 1,5 2 0 0 0



0



9 0



10 0



RATARATA 0.48



8



1



0



2



2,2



2,3



0



0



0



0



0



0



0.65



1



0



1,2



1,3



1,6



0



0



0



0



0



0



0.41



1



0



1



1,1



1,3



0



0



0



0



0



0



0.34



( 1:21 ) PERLAKUAN



ULANGAN



AKAR ALANGALANG



1



KONSENTRASI KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)



TOTAL



0.48



0.65



0.41



0.34



0.48



0.65



0.41



0.34



TOTAL 1.88



c. Tabel pengamatan 3



PERLAKUAN



DATA ALELOPATI UMBI BAWANG PUTIH KELAS V P.PAPK HARI KE- ( RATA-RATA) 1 2 3 4 5 6 7 8



9



10



RATARATA



1



0



0,2



0,5



1,1



0



0



0



0



0



0



0.18



1



0



0,1



0,1



0,7



0



0



0



0



0



0



0.09



1



0



0,1



0,2



0,7



0



0



0



0



0



0



0.08



1



0



0,2



0,2



0,7



0



0



0



0



0



0



0.10



ULANGAN



KONTROL (AQUADES) BAWANG PUTIH (1:7 ) BAWANG PUTIH (1:14 ) BAWANG PUTIH ( 1:21 )



PERLAKUAN



ULANGAN



UMBI BAWANG PUTIH



1



KONSENTRASI KONTROL (1:7) (1:14)



TOTAL



(1:21)



0.18



0.09



0.08



0.10



0.18



0.09



0.08



0.10



TOTAL 0.45



d. Tabel pengamatan akhir KONSENTRASI PERLAKUAN ULANGAN



KONTROL



(1:7)



1



0.44



0.07



0.07



0.23



0.81



ILALANG



TOTAL 1 TOTAL



0.44 0.48 0.48



0.07 0.65 0.65



0.07 0.41 0.41



0.23 0.34 0.34



1.88



UMBI BAWANG PUTIH



1



0.18



0.09



0.08



0.10



0.45



TOTAL



0.18



0.09



0.08



0.10



1.1



1.62



0.56



0.67



DAUN AKASIA



Total perlakuan (Faktor B)



(1:14) (1:21)



Total ulangan (faktor A)



Y=2.492



e. Tabel data RAL 1) Daun Akasia C



0.16



SSY



0.1



SST



0.09



SSE



0.01



Table Anova



Source



df



SS



MS



F-test



Treatment



3



0.09



0.03



2.4



Eksp. Error



8



0.01



0.0125



Total



11



0.1



Kesimpulan : F test = 2.4 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table > Ftest maka tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia terhadap pertumbuhan kacang hijau.



2) Ilalang C



0.88



SSY



0.06



SST



0.05



SSE



0.01



Table Anova



Source



df



SS



MS



F-test



Treatment



3



0.05



0.02



1.6



Eksp. Error Total



8 11



0.01 0.06



0.0125



Kesimpulan : F test = 1.6 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table < F test maka tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak ilalang terhadap pertumbuhan kacang hijau.



3) Umbi Bawang Putih C SSY SST SSE



0.05 0.01 0.009 0.001



Table Anova



Source Treatment Eksp. Error Total



df 3 8 11



SS 0.009 0.001 0.39



MS 0.003 0.00125



F-test 2.4



Kesimpulan : F test = 2.4 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table > F test maka tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak umbi bawang putih terhadap pertumbuhan kacang hijau.



1. Tabel Data RAL Faktorial C SSY SAB SSE SSA SSB SSAB



0.56 0.69 0.68 0.01 0.94 0.54 0.28



Table Anova



Source A B A*B Eksp. Error Total



df 2 3 6 24 35



SS 0.94 0.54 0.28 0.01 31.41



MS 0.47 0.18 0.05 0.0042



F-test 111.9 42.85 11.90



Kesimpulan : a. F test = 111.9 dan f table 0,05;2,24 yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap pertumbuhan kacang hijau. b. F test = 42.85 dan f table



0,05;3,24



yaitu 3,01 . f table > f test maka terdapat



pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. c. F test = 11.90 dan f table



0,05;6,24



yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat



pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.



B. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum allelopati yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus). Pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk allelopati adalah ekstrak daun akasia, akar ilalang, dan umbi bawang putih. Masing–masing ekstrak diberi konsentrasi yang berbeda yaitu 0, 1:7, 1:14, dan 1:21. Dari ketiga ekstrak tersebut memiliki daya penghambat atau senyawa dari allelopati yang berbeda untuk menghambat perkecambahan tanaman. Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara (Kartawinata, 1986). Dalam percobaan mengenai allelopati, salah satu tanaman yang digunakan adalah bawang putih. Umbi bawang putih disamping mengandung zat hara juga mengandung sentawa allelopathy. Unsur hara yang terdapat dalam bawang putih adalah belerang, besi, fosfat disamping zat lemak, protein dan karbohodrat (Rismunandar,1986). Dari tabel pertumbuhan kacang hijau terlihat tanaman kacang hijau ( Phaseolus radiatus L) yang diberi perlakuan dengan ditambahkan ekstrak bawang putih lebih pendek kehidupannya jika dibandingkan dengan penambahan ekstrak ilalang maupun daun akasia. Hal ini terjadi karena bawang putih memiliki senyawa alelopathy yang disebut allicin. Allicin yaitu komponen utama yang berperan memberi aroma pada bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh bakteri baik gram positif maupun gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoat dan menghambat perkecambahan tanaman lain (Rony palungkun, 1992). Pada percobaan ini penambahan senyawa allelopathy (allicin) dengan konsentrasi tertentu dapat menurubkan kemampuan



pertumbuhan kacang hijau (phaseolus radiatus L). Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh eussen, Patrick dalam Djufry (1999) yang menyatakan bahwa senyawa allelopathy pada konsentarasi tertentu dapatmenurunkan kemampuan pertumbuhan tumbuhan , karena transportasi asam amino dan pembentukan protein terhambat. Selain itu allelopathy juga sangat menghambat pertumbuhan akar semai, perkecambahan biji, pertumbuhan, sistem perakaran dan tumbuhan menjadi layu bahkan dapat menyebabkan kematian. Senada dengan hal tersebut, Rice (1974) memberi penjelasan lebih rinci bahwa alelopathy dapat menghambat proses berikut perbanyakan dan perpanjangan sel, aktivitas giberalin (GA) dan (IAA), penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasim pembukaan stomata, sintesis protein dan aktivitas enzimatis. Alang-alang dapat menghasilkan senyawa alelopathy, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada pada lingkungan tersebut hanya alang-alang( Rendra wijaya, 2004). Hal ini terlihat pada hasil percobaan yang memperlihatkan kacang hijau (phaseolus radiatus L) yang di beri ekstrak ilalang, tumbuhannya lebih pendek dari kontrol dan yang diberi ekstrak akasia. Adanya pengaruh zat allelopat yang dikeluarkan oleh acacia sp menyebabkan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan yang bersifat racun bagi tumbuhan lainnya.Dipilihnya tanaman kacang hijau sebagai media karena kacang hijau mempunyai daya adaptasi yang luas, di daerah kering atau pada musim panas tanaman ini masih mampu memproduksi dengan baik, tetapi perlu dikatahui bahwa pada awal pertumbuhan hingga awal berbunga membutuhkan kelembaban tanah yang cukup baik. Pada beberapa tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tinggi tanaman kacang hijau yang diberi perlakuan dengan ditambahkan ekstrak bawang putih lebih pendek dibandingkan dengan ekstrak ilalang maupun daun akasia. Hal ini terjadi karena bawang putih mengandung minyak atsiri (Anonim, 2011). Secara biologi fungsi minyak atsiri bagi tumbuhan belum jelas benar, namun kemungkinan berperan dalam segi ekologi. Misalnya dalam alelopati, minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan di sekelilingnya dan menghambat perkecambahan (Kuntoini, 2011). Pada tabel ANOVA, F hitung > F tabel menunjukkan bahwa konsentrasi, ekstrak alelopati, serta kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus). Selain itu, ada juga yang menunjukkan F hitung < F tabel, yang berarti bahwa konsentrasi, ekstrak alelopati, serta kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus). Hal ini dapat disebabkan kurangnya ketidaktelitian praktikan dalam mengukur dan saat tanaman yang



diukur patah sehingga panjangnya berkurang. Berdasarkan perhitungan faktorial diperoleh nilai Ftest masing-masing faktor yakni: F test = 111.9 dan f table



0,05;2,24



yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat pengaruh



pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap pertumbuhan kacang hijau. F test = 42.85 dan f table



0,05;3,24



yaitu 3,01 . f table < f test maka terdapat pengaruh



perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. F test = 11.90 dan f table



0,05;6,24



yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat pengaruh



pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang, dan umbi bawang putih terhadap perkecambahan biji kacang hijau. Hal ini pun dapat dilihat dari perbandingan tanaman kontrol dengan tanaman yang diberikan ekstrak. Terlihat perbedaan yang nyata bahwa kecambah kacang hijau kontrol jauh lebih tinggi dibandingkan kecambah kacang hijau yang ditambahkan ekstrak. Dilihat dari F test yang kedua yaitu tidak terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dilihat pada tabel pengamatan bahwa kecambah dengan konsentrasi yang berbeda mempunyai tinggi yang hampir sama sehingga konsentrasi yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan kecambah kacang hijau. Untuk nilai F test yang ketiga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dilihat dari tinggi rata-rata kecambah dari semua perlakuan tidak berbeda nyata.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ekstrak daun akasia, akar ilalang dan umbi bawang putih dapat menghambat perkecambahan tanaman. 2. Daya penghambat dari alelopati umbi bawang putih lebih besar dari pada akasia dan ilalang karena pada bawang putih mengandung senyawa alian yang dapat menghambat perkecambahan tanaman. 3. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar pengaruh alelopati dalam menghambat pertumbuhan dan aktivitas kecambah kacang hijau. 4. F hitung > F tabel menunjukkan bahwa konsentrasi, ekstrak alelopati, serta kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus). 5. F hitung < F tabel, yang berarti bahwa konsentrasi, ekstrak alelopati, serta kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus). Hal ini dapat disebabkan kurangnya ketidaktelitian praktikan dalam mengukur dan saat tanaman yang diukur patah sehingga panjangnya berkurang. B. Saran Pada praktikum kali ini sudah baik, akan tetapi tidak efektif karena orang yang melakukan praktikum kali ini tidak semuanya ikut turun tanggan.



DAFTAR PUSTAKA Ali, M. Iqbal. 2008. Alelopati. (online). (www.iqbalali.com, diakses 21 Januari 2018). Hairiah. 2001. Reclamation of imperata Grassland Using agroforesty lecture Note. 5. ICRAF. (online). ( http://www. Icraf. Cgiar.org/sea, diakses tanggal 21 Januari 2018). Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : Remadja karya CV Moenandir, J.H. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Nandito. 2009. Alelopati Interaksi Antarpopulasi. ( www.nandito106.wordpress.com, diakses 21 Januari 2018). Odum. 1998. Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta : Rineka Cipta. Soetikno, S. Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suprapto. 1999. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. Syamsurizal. 1993. Ekologi Tumbuhan. Sumatera Barat : IKIP.