Laporan Praktikum Kelelahan Kerja Bab Iv [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

23



BAB IV PEMBAHASAN Menurut Balai Hiperkes (2004) tingkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer yaitu: Tabel Kriteria Kelelahan Menurut Balai Hiperkes Tahun 2004 Kriteria Normal Kelelahan Kerja Ringan (KKR) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) Kelelahan Kerja Berat (KKB) Sedangkan



berdasarkan



praktikum



Waktu reaksi (mili detik) 150 – 240 240 < x < 410 410 < x < 580 ≥ 580 yang



telah



dilakukan



dengan



menggunakan alat ukur Reaction Timer didapatkan hasil pengukuran kelelahan terhadap probandus yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Adil Adinda Komara : 495,66 Arin Rati Priadi : 229,87 M. Adnan Lutfi : 226,91 Dainty Hentyarso : 257,33 Iswara Ayu P : 243,87 Dwi Hastuti : 261,9 Ernita Dyah Wijayanti : 214,69 Retno Ayu Wulandari : 193,97 Tabita Wita Sari : 246,03 Berdasarkan standar waktu reaksi yang telah ditentukan dan nilai waktu



reaksi yang telah didapatkan dari perhitungan maka probandus Arin Rati Priadi, M.Adnan Lutfi, Ernita Dyah Wijayanti dan Retno Ayu Wulandari dinyatakan berada dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 – 240,0 milidetik. Probandus berada dalam taraf normal dalam melaksanakan aktivitasnya. Lalu probandus Dainty H, Iswara Ayu P, dan Tabita dinyatakan berada dalam taraf Kelelahan Kerja Ringan yaitu antara 240,0 – 410,0. Sedangkan probandus Adil Adinda Komara dinyatakan berada dalam Kelelahan Sedang karena dari hasil perhitungan berada antara 410,0 – 580,0 yaitu 495,66 milidetik. Menurut analisa perlu diketahui bahwa, pengukuran terhadap



probandus



dilakukan pada pukul 08.30 WIB. Dimana pada waktu tersebut probandus mulai lelah setelah



melakukan setengah akitivitas dari pagi hari. Dan sebelum



24



melakukan



praktikum,



probandus



telah



melakukan



perjalanan



dengan



menggunakan sepeda motor sehingga tingkat kelelahan yang dialami probandus tidak memiliki kelelahan atau normal. Sedangkan pada probandus Adil Adinda Komara perlu diketahui probandus merupakan probandus pertama dan tidak terlalu fokus pada saat melakukan percobaan karena belum terlalu paham dengan cara kerja. Tingkat kelelahan probandus yang cenderung dalam keadaan kelelahan kerja ringan ini bisa disebabkan karena beberapa faktor di bawah ini (sesuai dengan Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran Grandjean) : a. Lingkungan : ketika proses praktikum berlangsung, kondisi lingkungan sekitar cukup kondusif dengan cuaca yang juga cukup baik. Penerangan dan pencahayaan di dalam Ruang Laboratorium D4 K3 cukup terang. Namun ketika setiap probandus melakukan praktikum, mungkin suasana di sekitar kurang tenang sehingga probandus dapat kurang konsentrasi dan fokus pada sensor suara dalam pelaksanaan praktikum. b. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental : praktikum ini dilaksanakan pada siang hari pukul 08.30 WIB. Saat-saat seperti itu dirasa bukan waktu cukup melelahkan akan tetapi bayak probandus yang begadang di malam hari untuk mempersiapkan praktikum dan tugas perkuliahan hingga merasa kelelahan di hari keesokan harinya. Sehingga hal inilah mempengaruhi keadaan fisik dan mental si probandus. Selain tubuh terasa lelah, beban materi kuliah atau hal lain yang membebani pikiran/kejiwaan probandus pada hari itu juga terlalu tinggi. c. Nutrisi : nasi merupakan sumber energi bagi tubuh kita. Dalam setiap akan melakukan aktivitas, terlebih full activity, sebaiknya disarankan agar selalu mengisi energi bagi tubuh kita terlebih dahulu agar di tengah-tengah aktivitas berlangsung, kita tidak kekurangan cadangan energi. Menanggapi hal tersebut namun alangkah baiknya juga perlu dijadikan perhatian bagi probandus untuk melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kelelahan lebih lanjut. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja antara lain :



25



a. Ciptakan lingkungan kerja yang terbebas dari zat berbahaya, penerangan memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan b. Pengaturan waktu kerja yang diselingi dengan istirahat pendek dan istirahat untuk makan c. Kesehatan umum harus dijaga dan dipantau secara rutin d. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja yang dilakukan e. Untuk pengerjaan beban kerja berat sebaiknya tidak berlangsung terlalu lama f. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan g. Perlu dilakukan pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya h. Disediakaan fasilitas rekreasi,



waktu



rekreasi



dan



waktu



istirahat



diolaksankan secara baik i. Pemberian cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya j. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru pindahan k. Mengusahakan tenaga kerja bebas dari pengonsumsian alkohol, narkoba, dan obat berbahaya