Laporan PSG Antropometri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI



PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI



NAMA



: HARNA



NIM



: K 211 09 309



KELOMPOK



: VI (ENAM)



TANGGAL PERCOBAAN : 3 DESEMBER 2011 ASISTEN



: GURUH AMIR PUTRA



LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010



BAB I PENDAHULUAN



I.1 Latar Belakang Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja, dkk., 2010). Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk., 2001). Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentile sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya (Nugroho, 2002). Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri,sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa, dkk., 2001). Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di perkotaan bergeser dari pola makan tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran,



makanan berserat ke pola makan masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung lemak, protein, gula, garam tetapi miskin serat. Sejalan dengan itu setahun terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka prevalensi kegemukan/obesitas pada sebagian penduduk perkotaan, yang diikuti pula pada akhir-akhir ini di pedesaan (Asmayuni, 2007). Perhatian utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemmpuan untuk ikut dalam upaya pembangunan. Salah satu upaya penting untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di idang kesehatan dan gizi. Antropometri sebagai teknik yang mula-mula dikembangkan dikalangan antropolog biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai bidang antara lain kedokteran, olahraga, antropologigizi, keperawatan, dan pediatric dalam ilmu pertumbuhan anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin, Boucher, Malina, dan Ulijaszek mengembangkan teknik antropometri yang dihubungkan dengan teori pertumbuhan manusia dari intra-uterine sampai adolesentia akhir (sekitar 20 tahun) (Barasi, 2008). Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteran manjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidaktidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008). Karena antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang paling mudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahui status gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini.



1.2 Prinsip Percobaan Prinsip percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah untuk menghitung IMT dengan mengukur Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB). Untuk memperkirakan TB dengan mengukur Tinggi Lutut (TL), untuk mengukur LiLA, menghitung nilai WHR dengan mengukur Lingkar Pinggang (L.Pi) dan Lingkar Panggul (L.Pa), menghitung % Body fat dengan mengukur Tricep dan Subscapular serta mengukur Lingkar Perut.



1.3 Tujuan Percobaan 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui status gizi perseorangan dengan pengukuran antropometri 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah : 1. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) 2. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR) 3. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan persentase Body Fat (%BF) 4. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) 5. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran lingkar Perut



1.4 Manfaat Percobaan Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui status gizi seseorang melalui pengukuran antropometri dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Waist to Hip Ratio (WHR), persentase Body Fat (%BF), Lingkar Lengan Atas (LILA), pegukuran lingkar Perut



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Antropometri secara umum digunakan untuk melihat



ketidakseimbangan



asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2001). Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced error) (Nugroho, 2002). Dilihat dari penggunaan antropometri yang sangat luas, maka salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang sarjana gizi adalah mampu mengukur status gizi mengenai konsep pertumbuhan, ukuran antropometri, control kualitas data antropometri dan evaluasi indeks antropometri, kelemahan dan keunggulan penggunaan antropometri dalam penilaian status gizi (Supariasa, dkk., 2001). Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukura dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis tingkat ukuran tubuh antara lain berat badan, tiggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk., 2001). Beberapa syarat yang mendasari penggunaan dari antropometri adalah (Supariasa, dkk., 2001): a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah. b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan



mudah dan objektif.



Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita. c. Pengukuran buka hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.



d. Biaya relative murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahanbahan lainnya. e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan baku rujukan yang sudah pasti. f. Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hamper semua egara mengguakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebearanya secara ilmiah. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energy. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2001). Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu (Gibson, 2005). Indikator antropometri antara lain berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008). IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun untuk memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa penelitian menunjukkan perubahan TB usila sejalan dengan peningkatan usia dan efek beberapa penyakit seperti osteoporosis. Oleh karena itu, pengukuran tinggi badan usila tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk



mengetahui tinggi badan usila dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height) (Barasi, 2008). Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi. Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu persamaan Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum ada studi yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu persamaan bagi pengukuran tinggi badan populasi usia lanjut menurut bermacam-macam kelompok etnis. Oleh karena itu, suatu cross sectional studi untuk mengembangkan persamaan tinggi badan manula berdasarkan pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan panjang depa (knee height dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember 2005 lalu. Total 217 manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu: Jawa (56,7%), Cina (31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini (Fatmah, 2005). Pengukuran antropometri termasuk berat badan, tinggi badan, panjang depa, dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih. Kesalahan inter dan intra observer dilakukan untuk pengukuran antropometri tinggi lutut dan panjang depa manula. Temuan utama studi adalah rata-rata usia manula asal Cina adalah tertinggi di antara suku lainnya; kebanyakan manula mengalami gizi kurang (43%); distribusi rata-rata tinggi lutut dan panjang depa hampir sama di tiap kelompok etnis (Fatmah, 2005). IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam m) pangkat dua. Kini IMT banyak digunakan di rumah sakit untuk mengukur status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan saat ini karena orang yang berlebihan berat badan atau yang gemuk yang lebih beresiko untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi dannn beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006). Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini kadang-kadang



disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005). Kategori Ambang batas IMT untuk Indonesia yaitu (Gibson, 2005) :



Kurus



Kategori



IMT



Kekurangan BB tingkat berat



< 17,0



Kekurangan BB tingkat Ringan



17,0 – 18,5 >18,5 – 25,0



Normal Gemuk



Kelebihan BB tingkat ringan



>25,0 – 27,0



Kelebihan BB tingkat Berat



>27



Berat badan yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan risiko penyakit terhadap penyakit, seperti yang terdapat pada table berikut (Sirajuddin, 2011) : Berat badan



Kerugian 1. Penampilan kurang baik (ceking) 2. Mudah letih 3. Risiko penyakit, antara lain penyakit infeksi,



Kurang (kurus)



depresi, anemia, diare 4. Pada wanita usia subur yang hamil mempunyai risiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR 5. Produktivitas rendah 1. Penampilan kurang menarik 2. Gerakan lamban 3. Risiko sakit, antara lain jantung, kencing manis



Berlebihan (Gemuk)



(Diabetes Melitus), hipertensi, gangguan sendi dan tulang, gangguan ginjal 4. Pada wanita usia subur, dapat mengganggu siklus menstruasi dan faktor penyakit pada persalinan



Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko lebih besar terkena infeksi (Gibson, 2005). Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20% dari berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk mengetahui dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah mencubit daging di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari dengan telunjuk lebih dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas. Atau, untuk menentukan apakah Anda mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar pinggang dengan mencari titik tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur lebarnya. Seorang pria yang berlingkar pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia 90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm (Indonesia 80 cm), menunjukkan faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila IMT-nya (Indeks Masa Tubuh) adalah 25 atau lebih (Asmayuni, 2007). Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan (Asmayuni, 2007). Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90 derajat. Alat



ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm (Gibson, 2005). Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus (Gibson, 2005): TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm) TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm) Beberapa peneliti menyarankan untuk menerapkan tekanan lembut dengan proses mastoid untuk meregangkan tulang belakang dan meminimalkan efek yang dihasilkan oleh variasi diurnal. Pengukuran ketinggian diambil di inspirasi maksimal, dengan tingkat mata pemeriksa dengan kepala tempat tidur untuk menghindari kesalahan paralaks. Tinggi tercatat milimeter terdekat, atau bahkan lebih tepat dengan peralatan modem digital. Oleh karena itu, jika berdiri tinggi daripada data referensi berbaring panjang digunakan. Dilaporkan sendiri tinggi cenderung menghasilkan perkiraan sedikit lebih tinggi dari tinggi dan harus dihindari (Gibson, 2005). WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas sentral pada orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada tubuh terutama bagian pinggang dengan menmbandingkan antara ukuran lingkar pinggang disbanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif (Sandjaja, 2010). Rumus Waist to Hip Ratio (WHR) (Sirajuddin, 2011) WHR Klasifikasi Waist to Hip Ratio (WHR) (Sirajuddin, 2011) Resiko



Jenis



Kelompok



kelamin



umur (thn)



Low



Moderate



High



Very high



Laki-laki



20 – 29



< 0.83



0.83 - 0.88



0.89 – 0.94



> 0.94



30 – 39



< 0.84



0.84 – 0.91



0.92 – 0.96



> 0.96



40 – 49



< 0.88



0.89 – 0.95



0.96 – 1.00



> 1.00



20 – 29



< 0.71



0.71 – 0.77



0.77 – 0.82



> 0.82



30 – 39



< 0.72



0.73 – 0.78



0.79 – 0.84



> 0.84



40 – 49



< 0.73



0.74 – 0.79



0.80 – 0.87



> 0.87



Perempuan



Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk pria, dan ≥ 80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolik, ditemukan lingkar pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma puasa >150 mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma metabolik. Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai pemeriksaan uji saring yang mudah, murah dan berguna untuk mendeteksi sindroma metabolic (Karina, 2010). Pengerdilan hasil dari perpanjangan masa asupan makanan tidak memadai, berdasarkan kekurangan makanan, morbiditas meningkat, atau kombinasi dari faktorfaktor. Hal ini umumnya ditemukan di negara kondisi ekonomi yang miskin. Di beberapa negara berpendapatan rendah, yang populasinya rendah tinggi-untuk-usia pada anak-anak bisa sangat tinggi, mulai dari 18% di Amerika Selatan menjadi 60% di Asia Selatan. Dalam keadaan seperti itu, kebanyakan anak pendek dapat diasumsikan akan terhambat.Namun, ketika prevalensinya jauh lebih rendah dan mendekati tingkat yang diharapkan, maka mereka dengan rendah tinggi-untuk-usia cenderung secara genetik pendek (Gibson, 2005). Seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang dapat digunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator yang baik untuk melihat apakah seseorang berisiko untuk terkena diabetes. Resistensi insulin merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik. Bila dilakukan pemeriksaan darah, dapat ditemukan kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal tetapi belum sampai menjadi diabetes. Keadaaan ini disebut sebagai pra-diabetes (Karina, 2010). Pengukuran lingkar perut (Waist Circumference) kini menjadi metode paling popular kedua (seudah IMT) untuk menetukan status gizi. Cara pengukuran lingkar perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis abdominal (obesitas tipe android)



dan perifer (obesitas tipe ginoid). Pasien dengan obesitas obdominal yang merupakan factor risiko untuk berbagai penyakit metabolic, vaskuler, dan generatif memiliki lingkaran perut yang lebih besar dari normal. Untuk diagnosis obesitas abdominal, lingkaran perut bagi wanita Asia adalah ≥ 80 cm dan bagi pria Asia adalah ≥ 90 cm (Hartono, 2006) Penilaian persentase lemak tubuh pada anak tidak mudah karena komposisi kimia massa lemak bebas pada anak berbeda dengan pada orang dewasa dan komposisi kimia tersebut akan mengalami perubahan selama masa pertumbuhan. Oleh karenanya asumsi yang digunakan untuk menghitung komposisi tubuh pada dewasa yang berdasarkan densitas tubuh tidak dapat diterapkan pada anak yang sedang tumbuh. Beberapa usaha telah dilakukan untuk memperkirakan massa lemak tubuh sebagai index obesitas, karena jaringan adiposa adalah bagian utama tempat penyimpanan lemak yang mengandung lebih dari 90% jumlah total simpanan kalori. Namun tidak ada satupun metode yang dapat menetapkan dengan tepat komposisi tubuh yang hidup. Persamaan Deurenberg merupakan salah satu formula untuk memprediksi lemak tubuh sesuai dengan umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (Hartono, 2006). Pengukuran lipatan triceps dimaksudkan untuk menentukan status lemak tubuh sementara pengukuran LILA dan LOLA untuk mengetahui status protein otot. Kurang lebih separuh jaringan adiposa tubuh terdapat dalam jaringan adiposa tubuh terdapat dalam jaringan bawah kulit (subkutan) sehingga pengukuran status lemak tubuh dapat dilakukan pada lipatan kulit triceps, subskapular, abdominal, panggul, serta paha. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penilaian lemak subkutan lewat pengukuran lipatan kulit merupakan cara yang cukup akurat. Pengukuran lipatan triseps dilakukan dengan menggunakan caliper oleh para ahli gizi atau perawat yang sudah terlatih dalam teknik pengukuran antropometri (Hartono, 2006). Berdasarkan tujuan pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur



(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008). Klasifikasi persentase Body Fat (Sirajuddin, 2011) Klasifikasi



Laki-laki



Wanita



Lean