LP Anak Bronkopneumonia Bayi Dan Anak [PDF]

  • Author / Uploaded
  • asri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Keperawatan Anak 1 SK. IV. 3 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia pada Anak di Rumah Sakit Panti Rapih



Disusun Oleh: Hilaria Asrin N



/201723005



Katarina Vita



/201723006



Lady Agitha Br. Tarigan



/201723008



Retno Wateriri



/2017230



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta 2019



A.Konsep Penyakit a. Pengertian Menurut Nursalam ( 2005) dalam



Endri, dkk, (2014) bronkopneumonia



merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat.



Sedangkan



menurut



Ringel



(2012)



dalam



Wahyuni



(2018),



bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli.



b. Etiologi Menurut Wijayaningsih (2013) penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus, haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh



virus seperti respiratory syntical



virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan



oleh jamur seperti



citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp, candinda albicans, mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda asing. Sedangkan menurut Endri, dkk (2014) timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi : 1. Bakteri gram positif a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol). b) Staphylococcus



(kuman



masuk



menyebabkan infeksi nasokomial).



melalui



darah



atau



aspirasi,



sering



2. Bakteri gram negatif a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis). b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran kemih). c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis). 3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan). 4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis). c. Manifestasi Klinis Menurut Ringel (2012) dalam Wahyuni (2018), tanda-gejala dari bronkopneumonia



yaitu :



1. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas. 2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung. 3. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing. 4. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang. 5. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas. 6. Batuk disertai sputum yang kental. 7. Nafsu makan menurun.



d. Faktor Risiko Menurut Wijaningsih (2013), faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia pada anak adalah: a. faktor presdiposisi Usia/umur dan genetik b. faktor pencetus Gizi buruk, BBLR, tidak mendapat ASI yang memadai, imunisasi tidak lengkap, polusi udara dan kepadatan tempat tinggal. e. Patofisiologi Menurut Wahyuni (2018) bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing .Suhu tubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai sianosis.



f. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut: 1.



Otitis media Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera



diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah. b.



Bronkiektase Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis



juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah. c.



Abses Paru Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam



paru – paru. d.



Empiema Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami



infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.



g. Penatalaksanaan a.Terapi dan Tindakan medis Menurut Wahyuni (2018) pengobatan diberikan akan lebih baik jika berdasarkan etiologi dan uji resistensi,tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama. Maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan adalah:



a) Penisilin



50.000



U/kgBB/hari,ditambah



dengan



kloramfenikol



50-70



mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. b) Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus. c) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri. d) Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.



b.Pencegahan Bronkopneumonia Disease Menurut Wahyuni (2018) penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara: 1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia 2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia 3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti: 4. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga 5. Melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit. h.Pemeriksaan Penunjang Menurut



Wahyuni



(2018)



bronkopneumonia antara lain:



pemeriksaan



penunjang



pada



pasien



anak



1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner 2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi 3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi 4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba 5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan 6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus 7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan 8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi 9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus B. Konsep Asuhan Keperawatan Menurut Setiawan (2014) konsp asuahan keperawatan bronkopneumoia pada anak antara lain: 1.Pengkajian 1)



Identitas.



2)



Riwayat Keperawatan.



a.



Keluhan utama. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai



pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang



disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.



b.



Riwayat penyakit sekarang. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan



bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. c.



Riwayat penyakit dahulu. Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun



d.



Riwayat kesehatan keluarga. Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran



pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya. e.



Riwayat kesehatan lingkungan. Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada



musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok. f.



Imunisasi. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.



g.



Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.



h.



Nutrisi.



Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).



3)



Pemeriksaan Fisik



Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurut Riyadi (2009) dalam Endrin (2014) : a.



Kepala



bentuk kepala, warna rambut, distribusi rambut, ada lesi atau tidak, hygiene, ada hematoma atau tidak b.



Mata



sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh), kaji reflek cahaya, konjungtiva anemis atau tidak pergerakan bola mata c.Telinga simetris atau tidak, kebersihan , tes pendengaran d.Hidung ada polip atau tidak , nyeri tekan, kebersihan pernafasan , cuping hidung , fungsi penciuman e.Mulut warna bibir, mukosa bibir lembab atau tidak, mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh), reflek mengisap, reflek menelan f.Dada Paru – paru Inspeksi



: Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan



g. otot bantu napas Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Perkusi : Sonor Auskultasi



: Suara paru ronchi



h.Jantung Inspeksi



: Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri



Perkusi



: Suara jantung terdengar redup



Auskultasi



: Nada S1 S2 dan lub dup



i.Abdomen Inspeksi



: bentuk, lesi



Palpasi



: Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor



j.kulit