LP Ascites [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASITES



OLEH : WIWN FERDITA 14420202184



CI LAHAN



(



CI INSTITUSI



) (Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep., Ns., M.Kes)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2021



A. Konsep Medis 1. Definisi Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik dan pengelolaan penyakitnya menjadi semakin sulit,asites juga dapat menjadi sumber lnfeksi seperti setiap penimbunan cairan secara abnormal dirungga tubuh yang lain infeksi akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya (Nurarif, 2015) 2. Etiologi a. Menurut teori underfilling: hipertensi porta, hipoalbuminea yang mengakibatkan volume cairan plasma menurun. b. Menurut teori overfilling: peningkatan aktivitas hormone anti-diuretik (ADH) dan menurunkan aktivitas hormon natrutik mengakibatkan ekspansi cairan plasma dan reabsorpsi air di ginjal (Nurarif, 2016). 3. Patofisiologi Penimbunan asites ditentukan oleh 2 faktor yang penting yakni faktor lokal dan Sistemik : a. Faktor lokal Bertanggung jawab terhadap penimbunan cairan dirongga perut, faktor lokal yang penting adalah cairan sinusoid hati dan sistem kapiler pembuluh darah usus. b. Faktor sistemik Bertanggung jawab terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem cardiovaskuler dan ginjal yang menimbun retensi air dan garam. Faktor utama sebagai pencetus timbulnya retensi air dan garam oleh ginjal adalah vasodilatasi arteri perifer mula- mula akan terjadi peningkatan tahananan sistem porta dan diikuti terbentuknya pitas porta sistemik baik intra maupun ektra hati apabila struktur perubahan parenkim semakin berlanjut, pembentukan pintas juga semakin berlanjut, vasodilatasi juga akan menjadi berat, sehingga tidak hanya sirkulasi splankrik,tetapi ditempat lain misalnya : kulit otot dan paru. Vasodilatasi arteri feriver akan menyebabkan ketahanan tahanan ferifer menurun



tubuh akan menafsirkan seolah-olah menjadi penurun volome efektif darah arteri reaksi yang dilakukan untuk melawan keadaan itu adalah meningkatkan tonos saraf simpatik adrenergik. Hasil akhirnya adalah aktivitas terhadap 3 sistem vasokonstriktor yakni sistem reninangiostensin, aldesteron, arginin vasopresin dan saraf simpatik aktivasi sistem arginin vasopresin akan menyebabkan retensi air, sistem aldesteron akan menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan reapsorpsi garam pada tubulus progsimal, disamping itu sistem vaskuler juga akan terpengaruh oleh aktivitasi ketiga vaso kontriktor tersebut. Apabila terjadi sirosis hatisemakin berlambat, vasodilatasi arteri ferifer akan menjadi semakin berat sehingga aktivitasi sistem neoru homoral akan mampu menimbulkan asites. Disdamping itu, aktivasi sistem neurohumoral yang terumenerus tetapi akan menimbulkan perubahan fungsi ginjal yang semakin nyata sehingga terjadi sindrom heparorenal.



Sirosis hepatitis



4. Pathway Kelainan jaringan perenkim hati



Fungsi hati terganggu



Kronis



Gangguan metabolisme protein



Hipertensi portal



ASITES



Ekspansi paru terganggu



POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF HIPERVOLEMIA



Sintesis vitamin A,B complex B12 melalui hati menurun Penurunan Fungsiproduksi hati sel terganggu darah merah



Anemia Kelemahan



INTOLERANSI AKTVITAS



Inflamasi akut



NYERI AKUT



5. Manifestasi Klinik Asites lanjut sangat mudah dikenali pada inspeksi, akan tampak perut membuncit pada umumnya gizi kurang dan otot atrofi. Pada saat pasien tidur terlentang, pembesaran perut akan nampak mencolok kesamping kanan dan kiri seperti perut kodok letak umbilikus tergeser kekaudal mendekati sismfisis pubis, sering dijumpai hernia umbilikalis kiri tekanan intara abdomen yang meninggi sedangkan otot- otot atrofi sehingga kekuatannya berkurang, tanda-tanda visis lain menunjukkan adanya akumulasi cairan dalam rongga perut. Perut antar lain : pekak samping (Flank dullness) pekak alih (shiffing dulinees). Gejala-gejala lain dari ascites yaitu : a. Kehilanagan selera/ nafsu makan b. Merasa mudah kenyang c. Mual d. Nyeri ulu hati e. Sesak nafas saaelera/ nafsu makan f. Merasa mudah kenyang g. Mual h. Nyeri ulu hati i. Sesak nafas saatbaring j. Ukuran perut membesar 6. Komplikasi a.



Spontaneous Bacterial Peritonitis(SBP), infeksi yang terjadi pada rongga perut secara spontan akibat cairan dalam rongga perut tersebut.



b.



Sindrom Hepatorenal, komplikasi yang umumnya terjadi pada penderita sirosis yang mengakibatkan gagal ginjal.



c.



Malnutrisi dan berat badan menurun



d.



Kesulitan bernapas, akibat cairan yang menekan otot diafragma yang berperan dalam pernapasan.



e.



Kesadaran menurun atau ensefalopati hepatikum. Keadaan ini akibat fungsi hati yang menurun dalam detoksifikasi racun, sehingga racun menumpuk pada otak.



7. Pemeriksaan Penunjang



a.



Foto thorax dan abdomen Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar abdomen buram, penonjolan panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman gambar intraabdomen berkurang. Peningkatan kepadatan pada foto tegak, terpisahnya gambar lengkung usus halus, dan terkumpulnya gas di usus halus.



b.



USG Real time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah dan spesifik. Volume sebesar 5-10 ml dapat terlihat. Asites yang sederhana terlihat seperti gambar yang homogeny, mudah berpindah anechoic di dalam rongga peritoneal yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan akustik. Cairan asites tidak menggeser organ, tetapi cairan akan berada diantara organ-organ tersebut.



c.



CT-Scan Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-scan. Sedikit cairan asites



terdapat



pada ruang periheoatik kanan, ruang subhepatik



posterior(kantung morison) dan kantung douglas. d.



Laparoskopi Dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosa adanya mesothelioma maligna.



e.



Parasentesis abdomen Pemeriksaan yang paling cepat dan efektif untuk mendiagnosa penyebab asites.



8. Penatalaksanaan a.



Nutrisi Membatasi pemasukan sodium (garam) makanan kurang dari 2 gram per hari. konsultasi dengan ahli nutrisi dalam rangka pembatasan garam harian dapat sangat bermanfaat untuk pasien –pasien dengan asites



b.



Diuretik Pemberian diuretik dapat meningkatkan eksresi air dan garam dari



ginjal. regimen diuretik yang direkomendasikan kombinasi dari spironolactone dan furosemide. dosis tunggal harian dari 100 mg spironolactone dan 40 mg furosemide adalah dosis awal yang biasanya direkomendasikan. c.



Therapeutic paracentesis Untuk pasien yang tidak merespon dengan baik pada regimen diatas therapeutic paracentesis dapat dilakukan untuk mengeluarkan jumlah cairan yang banyak. sekitar 4-5 liter dari cairan dapat dikeluarkan secara aman dengan prosdur ini setiap waktu.



d.



Operatif Untuk kasus yang lebih berat, prosedur operasi mungkin perlu untuk mengontrol asites. transjugular intrahepatic portacaval shunt metode ini dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari sisi kiri melalui radiologis dibawah anastesi lokal. metodi ini sering digunakan untuk asites yang berulang.



9. Prognosis Pada umumnya dikatakan terbentuknya asites merupakan pertanda prognosis yang tidak baik. Kemungkinan hidup sampai satu tahun hanya kira-kira 50% dan sampai 5 tahun kira-kira 20%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah perubahan hemodinamika sistem porta, sistem vaskular sistemik dan fungsi ginjal, ketiga faktor itu lebih penting dari pada tes fungsi hati konvensial yang bisa digunakan



B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan sekarang Pada fase ini pasien akan mengeluarkan adanya penurunan berat badan, tidak nafsu makan (anoreksia), nyeri pada kuadran kanan atas keluhan lain yang berhubungan dengan adanya penyakit pada fase lanjut, pasien akan mengeluh bahwa mudah terjadi luka memar., rontok rambut, terutama di daerah ketiak dan pubis, juga pasien juga akan mengutarakan bahwa menstruasinya tidak teratur (pada wanita dan impoten pada pria). b. Riwayat kesehatan masa lalu perlu ditanyakan apakah adanya atau pernah ada kebiasaan minum-minum keras (alkohol). 1) Pernah menderita penyakit tertentu terutama hepatitis B, non A, non B, hepatitis D (pernah menderita penyakit kuning) dan pernah penyakit jantung. 2) Apakah terjadi mendapat tranfusi darah 3) Bagaimana kebiasaan pola makan c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada penderita sirosis hepatis harus di lakukan secara menyeluruh. 1) Keadaan pasien, bentuk tubuh 2) Pada sklera mata diperoleh sklera mata yang ikterus sampai dengan kehijauan, kadang- kadang pada konjungtiva di peroleh kesan anemia. 3) Pada infeksi daerah dada di temukan adanya spider nevi atau adanya



terlihat suatu usaha dalam bernafas karena tekanan abdomen terhadap diafragma ditemukan bulu ketiak yang rontok dan gynecomatik pada laki-laki. 4) Pemeriksaan abdomen a)



Infeksi : perut yang membesar karena asites, adanya bayangan vena, hernia umbilikus.



b)



Perkusi : adanya asites sehingga terdengar pekak



c)



Palpasi : nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan padat teraba benjol-benjol



d)



Lingkar perut : bertambah besar.



d. Test diangnostik 1) Untuk memastikan sirosis hepatis dilakukan biopsy 2) Dilakukan pemerikasaan laboratorium darah : hemoglobin, leukosit, trombosit menurun. 3) Liver fungsi test : serum albumin, cholinestrase menurun, sedangkan billirubin, globulin, serum alkali propastase, SGOT, SGPT dan ureum meningkat, serta protrombin time memanjang. 4) USG untuk mengetahui perbandingannya perubaha sel pernchy hati dan jaringan fibrotik. 5) CT scan dan radioisoton memberikan informasi tentang ukuran hati, perdarahan yang terjadi dan obstruksi pada hepar. 6) Billirubin urine meningkat, sedangkan dalam feces menurun. 2. Diagnosis Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen agen pencedera fisologis (D.0077) b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (mis.Nyer) (D.0005) c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (D.0022) d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)



3. Intervensi keperawatan DIAGNOSA



TUJUAN & KRITERIA



INTERVENSI KEPERAWATAN



KEPERAWATAN HASIL Nyeri akut berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan I.08238) Manajemen Nyeri dengan



agen



pencedera



agen tindakan fisologis selama 1x8



(D.0077)



diharapkan



keperawatan Observasi jam maka 1) Identifikasi pola



tidur



membaik



lokasi,



karakteristik,



durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri



KH : (L.108066) Tingkat



2) Identifikasi skala nyeri



nyeri



Terapeutik



 Keluhan nyeri menurun



3) Berikan



teknik



nonfarmakologis



 Meringis menurun



untuk



mengurangi



rasa



 Pola nafas membaik



(kompres hangat atau dingin)



nyeri



Edukasi



 Pola tidur membak



4) Ajarkan



teknik



nonfarmakologi



untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Pola nafas tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas (I.01011) berhubungan hambatan



dengan tindakan



upaya



(mis. Nyeri) (D.0005)



nafas selama 1x8 diharapkan membaik



keperawatan Observasi jam maka 1. Monitor pola nafas (frekuensi, pola



tidur



kedalman,usaha nafas) 2. Monitor bunyi nafas tambahan



KH : pola napas



3. Monitor sputum



 Tekanan ekspirasi



Terapeutk 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas



meningkat



dengan head tlft dan chn lift



 Tekanan inspirasi



5. Posisikan sem fowler



Meningkat  Dipsnea menurun



6. Berikan minuman hangat



 Penggunaan oto bantu



Edukasi 7. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari



napas menurun



8. Ajarkan teknik batuk efektf



 Frenkuensi napas



Kolaborasi



membaik



9. Kolaborasi pemberian bronkodilator,



 Kedalaman napas



jika perlu membaik Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia (I.03114)



Hipervolemia berhubungan gangguan



dengan tindakan mekanisme selama 1x8



regulasi (D.0022)



diharapkan



keperawatan Observasi jam maka 1. Periksa tanda dan gelaja pola



tidur



hipervolemia



membaik



2. Identfkasi penyebab hypervolemia



KH : keseimbanagana



3. Monitor intake dan ouput cairan



cairan (L.05020)



Terapeutik



 Asupan cairan



4. Timbang berat badan setiap har pada



meningkat



waktu yang sama



 Keluaran urin meningkat 5. Batas asupan cairan dan garam  Kelembaban membrane mukosa meningkat  Asupan makanan meningkat



6. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat Edukasi 7. Ajarkan cara membatasi cairan



 Edema menurun



Kolaborasi



 Dehidrasi menurun



8. Kolaborasi memberian diuretik



 Membran mukosa membaik



9. Kolaborasi penggantian kehilangan kaliaum akibat diuretik



 Turgor kult membaik Intoleransi



Aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen energy (I.05178)



berhubungan



dengan tindakan



kelemahan (D.0056)



selama 1x8 diharapkan



keperawatan Observasi jam maka 1) Monitor gangguan fungsi tubuh yang pola



tidur



membaik



mengakibatkan kelelahan terapeutik



KH : toleransi aktivitas 2) Lakukan latihan rentang gerak pasif (L.05047) 



atau aktif dalam 3) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur



Kemudahan melakukan



aktivitas edukasi



sehari-hari meningkat 



Kecepatan



berjalan



meningkat



4) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap Kolaborasi 5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang







Jarak berjalan meningkat







Kekuatan tubuh bagan



cara meningkatkan asupan



bawah menngkat



makanan







Keluhan lelah menurun







Perasan lemah menurun







Frekuens nafas membaik



DAFTAR PUSTAKA Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi Defenisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defenisi Dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defenisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma.( 2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dn Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Mediacton Publishing: Jogjakarta,.