LP Askep (Combustio) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS COMBUSTIO DI dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



DISUSUN OLEH : NAMA : Sapta NIM



: 2018.C.10a.0984



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S-1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020



LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh : Nama



: Sapta



NIM



: 2018.C.10a.0980



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul



:



“Laporan Pendahuluan pada Tn. B dengan Diagnosa Medis Combustio Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”



Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



PEMBIMBING PRAKTIK Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



Nia Pristina, S.Kep., Ners



Fransiska, S.Kep., Ners



Mengetahui, Ketua Program Studi Ners,



Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat



dan anugerah-Nya



sehingga



penyusun dapat



menyelesaikan



Laporan



Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada Tn. B dengan Diagnosa Medis Combustio di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini



4.



Ibu Fransiska, S.Kep., Ners selaku kepala ruang Aster RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan.



5.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan



jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.



Palangka Raya, 16 September 2020



Sapta



DAFTAR ISI SAMPUL .................................................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................ BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 2.1 Konsep Penyakit Combustio................................................................................ 2.1.1 Definisi Combustio.................................................................................... 2.1.2 Anatomi Fisologi....................................................................................... 2.1.3 Etiologi...................................................................................................... 2.1.4 Klasifikasi.................................................................................................. 2.1.5 Fatosiologi (Pathway) ............................................................................... 2.1.6 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 2.1.7 Komplikasi ............................................................................................... 2.1.8 Pemerikasaan Penunjang .......................................................................... 2.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ....................................................................... 2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 2.2.4 Implementasi Keperawatan ......................................................................... 2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................. BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................... 3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 3.2 Diagnosa .......................................................................................................... 3.3 Intervensi ......................................................................................................... 3.4 Implementasi ................................................................................................... 3.5 Evaluasi ........................................................................................................... BAB 4 PENUTUP .................................................................................................... 4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 4.2 Saran ................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan



jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan



memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan



masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa Combustio medis di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya? 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. B dengan diagnosa medis Combustio di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2 Tujuan Khusus a.



Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa keperawatan, membuat



intervensi



keperawatan,



mampu



melakukan



perawatan



dan



mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan. b.



Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.



c.



Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.



1.4



Manfaat



1.4.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya. 1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa medis Combustio di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri. 1.4.3 Bagi Institusi 3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan tentang Combustio dan Asuhan Keperawatannya. 3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien Tn. B dengan diagnosa medis Combustio di Ruang Aster melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif. 1.4.4 Bagi IPTEK Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan Combustio yang berguna bagi status kesembuhan klien.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Combustio Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002). Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003). Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)



Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007). Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia



dan



petir



yang mengenai



kulit,



mukosa



dan



jaringan



yang



lebih



dalam (Kusumaningrum, 2008) Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011. 2.1.2 Anatomi Fisiologi Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan. 1.      Lapisan epidermis, terdiri atas: a.       Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh. b.      Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. c.       Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.



d.      Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk). e.       Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. 2.      Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu: a.       Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris) Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen. b.      Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut. 3.      Jaringan subkutan atau hipodermis Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. Kelenjar Pada Kulit Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.



Gmbar Anatomi Kulit 2.1.3 Etiologi Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1.      Paparan api 



Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.







Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.



2.      Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. 3.      Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru. 4.      Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema. 5.      Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. 6.      Zat kimia (asam atau basa) 7.      Radiasi 8.      Sunburn sinar matahari, terapi radiasi. 2.1.4 Klasifikasi 1.      Berdasarkan penyebab: a.       Luka bakar karena api b.      Luka bakar karena air panas c.       Luka bakar karena bahan kimia d.      Luka bakar karena listrik e.       Luka bakar karena radiasi f.       Luka bakar karena suhu  rendah (frost bite)



2.      Berdasarkan  kedalaman  luka bakar: a.       Luka bakar derajat I Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.



Gambar Luka bakar derajat I b.      Luka bakar derajat II Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua: 1)      Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 1014 hari. 2)      Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih



lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.



Gambar Luka bakar derajat II c.       Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.



Gambar Luka bakar derajat III 3.      Berdasarkan  tingkat  keseriusan luka a.       Luka bakar ringan/ minor 1)      Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa 2)      Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut 3)      Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. b.      Luka bakar sedang (moderate burn) 1)      Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %



2)      Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 3)      Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. c.       Luka bakar berat (major burn) 1)      Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun 2)      Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama 3)      Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum 4)      Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar 5)      Luka bakar listrik tegangan tinggi 6)      Disertai trauma lainnya 7)      Pasien-pasien dengan resiko tinggi. 2.1.5 Patofisiologi Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi



perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam



urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko



tinggi



untuk



mengalmai



sepsis.



Hilangnya



kulit



menyebabkan



ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.



Woc Combustio



Arus listrik, lidah api, bahan kimia, air panas, benda panas, radiasi dan lain-lain.



B1: Breathing



B5: Bowel



LUKA BAKAR



B3: Brain Cedera inhalasi/udara yang Terlalu panas



B2: Blood



Laju metabolik meningkat Kerusakan kapiler



Mengenai kulit (epidemis, demis Perubahan mukosa saluran Pernapasan



Permeabilitas kapiler meningkat Escar/kropeng



Iritasi saluran nafas



Kehilangan cairan plasma, protein, elektrolit kedalam spasium interstisial



Kerusakan lingkungan kulit Edema mukosa saluran nafas/laring



Obstruksi lumen/saluran bagian atas



Ganguan integritas kulit



Pemejanan ujung kulit



Hemokonsentras, hipovolemia, hipokalemia



Fungsi kulit normal hilang



Penekanujung-ujung syaraf prifer Hilang daya lindung infeksi



Resiko tingg bersihan jalan nafas tidak efektif Nyeri



MK : Defisit Perawatan Diri



Peningkatan keluarnya protein



Resiko terhadap Infeksi



Resiko kekurangan volume cairan dan kekurangan elektrolit



Hipoproteinemia



Perubahan nutrisi



Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



2.1.5 Manifestasi Klinis Kedalaman Dan



Bagian Kulit



Penyebab Luka



Yang



Bakar Derajat Satu



Terkena Epidermis



Gejala



Penampilan



Perjalanan



Luka



Kesembuhan



Kesemutan,



Memerah,



Kesembuhan



(Superfisial):



hiperestesia



menjadi putih



lengkap dalam



tersengat matahari,



(supersensivita



ketika ditekan



waktu satu



terkena api dengan



s), rasa nyeri



minimal atau



minggu, terjadi



intensitas rendah



mereda jika



tanpa edema



pengelupasan



Derajat Dua



Epidermis



didinginkan Nyeri,



Melepuh, dasar



kulit Kesembuhan



(Partial-Thickness):  dan bagian



hiperestesia,



luka berbintik-



dalam waktu 2-3



tersiram air



sensitif



bintik merah,



minggu,



mendidih, terbakar



terhadap udara



epidermis retak,



pembentukan



oleh nyala api



yang dingin



permukaan luka



parut dan



basah, terdapat



depigmentasi,



edema



infeksi dapat



dermis



mengubahnya menjadi derajatTidak terasa



Kering, luka



tiga Pembentukan



Thickness): terbakar keseluruhan



nyeri, syok,



bakar berwarna



eskar,



nyala api, terkena



dermis dan



hematuria



putih seperti



diperlukan



cairan mendidih



kadang-



(adanya darah



bahan kulit atau



pencangkokan,



dalam waktu yang



kadang



dalam urin)



gosong, kulit



pembentukan



lama, tersengat arus



jaringan



dan



retak dengan



parut dan



listrik



subkutan



kemungkinan



bagian lemak



hilangnya kontur



pula hemolisis



yang tampak,



serta fungsi



(destruksi sel



terdapat edema



kulit, hilangnya



Derajat Tiga (Full-



Epidermis,



darah merah),



jari tangan atau



kemungkinan



ekstrenitas dapat



terdapat luka



terjadi



masuk dan keluar (pada luka bakar listrik) 2.1.6 Komplikasi 1.      Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal 2.      Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. 3.      Adult Respiratory Distress Syndrome Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien. 4.      Ileus Paralitik dan Ulkus Curling Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling. 5.      Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi. 6.      Gagal ginjal akut Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.



2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 1.      Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah. 2.      Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi. 3.      GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. 4.      Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. 5.      Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan. 6.      Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium. 7.      Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. 8.      Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. 9.      BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. 10.  Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera. 11.  EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia. 12.  Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. 2.1.8 Penatalaksanaan Medis



Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada klit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar  > 10%, karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest. Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut : 1.   Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu : -     Periksa jalan nafas -     Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan nafas (suction, dsb), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi. -     Berikan oksigen -     Pasang IV Line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok -     Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis -     Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik 2.   Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas > 25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila maskan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu : a.   Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada har pertama hitunglah : - Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)



- Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2) - 2.000 cc glkosa 5% (3) separuh dari jumlah (1), (2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis. b.      Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan  cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberkan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer Laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama. 3.   Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuskular karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di dalam otot. 4.   Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%. 5.   Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat. 6.   Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril 7.   Berikan serum anti-tetanus / toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak. (Arif Mansyur, 2000 : 368) 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Combustio 2.2.1 Pengkajian a)  



Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang



sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.



b)    Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan



kehilangan



nadi,



kulit



putih



dan



dingin



(syok



listrik);



takikardia



(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). c)         Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. d)        Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. e)         Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. f)         Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). g)        Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. h)        Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).



Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). i)          Keamanan: Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). j)        Pemeriksaan diagnostik: (1)      LED: mengkaji hemokonsentrasi.



(2)      Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. (3)      Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap. (4)      BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal. (5)      Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas. (6)      Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. (7)      Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. (8)      Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan



dengan 



Kerusakan



kulit/jaringan;



pembentukan



edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 2. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 3. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein. 4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 6. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi. 2.2.3 Intervensi Keperawatan



Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia maka perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah terstandar sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, seragam secara nasional, peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya. Adapun intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan diagnosa medis Combustio adalah : Diagnosa



Tujuan



Keperawatan 1.Nyeri berhubun



(Kriteria hasil) Pasien dapat



gan



mendemonstrasi



Intervensi -



Berikan



Rasional -



Analgesik



anlgesik



narkotik



dengan Kerusakan kan hilang dari



narkotik



diperlukan utnuk



kulit/jaringan;



ketidaknyamana



yang



memblok jaras



pembentukan



n.



diresepkan



nyeri dengan



edema. Manipulas



Kriteria evaluasi:



prn dan



nyeri berat.



i jaringan cidera menyangkal



sedikitnya



Absorpsi obat



contoh



nyeri,



30 menit



IM buruk pada



debridemen luka.



melaporkan



sebelum



pasien dengan



perasaan



prosedur



luka bakar luas



nyaman, ekspresi



perawatan



yang disebabkan



wajah dan postur



luka.



oleh perpindahan



tubuh rileks.



Evaluasi



interstitial



keefektifann



berkenaan



ya. Anjurkan



dnegan



analgesik IV



peningkatan



bila luka



permeabilitas



bakar luas.



kapiler.



-



Pertahankan



-



Panas dan air



pintu kamar



hilang melalui



tertutup,



jaringan luka



tingkatkan



bakar,



-



suhu



menyebabkan



ruangan dan



hipoetrmia.



berikan



Tindakan



selimut



eksternal ini



ekstra untuk



membantu



memberikan



menghemat



kehangatan.



kehilangan



Berikan



panas.



ayunan di



-



-



Menururnkan



atas temapt



neyri dengan



tidur bila



mempertahankan



diperlukan.



berat badan jauh



Bantu



dari linen



dengan



temapat tidur



pengubahan



terhadap luka



posisi setiap



dan menuurnkan



2 jam bila



pemajanan ujung



diperlukan.



saraf pada aliran



Dapatkan



udara.



bantuan



-



Menghilangkan



tambahan



tekanan pada



sesuai



tonjolan tulang



kebutuhan,



dependen.



khususnya



Dukungan



bila pasien



adekuat pada



tak dapat



luka bakar



membantu



selama gerakan



membalikka



membantu



n badan



meinimalkan



sendiri.



ketidaknyamana n.



2. Resiko tinggi



Pasien



-



Untuk luka



-



kerusakan perfusi



menunjukkan



bakar yang



indikasi-indikasi



jaringan,



sirkulasi tetap



mengitari



kemajuan atau



perubahan/disfung adekuat.



ekstermitas



penyimpangan



si neurovaskuler



Kriteria evaluasi:



atau luka



dari hasil yang



perifer berhubung



warna kulit



bakar listrik,



diharapkan.



an dengan



normal,



pantau status



-



Mengidentifikasi



Meningkatkan



Penurunan/interup menyangkal



neurovaskul



aliran balik vena



si aliran darah



kebas dan



ar dari



dan menurunkan



arterial/vena,



kesemutan, nadi



ekstermitas



pembengkakan.



contoh luka bakar



perifer dapat



setaip 2 jam.



seputar



diraba.



-



-



Temuan-temuan



Pertahankan



ini menandakan



ekstremitas



ekstermitas



keruskana



dengan edema.



bengkak



sirkualsi distal.



ditinggikan.



Dokter dapat



Beritahu



mengkaji



dokter



tekanan jaringan



dengan



untuk



segera bila



emnentukan



terjadi nadi



kebutuhan



berkurang,



terhadap



pengisian



intervensi bedah.



kapiler



Eskarotomi



buruk, atau



(mengikis pada



penurunan



eskar) atau



sensasi. Siap



fasiotomi



kan untuk



mungkin



pembedahan



diperlukan untuk



eskarotomi



memperbaiki



sesuai



sirkulasi



pesanan.



adekuat.



-



3. Kerusakan



Memumjukkan



-



integritas kulit b/d



regenerasi



ukuran,



informasi dasar



kerusakan



jaringan



warna,



tentang



permukaan kulit



Kriteria hasil:



kedalaman



kebutuhan



sekunder



Mencapai



luka,



penanaman kulit



destruksi lapisan



penyembuhan



perhatikan



dan



kulit.



tepat waktu pada



jaringan



kemungkinan



area luka bakar.



nekrotik dan



petunjuk tentang



kondisi



sirkulasi pada



sekitar luka.



aera graft.



-



-



-



Kaji/catat



Lakukan



-



-



Memberikan



Menyiapkan



perawatan



jaringan untuk



luka bakar



penanaman dan



yang tepat



menurunkan



dan tindakan



resiko



kontrol



infeksi/kegagala



infeksi.



n kulit.



Pertahankan



-



Kain



penutupan



nilon/membran



luka sesuai



silikon



indikasi.



mengandung



Tinggikan



kolagen porcine



area graft



peptida yang



bila



melekat pada



mungkin/tep



permukaan luka



at.



sampai lepasnya



Pertahankan



atau mengelupas



posisi yang



secara spontan



diinginkan



kulit repitelisasi.



dan imobilisasi



-



Menurunkan pembengkakan /



-



-



area bila



membatasi



diindikasika



resiko pemisahan



n.



graft. Gerakan



Pertahankan



jaringan dibawah



balutan



graft dapat



diatas area



mengubah posisi



graft baru



yang



dan/atau sisi



mempengaruhi



donor sesuai



penyembuhan



indikasi.



optimal.



Cuci sisi



-



Area mungkin



dengan



ditutupi oleh



sabun



bahan dengan



ringan, cuci,



permukaan



dan minyaki



tembus pandang



dengan krim,



tak reaktif.



beberapa



-



-



-



Kulit graft baru



waktu dalam



dan sisi donor



sehari,



yang sembuh



setelah



memerlukan



balutan



perawatan



dilepas dan



khusus untuk



penyembuha



mempertahankan



n selesai.



kelenturan.



Lakukan



-



Graft kulit



program



diambil dari kulit



kolaborasi :



orang itu



Siapkan /



sendiri/orang



bantu



lain untuk



prosedur



penutupan



bedah/baluta



sementara pada



n biologis.



luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.



2.2.4 Implementasi Keperawatan Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya (intervensi). 2.2.5 Evaluasi Keperawatan Pada langkah ini, adalah penilaian atas hasil dari asuhan keperawatan yang telah di berikan oleh perawat. Memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya (intervensi), dan pelaksanaan (implementasi).



BAB 3



ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa



: Sapta



Nim



: 2018.C.10a.0984



Ruang Praktek



: Ruangan Kulit



Tanggal Praktek



:-



Tanggal & Jam Praktek



: 16 September 2020 / 8.00 WIB



3.1 PENGKAJIAN A.



IDENTITAS PASIEN



Nama Tn. B umur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku/bangsa dayak/indonesia, agama kristen, pekerjaan swasta, pendidikan SMA, status perkawinan sudah menikah, alamat tempat tinggal JL. Tilung, Tgl MRS 15 September 2020, diagnosa medis Combustio. B.



RIWAYAT KESEHATAN / PERAWATAN 1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri di bagian luka bakar ditangan sebelah kanan P : Nyeri timbul Kadang-kadang Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk R : Nyeri di Regio Ekstremitas Dextra Superior S : Skala nyeri 3 T : Waktu 4 jam 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan langsung dibawa keluarganya ke Rumah Sakit dr. Doris Syilvanus Palangka raya dan pasien di diagnosa terkena combustio luka bakar di sebelah tangan kanan pasien dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus pasien dilakukan pemeriksaan Suhu/T 360C Axilla, Nadi/HR 84 x/mt, Pernapasan/RR 20 x/mt, Tekanan Darah/BP 110/80 mm Hg 3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi) Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya



4.



Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama seperrti yang dialaminya sekarang GENOGRAM KELUARGA :



: Laki-laki : Perempuan : Pasien : Sudah meniinggal : Serumah



C.



PEMERIKASAAN FISIK 1. Keadaan Umum : Pasien Nampak merasakan sakit sedang pada tangan kanan 2. Status Mental : Tingkat kesadaran compos mentis, ekspresi wajah lesu, bentuk badan simetris, cara berbaring/bergerak baik, berbicara lancar, suasana hati sedih, penampilan rapi Fungsi kognitif : Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan siang dan malam Orientasi Orang : Pasien dapat mengenal perawat Orientasi Tempat : Pasien tau dia dirawat di Rumah Sakit Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.



3. Tanda-tanda Vital : Suhu/T 360C Axilla, Nadi/HR 84 x/mt, Pernapasan/RR 20 x/mt, Tekanan Darah/BP 110/80 mm Hg 4.



PERNAPASAN (BREATHING) Bentuk Dada Simetris, Kebiasaan merokok tidak ada, Type pernafasan dada, Irama Pernafasan teratur, Suara Nafas Vesukuler Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 5.



CARDIOVASCULER (BLEEDING) < 2 detik, Suara jantung normal.



Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperaatan 6.



PERSYARAFAN (BRAIN)



Nilai GCS : E : 4 V



:5



M



:6



Total Nilai GCS :15 Kesadaran compos menthis, pupil isokor. Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I pasien mampu mengenali bau minyak angin, nervus kranial II lapang pandang pasien normal, nervus kranial III reflak pupil normal/mengecil saat ada cahaya, nervus kranial IV pasien dapat memutar bola matanya, nervus kranial V reflek kornea normal (Sentuhan Kapas), nervus kranial VI pasien dapat mengerutkan dahinya, nervus kranial VII pasien dapat merasakan rasa manis, nervus kranial VIII pasien dapat mendengar bisika perawat, nervus kranial IX pasien dapat berbicara dengan jelas, nervus kranial X pasien dapat menggerakan bahunya, nervus kranial XI pasien mampu menahan gerakan perawat, nervus kranial XII pasien dapat menggerakan lidahnya. Uji Koordinasi :



Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah tumit ke jempul kaki positif. Refleks : Bisep skala 4, trisep skala 4, brakioradialis skala 4, patella skala 4, Akhiles skala 4 Refleks tidak ada. Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 7.



ELIMINASI URI (BLADDER) : Produksi urine 1000 ml/24 jam, warna kuning keruh, bau amoniak tidak ada masalah/lancer, hematuri kateter Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



8.



ELIMINASI ALVI (BOWEL) : Mulut dan Faring, bibir kering, gigi lengkap, gusi tidak ada masalah, lidah tidak ada masalah, mukosa kering, tonsil tidak ada pembesaran tonsil, rectum tidak ada masalah, haemoroid tidak ada masalah, BAB 1 x/hr, warna kuning, konsistensi lembek tidak ada masalah, bising usus normal, Nyeri tekan, lokasi tidak ada, benjolan, lokasi tidak ada. Keluhan lainnya



: Tidak ada keluhan



Masalah Keperawatan : Tidak ada 9.



TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) : Kemampuan pergerakan sendi bebas , parese, lokasi tidak ada, paralise, lokasi tidak ada, hemiparese, lokasi tidak ada, krepitasi, lokasi tidak ada, bengkak, lokasi tidak ada, kekakuan, lokasi tidak ada, flasiditas, lokasi tidak ada, spastisitas, lokasi tidak ada, ukuran otot simetris, tulang belakang normal.



10. KULIT-KULIT RAMBUT Riwayat alergi tidak ada, suhu kulit hangat, warna kulit normal, tua/hyperpigmentasi, turgor baik, tekstur halus, jaringan parut lokasi abdomen dekstra superior, tekstur rambut halus, bentuk kuku simetris Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 11. SISTEM PENGINDERAAN :



a. Mata/Penglihatan Gerakan bola mata bergerak normal, visus mata kanan (VOD) : 6/6, mata kiri (VOS) : 6/6, selera normal/putih, konjunctiva merah muda, kornea bening, nyeri tidak ada, keluhan lain tidak ada. b. Telinga / Pendengaran : Fungsi pendengaran tidak ada c. Hidung / Penciuman: Bentuk Simetris Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE Massa tidak ada, jaringan Parut tidak ada, kelenjar limfe teraba, kelenjar tyroid teraba, mobilitas leher bebas 13. SISTEM REPRODUKSI a. Reproduksi Pria Kemerahan, Lokasi tidak dilakukan pemeriksaan, Gatal-gatal, Lokasi tdak dilakukan pemeriksaan, Gland Penis tidak dilakukan pemeriksaan, Maetus Uretra tidak dilakukan pemeriksaan, Discharge, warna tidak dilakukan pemeriksaan, Srotum tidak dilakukan pemeriksaan, Hernia tidak dilakukan pemeriksaan, Kelainan tidak dilakukan pemeriksaan, Keluhan lain tidak ada keluhan a. Reproduksi Wanita Kemerahan, Lokasi tidak dilakukan pemeriksaan, Gatal-gatal, Lokasi tidak dilakukan pemeriksaan, Perdarahan tidak dilakukan pemeriksaan Flour Albus tidak dilakukan pemeriksaan, Clitoris tidak dilakukan pemeriksaan, Labis tidak dilakukan pemeriksaan, Uretra tidak dilakukan pemeriksaan, Kebersihan baik, Kehamilan tidak ada, Tafsiran partus tidak ada, Keluhan lain tidak ada, Payudara simetris, Puting datar, Warna areola coklat, Keluhan lainnya tidak ada keluhan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah D. POLA FUNGSI KESEHATAN 1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :



Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan ingin cepat berkumpul dengan keluarga dan melakukan aktifitas seperti biasanya 2. Nutrisida Metabolisme Tinggi badan 153 Cm, Berat badan sekarang 55 Kg, Bberat badan sebelum sakit 55 Kg, diet biasa, diet khusus tidak ada, kesukaran menelan tidak ada. Keluhan lainnya : Tidak ada Pola Makan Sehari-



Sesudah Sakit



Sebelum Sakit



hari Frekuensi/hari



3 x Sehari



3 x Sehari



Porsi



1 Piring



1 Piring



Nafsu makan



Normal



Normal



Jenis Makanan



Nasi,, ikan, sayur, lauk



Nasi,, ikan, sayur,



Jenis Minuman



pauk Air Putih



lauk pauk Air Putih



Jumlah minuman/cc/24



1000 cc



1000 cc



jam Kebiasaan makan



Pagi, Siang, Malam



Pagi, Siang, Malam



Keluhan/masalah



Tidak nafsu makan



Tidak ada masalah



Masalah Keperawatan Tidak ada masalah 3. Pola istirahat dan tidur Siang 1 Jam, malam 7 Jam Masalah Keperawatan Tidak ada masalah 4. Kognitif : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat mengerti apa yang di sampaikan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan



5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) : Pasien sayang dengan tubuhnya, pasien tau dirinya sakit tetapi dirinya tetap yakin pasti akan sembuh, dia tau dirinya seorang ibu dan juga seorang nenek, dia ingin melihat cucu-cucunya senang Masalah Keperawatan Tidak ada masalah 6. Aktivitas Sehari-hari Pasien mengatakan aktivitas sehari-harinya adalah melakukan pekerjaan rumah mencuci piring bersih-bersih rumah, dan berkebun di belakang rumah. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah 7. Koping –Toleransi terhadap Stress Pasien mengatakan kalau mempunyai masalah selalu menceritakan kepada suaminya. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah 8. Nilai-Pola Keyakinan Pasien giat beribadah seperti sholat dan pengajian Masalah Keperawatan Tidak ada masalah E. SOSIAL - SPIRITUAL 1. Kemampuan berkomunikasi Pasien mampu berkomunikasi dengan baik 2. Bahasa sehari-hari Menggunakan bahasa dayak 3. Hubungan dengan keluarga : Baik 4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Pasien berhubungan baik dengam perawat dan dokter di rumah sakit 5. Orang berarti/terdekat :



Suami, anak, dan cucunya 6.



Kebiasaan menggunakan waktu luang : Pasien mengatakan menggunakan waktu luang untuk kumpul dengan keluarga



7. Kegiatan beribadah : Pasien aktif beribadah di Mesjid, seperti pengajian dan arisan F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM, PENUNJANG LAINNYA) NO Pemeriksaan Laboraturium



Pemeriksaan Radiologi



1.



HB 12,3



EKG



2.



Leokosit 7.330



Potografi luka bakar



3.



Trombosit 321.000



4.



Glukosa Sewaktu 101



G. PENATALAKSANAAN MEDIS No.



Terapi medis



Dosis



Rute



indikasi



1.tagal 16



Analgetik



10 mg 3 x



Intravena



Pereda nyeri



Intravena



Mengatasi nyeri



September



sehari



2020 2.tagal 17



Ketorolac



September



3 x 30 Mg Sehari



sedang



2020 3.Tagal 18



Tramadol



100 Mg / 8 jam



Intravena



september



Mengatasi nyeri akut



2020 5.Tagal 19 september



Inf RL



100 cc/10 tpm



Intravena



Digunakan sebagai cairan



2020



hidrasi dan elektrolit



Palangka Raya,



Mahasiswa



ANALISA DATA DATA SUBYEKTIF



KEMUNGKINAN



DAN DATA OBYEKTIF



PENYEBAB



MASALAH



DS : Pasien mengatakan



Luka bakar



nyeri di bagian luka bakar ditangan sebelah kanan P : Nyeri timbul Kadangkadang Q : Nyeri seperti di tusuktusuk R : Nyeri di Regio Ekstremitas dekstra superior



Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik



kerusakan jaringan pelepasan histamin, bradikinin, serotinin, dan prostaglandin merangsang serabut saraf afferen dan saraf- saraf nyeri medula spinalis



S : Skala nyeri 3 T : Waktu 4 jam DO : - Pasien Nampak



Neospinothalamus Cortex Cerebri



sakit sedang - Muka tampak pucat



nyeri dipersepsikan



- Tanda-tanda infeksi tidak terlihat TTV -TD : 110/80 mmHg -RR : 20 x /mnt -N : 84 x /mnt -S : 36oC DS : Pasien mengatakan



Luka bakar



Resiko infeksi



terdapat luka di bagian



kehilangan barier kulit



berhubungan dengan



regio ekstremitas kanan



problem thermoregulasi



peningkatan resiko



atas luka bakar



masuknya  organisme



DO : Terdapat luka bakar Panjang luka 13 cm



Netrofil terjebak di zona statis jika invasi mikroorganisme patogen



resiko infeksi



PRIORITAS MASALAH



patogen



1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik 2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan resiko masuknya  organisme patogen



3.3 Rencana Keperawatan Nama Pasien : Tn. B Ruang Rawat : Kulit Diagnosa Keperawatan



Tujuan (Kriteria hasil)



1. Nyeri akut berhubungan



Setelah dilakukannya tindakan



dengan agen injury fisik



keperawatan selama 1 x 7 jam, diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil : -



Nyeri yang dirasakan sudah tidak ada lagi



-



Ekspresi pasien sudah tidak menunjukan rasa



Intervensi Manajemen nyeri 1. Identivikasi skala nyeri 2. Berikan teknik nonfarmakologis (terapi music) 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



sakit lagi -



keperawatan selama 1 x 24



sesakit apa 2. Agar konsentrasi pasien tidak terfokus pada reseptor nyeri 3. Agar pasien bisa menggunakan/menerapk an teknik tersebut,tanpa ketergantukan denga



dapat teratasi



Rubor, Tumor, Dolor,



berhubungan dengan



yang pasien rasakan



4. Kolaborasi agar nyeri



gejala infeksi ( Kalor, Fungsiolesin) Setelah dilakukannya tindakan



1. Untuk mengetahui nyeri



obat



Tidak ada tanda dan



2. Resiko infeksi



Rasional



Perawatan Luka



1. Agar mengetahui jika terjadi tanda-tanda



peningkatan resiko



jam, diharapkan gangguan



masuknya  organisme



integritas kulit tidak



patogen



2. Perawatan luka agar luka



mengalami infeksi, dengan



2. Rawat luka



sembuh dan terhindar



kriteria hasil :



3. Ajarkan prosedur



dari infeksi



infeksi : dolor, kalor, tumor, rubor, dan fungslo laesa 2. Tidak ada pus 3. Luka semakin membaik



3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Ruang Rawat : Kulit



infeksi segera di tangani



infeksi



1. Tidak ada tanda-tanda



Nama Pasien : Tn. B



1. Monitor tanda-tanda



perawatan luka secara mandiri Kolaborasi pemberian antibiotic



3. Agar pasien bisa merawat lukanya sendiri 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi



Hari / Tanggal Jam Diagnosa 1 Senin, 18 September 2019 8.00 WIB



Implementasi 1. Mengidentifikasi skala nyeri yang Tn. B rasakan



Evaluasi (SOAP)



sudah mulai berkurang O : - Skala nyeri pasien 3



3. Mengajarkan teknik terapi



(ringan)



4. Kolaborasi pemberian obat



Nama Perawat



S : Pasien mengatakan nyeri



2. Melakukan terapi music musik, saat nyeri



Tandatangan dan



-Pasien tampak tenang saat diberikan terapi music



analgetik Ketorolac saat



-Ekspresi wajah tampak tidak



pasien merasakan nyeri



merasakan sakit A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervesi 1. Mengidentifikasi skala nyeri yang Tn. B rasakan 2. Melakukan terapi music 3. Mengajarkan teknik terapi musik, saat nyeri 4. Kolaborasi pemberian obat analgetik Ketorolac saat pasien merasakan nyeri



Sapta



Diagnosa 2 Senin, 18 September 2019 8.00 WIB



1. Mengidentifikasi skala nyeri yang Tn. B rasakan 2. Melakukan terapi music 3. Mengajarkan teknik



S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang O: -



terapi musik, saat nyeri 4. Kolaborasi pemberian



Skala nyeri pasien 3 (ringan)



-



Pasien tampak tenang



obat analgetik Ketorolac



saat diberikan terapi



saat pasien merasakan



music



nyeri



-



Ekspresi wajah tampak tidak merasakan sakit



A : Masalah teratasi P : Pasien pulang ingatkan agar selalu menjaga kesehatan dan bisa menerapkan apa yang sudah di ajarkan di rumah sakit



BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan asuhan keperawatan tersebut, menarik kesimpulan bahwa secara umum asuhan keperawatan pada pasien Tn. B dengan combustio harus dilakukan secara komprehensif, artinya teliti dalam pengkajian dan memprioritaskan kebutuhan pasien, adanya kesesuaian antara proses keperawatan dan sumber daya yang ada, serta kesungguhan dalam implementasi untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi. Dan secara khusus penulis menguraikan sebagai berikut: 1. Pada pasien khususnya Tn. B dengan combustio di RSUD dr. Doris Syilvanus ditemukan masalah-masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik, Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan resiko masuknya  organisme patogen. 2. Untuk mengatasai masalah-masalah yang muncul pada kasus dengan combustio sebagian besar rencana tindakan secara teori dapat diterapkan pada rencana tindakan kasus. 3. Mengacu pada intervensi yang telah dibuat dan sudah dilakukan implementasi yang sesuai maka hasil evaluasinya antara lain: a. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik teratasi sebagian dikarenakan pasien masih merasa nyeri, walaupun sudah sedikit berkurang intervensi dilanjutkan. b. Diagnosa kedua resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan resiko masuknya  organisme patogen teratasi sebagian dikarenakan pasien masih merasa nyeri dan intervensi masih dilanjutkan. 4.2 Saran Sehubungan dengan hal di atas maka penulis menyampaikan saran saran sebagai berikut: 1. Bagi institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah RSUD dr. Doris Syilvanus Perlunya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara komprehensif.



2. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat. Untuk lebih memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemulihan klien dengan combuatio agar klien tidak kekurangan informasi. 3. Bagi institusi pendidikan. Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik, berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat-perawat yang professional, terampil, dan handal yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. 4. Bagi penulis dan pembaca. Semoga karya tulis ini dapat meningkatkan kemampuan belajar penulis dan pembaca dalam menangani masalah yang muncul pada kasus combustio khususnya dan dapat memberikan informasi pembaca dan masyarakat pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA Jong WD. Luka Bakar: buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005. David S. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan luka. Surabaya: Universitas Airlangga; 2007. Becker JM. Essentials of surgery. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi ke-12. New York; Graw-Hill Companies: 2014. Stylianou N, Buchan I, Dunn KW. A review of the international burn injury database (ibid) for England and Wales: descriptive analysis of burn injuries 2003–2011. BMJ Open. 2015; 5(2):e006184. Martina NR, Wardhana A. Mortality analysis of adult burn patients. JPR. 2013; 2(2):96100. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanson B. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders; 2007. Moenadjat Y. Luka bakar dalam pengetahuan klinis praktis. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.