13 0 535 KB
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK) ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB)
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Pengertian Perdarahan uterus abnormal/ Abnormal Uterine Bleeding (AUB) adalah perdarahan uterus yang tidak teratur yang terjadi tanpa adanya patologi pelvis yang dapat dikenali, penyakit medis umum, atau kehamilan. Hal ini mencerminkan gangguan dalam pola siklik normal stimulasi hormon ovulasi ke lapisan endometrium. Pendarahan tidak dapat diprediksi dalam banyak hal, mungkin terlalu berat atau ringan dan mungkin berkepanjangan, sering, atau acak (Behera, 2018). Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalahmasalah serviks / uterus (leiomioma) / kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual (Estephan, 2018). Perdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya adalah perdarahan menstruasi abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan, penyakit sistemik, atau kanker. Diagnosis dan manajemen dari perdarahan uterus abnormal saat ini menjadi sesuatu yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien mungkin tidak bisa melokalisir sumber perdarahan berasal dari vagina, uretra, atau rektum (Taaly, 2005). 2. Epidemiologi / Insiden Kasus Pendarahan uterus abnormal adalah salah satu masalah ginekologis yang paling sering dijumpai. Pada negara Amerika Serikat diperkirakan 5% wanita berusia 30-49 tahun akan berkonsultasi dengan dokter setiap tahun untuk perawatan menorrhagia. Sekitar 30% dari semua wanita melaporkan telah menorrhagia (Estephan, 2018). Perdarahan uterus abnormal tidak dipengaruhi oleh ras, namun dari segi umur yang paling umum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita, baik di awal atau mendekati akhir, tetapi mungkin terjadi pada setiap saat selama hidup reproduksinya.Sebagian besar kasus perdarahan uterus abnormal pada remaja perempuan terjadi selama 2 tahun pertama setelah menstruasi, ketika sumbu
hipotalamus-hipofisis yang belum matang mungkin gagal merespons estrogen dan progesteron, sehingga terjadi anovulasi (Behera, 2018). Perdarahan
uterus
abnormal
mempengaruhi
hingga
50%
wanita
perimenopause. Pada periode perimenopause, perdarahan uterus abnormal mungkin merupakan manifestasi awal kegagalan ovarium yang menyebabkan penurunan kadar hormon atau responsif terhadap hormon, sehingga juga menyebabkan siklus anovulasi. Pada pasien yang berusia 40 tahun atau lebih, jumlah dan kualitas folikel ovarium berkurang.Folikel terus berkembang tetapi tidak menghasilkan estrogen yang cukup dalam menanggapi FSH untuk memicu ovulasi.Estrogen yang diproduksi biasanya menghasilkan perdarahan terobosan estrogen siklus akhir (Estephan, 2018). Sekitar 1-2% wanita dengan perdarahan ovulasi yang tidak dikelola dengan baik pada akhirnya dapat mengembangkan kanker endometrium.Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis umum, membuat 5-10% dari kasus di pengaturan klinik rawat jalan di rumah sakit.Karena sebagian besar kasus berhubungan dengan siklus menstruasi anovulasi, remaja dan wanita perimenopause sangat rentan. Sekitar 20% individu yang terkena dampak berada dalam kelompok usia remaja, dan 50% individu yang terkena dampak berusia 40-50 tahun. Dalam sebuah penelitian terhadap 400 wanita perimenopause, tipe yang paling umum dari pola perdarahan adalah menoragia (67,5%), dan patologi yang paling umum adalah hiperplasia endometrium sederhana tanpa atypia (31%)(Behera, 2018).
3. Etiologi / Faktor Predisposisi Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalahmasalah
serviks/uterus
(leiomioma)/kanker.
Penyakit
sistemik,
termasuk
trombositopenia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, penyakit Cushing, penyakit hati, diabetes mellitus, dan gangguan endokrin adrenal dan lainnya, dapat muncul sebagai perdarahan uterus abnormal.Kehamilan dan kondisi terkait kehamilan mungkin berhubungan dengan perdarahan vagina.Trauma ke serviks, vulva, atau vagina dapat juga menyebabkan pendarahan yang tidak normal.Karsinoma vagina, serviks, uterus, dan ovarium harus selalu dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat yang sesuai dan temuan pemeriksaan fisik (Behera, 2018). Selain itu ada
beberapa kondisijuga yang dikaitkan dengan perdarahan uterus abnormal, antara lain : a. Alat kontrasepsi IUD atau hormonal Wanita yang menggunakan alat kotrasepsi dalam rahim (IUD) untuk pengendalian kelahiran, juga mungkin mengalami periode perdarahan yangberlebihan atau berkepanjangan. Jika Anda mengalami perdarahanberat saat menggunakan IUD, IUD harus dihapus dan diganti denganmetode pengendalian kelahiran alternatif. Biasanya terdeteksi segera setelah menstruasi dimulai. b. Gangguan trombosit Gangguan trombosit merupakan kelainan darah yang paling umum yang menyebabkan perdarahan yang berlebihan, gangguan trombosit yang paling umum
adalah
penyakit
von
Willebrand.
Wanita
dengan
penyakit
vonWillebrand umumnya akan mengalami tidak hanya perdarahan menstruasi yang berat, tapi mimisan, mudah memar, dan darah dalam tinja. c. Hormon Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu ovulasi dapat menyebabkan perdarahan
uterus
abnormal.
Beberapa
hal
yang
dapatmengganggu
keseimbangan hormon yang mempengaruhi ovulasi dan pendarahan, yaitu : 1) Kehamilan :Pada wanita usia subur, kehamilan merupakan penyebab utama dari periode hormonal yang dilewati. 2) Perimenopause : perubahan hormonal yang terjadi selama menjelang menopause (berhentinya menstruasi) menyebabkan kelainan perdarahan. 3) Stress : hormon stres seperti kortisol yang diketahui mengganggu masa ovulasi 4) Polycystic ovary syndrome : suatu kondisi saat ovarium menjadi penuh dngan kista kecil dan memperbesar masalah yang terjadi ketika kelenjar pituitary memperoduksi terlalu banyak hormon LH, ketidakseimbangan hormon yang menciptakan hasil menebalnya lapisan rahim yang membuat perdarahan tidak teratur. 5) Peenyebab lainnya : masalah yang berasal dari kelenjar tiroid, kelenjar pituitary atau kelenjar adrenal dapat mengangggu ovulasi. d. Masalah fisik di dalam rahim juga dapat menyebabkan perdarahan abnormal yaitu :
1) Fibroid Pertumbuhan non-kanker yang menyerang dinding rahim di minimal 20% dari wanita berusia di atas 35.Fibroiddapat muncul secara tunggal atau dalam kelompok, dan sekecil anggur atau sebesar jeruk.Mereka terdiri dari otot dan jaringan fibrosa, dan dapat menyebabkan aliran berlebihan. 2) Polip Pertumbuhan non-kanker yang dapat menyerangleher rahim atau uterus.Polip mungkin begitu kecil sehinggamereka tidak diketahui, atau mungkin cukup besar untuk menyodok ke dalam rongga rahim atau panggul dan menyebabkan perdarahan abnormal. 3) Penyakit radang panggul Suatu kondisi di manasaluran tuba menjadi meradang, biasanya karena infeksiseksual diperoleh. Perdarahan yang tidak teratur adalah salahsatu dari banyak gejala PID. 4) Kanker rahim Pertumbuhan ganas pada rahim.Hal inidapat terjadi pada dinding rahim (endometrium) atau dalam dinding otot nya (sarkoma uterus). 5) Kanker endometrium Kanker yang paling umum darisistem reproduksi wanita, & hampir selalu menyerang wanitamenopause antara usia 50 - 70. Setiap perdarahan setelahmenopause harus diperiksa segera. 6) Gangguan nutrisi Wanita dengan lemak tubuh sangatrendah karena gangguan makan, diet ketat, atau olahragaberlebihan sering dapat berhenti ovulasi dan menstruasi.
4. Patofisiologi Pasien dengan perdarahan uterus abnormal (AUB) telah kehilangan stimulasi endometrium siklik yang timbul dari siklus ovulasi. Akibatnya, pasienpasien ini memiliki kadar estrogen yang konstan dan non-daur ulang yang merangsang pertumbuhan endometrium. Proliferasi tanpa penumpahan periodik menyebabkan endometrium melebihi suplai darahnya.Jaringan rusak dan mengelupas dari uterus.Penyembuhan endometrium selanjutnya tidak beraturan dan disinkron. Stimulasi kronis oleh kadar estrogen yang rendah akan
menghasilkan perdarahan uterus abnormal ringan dan jarang. Stimulasi kronis dari kadar estrogen yang lebih tinggi akan menyebabkan episode perdarahan berat yang sering (Behera, 2018). Siklus menstruasi normal adalah 28 hari dan dimulai pada hari pertama menstruasi.Selama 14 hari pertama (fase folikuler) dari siklus menstruasi, endometrium menebal di bawah pengaruh estrogen. Menanggapi meningkatnya kadar estrogen, kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon FSH dan hormon LH, yang merangsang pelepasan sel telur di titik tengah siklus. Kapsul folikel residual membentuk corpus luteum.Setelah ovulasi, fase luteal dimulai dan ditandai oleh produksi progesteron dari corpus luteum.Progesteron mematangkan lapisan rahim dan membuatnya lebih mudah menerima implantasi. Jika implantasi tidak terjadi, dengan tidak adanya hormon HCG, corpus luteum akan mati, disertai dengan penurunan tajam kadar hormon progesteron dan estrogen. Penarikan hormon menyebabkan
vasokonstriksi
pada
arteriol
spiral
endometrium.Hal
ini
menyebabkan menstruasi, yang terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi ketika lapisan endometrium iskemik menjadi nekrotik dan mengelupas (Estephan, 2018). Pendarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi.Perdarahan uterus abnormal adalah perdarahan ovulasi atau anovulasi, yang didiagnosis setelah kehamilan, obat-obatan, penyebab iatrogenik, patologi saluran genital, keganasan, dan penyakit sistemik telah dikesampingkan dengan penyelidikan yang tepat.Sekitar 90% kasus perdarahan uterus abnormal terjadi akibat anovulasi, dan 10% kasus terjadi dengan siklus ovulasi (Estephan, 2018).Perdarahan uterus abnormal anovulatori merupakan akibat dari gangguan aksis hipotalamushipofisis-ovarium normal dan khususnya umum pada ekstrem pada tahun-tahun reproduksi.Ketika ovulasi tidak terjadi, tidak ada progesteron yang diproduksi untuk menstabilkan endometrium; dengan demikian, endometrium proliferatif bertahan.Episode berdarah menjadi tidak teratur, dan amenore, metrorrhagia, dan menometrorrhagia sering terjadi (Behera, 2018).Pendarahan akibat perdarahan uterus abnormal anovulasi diduga merupakan hasil dari perubahan konsentrasi prostaglandin,
peningkatan
respons
endometrium
terhadap
vasodilatasi
prostaglandin, dan perubahan struktur pembuluh darah endometrium.Pada perdarahan uterus disfungsional ovulasi, perdarahan terjadi secara siklikal, dan menoragia
diduga
menstruasi.Diperkirakan
berasal bahwa,
dari pada
defek wanita
pada dengan
mekanisme perdarahan
kontrol uterus
disfungsional ovulasi, ada peningkatan tingkat kehilangan darah akibat vasodilatasi pembuluh darah yang memasok endometrium karena penurunan tonus pembuluh darah, dan prostaglandin sangat terlibat.Oleh karena itu, para wanita ini kehilangan darah dengan laju sekitar 3 kali lebih cepat daripada wanita dengan menstruasi normal (Estephan, 2018).
5. Pathway (Terlampir) 6. Klasifikasi Dalam pertemuan FIGO, ahli sepakat klasifikasi perdarahan uterusabnormal berdasarkan jumlah perdarahannya yaitu : a. Perdarahan
uterus
abnormal
akut
didefinisikan
sebagai
perdarahan
yangbanyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untukmencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapatterjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya. b. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan perdarahan dari korpusuterus yang abnormal dalam volume, keteraturan, dan atau waktu.perdarahan ini merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormalyang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidakmemerlukan penanganan yang cepat dibandingkan dengan PUA akut. c. Perdarahan
tengah
(intermenstrual
bleeding)
merupakan
perdarahan
yangterjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapansaja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah iniditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.
7. Gejala Klinis a. Perdarahan Ovulatoar Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea).Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
1) Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadangkadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi. 2) Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia, atau polimenore. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan. 3) Apopleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. 4) Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah. b. Perdarahan anovulatoar Perdarahan tidak terjadi bersamaan.Permukaan dinding rahim disatu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.Perdarahan uterus abnormal dianggap sebagai diagnosis eksklusi, ada atau tidak adanya tanda
dan
gejala
penyebab
perdarahan
anovulasi
lainnya
harus
ditentukan.Pasien yang melaporkan menstruasi tidak teratur sejak menarche mungkin memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS).PCOS ditandai oleh anovulasi atau oligo-ovulasi dan hiperandrogenisme.Pasien-pasien ini sering datang dengan siklus yang tidak terduga dan atau infertilitas, hirsutisme dengan atau tanpa hiperinsulinemia, dan obesitas (Hebera, 2018). c. Berdasarkan jenis perdarahan yang muncul yaitu : Batasan Oligomenorea
Pola Abnromalitas Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dandisebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea
Perdarahan uterus
yg
trjadi
dgn interval
80 ml atau > 7 hari.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengandarah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yangpanjang ( > 7 hari). Metroragia
Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir dengan
penyebab
antara
lainpenyakit
servik,
AKDR,
endometritis, polip,mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan. Bercak
Bercak
perdarahan
yang
terjadi
sesaat
sebelum
ovulasi
intermenstrual
yangumumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan
Perdarahan uterus
pasca
yangsekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama
menopause
12 bulan.
Perdarahan
Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah
yang terjadi pada wanita menopause
uterus abnormal yangsangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis akut
(hipotensi, takikardia atau renjatan).
Perdarahan
Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang
uterus
tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab
disfungsional
iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi sistemik.
8. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Pemeriksaan Fisik Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien perdarahan uterus abnormal : a. Sistem integumen Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormaltidak ada peruahan pada sistem integumennya.
b. Kepala Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormaltidak terdapat perubahan pada sisi kepalanya bentuk ataupun luka pada kepala c. Wajah Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalpada umumnya wajah pasien terlihat meringis arena nyeri yang dialami d. Mata Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal tidak terdapat kelainan pada mata e. Leher Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalbentuk leher simetris, kelenjar limfa tidak terdapat pembesaran kecuali adanya metastate kanker f. Thorak Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalbiasanya tidak terdapat kelainan pada thorak. g. Sistem neurologi Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormaltida terdapat kelainan pada neurologinya. h. Abdomen Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalsering merasa adomen tegang atau nyeri (sedang/berat) dan terasa tertekan pada perut. Biasanya terdapat massa abdominopelvic. i. Pelvis Dengan menggunaan spekulum dilakukan inspeksi servik yaitu warna,bentuk, dilatasi servik, erosi, perdarahan, cairan pervagina, luka atau lesi. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu, memasukkan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina (adanya massa,ukuran bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium, adneksa). j. Genetalia eksterna Inspeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan untuk mengkaji kesesuaian umur dengan perembangan sistem reproduksi kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan vagina.
k. Vagina Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormalsering mengalami haid yang tidak teratur dan pendarahan pervaginam.
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Adapun beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal adalah sebagai berikut (Behera, 2018): a. Pemeriksaan pelvis b. Pemeriksaan lab ; meliputi hitung darah lengkap, fungsi hati, fungsi tiroid dan prolaktin, HCG, FSH, LH, dan androgen serum jika ada indikasi c. Biopsi endometrium atau kuretase dan dilatasi yang dapat memberikan suatu diagnosis histologi yang lebih spesifik. d. Laparoskopi,bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik e. Pap smear f. Tes koagulasi g. Ultrasonografi (USG): untuk mengetahui gambaran awal keadaan uterus pasien.
9. Penatalaksanaan a. Perawatan farmakologis 1) Kontrasepsi oral Menekan
perkembangan
endometrium,
membangun
kembali
pola
perdarahan yang dapat diprediksi, mengurangi aliran menstruasi, dan menurunkan risiko anemia defisiensi besi 2) Estrogen Perdarahan uterus yang berkepanjangan menunjukkan bahwa lapisan epitel rongga telah menjadi gundul seiring waktu; estrogen yang diberikan sendiri akan dengan cepat menginduksi kembalinya pertumbuhan endometrium yang normal 3) Progestin Penatalaksanaan kronis perdarahan uterus abnormal membutuhkan paparan progestin secara episodik atau terus menerus 4) Desmopresin
Analog sintetik arginin vasopresin, desmopresin telah digunakan sebagai upaya terakhir untuk mengobati perdarahan uterus yang abnormal pada pasien dengan gangguan koagulasi yang didokumentasikan. b. Perawatan non farmakologis a) Histerektomi Histerektomi abdominal atau vaginal mungkin diperlukan pada pasien yang gagal atau menolak terapi hormonal, yang memiliki anemia simptomatik, dan yang mengalami gangguan dalam kualitas hidup mereka dari perdarahan persisten yang tidak terjadwal. b) Ablasi endometrium Ablasi endometrium adalah alternatif untuk pasien yang ingin menghindari histerektomi atau yang bukan kandidat untuk operasi besar. c. Penatalaksanaan Bedah Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterusabnormal membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasariserta faktor pasien. Indikasi pembedahan pada wanita dengan perdarahanuterus abnormal adalah:
Gagal merespon tatalaksana non-bedah
Ketidakmampuan
untuk
menggunakan
terapi
non-bedah
(efek
samping,kontraindikasi)
Anemia yang signifikan
Dampak pada kualitas hidup
Patologi
uterus
lainnya
(fibroid
uterus
yang besar,
hyperplasia
endometrium).
10. Komplikasi Komplikasi yang kemungkinan muncul pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal dapat meliputi: a. Adenokarsinoma uterus (jika stimulasi estrogen berkepanjangan) b. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi c. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama d. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketikseimbangan hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Keluhan Utama Perdarahan yang massif. b. Riwayat Penyakit Sekarang Klien datang dengan keluhan perdarahan yang banyak.Kaji pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga. c. Riwayat Penyakit Dahulu Kaji pada pasien dan keluarga, pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga pasien pernah menderita penyakit infeksi atau tidak. d. Riwayat Keluarga Kaji pada pasien dan di dalam keluarga ada yang menderitapenyakit seperti ini atau penyakit menular lain. e. Psikososial Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita. h. Pemeriksaan Fisik Fokus 1) Kepala
-
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
-
Wajah : tidak ada oedema, ekspresi wajah menahan nyeri (meringis), raut wajah pucat.
-
Mata : konjungtiva tidak anemis
-
Hidung : simetris, tidak ada lesi atau kotoran
-
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
-
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening 3) Dada
-
Inspeksi : simetris
-
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
-
Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
-
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
4) Cardiac
-
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
-
Palpasi : ictus cordis teraba, perubahan denyut nadi
-
Perkusi : pekak
-
Auskultasi : tidak ada bising
5) Abdomen
-
Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen.
-
Palpasi : ada nyeri tekan
-
Perkusi : timpani
-
Auskultasi : bising usus normal
6) Genetalia
-
Inspeksi : ada lesi, pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
-
Palpasi : pmbengkakan di daerah uterus yang abnormal
7) Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan dan pendarahan. b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (leukopenia,penurunan hemoglobin, imunosupresi) c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi, penyakit akut, hospitalisasi ditandai dengan gejala dan tanda mayor (Subjektif: merasa bingung, merasa khawatir; objektif: tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur) serta tanda dan gejala minor (subjektif: mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya; objektif: frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaphorsis, muka tampak pucat) d. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan gejala dan tanda mayor (subjektif: mengeluh nyeri; objektif: tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur) serta gejala dan tanda minor
(objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, napsu makan berubah, diaphoresis) e. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan faktor ginekologi (kehamilan, pasca persalinan) dan ketidakadekuatan edukasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan Risiko Syok
SDKI
Kategori: Fisiologis
D.0039
Sun Kategori:Nutrisi/Cairan Definisi: Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluleryang
Nomor Dx
mengancam jiwa
……..
No 1.
Faktor Risiko
SLKI
SIKI
Hipoksemia
Setelah
Hipoksia
keperawatan selama …x 24 jam, 1. Identifikasi keluhan pasien (misal: keluar darah banyak,
Hipotensi
diharapkan
Kekurangan
volume
diberikan
asuhan Manajemen Perdarahan Pervaginam (I 02044)
perdarahan
pasien
pusing, pandangan tidak jelas)
dapat teratasi, dengan kriteria 2. Monitor keadaan uterus dan abdomen (misal: TFU di atas
cairan
hasil :
umbilikus, teraba lembek, dan terdapat benjolan)
Sepsis
Tingkat Perdarahan (L 02017)
4. Monitor kehilangan darah respon 1. Membran mukosa lembab 2. Kemampuan kognitif masih 5. Monitor kadar Hemoglobin inflamasi terkait normal 6. Posisikan supinasi Trendelenburg
3. Monitor kesadaran dan tanda-tanda vital
Sindrom
3. Tidak
ada
perdarahan 7. Pasang oksimetri nadi
pervaginam 4. Kadar
hemoglobin
(13,5-17,5 g/dL)
8. Berikan oksigen vial kanul nasal 3 lpm normal 9. Pasang IV line dengan selang set transfusi 10. Pasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih
Paraf/Nama
5. Kadar
hematokrit
normal 11. Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap
(41,0-53,0 %)
12. Kolaborasi pemberian antikoagulan
6. Tekanan darah normal (Sistolik 120-140 dan diastolic 80-90 Pencegahan Perdarahan (I 02067) mmHg)
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
7. Nadi normal (8-100 x/menit) 8. Suhu
tubuh
dalam
batas
normal (36-37,50C)
2. Monitor nilai Hematokrit, Hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Monitor koagulasi (misal: PT, PTT, fibrinogen, degradasi fibrin dan atau platelet)
Tingkat Syok (L 03032) 1. Saturasi
oksigen
normal 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan
(>95%)
6. Batasi tindakan invasif jika perlu
2. Akral hangat
7. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
3. Tidak tampak pucat
8. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, makanan, dan
4. Kesadaran compos mentis
vitamin K 9. Kolaborasi pembeian obat pengontrol perdarahan 10. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
Risiko Infeksi
SDKI
Kategori: Lingkungan
D.0142
Sun Kategori: Keamanan dan Proteksi Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organism patogenik No 2.
Faktor Risiko
SLKI
SIKI
Penyakit Kronis
Setelah
Efek prosedur invasive
keperawatan selama …x 24 jam,
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Malnutrisi
diharapkan
2. Berikan perawatan pada area perdarahan
Peningkatan organism
paparan pathogen
Ketidakadekuatan pertahanan primer: a) Gangguan peristaltik
pasien
asuhan Pencegahan Infeksi (I 14539)
tidak
mengalami tanda-tanda infeksi,
3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
dengan krteria hasil :
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Tingkat Infeksi (L14137)
lingkungan
diberikan
1. Tidak ada demam (suhu tubuh tubuh
36-37,50C) 2. Tidak ada kemerahan area perineum 3. Tidak ada nyeri area perineum
b) Kerusakan integritas 4. Tidak ada pembengkan area kulit perineum
Perawatan Perineum (I 07226) 1. Inspeksi adanya robekan perineum (pada ibu post partum normal) 2. Fasilitasi dalam membersihkan perineum 3. Pertahankan kondisi perineum tetap kering 4. Berikan posisi nyaman 5. Bersihkan area perineum secara teratur
Nomor Dx …….. Paraf/Nama
c) Perubahan
sekresi 5. Tidak ada pengeluaran cairan
pH
yang berbau dari perineum
d) Ketuban pecah lama 6. Tidak ada peningkatan WBC e) Penurunan
kerja
siliaris pecah
sebelum waktunya g) Merokok h) Status cairan tubuh Ketidakadekuatan pertahanan sekunder:
pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan
status kesehatan
c) Leukopenia respon
inflamasi
adekuat
2. Pasien dan keluarga mampu
mengenali perubahan dalam
b) Imunosupresi
e) Vaksinasi
memonitor faktor resiko
3. Pasien dan keluarga mampu
hemoglobin
d) Supresi
1. Pasien dan keluarga mampu
kebutuhan
a) Penurunan
tidak
abnormal pada perineum (missal: infeksi, kemerahan,
8. Kolaborasi pemberian antiinflamasi dan analgetik jika
Kontrol Risiko (L 14126)
menggunakan tubuh
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda
pengeluaran cairan yang abnormal)
7. Tidak ada luka
f) Ketuban
(4,1-11,0 103/µL)
6. Berikan pembalut yang menyerap cairan
perlu
Ansietas
SDKI
Kategori: Psikologis
D.0080
Sun Kategori: Integritas Ego Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
Nomor Dx
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
……..
No
Gejala dan Tanda
3.
Gejala dan Tanda Mayor
Setelah
Subjektif:
keperawatan selama ...x 24 jam 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Merasa bingung
merasa
SLKI dilakukan
diharapkan
SIKI asuhan Reduksi Ansietas (I 09314)
kecemasan
klien 2. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (missal: kondisi,
khawatir berkurang dengan kriteria hasil :
dengan akibat dari Tingkat Ansietas (L 09093) kondisi
yang 1. Tidak menyatakan bingung
dihadapi
2. Tidak ada prilaku gelisah
Sulit berkonsentrasi
3. Tidak ada ketegangan
Objektif:
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Subjektif:
waktu, stressor) 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal) 4. Ciptakan
suasana
terapeutik
untuk
menumbuhkan
kepercayaan 5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika
4. Frekuensi nafas normal (18-24 kali/menit)
Paraf/Nama
memungkinkan 6. Pahami situasi yang membuat ansietas
5. Frekuensi nadi normal (80-100 7. Dengarkan dengan penih perhatian x/menit) 6. Tekanan
8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan darah
normal 9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
(Sistolik 120-140 dan distolik 10. Motivasi 80-90 mmHg)
kecemasan
mengidentifikasi
situasi
yang
memicu
Mengeluh pusing
7. Tidak ada kesulitan tidur
Anoreksia
8. Oientasi pasien baik
Palpitasi
Merasa
tidak Terapi Relaksasi (I 09326) 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
Objektif: Frekuensi
nafas
Frekuensi
nadi
Tekanan
darah
teknik
relaksasi
yang
pernah
efektif
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
meningkat
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
Diaforesis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi masa lalu
2. Identifikasi digunakan
meningkat
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan konitif
meningkat
akan dating 12. Kolaborasi pemberian anti ansietas jika perlu
berdaya
11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
dan suhu sebelum dan sesudah relaksasi 5. Monitor respon terapi relaksasi 6. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pada
pencahayaan dengan suhu ruangan yang nyaman jika memungkinkan 7. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi 8. Gunangan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
Nyeri Akut
SDKI
Kategori: Psikologis
D.0077
Sun Kategori: Nyeri dan Kenyamanan Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
Nomor Dx
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
……..
No
Gejala dan Tanda
4.
Gejalaa dan Tanda Mayor
Setelah
Subjektif:
keperawatan selama …..x…. jam
diharapkan nyeri pasien dapat
Mengeluh nyeri
SLKI diberikan
SIKI tindakan Manajemen nyeri ( I 08238)
berkurang dengan kriteria hasil :
Objektif:
Tampak meringis
Tingkat Nyeri (L 08066)
bersikap protektif
1. Keluhan nyeri berkurang
Gelisah
2. Tidak ada ekspresi meringis
meningkat
nadi 3. Tidak tempak gelisah 4. Tidak ada kesulitan tidur
Sulit tidur
5. Pola nafas teratur
Frekuensi
Gejala dan Tanda Minor
6. Tekanan darah dalam batas
Subjektif:-
normal
Objektif:
mmHg dan distolik 80-90
Tekanan
darah
mmHg)
(sistolik
120-140
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 9. Monitor efek samping kegunaan analgetik 10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
Paraf/Nama
meningkat
Kontrol Nyeri (L 08053)
nyeri (misa: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
Pola nafas berubah
1. Melaporkan nyeri berkurang
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi,
Nafsu
makan 2. Kemampuan mengenali onset nyeri
berubah
Proses
berfikir 3. Kemampuan menggunakan
kompres hangat atau dingin) 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (missal: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
terganggu
teknik non farmakologis
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
Menarik diri
apabila nyeri timbul
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
Befokus pada diri
strategi meredakan nyeri
sendiri
14. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diaforesis
Pemberian Analgesik (I 08243) 1. Identifikasi karakteristik nyeri (misal: pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi) 2. Identifikasi riwayat alergi obat 3. Identifikasi
kesesuaian
jenis
analgesic
(missal:
narkotika, non narkotik atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri 4. Monitor
tanda-tanda
vital
sebelum
dan
pemberian analgesik 5. Monitor efektifitas analgesik 6. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
sesudah
7. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Risiko Disfungsi Seksual
SDKI
Kategori: Fisiologis
D.0072
Sun Kategori: Reprosuksi dan Seksualitas Definisi: Berisiko mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat, terangsang, orgasme dan
Nomor Dx
relaksasi yang dipandang tidak memuaskan, tidak bermaakna/tidak adekuat.
……..
No 5.
Faktor Risiko
SLKI
Biologis
Setelah
SIKI
diberikan
tindakan Edukasi Seksualitas (I 12447)
Gangguan neurologi keperawatan
Gangguan urologi
diharapkan pola seksualitas pasien
Gangguan endokrin
dapat
Keganasan
hasil :
Faktor ginekologi
Fungsi Seksual (L 07055)
Efek
1. Mencapai
agen
farmakologis Psikologis
Depresi
Kecemasan
Penganiayaan psikologis/seksual
Penyalahgunaan
….x
efektif
24
dengan
jam
kriteria
untuk
kepuasan
dalam
mencari informasi mencapai
kepuasan
seksual 3. Tidak
ada
nyeri
saat
berhubungan seksual 4. Tidak
1. Identifikasi
kesiapan
dan
kemampuan
menerima
informasi 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
hubungan seksual 2. Mampu
Paraf/Nama
ada
perdarahan
abnormal saat berhubungan
4. Beikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya 5. Jelaskan terkait masalah seksualitas yang mungkin muncul
obat/zat
seksual
Situasional
Konflik hubungan
Kurangnya privasi
Pola
seksual
pasangan menyimpang
Ketiadaan pasangan
Ketidakadekuatan edukasi
Konflik
nilai
personal
dalam
keluarga, dan agama
budaya,
4. Implementasi Implementasi merupakan pelaksanaan keperawatan oleh perawat dank lien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah implemenasi disesuaikan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual, dan tejnikal. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau tidak mandiri serta inter-dependen atau sering disebut intervensi kolaborasi. Imelementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.
Evaluasi 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada tanda-tanda syok ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal. 2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi ditandai dengan tidak ada demam, kemerahan, nyeri, bengkak, dan pengeuaran cairan abnormal yang berbau dari vaginam 3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien teratasi ditandai dengan pasien tidak gelisah, kualitas tidur baik, dan tidak melaporkan cemas. 4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada nyeri pada pasien ditandai dengan tidak melaporkan nyeri dan tidak ada ekspresi meringis 5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada disfungsi seksual ditandai dengan pola seksual yang efekif, informasi terkait seksual yang adekuat.
Pathway Kelainan hormonal
Kelainan anatomis genitalia
Anovulasi/ovulasi,
Tumor jinak
Pemakaian IUD
Ketidakseimbangan
Berkembang di
Jangka panjang/
hormon
dalam rahim
posisi tidak benar
Estrogen & progesteron
Kontraksi otot rahim
Perforasi pada
tidak seimbang
mengenai lapisan
dinding uterus
perimenpause, PSCOH
endometrium
Hiperplasia lapisan endometrium (pertumbuhan endometrium)
Pelepasan/peluruhan lapisan endometrium secara terus-menerus Resiko disfungsi Seksual
Abnormal Uterine Bleeding (AUB)
Perdarahan abnormal
Kurangnya informasi
Kehilangan darah >30%
Tindakan pembedahan
Gelisah dan cemas
HB menurun
Histerektomi total
Ansietas
Risiko Syok
Pasca operasi
Timbul rasa nyeri, ekspresi wajah meringis
Nyeri Akut
Jaringan terbuka
Port de entry
Resiko Infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Behera,
M.A.
(2018).
Abnormal
(Dysfunctional)
Uterine
Bleeding.Retrieved
from:https://emedicine.medscape.com/article/257007-overview#a1.Diakses pada 2 November 2019. Bulechek, G.M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M. M., & Wagner, C. (2013).Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition.USA: Mosby an Affiliate of Elsevier. Estephan, A. (2018). Abnormal (Dysfunctional) Uterine Bleeding in Emergency Medicine.Retrieved
from:
https://emedicine.medscape.com/article/795587-
overview#showall.Diakses pada 2 November 2019. Herdman, T. (2018).NANDA-I Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L, & Swanson, E. (2012).Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Edition Measurement of Health Outcomes. USA: Mosby an Affiliate of Elsevier. Silberstein,
Taaly.(2003).
Complications
of
Menstruation;
Abnormal
Uterine
Bleeding.Diagnosis and Treatment, 9th Edition. Los Angeles:Lange Medical Books/McGraw-Hill; pp 623-630.