LP Ca Mammae [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS JEMBER LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMMAE DI RUANG 17 IRNA II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SAIFUL ANWAR MALANG



OLEH: Intan Dwi Arini, S. Kep NIM 182311101078



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER, 2018



LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Teori tentang Penyakit 1.



Review Anatomi Fisiologi Payudara



1.1.1 Anatomi Payudara Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II–IV. Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar putting. Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola (Price, 2012). Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sloane dalam Riduan, 2016) 1.1.2 Fisiologi Payudara Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon.



Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit lemak. Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung (Price, 2012). 2.



Definisi Ca Mammae Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang



dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia (Kemenkes RI, Tanpa Tahun). Kanker payudara bermula ketika sel-sel pada payudara mulai tumbuh tidak terkendali. Sel-sel ini biasanya membentuk tumor yang seringkali dapat terlihat pada x-ray atau dirasakan sebagai sebuah benjolan. Tumor tersebut adalah malignan (kanker) apabila sel-sel tersebut dan tumbuh (menginvasi) pada jaringan-jaringan disekitar atau menyebar (bermetastase) pada daerah yang jauh pada tubuh. Kanker payudara terjadi hampir seluruhnya pada wanita, namun pria juga dapat mengalaminya. Sel-sel pada hampir bagian tubuh mana saja dapat menjadi kanker dan menyebar ke daerah lain di tubuh. Kanker payudara dapat bermula dari bagian yang berbeda pada payudara. Sebagian besar kanker payudara bermula dari saluran yang membawa susu menuju puting susu (ductal cancer).



Beberapa bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu (lobular cancer). Terdapat juga jenis-jenis lain kanker payudara yang lebih jarang terjadi (American Cancer Society, 2016) Kanker payudara dapat bermetastase pada organ sekitarnya seperti paru. Metastase tersebut dapat menimbulkan hipoksia jaringan. Hipoksia pada tempat metastase tersebut diakibatkan karena adanya hambatan pembuluh darah oleh kumpulan trombosis yang disebabkan oleh penyebaran sel-sel tumor utama sehingga dapat menyebabkan gangguan pola nafas dan terjadi intoleransi aktivitas pada orang dengan Ca Mammae. 3.



Epidemiologi Ca Mammae Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh



dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Menurut Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia, diperkirakan terjadi peningkatan kejadian kanker di dunia 300 persen pada tahun 2030, dan mayoritas terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut (Kemenkes RI, 2013) bahwa kanker payudara memiliki angka kejadian cukup tinggi setelah kanker serviks dengan estimasi jumlah absolut penderita kanker payudara di Indonesia adalah sebanyak 61.682 atau sekitar 0,5%. Di Jawa Timur sendiri terdapat 9.688 penderita kanker payudara. 4.



Etiologi Ca Mammae Menurut Moningkey dan Kodim (2004), penyebab spesifik kanker payudara



masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya: a) Faktor reproduksi: diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara



b) Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause c) Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali d) Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause e) Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara f) Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara g) Riwayat keluarga: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara h) Faktor Genetik: Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara i) Umur: Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun 5.



Klasifikasi Ca Mammae Kanker payudara dapat diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan Sistem



Klasifikasi TNM menurut (American Joint Committee on Cancer (AJCC), 2010) dalam Kemenkes RI (2017), untuk Kanker Payudara, yaitu:



Stadium



Tumor



Stadium 0 Stadium IA Stadium IB



Tis T1 T0 T1 T0 T1 T2 T2 T3 T0 T1 T2 T3 T4 Semua T Semua T



Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIIA



Stadium IIIB Stadium IIIC Stadium 4



Metastase Limfonodi N0 N0 N1mic N1mic N1 N1 N0 N1 N0 N2 N2 N2 N1-N2 N1-N2 N3 Semua N



Metastase Jauh M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1



Kategori T (Tumor) TX Tumor primer tidak bisa diperiksa T0 Tumor primer tidak terbukti Tis Karsinoma in situ Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar T1mi Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar c Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi T1a terbesar T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite T4b skin nodules pada payudara yang sama T4c Gabungan T4a dan T4b T4d Inflammatory carcinoma Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N) Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)



N0 N1 pN1m i pN1a pN1b pN1c N2 N2a pN2a N2b pN2b N3 N3a pN3a N3b pN3b N3c pN3c



Tak ada metastasis KGB regional Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat digerakkan Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm 1-3 KGB aksila KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis. Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain (matted) atau terfiksir pada struktur lain 4-9 KGB aksila Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis. KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna. Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral >10 KGB aksila atau infraklavikula Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3 KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral KGB supraklavikula



Metastasis Jauh (M) Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai M0 Tak ada metastasis jauh M1 Terdapat Metastasis jauh 6.



Patofisiologi Ca Mammae Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain



obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zatzat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,



dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kirakira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolanbenjolan pada kulit ulserasi. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang. (Price, 2012). Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal 7.



Manifestasi Klinis Ca Mammae Tanda dan gejala kanker payudara menurut American Cancer Society tahun



2016, yaitu: 1.



Terdapat benjolan baru



2.



Bengkak pada sebagian atau seluruh payudara (bahkan jika tidak ada benjolan yang diarasakan)



3.



Iritasi kulit atau lesung kulit



4.



Nyeri pada payudara atau puting susu



5.



Retraksi puting susu



6.



Kemerahan, bersisik, atau penebalan puting susu atau kulit payudara



7.



Discharge/keluarnya cairan dari puting susu (selain ASI) Kemenkes RI (2017) membagi tanda adanya kanker payudara menjadi dua,



yaitu tanda primer dan tanda sekunder. Berikut tanda primer dan sekunder kanker payudara: 1.



Tanda primer: a) Densitas yang meninggi pada tumor b) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnta atau batas yang tidak jelas (komet sign) c) Gambaran translusen di sekitar tumor d) Gambaran stelata e) Adanya mikrokalsifikasi sesuai criteria Egan (klasifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah dari 5, dan bentuk stelata) f)



2.



Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis



Tanda sekunder: a) Retraksi kulit atau penebalan kulit b) Bertambahnya vaskularisasi c) Perubahan posisi putting d) Kelenjar getah bening aksila (+) e) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur f)



8.



Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas



Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae



Menurut Kemenkes RI dalam Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: 1. Mamografi payudara Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda primer yang dapat dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor, batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah retraksi kulit atau penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi putting, kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas. 2. USG Payudara Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya Permukaan tidak rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90 derajat. 3. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa 4. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase 5. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara khususnya massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan sulit diperiksa dengan mammografi Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat. Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi dapat lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ hingga 10 mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.



9.



Penatalaksanaan Faramakologi dan Non-Farmakologi Ca Mammae Penatalaksanaan



medis



menurut



Kemenkes



RI



dalam



Panduan



Penatalaksanaan Kanker Payudara yang diterapkan di Indonesia sesuai stadium kanker payudara, yaitu: 1.



Kanker payudara stadium 0 (TIS/T0, N0M0) Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.



2.



Kanker payudara stadium dini/operabel (Stadium I dan II) Dilakukan tindakan operasi: a) Breast Conserving Therapy (BCT), tumor tidak boleh lebih dari 3 cm b) Kemoterapi adjuvant c) Radiasi



3.



Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut) a) Operabel (III A) 1) Mastektomi



simpel



dan



radiasi



dengan



kemoterapi



adjuvant



dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target. 2) Mastektomi radikal modifikasi dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target. 3) Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi simpel, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target. b) Inoperabel (III B) 1) Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi, kemoterapi, hormonal terapi 2) Kemoterapi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi, kemoterapi, radiasi, terapi hormonal, dengan/tanpa terapi target 3) Kemoradiasi



preoperasi/neoadjuvant,



dengan/tanpa



dengan/tanpa kemoterapi, dengan/tanpa terapi target. 4.



Kanker payudara stadium lanjut a) Sifat terapi paliatif



operasi,



b) Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal) c) Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan Hospice home care



B. Clinical Pathways v dan resiko tinggi Faktor Predisposisi hiperplasia pada sel mammae



Interupsi sel syaraf



Mendesak sel syaraf



Nyeri Kronis



Mendesak jaringan sekitar



Mensuplai nutrisi ke jaringan Ca



Mendesak pembuluh darah



Menekan jaringan pada mammae



Hipermetabolisme ke jaringan



Aliran darah terhambat



Hipermetabolisme ke jaringan menurun – BB turun



Hipoksia



Peningkatan konsistensi mammae



Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh



Memerlukan O2 dan nutrisi untuk perkembangan tumor Mammae) Aliran O2 ke seluruh tubuh Metabolisme anaeorob Produksi ATP



Mammae bengkak (CA Mammae)



Nekrosis jaringan - Bakteri Resiko infeksi



Ukuran mammae abnormal Mammae asimetrik



Massa tumor mendesak ke jaringan luar



Gangguan Citra Tubuh



Infiltrasi pleura parietal



Ekspansi paru menurun



Intoleransi Aktivitas Ketidakefektifan pola napas



Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015



Ansietas



C. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50 tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record. 2. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko. 3. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer mammae. 4. Pemeriksaan klinis mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi ± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi. 5. Inspeksi a. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan) b. Kelainan papilla: Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain. 6. Palpasi a. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil b. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas. c. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila). d. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh e. Stadium kanker (system TNM UICC) 6. Mamografi payudara a. Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka



hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda primer yang dapat dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor, batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah retraksi kulit atau penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi putting, kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas. b. USG Payudara: Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya Permukaan tidak rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90 derajat. c. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa d. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase e. CT Scan dan MRI



: untuk mendeteksi penyakit pada payudara



khususnya massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan sulit diperiksa dengan mammografi f. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat. Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi dapat lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ hingga 10 mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ. B. Diagnosa yang Sering Muncul 1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi 2) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor 3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi ATP



4) Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Hipermetabolisme jaringan 5) Ansietas berhubungan dengan stresor meningkat



C. Nursing Care Plan NO. 1.



DIAGNOSIS KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola napas (00032)



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)



INTERVENSI (NIC)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Monitor Pernafasan (3350) menunjukkan hasil: a. Monitor tingkat, irama kedalaman dan kesulitan bernafas; Status Pernafasan (0415) b. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, dan penggunaan otot bantu pernafasan; Tujuan No. Indikator Awal c. Monitor suara nafas tambahan; 1 2 3 4 5 d. Monitor pola nafas; e. Auskultasi suara nafas; 1. Frekuensi pernafasan 3 √ f. Buka jalan napas; g. Berikan terapi oksigen. 2. Irama pernafasan 3 √ 3.



Kedalaman inspirasi



3







4.



Suara auskultasi nafas



3







5.



Kepatenan jalan nafas



2







6.



Penggunaan otot bantu pernafasan



3







7.



Pernafasan bibir dengan mulut mengerucut



4







8.



Dyspnea saat



4







NIC: Terapi Oksigen (3320) a. Pertahankan kepatenan jalan nafas; b. Berikan oksigen seperti yang diperintahkan; c. Monitor aliran oksigen; d. Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan bahwa konsentrasi (yang telah) ditentukan telah diberikan; e. Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa alat tersebut tidak mengganggu upaya pasien untuk bernapas. NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140) a. Posisikan pasien semi fowler; b. Motivasi pasien untuk melakukan batuk



istirahat 9.



Dyspnea dengan aktivitas ringan



3







10.



Pernafasan cuping hidung



2







efektif; c. Auskultasi suara nafas, mendengarkan ada atau tidak ada adanya suara tambahan; d. Berikan pendidikan kesehatan mengenai fisioterapi dada.



Keterangan: 1. Keluhan ekstrime 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan - Frekuensi pernafasan dalam batas normal (16-24x/menit) (041501) - Irama pernafasan reguler (041502) - Kedalaman inspirasi maksimal (041503) - Suara auskultasi kembali normal (041504) - Jalan nafas paten (041532) - Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan (041510) - Tidak ada pernafasan dengan bibir (041512) - Tidak dyspnea saat istirahat (041015) - Tidak dyspnea saat aktivitas ringan (041016) - Tidak ada pernafasan cuping hidung (041528) 2.



Nyeri kronis (00133) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Pengobatan (2380) menunjukkan hasil: 1. Tentukan obat yang diperlukan 2. Identifikasi jumlah dan jenis obat yang A. Tingkat Nyeri (2102) digunakan



Tujuan No.



Indikator



Awal 1



1.



Nyeri yang dilaporkan



2.



Panjangnya episode nyeri



3.



Menggosok area sekitar nyeri



4.



Mengerang dan menangis



5.



Ekspresi nyeri wajah



6.



Tidak bisa beristirahat



7.



Agitasi



8.



Iritabilitas



9.



Mengerinyit



10.



Mengeluarkan keringat



11.



Berkeringat



2



3



4



5



3. Monitor tanda dan gejala toksitasi obat 4. Informasikan terhadap pasien dan keluarga mengenai cara pemberian obat yang sesuai NIC: Manajemen Nyeri (1400) 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 2. Observasi tanda nonverbal mengenai ketidaknyamanan 3. Gali pengetahuan pasien tentang nyeri 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa lalu 5. Bantu keluarga mencari dukungan 6. Berikan informasi mengenai nyeri, sepert penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur 7. Kurangi faktor yang menyebabkan nyeri 8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri NIC: Terapi Relaksasi (6040) 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi 2. Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi, pilihan, pengalaman masa lalu dan kontraindikasi sebelum memilih strategi 3. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata tertutup



berlebihan 12.



Mondar mandir



13.



Fokus menyempit



14.



Ketegangan otot



15.



Kehilangan nafsu makan



16.



Mual



17.



Intoleransi makanan



Keterangan: 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Selalu -



Nyeri: Respon psikologis tambahan (1306) Kontrol Nyeri (1605) Nyeri: Efek yang mengganggu (2101) Tingkat nyeri (2102) Tingkat agitasi (1214) Tingkat kecemasan (1211) Nafsu makan (1014) Kepuasan klien: Manajemen nyeri (3106) Kepuasan klien: kontrol gejala



4. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi 5. Dorong klien untuk mengulangi 6. Evaluasi dan dokumentasi respon pasien terhadap terapi relaksasi NIC: Monitor Tanda-Tanda Vital (6680) 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan 2. Catat gaya dan fluktuasi tekanan darah 3. Monitor nadi dan kekuatannya 4. Monitor suara paru 5. Monitor pola pernafasan



3.



Intoleransi aktivitas (00092)



Status kenyamanan (2008) Status kenyamanan: Fisik (2010) Tingkat Depresi (1208) Kontrol diri terhadap depresi (1408) Tingkat kelelahan (0007)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien NIC: Terapi Aktivitas (4310) menunjukkan hasil: a. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam Toleransi terhadap aktifitas (0005) perencanaan dan pemantauan program aktivitas jika diperlukan No Indikator Aw Tujuan . al b. Pertimbangkan komitmen klien untuk 1 2 3 4 5 meningkatkan frekuensi dan jarak aktivitas 1. Saturasi 3 c. Bantu klien untuk memilih aktifitas dan oksigen pencapaian tujuan melalui aktivitas fisik ketika yang konsistenn dengan kemampuan fisik, beraktifitas fisiologi dan social 2. Frekuensi 3 d. Dorong aktifitas kreatif yang tepat nadi ketika beraktifitas e. Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang 3. Kemudahan 3 di inginkan bernafas f. Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang ketika bermakna beraktifitas g. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu4. Tekanan 3 waktu spesifik terkait dengan aktifitas darah sistolik harian ketika beraktifitas h. Instruksikan klien dan keluarga untuk 5. Tekanan 3 mempertahankan fungsi dan kesehatan



darah sistolik ketika beraktifitas 6. Kecepatan 3 berjalan 7. Kekuatan tubuh bagian atas 8. Kekuatan tubuh bagian bawah Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 4.



Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)



terkait peran dalam beraktifitas secara fisik, sosial, dan kognitif. i. Dorong keterlibatan dalam aktifitas fisik secara berkelompok j. Bantu klien untuk rutin dan mempertahankan aktifitas kelompok.



Sangat terganggu Banyak terganggu Cukup terganggu Sedikit terganggu Tidak terganggu Tekanan sistol dalam batas normal (040001) Tekanan diastole dalam batas normal (040019) Denyut nadi perifer dalam batas normal (040006)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Penahapan Diet (1020) 1. Berikan nutrisi per oral, sesuai menunjukkan hasil: kebutuhan 2. Kolaborasikan dengan tenaga kese Status Nutrisi (1004) hatan lain untuk meningkatkan diet No. Indikator Awal Tujuan secepat mungkin jika tidak ada



1 1. 2. 3. 4. 5. 6.



2



3



4



Asupan Gizi Asupan Makanan Asupan Cairan Energi Rasio berat badan atau tinggi badan Hidrasi



Keterangan ; 1. Sangat menyimpang dari rentang normal 2. Banyak menyimpang dari rentang normal 3. Cukup menyimpang dari rentang normal 4. Sedikit menyimpang dari rentang normal 5. Tidak menyimpang dari rentang normal -



Asupan gizi adekuat (100401) Asupan makanan adekuat (100402) Asupan cairan adekuat (100408) Energi adekuat (100403) Rasio berat badan/tinggi badan normal (100405) Tidak ada hidrasi (100411)



5 √ √ √ √ √ √



komplikasi 3. Tawarkan makan 6x dengan porsi kecil 4. Tingkatkan diet dari cairan jernih, cair dan lembut 5. Tingkatkan diet dari air gula atau cairan elektrolit oral 6. Monitor toleransi peningkatan diet 7. Ciptakan lingkungan yang memungkinkan makanan disajikan sebaik mungkin 8. Monitor kesadaran pasien dan juga reflek menelan 9. Tuliskan batasan diet pasien di samping tempat tidur, pada papan chart dan di catatan perencanaan pasien NIC : Terapi Nutrisi (11200 1. Lengkapi pengkajian nutrisi 2. Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari 3. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan berkolaborasi dengan ahli gizi 4. Motivasi pasien untuk mengkon sumsi makanan yang tinggi kalsium 5. Motivasi untuk mengkonsumsi



6. 7. 8. 9.



5.



Ansietas (00146)



makanan dan minuman yang tinggi kalium sesuai kebutuhan Pastikan bahwa dalam diet mengan dung makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan nutrisi enteral, sesuai kebu tuhan Berikan nutrisi yang dibutuhkan Sesuai batas diet yang dianjurkan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Pengurangan kccemasan (5820) a. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, menunjukkan hasil: perawatan dan prognosis b. Tingkatkan rasa aman dan kurangi Status Pernafasan: Tingkat kecemasan (1211) ketakutan Tujuan c. Berikan objek untuk memberikan rasa No. Indikator Awal aman 1 2 3 4 5 d. Puji perilaku pasien dengan tepat e. Lakukan usapan punggung/leher dengan Tidak dapat cara tepat 1. √ beristirahat f. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi Berjalan mondar2. g. Bantu klien mengidetifikasi situasi yang mandir memicu kecemasan NIC: Terapi relaksasi (6040) Merenas –remas 3. a. Ciptakan lingkungan yang tegang dan tangan tanpa distraksi 4 Perasaan gelisah b. Dorong klin mengambil posisi nyaman c. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi 5 Otot tegang pada pasien



6



Wajah tegang



7



Iritabilitas



8



Peningkatan TD



9



Peningkatan frekuensi nadi



10



Peningkatan frekuensi pernapasan



11



Dilatasi pupil



12



Berkeringat dingin



13



Pusing



14



Fatigue



15



Gangguan tidur



16



Perubahan pola makan



Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.



Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada



d. Dapatkan perilaku yang mnunjukkan relaksasi (bernafas dalam, menguap, pernafasan perut, bayangan yang menenangkan) e. Minta pasien untuk rileks dan menikmati sensasi yang terjadi f. Dorong pengulangan teknik praktik secara berkala g. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi



D. Discharge Planning Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) Discharge planning untuk klien dengan Ca Mammae adalah 1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin 2. Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar, yang terdiri dari: a. menggunakan sabun ringan dengan penggoskan minimal b. hindari sabun berparfum atau berdeodoran c. gunakan lotion hidrofilik untuk keringanan d. gunakan sabun aveno jika terjadi pruritus e. hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan suhu yang berlebihan atau cahaya ultraviolet. 3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan shampo ringan untuk menghindari kerontokan 4. Biarkan rambut mengering secara alami dan jangan menyikat rambut 5. Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal 6. Istirahat cukup dan olahraga secara teratur 7. Makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh 8. Jika mengingkan kehamilan konsultasikan dengan dokter karena kebanyakan diminta menunggu selama 2 tahun 9. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Adapun tata cara sadari (periksa payudara sendiri) adalah sebagai berikut: a. berdirilah didepan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter. b. letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung tergantung ke bawah, & periksa lagi. c. berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal dibawah bahu kiri. rabalah payudara kiri dengan telapak



jari-jari kanan. periksalah apakah ada benjolan pada payudara. kemudian periksa juga apakah ada benjolan atan pembengkakan pada ketiak kiri. d. periksalah dan rabalah puting susu dan sekitarnya. pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.



DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society. 2016. Breast Cancer Signs and Symptoms. https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/breast-cancer-signsand-symptoms.html (Diakses pada 09 Desember 2018) Kemenkes RI (Tanpa tahun). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf (Diakses pada 8 Januari 2018 pukul 23.48) Kemenkes



RI



(2013).



Situasi



Penyakit



Kanker.



http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinkanker.pdf (Diakses pada 09 Desember 2018)) Kodim, Nasrin & Moningkey, Shirley Ivonne. (2004). Epidemiologi Kanker Payudara. Himpunan Badan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. FKM UI. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012) Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses



Penyakit.



Jakarta:



EGC.



https://books.google.co.id/books?



id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT156&dq=Patofisiologi: +Konsep+Klinis+ProsesProses+Penyakit&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj714KK3sjYAhVIULwK HfyeBskQ6AEIJzAA#v=onepage&q=Patofisiologi%3A%20Konsep %20Klinis%20Proses-Proses%20Penyakit&f=false



(Diakses



pada



09



Desember 2018)) Riduan, Ria Janita. (2016). Hubungan Status Estrogen Receptor (ER), Progesteron Receptor (PR), dan Human Epidermal Growth Factor Receptor–2 (her–2) dengan Derajat Keganasan Kanker Payudara di RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/20642/15/BAB%20II.pdf (Diakses pada 09 Desember 2018))