LP Dan Askep Acs Stemi Inferior (Sahrawani.j) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS ACS STEMI INFERIOR MEDIS DI RUANG INTENSIVE GAWAT DARURAT RSUD DR DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Oleh : SAHRAWANI.J (2017. C. 09a. 0863)



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya mampu menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis Acs Stemi Inferior . Dan harapan penulis semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, juga manfaat bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik lagi. Adapun maksud dan tujuan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa medis Acs Stemi Inferior. Laporan ini yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang serta untuk memenuhi tugas kuliah. Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.



Palangka Raya, Oktober 2020



Penulis



DAFTAR ISI COVER LATAR BELAKANG .............................................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Penyakit 1.1.1 Definisi ........................................................................................................................................... 1.1.2 Etiologi ............................................................................................................................................ 1.1.3 Manifestasi Klinis ........................................................................................................................... 1.1.4 Patofisiologi ..................................................................................................................................... 1.1.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................................... 1.1.6 Penatalaksanaan Medis ..................................................................................................................... 1.1.7 Komplikasi ...................................................................................................................................... 1.2 Manajemen Keperawatan Gawat Darurat 1.2.1 Pengkajian ....................................................................................................................................... 1.2.2 Diagnosa .......................................................................................................................................... 1.2.3 Perencanaan ..................................................................................................................................... 1.2.4 Implementasi .................................................................................................................................... 1.2.5 Evaluasi ........................................................................................................................................... BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 2.1 Pengkajian ............................................................................................................................................. 2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................................... 2.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................................................................... 2.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga ............................................................................... BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................................ 3.2 Saran ......................................................................................................................................................



BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Penyakit 1.1.1 Definisi ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Infark miokardium menunjukan suatu daerah nekrosis miokardium akibat iskemia total. MI akut yang terkenal sebagai “Serangan jantung”, merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindstri dan merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di Negara maju (Kumar, 2007) Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos, 2003). Sindrom koroner akut (ACS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi yang dihasilkan dari iskemia miokard akut (aliran darah ke otot jantung) Kondisi yang terkait dengan berbagai tingkat penyempitan atau penyumbatan arteri koroner satu atau beberapa yang menyediakan darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung (Torpy, et all 2008). 1.1.2 Etiologi 1.1.2.1 Faktor penyebab : a.



Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :  Faktor pembuluh darah : 



Aterosklerosis.







Spasme







Arteritis



 Faktor sirkulasi : 



Hipotensi







Stenosos aurta







Insufisiensi



  Faktor darah : 



Anemia







Hipoksemia







Polisitemia



b. Curah jantung yang meningkat :  Aktifitas berlebihan  Emosi  Makan terlalu banyak



 Hypertiroidisme c.



Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :  Kerusakan miocard  Hypertropimiocard  Hypertensi diastolic



1.1.2.2 Faktor predisposisi : a.



faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :  usia lebih dari 40 tahun  jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause  hereditas  Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.



b. Faktor resiko yang dapat diubah :  Mayor : 



Hyperlipidemia







Hipertensi







Merokok







Diabetes







Obesitas







Diet tinggi lemak jenuh, kalori



 Minor: 



Inaktifitas fisik







Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).







Stress psikologis berlebihan. (Kasuari, 2002)



1.1.3 Manifestasi Klinis Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996). Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa dingin (Antman, 2005). Dari ausklutasi prekordium jantung, ditemukan suara jantung yang melemah. Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah anterior, terdengar pulsasi sistolik abnormal yang disebabkan oleh diskinesis otot-otot jantung.



Penemuan suara jantung tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara jantung dan paradoxal splitting suara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel jantung. Jika didengar dengan seksama, dapat terdengar suara friction rub perikard, umumnya pada pasien infark miokard transmural tipe STEMI (Antman, 2005). ACS NSTEMI timbul sebagai nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang berlangsung selama 20 menit atau lebih. Nyeri digambarkan sebagai tekanan, rasa seperti diikat, rasa berat, seperti terbakar, atau sensasi seperti diperas atau diremas, biasanya di dada bagian tengah atau epigastrum; keluhan ini dapat menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, atau punggung. Rasa tidak nyaman dapat disertai kelemahan, dyspnea, diaphoresis, atau ansietas, yang tidak hilang dengan NTG. Pasien diabetes mungkin tidak menunjukkan tanda dan gejala IMA klasik. Pasien lansia dapat mengalami, sesak, edema paru, pusing dan perubahan status mental (Jones & Fix, 2009).



1.1.4 Patofisiologi ACS merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke arteri miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke iokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri. Hal ini terjadi pada pla coroner yang kaya lipid dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque).Ini disebut fase plaque disruption ‘disrupsi plak’. Setelah plak mengalami ruptur maka faktor jaringan (tissue factor) dikeluarkan dan bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa sebagai penyebab terjadinya produksi trombin yang banyak. Adanya adesi platelet, aktivasi, dan agregasi, menyebabkan pembentukan trombus arteri koroner.Ini disebut fase acute thrombosis ‘trombosi akut’.Proses inflamasi yang melibatkan aktivasi makrofage dan sel T limfosit, proteinase, dan sitokin, menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis tersebut.Sel inflamasi tersebut bertanggung jawab terhadap destabilisasi plak melalui perubahan dalam antiadesif dan antikoagulan menjadi prokoagulan sel endotelial, yang menghasilkan faktor jaringan dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Oleh karena itu, adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP merupakan petanda inflamasi pada kejadian coroner akut(IMA) dan mempunyai nilai prognostic. Pada 15% pasien IMA didapatkan kenaikan CRP meskipun troponin-T negative. Endotelium mempunyai peranan homeostasis vaskular yang memproduksi berbagai zat vasokonstriktor maupun vasodilator lokal.Jika mengalami aterosklerosis maka segera terjadi disfungsi endotel (bahkan sebelum terjadinya plak).Disfungsi endotel ini dapat disebabkan meningkatnya inaktivasi nitrit oksid (NO) oleh beberapa spesies oksigen reaktif, yakni xanthine oxidase, NADH/ NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate oxidase), dan endothelial cell Nitric Oxide Synthase (eNOS).Oksigen reaktif ini dianggap dapat terjadi pada hiperkolesterolemia, diabetes, aterosklerosis, perokok, hipertensi, dan gagal jantung.Diduga masih ada beberapa enzim yang terlibat dalam produk radikal pada dinding pembuluh darah, misalnya lipooxygenases dan P450monooxygenases.Angiotensin II juga merupakan aktivator NADPH oxidase yang poten.Ia dapat



meningkatkan inflamasi dinding pembuluh darah melalui pengerahan makrofage yang menghasilkan monocyte chemoattractan protein-1 dari dinding pembuluh darah sebagai aterogenesis yang esensial. Fase selanjutnya ialah terjadinya vasokonstriksi arteri coroner akibat disfungsi endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu.Pada keadaan disfungsi endotel, faktor konstriktor lebih dominan (yakni endotelin-1, tromboksan A2, dan prostaglandin H2) daripada faktor relaksator (yakni nitrit oksid dan prostasiklin).Nitrit Oksid secara langsung menghambat proliferasi sel otot polos dan migrasi, adesi leukosit ke endotel, serta agregasi platelet dan sebagai proatherogenic.Melalui efek melawan, TXA2 juga menghambat agregasi platelet dan menurunkan kontraktilitas miokard, dilatasi coroner, menekan fibrilasi ventrikel, dan luasnya infark. Sindrom coroner akut yang diteliti secara angiografi 60—70% menunjukkan obstruksi plak aterosklerosis yang ringan sampai dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak karena beberapa hal, yakni tipis - tebalnya fibrous cap yang menutupi inti lemak, adanya inflamasi pada kapsul, dan hemodinamik stress mekanik. Adapun mulai terjadinya Sindrom coroner akut, khususnya IMA, dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni aktivitas/ latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan), stress emosi, terkejut, udara dingin, waktu dari suatu siklus harian (pagi hari), dan hari dari suatu mingguan (Senin). Keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung meningkat, kontraktilitas jantung meningkat, dan aliran coroner juga meningkat. Dari mekanisme inilah beta blocker mendapat tempat sebagai pencegahan dan terapi.



Modify Merokok, alcohol, hipertensi, akumulasi lipid



Unmodify



Blok pada arteri coroner jantung Blok sebagian



Non Stemi



Blok Total



Aliran darah koroner menurun



Congenital STEMI



Iskemia Miokard



B1 Breathing



B2 Blood



B3 Brain



Aliran darah ke paru terganggu



Edema dan bengkak disekitar miokard



Metabolisme anaerob



Aliran darah ke ginjal menurun



As. Laktat



Produksi urin menurun



Suplai o2 tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh Meningkat nya kebutuhan o2 Takipneu Ketidakefekti fan jalan nafas



Jalur hantaran listrik terganggu Pompa jantung tidak terkoordinasi Vol. sekuncup turun PC : Penurunan Curah Jantung



B4 Bladder



adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Infark miokardium menunjukan suatu daerah nekrosis miokardium akibat iskemia total



B5 Bowel



B6 Bone



Nyeri



Gangguan fungsi ventrikel



Mual/muntah anoreksia



Menyentuh ujung saraf reseptor



Vol. Plasma



Nyeri dada



Aliran balik vena



Resiko ketidakseimbangan nutrisi



Nyeri akut



Beban jantung



Hipoksia, iskemia, infark meluas



Resti kelebihan volume cairan



Retensi Na dan air, eksresi kalium



Otot rangka kekurangan o2 dan ATP



Penurunan aliran darah Curah jantung menurun Suplai o2 ke jaringan menurun Kelemahan



Intoleransi aktivitas



1.1.5 Pemeriksaan Penunjang 1.1.5.1 EKG Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK. 1.1.5.2 Ekokardiografi Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung. 1.1.6 Penatalaksanaan Medis 1.1.6.1 Medis Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil kerusakan jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan ,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung. Obatobatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung membatasi luas kerusakan. 1.1.6.2 Farmakologi Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen; Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG (nitrogliserin). Anti koagulan Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas jantung) Trombolitik Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh)(Smeltzer & Bare,2006). 1.1.7 Komplikasi 



Syok Kardiogenik







Aritmia Malignant







Gagal jantung







Mechanical rupture, VSD







Gangguan hantaran



1.2 Menajemen Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri dada yang di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada tipikal (angina). Faktor resiko seperti hipertensi,diabetes melitus, dislipidemia, merokok, serta riwayat penyakit jantung koroner di keluarga (Alwi, 2006). Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai. Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, tetapi variasi sirkadian di laporkan dapat terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur. Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali ektremitas pucat di sertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat di curigai kuat adanya STEMI. Tanda fisis lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara (Alwi, 2006). Selain itu diagnosis STEMI ditegakan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST kurang lebih 2mm, minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kurang lebih 1mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung terutama troponin T yang mengikat, memperlua, memperkuat diagnosis. (Alwi, 2006). 1.2.2 Diangnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung stroke volume, pre load dan afterload, kontraktiltas jantung. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas. d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. (Herdman, 2012).



1.2.3 Intervensi a Nyeri akut Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi



Tujuan dan Kriteria



Intervensi



Hasil Nyeri akut berhubungan dengan:



 Pain Level,







Lakukan



pengkajian



nyeri



secara



Agen injuri (biologi, kimia,  pain control,



komprehensif



fisik, psikologis), kerusakan  comfort level



karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas



jaringan miokard



termasuk



lokasi,



Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi keperawatan selama …. 



DS:



Observasi



reaksi



nonverbal



dari



Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan



- Laporan secara verbal



nyeri,



DO:



dengan



kriteria  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari



hasil:



dan menemukan dukungan



- Posisi untuk menahan nyeri  Mampu mengontrol nyeri 



Kontrol



lingkungan



yang



dapat



- Tingkah laku berhati-hati



(tahu



- Gangguan tidur (mata sayu,



mampu



menggunakan pencahayaan dan kebisingan



tampak capek, sulit atau



tehnik



nonfarmakologi  Kurangi faktor presipitasi nyeri



gerakan kacau,



untuk mengurangi nyeri,  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk



menyeringai)



mencari bantuan)



- Terfokus pada diri sendiri



penyebab



nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,



menentukan intervensi



 Melaporkan bahwa nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:



- Fokus menyempit



dengan napas dala, relaksasi, distraksi, kompres menggunakan manajemen hangat/ dingin  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: nyeri berkurang



(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,



penurunan interaksi dengan  Mampu mengenali nyeri ……... orang dan lingkungan) (skala, intensitas,  Tingkatkan istirahat - Tingkah laku distraksi, frekuensi dan tanda nyeri)  Berikan informasi tentang nyeri seperti contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas



 Menyatakan rasa nyaman penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi setelah nyeri berkurang  Tanda vital dalam rentang



berulang-ulang) - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)



 Monitor vital sign sebelum dan sesudah



normal 



Tidak gangguan tidur



ketidaknyamanan dari prosedur



mengalami



pemberian analgesik pertama kali



- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum



Penurunan curah jantung Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi



Tujuan dan Kriteria



Intervensi



Hasil Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung,



Cardiac Pump



 Evaluasi adanya nyeri dada



stroke volume, pre load dan



effectiveness



 Catat adanya disritmia jantung  Catat adanya tanda dan gejala penurunan



afterload, kontraktilitas







Circulation Status



jantung.







Vital Sign Status







Tissue perfusion: perifer 



DO/DS: - Aritmia, takikardia,



cardiac putput Monitor



status



pernafasan



yang



Setelah dilakukan asuhan menandakan gagal jantung selama………penurunan  Monitor balance cairan



klien Monitor respon pasien terhadap efek - Palpitasi, oedem teratasi dengan kriteria pengobatan antiaritmia - Kelelahan  Atur periode latihan dan istirahat untuk hasil: - Peningkatan/penurunan JVP Tanda Vital dalam rentang menghindari kelelahan bradikardia



kardiak



output



- Distensi vena jugularis



normal (Tekanan darah,



 Monitor toleransi aktivitas pasien



- Kulit dingin dan lembab



Nadi, respirasi)



 Monitor



- Penurunan denyut nadi perifer



adanya



dyspneu,



fatigue,



tekipneu dan ortopneu  Anjurkan untuk menurunkan stress  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR



- Oliguria, kaplari refill



 Dapat mentoleransi



lambat



aktivitas, tidak ada



- Nafas pendek/ sesak nafas - Perubahan warna kulit



kelelahan  Tidak ada edema paru,



- Batuk, bunyi jantung S3/S4



perifer, dan tidak ada



- Kecemasan



asites  Tidak ada penurunan kesadaran



 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas  Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung  Monitor frekuensi dan irama pernapasan



 AGD dalam batas normal  Monitor pola pernapasan abnormal  Tidak ada distensi vena leher  Warna kulit normal



 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign  Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen  Sediakan informasi untuk mengurangi stress  Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk



mempertahankan



kontraktilitas



jantung  Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer  Minimalkan stress lingkungan



Intoleransi aktifitas Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi



Rencana keperawatan Tujuan dan



Intervensi



Kriteria Hasil Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan :



 Self Care : ADLs



 Observasi adanya pembatasan klien dalam



ketidakseimbangan antara suplai  Toleransi aktivitas dan kebutuhan oksigen.  



 Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan



DS:



Setelah dilakukan  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat



Melaporkan secara verbal adanya



tindakan



kelelahan atau kelemahan.



keperawatan selama …. Pasien



Adanya dyspneu atau







 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan



 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas



ketidaknyamanan saat beraktivitas.



bertoleransi terhadap



(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,



DO :



aktivitas dengan



pucat, perubahan hemodinamik)



Kriteria Hasil : 



melakukan aktivitas



Respon abnormal dari tekanan



 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat



 Berpartisipasi dalam



pasien



darah atau nadi terhadap aktifitas



aktivitas fisik tanpa  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik



Perubahan ECG : aritmia, iskemia



disertai peningkatan



dalam merencanakan progran terapi yang tepat.



tekanan darah, nadi  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dan RR



mampu dilakukan



 Mampu melakukan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang aktivitas sehari hari



sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan



(ADLs) secara



sosial



mandiri



 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan



 Keseimbangan



sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang



aktivitas dan istirahat



diinginkan



 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas



 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan  Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi



Tujuan dan Kriteria



Intervensi



Hasil Gangguan Pertukaran gas Berhubungan dengan :



 Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk memaksimalkan



 ketidakseimbangan perfusi ventilasi



exchange



 Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu



 perubahan membran kapiler-alveolar



 Lakukan fisioterapi dada jika perlu



Elektrolit 



DS:  sakit kepala ketika



ventilasi



Respiratory



Status



:  Keluarkan sekret dengan batuk atau



ventilation



suction



 Vital Sign Status



 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara



bangun



Setelah



 Dyspnoe



tindakan



 Gangguan penglihatan



selama



DO:



pertukaran pasien teratasi



 Penurunan CO2



dengan kriteria hasi:



 Takikardi







dilakukan keperawatan ….



Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan



 Keletihan



oksigenasi yang adekuat 



Memelihara



kebersihan



 Hypoxia



paru paru dan bebas dari



 kebingungan



tanda



 sianosis



pernafasan



 warna kulit abnormal



tanda



 Berikan bronkodilator ;



Gangguan



 Hiperkapnia  Iritabilitas



tambahan



distress



 Mendemonstrasikan batuk



(pucat, kehitaman)



efektif dan suara nafas



 Hipoksemia



yang bersih, tidak ada



-…………………. -………………….  Barikan pelembab udara  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2 



Catat



pergerakan



dada,amati



kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi



otot



supraclavicular



intercostal  Monitor suara nafas, seperti dengkur



dan



dyspneu  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,



 hiperkarbia



sianosis



 AGD abnormal



(mampu



 pH arteri abnormal



sputum, mampu bernafas biot



frekuensi dan kedalaman nafas abnormal



dan



mengeluarkan kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,



dengan mudah, tidak ada  pursed lips)



Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan



 Tanda tanda vital dalam suara tambahan rentang normal  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus  AGD dalam batas normal mental  Status neurologis dalam  Observasi sianosis khususnya membran batas normal mukosa  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)  Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung



BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 IDENTITAS PASIEN Nama



: Tn.A



Umur



: 52 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Suku/ Bangsa



: Dayak/ Indonesia



Pekerjaan



: Wirasuasta



Alamat



: Jl. Tinggang 50



Tgl MRS



: 02 November 2020 / 19.00 WIB



No. MR



: 32.99.70



Diagnosa Medis



: ACS STEMI INFERIOR



2.2 Prioritas Triase Triase



: Merah (Gawat Darurat)



Keluhan utama



: Pasien mengatakan sesak nafas dan disertai nyeri dada sebelah kiri tembus ke punggung belakang seperti di tusuk-tusuk P: nyeri timbul secara tiba-tiba dan berkurang pada saat istirahat, Q:nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri pada area dada, S: 6 ( sedang ), T: nyeri hilang timbul, pasien juga mengatakan tubuh nya terasa lemas dan edema pada bagian tangan.



2.3 Data Primer 2.3.1 Airway Tidak ada sumbatan baik sputum, darah, lendir, dan bronkopasma. Tidak ditemukan benda asing, sekret serta sisa makanan. 2.3.2 Breathing Pasien mengalamai sesak napas, RR = 30 x/menit, napas dangkal , irama tidak teratur, suara nafas tambahan wheezing, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, tipe pernapasan dada dan perut 2.3.3 Circulation Frekuensi Nadi: 86 x/menit, TD: 150/100 mmHg, denyut nadi teraba lemah , akral teraba dingin , CRT >3 detik, warna kulit pucat, Suhu: 36,5oC, RR: 30 x/menit, SpO2: 98% dan GDS 320 mg/dl 2.3.4 Disability Penilaian GCS pasien untuk E: 4 (spontan), V: 5 (orientasi baik), M: 6 (Sesuai Perintah), tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan jumlah GCS = 15, pupil isokor, reflek cahaya (-)



2.3.5 Exposure Tidak terdapat perlukaan pada bagian tubuh lainnya dan terdapat edema dibagian tangan kanan. 2.4 Data Sekunder 2.4.1 Kepala Kulit kepala tampak bersih, mata tampak simetris, konjungtiva anemis, tidak ditemukan massa pada leher, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas. 2.4.2 Thorax/ jantung Bentuk dada simetris. Bunyi jantung normal S1-S2 tunggal (lub-dub), bunyi rongga dada sonor (suara perkusi jaringan yang normal). 2.4.3 Punggung Tidak terdapat pembengkakan, jejas atau luka pada punggung. Tulang belakang normal tidak ada kelainan. 2.4.4 Abdomen Tidak terjadi distensi pada abdomen, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus 6 kali/menit. 2.4.5 Genitaurinary Tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat gatal-gatal, tidak terdapat kelainan pada organ reproduksi. 2.4.6 Ektremitas Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak terdapat nyeri. Uji kekuatan otot ektrimitas atas 5|5, ekstremitas bawah 5|5. 2.5



Riwayat Penyakit



2.5.1 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan pada saat dirumah Tn. A mengeluh sesak nafas dan disertai nyeri dada sebelah kiri tembus ke punggung belakang seperti di tusuk-tusuk lalu keluarga pasien membawa pasein ke IGD RSUD Doris Sylvanus pada tanggal 02 November 2020, pukul 19.00 WIB. Pada saat dilakukan dilakukan pengkajian di dapatkan hasil yaitu TTV TD : 150/100 mmHg, RR : 30 x/menit, S= 36,50C, HR= 86 x/menit, Nafas Teratur, GDS : 320 mg/dl. 2.5.2 Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga pasein dan pasein mengatakan pernah masuk rumah sakit sebelumnya dengan penyakit yang sama 2.5.3 Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasein mnegatakan mempunyai penyakit keturunan hipertensi dari orang tua dan pernah menderita penyakit yang sama.



2.5.4 Riwayat AMPLE A



: Keluarga pasien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan.



M



: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasian tidak ada mengkonsumsi obat



P



: Pasien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya



L



: Sebelum kejadian dan masuk rumah sakit pasien tidak mengomsumsi obat-obatan



E



2.6



: Tidak ada terdapat cedera pada Tn.A



Terapi Medis Tanggal 02 November 2020 Nama obat terapi



Dosis



Indikasi



Inf. Nacl 0,9%



18 Tpm



digunakan untuk mengatasi atau mencegah kehilangan sodium yang disebabkan dehidrasi, keringat berlebih, atau penyebab lainnya



Inj. Lovenox



2 x 0,4 (SC)



membantu mengurangi risiko serangan jantung



Inj. Ranitidine



2 x 50 g



obat yang menurunkan produksi asam lambung



Sp. Nitrogliserin



10cc



untuk mengurangi intensitas serangan angina (nyeri dada), terutama pada penderita penyakit jantung koroner.



Aspilet



80 g (0-1-0)



berfungsi untuk mengencerkan darah dan mencegah penggumpalan di pembuluh darah.



Cpt



75 g (1-0-0)



digunakan untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongestif, dan pecegahan remodelisasi ventrikel pasca-MI



bisoprolol



2,5 g (0-1-0)



obat yang digunakan terutama untuk penyakit jantung.



Atorvastatin



20 g (0-0-1)



digunakan untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida, serta meningkatkan jumlah kolesterol baik (HDL) di dalam darah



2.7 Data Penunjang 2.7.1



Hasil laboratorium Tanggal 02 November 2020



Jenis Pemeriksaan



Hasil



Nilai Normal



WBC



14,6 x 103/uL



4-10x103/uL



RBC



4.11 x 106/uL



3.5-5.5x106/uL



HGB



12.6 gr/dl



11-16 g/dl



PLT



205 x 103/uL



150-400x103/uL



Glukosa S



320 mg/dl



< 200 mg/dl



Creatinin



0,45 mg/dl



0,17-1,5 mg/dl



Ureum



24 mg/dl



21-53 mg/dl



Analisa Gas Darah Tanggal 02 November 2020 Jenis Pemeriksaan



Hasil



Nilai Normal



pH



7,50



7,35 - 7,45



SaO2



88 %



94-100%



PaCO2



30 mmHg



35-45 mmHg



HCO3



30 mEq/L



30-26 mEq/L



2.7.2



EKG Dilakukan pemeriksaan EKG Gambaran EKG Aritmia



ANALISIS DATA DATA SUBYEKTIF



KEMUNGKINAN



DAN DATA OBYEKTIF



PENYEBAB



MASALAH



1. Ds : pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dada hingga tembus ke punggung



Aliran darah coroner



Penurunan curah



menurun



jantung



Edema dan bengkak



Do : - edema pada bagian tangan



disekitar miokard Jalur hantaran listrik



- Ttv : TD : 150/100 mmHg



terganggu Pompa jantung tidak



N : 86x/m



terkoordinasi



S : 36,50C



Vol. sekuncup turun



Rr : 30x/m



Penurunan curah jantung



- Akral teraba dingin - CRT >3 Detik



2. Ds : pasien mengatakan nyeri timbul secara tiba – tiba dan berkurang saat beristirahat, nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 6 (sedang), dan nyeri



Aliran darah coroner menurun Metabolism anaerob



hilang timbul. Do : - pasien tampak meringis - Pasien tampak lemah - Ttv : TD : 150/100 mmHg N : 86x/m S : 36,50C Rr : 30x/m - Kesadaran composmenthis



As. Laktat Menyentuh ujung saraf reseptor Nyeri dada Nyeri akut



Nyeri akut



3. Ds: pasein mengatakan tubuh nya terasa lemah - pasien mengatakan sesak napas setelah berektivitas Do: pasien tampak lemah -



Gambaran



EKG



menunjukkan aritmia -



Skala aktivitas : 2 ( memerlukan bantuan



atau Metaboli pada jaringan otot



pengawasan orang



Kelemahan fisik



lain)



Gangguan ADLs



- Ttv : TD : 150/100 mmHg N : 86x/m S : 36,50C Rr : 30x/m - Kesadaran composmenthis



Intoleransi aktivitas



Intoleransi aktivitas



PRIORITAS MASALAH 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan aliran darah coroner menurun ditandai dengan pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dada hingga tembus ke punggung, edema pada bagian tangan, Ekstremitas dingin, Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Akral teraba dingin , CRT >3 Detik, Sering keluar keringat (+) 2. Nyeri akut berhubungan dengan aliran darah coroner menurun ditandai dengan pasien mengatakan nyeri timbul secara tiba – tiba dan berkurang saat beristirahat, nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 6 (sedang), dan nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis, Pasien tampak lemah, Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Kesadaran composmenthis 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengatakan tubuh nya terasa lemas, pasien mengatakan sesak napas setelah beraktivitas, pasein tampak lemas, gambaran EKG menunjukkan aritmia, Skala aktivitas : 2 ( memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain), Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Kesadaran composmenthis.



RENCANA KEPERAWATAN



Nama Pasien : Tn. A Ruang Rawat : IGD Diagnosa Pertama Diagnosa Keperawatan



Tujuan (Kriteria hasil)



Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan aliran keperawatan selama 1x2 jam darah coroner menurun diharapkan penurunan curah jantung dapat teratasi dengan Kriteria hasil : 1.Ttv dalam batas normal 2.Bebas gejala gagal jantung 3.Tidak terdapat edema 4. Tidak ada penurunan



kesadaran



Intervensi



Rasional



1. Observasi tanda – tanda vital



1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien



2. Berikan posisi nyaman yaitu posisi semifowler



2. Posisi semifowler untuk mempermudah



3. Monitor output cairan 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat



terapi



pernafasan 3. Untuk mengetahui pemasukkan cairan dan pengeluaran cairan 4. Untuk mempercepat penyembuhan pasien



Nama Pasien : Tn. A Ruang Rawat : IGD Diagnosa Kedua Diagnosa Keperawatan



Tujuan (Kriteria Hasil)



Intervensi



Rasional



Nyeri akut berhubungan



Setelah dilakukan tindakan



1. Kaji ttv pasien



dengan aliran darah



keperawatan selama 1x2



2. Kaji riwayat nyeri



coroner menurun



jam diharapkan nyeri dapat



3. Atur posisi klien senyaman mungkin



2.



Untuk mengetahui skala nyeri



teratasi dengan Kriteria



4. Ajarkan Teknik relaksasi pengendalian



3.



Agar pasien dapat mengetahui posisi



Hasil : 1. Pasien mengatakan tidak nyeri lagi (nyeri skala 2) 2. Klien tampak tidak lemas 3. Ttv dalam batas normal



1.



pasien



nyeri 5. Kolaborasi dengan dokter dalam



Untuk mengetahui keadaan umum



nyaman dan mengurangi nyeri 4.



pemberian obat terapi



Untuk membantu dalam mengatasi nyeri



5.



Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien



Nama Pasien : Tn. A Ruang Rawat : IGD Diagnosa Ketiga Diagnosa Keperawatan



Intoleransi aktivitas



Tujuan (Kriteria Hasil)



Intervensi



Rasional



Setelah dilakukan



1. Observasi tanda-tanda vital



1. Mempengaruhi pilihan intervensi



tindakan



2. Dukungan perawatan diri



2. Memotivasi pasein untuk



keperawatan selama



3. Terapi aktivitas



1x2 jam diharapkan



4. Edukasi latihan fisik



pasien dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : M1. mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri  2. Keseimbangan aktivitas dan istirahat



melakukan perawatan diri 3. Meningkatkan ativitas ringan atau sedang 4. Dalam melakukan aktivitas pasein perlu memilih aktivitas yang bisa dilakukan



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Diagnosa Pertama Penurunan curah jantung berhubungan dengan aliran darah coroner menurun ditandai dengan pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dada hingga tembus ke punggung, edema pada bagian tangan, Ekstremitas dingin, Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m. Hari/Tanggal Implementasi Jam 19.00 Wib 1. Mengobservasi tanda – tanda vital (Ttv : TD : 02 November 2020



150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Spo2 : 98%) 2. Memberikan posisi nyaman yaitu posisi semifowler (Memberikan posisi semifowler untuk pasien) 3. Memonitor output cairan (Menghitung produksi urine : 400 cc) 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat terapi (-Inj. Lovenox 2x0,4 Sc, Sp. Nitrogliserin 10cc syringe pump, aspilet 80g 0-10 PO, CPG 75g 1-0-0 PO, bisoprol 2,5g 0-1-0 PO, atorvastatin 20g 0-0-1 PO)



Evaluasi (SOAP)



Tanda tangan dan Nama Perawat



03 November 2020 (07.00 Wib) S : Pasien mengatakan masih lemah O : - K/u pasien tampak lemah - Ttv : TD : 150/100 mmHg N : 86x/m S : 36,50C Rr : 30x/m - Akral (+) - CRT 2 Detik - Sering keluar keringat (+) A : masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 4



Sahrawani.J



Diagnosa Kedua Nyeri akut berhubungan dengan aliran darah coroner menurun ditandai dengan pasien mengatakan nyeri timbul secara tiba – tiba dan berkurang saat beristirahat, nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 6 (sedang), dan nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis, Pasien tampak lemah, Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,5 C, Rr : 30x/m, Kesadaran composmenthis. Hari/Tanggal Implementasi Jam 19.00 Wib 1. Mengkaji ttv pasien (Ttv : TD : 150/100 mmHg,



Evaluasi (SOAP) 03 November 2020 (07.00 Wib)



N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Spo2 : 98%) S : pasien mengatakan nyeri timbul secara tiba – tiba dan berkurang saat 02 November 2. Mengkaji riwayat nyeri (nyeri timbul secara tiba 2020 beristirahat, Nyeri seperti ditusuk – tusuk, Nyeri pada area dada, skala nyeri – tiba dan berkurang saat beristirahat, Nyeri 6 (sedang), nyeri hilang timbul seperti ditusuk – tusuk, Nyeri pada area dada,



O : pasien tampak meringis saat nyeri timbul



skala nyeri 6 (sedang), nyeri hilang timbul)



- Pasien tampak gelisah



3. Mengatur posisi klien senyaman mungkin (memberikan pasien Semifowler) 4. Mengajarkan Teknik relaksasi pengendalian nyeri (mengajarkan pasien Teknik nafas dalam) 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat terapi (Sp. Nitrogliserin 10cc Syringe Pump)



Tanda tangan dan Nama Perawat



- Ttv : TD :150/100 N : 86x/m S : 36,5 Rr : 30x/m A : masalah nyeri belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1, 2, 4, 5



Sahrawani.J



Diagnosa ketiga Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengatakan tubuh nya terasa lemas, pasien mengatakan sesak napas setelah beraktivitas, pasein tampak lemas, gambaran EKG menunjukkan aritmia, Skala aktivitas : 2 ( memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain), Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Kesadaran composmenthis Hari/Tanggal Jam 19.00 Wib 02 November 2020



Implementasi 1. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien (Ttv : TD : 150/100 mmHg, N : 86x/m, S : 36,50C, Rr : 30x/m, Spo2 : 98%) 2. Mendukung perawatan diri ( pasien terlihat sudah memahami tentang perawatan diri) 3. Memberiakan terapi aktivitas ( agar pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan) 4. Mengedukasi latihan fisik



Evaluasi (SOAP)



Tanda tangan dan Nama Perawat



03 November 2020 (07.00 Wib) S : Pasien mengatakan masih lemah O : - pasien tampak lemah -



Pasein mengatakan masih terasa sesak saat beraktivitas



- Ttv : TD : 150/100 mmHg N : 86x/m S : 36,50C Rr : 30x/m A : masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 4



Sahrawani.J



BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Infark miokardium menunjukan suatu daerah nekrosis miokardium akibat iskemia total. MI akut yang terkenal sebagai “Serangan jantung”, merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindstri dan merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di Negara maju (Kumar, 2007) Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos, 2003). Sindrom koroner akut (ACS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi yang dihasilkan dari iskemia miokard akut (aliran darah ke otot jantung) Kondisi yang terkait dengan berbagai tingkat penyempitan atau penyumbatan arteri koroner satu atau beberapa yang menyediakan darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung (Torpy, et all 2008). 3.2 Saran Diharapkan mahasiswa dapat



meningkatkan lagi proses asuhan



keperawatan gawat darurat baik secara teoritis maupun secara klinik agar proses asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal.



DAFTAR PUSTAKA Doengoes, M.E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC.



Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002



Irmalita, 1996. Infark Miokard. Dalam: Rilantono, L.I., Baraas, F., Karo Karo, S., Roebiono, P.S., ed., Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI, 173-174.



Antman, E.M., Braunwald, E., 2005. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J. L., eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw-Hill 14491450



Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu penyakit dalam: Edisi ke 4. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1615-1625.



Kabo, P. 2008. Penyakit jantung koroner. Jakarta :Gramedia