LP Dan Askep Perdarahan Post Partum (Wenie) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN DIAGNOSA PERDARAHAN POST PARTUM DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA



DISUSUN OLEH :



Wenie 2017.C.09a.0913



YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN Laporan ini disusun oleh : Nama



: Wenie



NIM



: 2017.C.10a.0913



Program Studi



: S-1 Keperawatan



Judul



: Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. T Dengan Diagnosa Medis Perdarahan Post Partum di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya



Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya. Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh : Pembimbing Akademik



Kristinawati, S.Kep., Ners



i



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa Medis Perdarahan Post Partum di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 3). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik 3 Program Studi Sarjana Keperawatan



4.



Ibu Kristinawati, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini



5.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 14 Juni 2021 Penyusun



ii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2 1.4 Manfaat.....................................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4 2.1 Konsep Penyakit.......................................................................................4 2.1.1 Definisi...........................................................................................................4 2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................5 2.1.3 Etiologi...........................................................................................................7 2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................8 2.1.5 Patofisiologi/ Patway......................................................................................8 2.1.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................11 2.1.7 Komplikasi....................................................................................................11 2.1.8 Pemerikasaan Penunjang...............................................................................11 2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................12



2.2 Manajemen Keperawatan.......................................................................13 2.2.1 Pengkajian.....................................................................................................13 2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................17 2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................17 2.2.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................18 2.2.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................18



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................20 3.1 Pengkajian Data......................................................................................20 3.2 Analisis Data...........................................................................................24 3.3 Prioritas Masalah....................................................................................36 3.4 Rencana Keperawatan............................................................................37 3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..............................................39



iii



BAB 4 PENUTUP.................................................................................................41 4.1 Kesimpulan.............................................................................................41 4.2 Saran.......................................................................................................41 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... LAMPIRAN



iv



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2014). Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Saifuddin, 2014). Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami penurunan menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan pervaginam. Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya



1



anggota keluarga baru. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu, dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Perdarahan Post Partum”. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Perdarahan Post Partum. 1.3.2 Tujuan Khusus a.



Mampu



melakukan



pengkajian,



menganalisa,



menentukan



diagnosa



keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan. b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut. c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan. 1.4 Manfaat 1.4.1 Untuk Mahasiswa Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya



2



Penyakit Perdarahan Post Partum dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian. 1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga Menambah informasi mengenai Penyakit Perdarahan Post Partum dan pengobatannya sehingga dapat digunakan untuk membantu progam pemerintah. 1.4.3 Untuk Institusi Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional. 1.4.4 Untuk IPTEK Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Perdarahan post partum adalah perdarahan 500-1000 cc setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar dihitung secara tepat. Perdarahan post partum yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih normal, apabila telah menyebabkan perubahan tanda vital (menurun kesadaran, pucat, keringat dingin, sesak nafas, tensi 100/menit) Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2014). Perdarahan pascapersalinan didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi pada seorang ibu bersalin yang kehilangan darah lebih dari 500 ml. Bahkan dengan penanganan yang tepatpun, sekitar 3% dari persalinan pervaginam bisa mengalami perdarahan pascapersalinan. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa perdarahan pascapersalinan di negara berkembang bisa terjadi sekitar 4% pada persalinan pervaginam bahkan mencapai 6% pada persalinan secara seksio sesarea (Ivanna 2018).



4



21.2 Anatomi Fisiologi Struktur anatomi fisiologi system reproduksi wanita terdiri dari struktur eksternal dan internal ( Bobak,Lowdermilk, Jensen, 2011). 2.1.2.1 Struktur Eksternal 1) Mons pubis Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis. 2) Labia mayor Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah.  Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor. Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kearah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive



5



terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual. 3) Labia minor Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum. 4) Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari kata dalam bahasa Yunani, yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. 5) Vestibulum Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum  terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang



6



tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang ketat). Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris. Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas. 6) Hymen Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis). 7) Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen. 8) Perineum Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.



Struktrur Internal



7



(1) Ovarium Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai buah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal. (2) Fallopii 8



Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina. Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba. (3) Uterus Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30 - 40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah  75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause. 2.1.3 Etiologi Menurut (Astikawati & Dewi, 2017) secara etiologi perdarahan post partum lebih diingat dengan 4T, yaitu: a. 1. Tone Diagnosis antonio uteri ditegakan setelah bayi lahir dan plasenta lahir dan ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpul serta pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih, kontraksi uterus



9



lembek. Antonio uteri disebabkan akibat partus cepat, persalinan karena induksi oksitoksin pada kelahiran sebelumnya. 2. Tissue Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut retensio plasenta. Sisa plasenta disebabkann karena kotiledon atau selaput ketuban tersisa. 3. Trauma Trauma persalinan menyebabkan laserasi atau hematoma sehingga dapat menyebabkan perdarahan post partum. Trauma dapat disebabkan karena episiotomi yang melebar, ruptur uteri, robekan pada perineum, vagina dan serviks. 4. Thrombin Thrombin karena gangguan pembekuan darah. Pada pembekuan darah akan terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan. 2.1.4 Klasifikasi Klasifikasi klinis perdarahan post partum : 1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. 2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13 sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. 2.1.5 Patofisiologi/ Patway Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana terdapat anggota baru, pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu kembalinya rahim kesemula yang mengakibatkan kontraksi uterus lambat sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan plasenta lahir akan mengalami robekan pada jalan



10



lahir yang dapat menyebabkan perdarahan dan nyeri yang timbul akan menyebabkan volume cairan turun sehingga ketidakefektifan perfusi perifer. Volume cairan turun mentebabkan anemia yang dimana oksigen dan hb menurun yang dapat timbul hipoksia dimana keadaan kelemahan umum yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas. Hiposia yang mengakibatkan penurunan nadi dan tekanan darah menyebakan kekurangan volume cairan dan risiko syok yang diakibatkan hipovolemia. Pada masa post partum ibu akan mengalami perdarahan, jika serviks dan vagina tidak mendapatkan perawatan maka post de entry kuman dimana kuman dapat masuk sehingga timbul risiko infeksi maka perlu perawatab perineum secara teratus.



11



Woc



Atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensio plasenta, inversion uteri



Perdarahan Post Partum



Penurunan cairan intravaskuler



Berlangsung terus-menerus



Jumlah Hb dalam darah menurun



Penurunan jumlah cairan intravaskuler dalam jumlah banyak



Suplai oksigen ke jaringan menurun



Persalinan dgn tindakan (episiotomi), robekan serviks, robekan perineum



Prosedur invasif Terputusnya kontinuitas jaringan



Hipoksia jaringan



Renjatan hipovolemia



Merangsang prostagladin sehingga nyeri



Mukosa pucat, akral dingin, konjungtiva anemis, nadi lebih cepat tapi lemah



MK: Risiko Hipovolemia



MK: Nyeri Akut



MK: Perfusi Perifer Tidak Efektif



MK: Risiko Ketidakseimbangan Cairan 12



Terbentuknya porte de entre (pintu masukknya virus dan bekteri patogen)



Virus / bakteri dapat masuk dgn mudah kedalam tubuh dan menyebabkan infeksi



MK: Risiko Infeksi



16



2.1.6 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang terdapat pada patofisiologi dan pathway yaitu kontraksi uterus yang melambat dan lembek setelah bayi lahir yang mengakibatkan perdarahan. Bayi lahir mengakibatkan robekan pada jalan lahir mengakibatkan perdarahan segera, plasenta baik, kadang timbul pucat, lemah, menggigil. Pada retensio plasenta, plasenta belum lahir 30 menit perdarahan segera, tali pusat putus akibat tarikan. Tertinggalnya plasenta mengakibatkan perdarahan segera, uterus berkontraksi dan tinggi fundus tidak berkurang. Inversio uterus tidak teraba, perdarahan segera, pucat dan nyeri sedikit atau berat (Nurarif & Kusuma, 2015). 2.1.7 Komplikasi Perdarahan pasca persalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam (Mochtar, 2012). Selain itu perdarahan pasca persalinan juga dapat memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan dan infeksi puerperium serta yang terburuk adalah terjadinya kematian akibat perdarahan post partum (Maartaadisoebrata, 2013). 2.1.8 Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien perdarahan post partum adalah : 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk.



16



17



b. Pemeriksaan golongan darah dan tes antibody harus dilakukan sejak periode antenatal. c. Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan. 2. Pemeriksaan Radiologi a. Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta. b. USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensivitas dan spesifitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya. 2.1.9 Penatalaksanaan Medis Penanganan pasien dengan PPP memiliki dua komponen utama yaitu resusitasi dan pengelolaan perdarahan obstetri yang mungkin disertai syok hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan penyebab dari perdarahan. Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum mengharuskan kedua komponen secara simultan dan sistematis ditangani (Edhi, 2013). Penggunaan uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama) memainkan peran sentral dalam penatalaksanaan perdarahan postpartum. Pijat rahim disarankan segera setelah diagnosis dan resusitasi cairan kristaloid isotonik juga dianjurkan. Penggunaan asam traneksamat disarankan pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau perdarahan tetap terkait trauma. Jika terdapat perdarahan yang terusmenerus dan sumber perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus harus dipertimbangkan. Jika kala tiga berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali pusat terkendali dan pemberian oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan



17



18



untuk menangani retensio plasenta. Jika perdarahan berlanjut, meskipun 17 penanganan dengan uterotonika dan intervensi konservatif lainnya telah dilakukan, intervensi bedah harus dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut (WHO, 2012). 2.2 Manajemen Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 1) Universal Self Care Requisite : udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia. 2) Developmental Self Care Requisite, berhubungan dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti (pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut). 3) Health Deviation Self Care, berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury. 4) Nursing System, didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutic maka keperawatan akan diberikan 5) Nursing Agency, suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan



self



pengembangan



care



terapeutic



mereka,



melalui



pelatihan



self care agency. Tahap pengkajian



dan



terdiri atas



pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual, yaitu : a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan,



orientasi



sosio-kultural, 18



riwayat



diagnostik



dan



19



pengobatan, faktor sistem keluarga) ; Pola hidup ; Faktor lingkungan. b. Observasi



status



kesehatan



klien



Untuk



menemukan



masalah



keperawatan berdasarkan self care defisit, maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care. c. Pengembangan model keperawatan Orem dengan masalah fisiologis yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, gangguan mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan



kebutuhan



eliminasi/pergerakan



bowel,



urinary,



excrements, menstruasi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Secara rinci pengembangan model keperawatan dengan masalah fisiologis adalah sebagai berikut : 1) Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara a) Saluran Pernafasan : Sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing, Kelainan pada saluran pernafasan daaan peningkatan resistensi jalan pernafasan. b) Pengembangan kapasitas vital paru : Restraksi paru. Penurunan pengembangan paru, Perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas vital paru, Keterbatasan ekspansi dada, Pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru. c) Ventilasi alveolar optimal : Alveoli yang terganggu, Penurunan jumlah alveolus, Kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal. d) Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru : Hipoventilasi alveolar, Penebalan alveolar dan membran kapiler, Rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi, Penurunan kapasitas oksigen. e) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral : Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata, Reseptor regulasi kimia



19



20



(kemoreseptor). f) Terhentinya pernafasan sementara : Kekejangan umum, Tangis anak-anak. g) Tidak ada respirasi : Apneu yang muncul pada bayi normal, Apneu dengan pasien preterm, Apneu pada 24 jam pertama, Apneu pada penyakit kardiorespiratori, Apneu akibat gangguan metabolic. h) Distres respiratori : Ansietas, Histeria dan gangguan emosional, Patologi pada jantung dan paru, Pernafasan periodik pada bayi preterm, Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir, Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital (kakeksia dan malnutrisi). i) Peningkatan kerja pernafasan : Injuri. 2) Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi a) Keadaan



yang



berkaitan



dengan



Kemampuan/ketidakmampuan,



kebutuhan



kegagalan



cairan



:



mengkomunikasikan



kebutuhannya, Kondisi pemasukan/input asupan nutrisi. b) Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi : Yang berbeda dengan kebiasaan, Yang berbeda dari standar, Yang bnertentangan dengan kondisi individu. c) Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan : Hal-hal yang perlu diperhatikan (Kondisi fisik, Stimulasi fisik, Perilaku yang tidak biasa, Kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan), Manfaat asupan cairan makanan. d) Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut34 1) Status / tingkat perkembangan. 2) Abnormalitas pada mulut dan wajah. 3) Obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut. 4) Pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung.



20



21



5) Kesulitan untuk membuka dan menutup mulut. 6) Prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang mempengaruhi pemasukan cairan dan nutrisi. 7) Pertukaran jaringan lunak di mulut : Efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan asupan, Atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan menurun dan adanya sensasi terbakar pada mulut 8) Posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak mampu membuka mulut. 9) Kondisi gangguan mengunyah : Kondisi gigi dan rahang, Kondisi otot untuk mengunyah, Nyeri saat mengunyah akibat lesi pada jaringan lunak dan tulang, Berkurangnya jumlah saliva, Kebiasaan tidak mengunyah makanan. 3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi a) Perubahan pergerakan bowel dan feces : Konstipasi-diare, Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces, Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur. b) Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ : Perubahan pola urinary, Perubahan kualitas dan kuantitas urine, Perubahan struktur dan fungsi integritas organ. c) Perubahan pola keringat : Keringat berkurang, Keringat meningkat. d) Perasaan dan emosi yang mempengaruhi : Ketidaknyamanan atau nyeri, Kecemasan atau ansietas akibat gangguan. e) Tingkah laku selama perawatan : Pergerakan yang sulit, Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan. f) Lingkungan : Jamban, Sanitari lingkungan, Privasi pada saat BAB dan BAK, Berbeda setiap individu



21



22



4) Aktivitas dan istirahat a) Tingkat aktivitas sehari-hari : Pola aktivitas sehari-hari, Jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik. b) Tingkat kelelahan : Aktivitas yang membuat lelah, Riwayat sesak nafas. c) Gangguan pergerakan : Penyebab gangguan pergerakan, Tanda dan gejala, Efek dan gangguan pergerakan. d) Pemeriksaan fisik : Tingkat kesadaran, Postur atau bentuk tubuh, Ekstremitas. 5) Keselamatan dan keamanan a) Faktor-faktor



yang



berhubungan



dengan



sistem



sensori



komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi : Halusinasi, Gangguan proses piker, Kelesuan, Ilusi, Kebosanan dan tidak bergairah, Perasaan



terasing,



Kurangnya



konsentrasi,



Kurangnya



koordinasi dan keseimbangan. b) Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan pasien : Kesadaran menurun, Kelemahan fisik, Imobillisasi, Penggunaan alat bantu. 2.3.2



Diagnosa Keperawatan



2.3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (D.0077 Hal 172) 2.3.2.2 Hipertermi berhubungan dengan invasi bakteri (D.0130 Hal 284). 2.3.2.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit (D.0129 Hal 282). 2.3.2.4 Defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak mampu memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan (D . 0019 Hal 56). 2.3.2.5 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen (D.0142 Hal 304)



22



23



2.3.2.6 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan sirkulasi perifer tidak efektif (D.0009 Hal 37) 2.3.2.7 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait kondisi klinis penyakit (D.0080 Hal 180). 2.3.2.8 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111 Hal 246)



23



24



No 1



2.3.3 Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan. SDKI (D.0077 Hal 172)



Tujuan (Kriteria Hasil) setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan nyeri klien berkurang. Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Meringis menurun (5)



Intervensi Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201) Observasi : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal



3. Kesulitan tidur menurun (5)



4. Identifikasi faktor memperingan nyeri



yang



memperberat



dan



5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaa terhadap respon nyeri 7. Identifikasi respon nyeri pada kualitas hidup 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik. Terapeutik : 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



24



25



2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi : 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



2



Hipertermia



berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan hipertermia dengan invaksi klien berkurang. bakteri(D.0130 Hal 284) Kriteria hasil SLKI (L.14134 Hal 129) 1. Menggigil menurun (5) 2. Kulit merah menurun (5) 3. Kejang menurun (5) 25



Manajemen hipertermia. SIKI (I 15506 Hal 181) Observasi : 1. Identifikasi penyebab hipertermia 2. Monitor suhu tubuh 3. Monitor kadar elektrolit 4. Monitor haluaran urin 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia



26



4. 5. 6. 7. 8. 9.



Pucat menurun (5) Takikardia menurun (5) Takipnea menurun (5) Suhu tubuh membaik (5) Kadar glukosa darah membaik (5) Pengisian kapiler membaik (5)



Terapeutik : 10. Sediakan lingkungan yang dingin 11. Longgarkan atau lepaskan pakaian 12. Basahi dan kipasi bagian tubuh 13. Berikan cairan oral 14. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin 15. Berikan oksigen, jika perlu Edukasi : 1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu



3



Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan mekanis dari jaringan sekunder akibat tekanan dan gesekan. (D.0129 Hal 282).



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan klien meningkat Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 1. Perfusi jaringan meningkat (5) 2. Kerusakan jaringan menurun (5) 3. Keruskan lapisan kulit menurun (5) 4. Perdarahan menurun (5) 5. Suhu kulit membaik (5)



26



Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353 Hal 316) Observasi : 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit Terapeutik : 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 2. Lakukan pemujatan pada area penonjolan tulang, bila perlu 3. Bersihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode diare 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering



27



5. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit sensitif 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering Edukasi : 1. Anjurkan menggunakan pelembab 2. Anjurkan minum air yang cukup 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim 6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah 7. Anjurkan mandi secukupnya 4



Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nuttrien. SDKI (D . 0019 Hal 56).



dan



menggunakan



setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal 200) selama 1x7 jam diharapkan status nutrisi Observasi : klien membaik. 1. Identifikasi status nutrisi Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai 2. Pengetahuan tentang standar 27



sabun



28



asupan nutrisi meningkat (5)



yang



tepat



4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik



3. Indeks masa tubuh membaik (5) 4. Nafsu makan membaik (5) 5. Bising usus membaik (5) 6. Frekuensi makan membaik (5)



6. Monitor asupan makanan 7. Monitor berat badan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium Terapeutik : 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, bila perlu 2. Fasilitasi menetukan pedoman diet 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6. Berikan suplemen makanan, bila perlu 7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi : 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu



28



29



2. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,bila perlu 5



Risiko Infeksi Behubungan Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Primer: Kerusakan Integritas Kulit (D.0142 Hal 304)



Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal 278) selama 1x7 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi : klien menurun. 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) Terapeutik : 1. Demam menurun (5) 1. Batasi jumlah pengunjung 2. Kemerahan menurun (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema 3. Nyeri menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan 4. Bengkak menurun (5) pasien dan lingkungan pasien 5. Kultur area luka membaik (5)



4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi Edukasi : 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 3. Ajarkan etika batuk



29



30



4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian imunisasi 6



Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hipovolemia. SIKI (I.02079 Hal 345) selama 1x7 jam diharapkan perfusi perifer Observasi : berhubungan dengan membaik. 1. Periksa sirkulasi perifer sirkulasi perifer tidak efektif Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 2. Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi 1. Penyembuhan luka meningkat (5) (D.0009 Hal 37) 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak 2. Warna kulit pucat menurun (5) pada ekstremitas 3. Nyeri ektremitas menurun (5) Terapeutik : 4. Kelemahan otot menurun (5) 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi 5. Tekanan darah sistolik memaik (5) 2. Lakukan pencegahan infeksi 6. Tekanan darah diastolic membaik (5) 3. Lakukan perawatan kaki dan kuku Edukasi : 1. Anjurkan berhenti merokok



30



31



2. Anjurkan berolahraga rutin 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar 4. Anjurkan program rehabilitasi vascular 7



Ansietas



berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Reduksi ansietas. SIKI (I 09314 Hal 387) selama 1x7 jam diharapkan ansietas klien Observasi : dengan kurang terpapar berkurang. 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah informasi terkait kondisi Kriteria hasil SLKI (L.09093 Hal 132) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan 1. Verbalisasi kebingungan menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas penyakit (D.0080 Hal 180) (5) Terapeutik : 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi kepercayaan yang dihadapi menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan 3. Pahami situasi yang membuat ansietas 3. Perilaku gelisah menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 4. Perilaku tegang menurun (5) 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan Edukasi : 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami 2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu 3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 4. Latih teknik relaksasi



31



32



Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu 8



Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi terkait ulkus dekubitus. (D.0111 Hal 246)



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan pengetahuan klien meningkat. Kriteria hasil SLKI (L.12111 Hal 146) 1. Perilaku sesuai anjuran (5)



Edukasi pencegahan infeksi. SIKI (I 12406 Hal 80) Observasi : 1. Periksa kesiapan dan kemampuan menerima informasi



Terapeutik : 2. Verbalisasi minat dalam belajar 1. Sediakan materi, media tentang factor-faktor (5) penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko infeksi dirumah sakit ataupun dirumah 3. Kemampuan menjelaskan 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pengetahuan tentang suatu topik pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan pasien dan (5) keluarga 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 4. Perilaku sesuai pengetahuan (5) Edukasi : 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi local dan sistemik 2. Informasikan hasil pemeriksaan laboratorium 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi 4. Ajarkan kecukupan nutrisi, cairan, dan istirahat 5. Ajarkan cara mencuci tangan



32



33



16



2.3.4 Implementasi Keperawatan Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. 2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya[ CITATION Cer10 \l 1057 ]. Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah  : 1. Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU 2. Mencegah komplikasi. 3. Memberikan informasi tentang proses /pragnosis dan program pengobatan. 4. Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.



33



34



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa



: Wenie



NIM



: 2017.C.09a.0913



Tanggal & Jam Pengkajian



: 14 Juni 2021 & 10.30 WIB



FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU BERSALIN I . PENGKAJIAN DATA 1. IDENTITAS/BIODATA 3.1



PENGKAJIAN



I. IDENTITAS KLIEN & PENANGGUNG JAWAB a. Identitas Klien Nama



: Ny. T



Tempat/Tgl Lahir



: Palangkaraya, 02 November 1995



Agama



: Kristen Protestan



Suku/Bangsa



: Dayak/Indonesia



Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan



: IRT



Gol. Darah



:O



Alamat



: Jl. Kinibalu



Diagnosa Medis



: Perdarahan post partum



Penghasilan Perbulan : Tanggal Masuk RS



: 14 Juni 2021



Tanggal Pengkajian



: 14 Juni 2021



b. Identitas Suami Nama



: Tn. C



Umur



: 29 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-Laki



Agama



: Kristen Protestan



Suku Bangsa



:Dayak/Indonesia



34



35



Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan



: Swasta



Gol. Darah



: A+



Alamat



: Jln.Kinibalu



c. Status Kesehatan a. Keluhan utama Keluarga mengatakan “kehilangan banyak darah



2 jam sesudah



melahirkan sekitar sekitar (500>500Ml) . b. Riwayat Kesehatan sekarang Pada tanggal 14 Juni 2021 pukul 09.00 pasien melakukan proses persalinan dan melahirkan bayi laki-laki dengan berat 2900 gr, kemudia setelah melakukan persalinan saat di observasi pasien perdarahan karena adanya robek pada jalan lahir, saat dilakukan pemeriksaan



pada



underpad



diketahui



perdarahan



sekitar



(500>500Ml), kemudian bidan penolong melakukan rujukan pasien ke rumah sakit doris sylvanus untuk penanganan lebih lanjut, saat dating ke rumah sakit diketahui ibu tampak lemas, wajah tampak pucat dan kesadaran somnolen, saat dilakukan pemeriksaan diketahui tanda-tanda vital : Tekanan Darah :90/70 mmHg, Suhu : 36,5oC, Pernafasan : 20 x/menit, Nadi : 67 x/menit dan akan dilakukan rawat inap untuk pemeriksaan dan penanganan lebih intensif.. c. Riwayat kesehatan yang lalu Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. d. Riwayat kesehatan keluarga



35



36



Keterangan: : Perempuan : Laki-laki : Pasien ………….



: Tinggal Serumah



e. Riwayat obstetric dan ginekologi 1. Riwayat ginekologi a) Riwayat menstruasi Menarche 13 tahun, siklus 28 hari, lamanya haid 3-4 hari, banyaknya 3-5 kali ganti pembalut, sifat darah merah gelap bau khas, HPHT 3 September 2020, taksiran persalinan 09 Juni 2021. b) Riwayat perkawinan (suami & istri) Usia Pernikahan



: 3 tahun



Lamanya Pernikahan



: 3 tahun



Pernikahan Ke



:1



Riwayat perkawinan isteri : Usia Pernikahan



: 3 tahun



Lamanya Pernikahan



: 3 tahun



Pernikahan Ke



:1



c) Riwayat keluarga berencana Klien menggunakan kontrasepsi Jenis kb suntik 3 bulan, waktu dan lamanya penggunaan 3 bulan, jenis kontrasespsi yang akan digunakan setelah melahirkan adalah kb suntik 3 bulan. Keluarga merencanakan akan memiliki 2 orang anak. 2. Riwayat obstetri a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu G1P1A0 (pasien tidak hamil, sudah memiliki 1 anak, dan tidak pernah keguguran).



36



37



No



1



Tgl partus



Umur hamil



14 Juni 2021



38 minggu



Jenis partus



Tempat/ Penolong



Jenis kelamin



Spontan



Puskemas



Perempuan



BB



2.900 gr



Keada an Anak



Masalah Hamil



Lahir



Nifas



Bayi



Tidak ada masalah



Tidak ada masalah



Tidak ada masala h



Tida k ada masa lah



b) Riwayat kehamilan sekarang Pasien mual pada trisemester pertama, imunisasi TT 1,2, ada penambahan BB selama hamil dari 48 kg menjadi 58 kg, klien rutin memeriksakan kehamilan ke Dokter kandungan. c) Riwayat persalinan sekarang Pasien melahirkan anak pertama, tidak pernah keguguran, tanggal melahirkan 14 Juni 2021 pukul 09.10 WIB, jenis persalinan spontan, adanya perdarahan sekitar (500>500Ml) . Jenis kelamin bayi laki-laki, dengan BB 2900 gr, APGAR score 9 3. Pemeriksaan Fisik a) Ibu 1) Keadaan umum Kesadaran Compos mentis, TD 90/70, N 67x/menit, S 36,5oC, RR 20 x/menit, BB sebelum hamil 48 kg, setelah hamil 58 kg, TB 155, ibu tampak pucat, ibu tampak berbaring lemah. 2) Kepala Warna rambut hitam dengan keadaan bersih 3) Muka Tidak ada odema dan tidak ada cloasma gravidarum 4) Mulut Mukosa mulut & bibir lembab tampak kering, keadaan gigi lengkap, fungsi pengecapan baik, keadaan mulut bersih, fungsi menelan baik. Masalah



Keperawatan:



cairan 37



Resiko



ketidakseimbangan



Hidup



38



5) Mata Konjungtiva anemis, sklera putih, fungsi penglihatan baik. Masalah keperawatan: Perfusi perifer tidak efektif 6) Hidung Tidak ada pendarahan/ peradangan, keadaan bersih. 7) Telinga Keadaan telinga bersih dan fungsi pendengaran baik 8) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran KGB. 9) Jantung dan paru paru Bunyi janting S1, S2 lup dup, tidak ada retraksi dada, suara nafas vesikuler. 10) Payudara Tidak ada perubahan, bentuk buah dada simetris kanan dan kiri, keadaan puting susu baik, ASI banyak dan lancer, putting susu menonjol, keadaan bersih, tidak ada nyeri. 11) Abdomen Tidak terdapat luka, Kontraksi uterus tidak ada, dengan bising usus 15-30 x/ menit. Fundus uteri dua jari dibawah pusat, posisi tengah, kontraksi baik 12) Genetalia eksterna Terdapat Pengeluaran/Lochea rubra, berwarna merah, berbau amis, perineum robek, tidak ada odema dan tidak ada varises. 13) Anus Tidak ada haemorrhoid 14) Ekstermita atas dan bawah Refleks patela positif kanan dan kiri, varises tidak ada, oedema tidak ada. b) Anak



38



39



Bayi lahir menangis kencang dengan BB 2900 gr, Panjang Badan 50 cm, Lingkar Kepala 32 cm, Lingkar Dada 31 cm, Lingkar lengan atas 11 cm, jenis kelamin perempuan dengan nilai APGAR 9, kepala normal, dada normal, abdomen normal, genetalia tidak ada masalah, anus tidak ada masalah. 4. Pola aktivitas sehari hari a) Pola nutrisi Frekuensi makan pagi, siang dan malam. Jenis makanan buah sayur dan lauk. Makanan yang disukai nasi, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada pantangan atau alergi, nafsu makan baik, porsi makan 1 porsi penuh, jumlah minuman 1500cc/hari air putih. b) Pola eliminasi -



Buang Air Besar Frekuen si 1x sehari, warna coklat, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada masalah.



-



Buang Air Kecil Frekuensi 4-5x sehari, warna kuning, bau khas amoniak, tidak ada masalah.



c) Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit : Frekuensi tidur siang dari pukul 11.00 – 12.30 (1 jam) malamnya pada pukul 21.00-05.30 (8 jam 30 menit) klien tidur ± 10 jam/hari, dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami gangguan tidur (insomnia, parasomnia). Sesudah sakit : Semenjak sakit pasien sering merasa mengantuk dan pada malam hari klien tidur pada pukul 21.0005.30 WIB. d) Pola aktivitas dan latihan Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien dapat beraktifitas seperti biasa. e) Personal hygine



39



40



Keadaan kulit bersih, rambut bersih, mulut dan gigi bersih, pakaian rapi, kuku bersih. f) Ketergantungan fisik Tidak memiliki kebiasan merokok, mminuman keras, obat obatan dan lain lain. 5. Aspek psikososial dan spiritual a) Pola pikir dan presepsi Ibu mengetahui cara memberi ASI dan memberi makanan tambahan pada bayi setelah mendapatkan informasi dari dokter kandungan, ibu sudah merancanakan memberikan ASI untuk bayinya, jenis kelamin laki-laki atau perempuan sama saja, yang membantu merawat bayi di rumah adalah suami, dan ibu serta iby mertua, ibu cukup mengetahui mengenai nutrisi ibu menyusui, ini adalah hamil yang diharapkan, ibu sudah merancanakan untuk mengimunisasikan bayinya. Klien kurang memahami kondisi yang terjadi saat perdarahan , Klien tampak bertanya bagaimana cara merawat luka post partum, Klien tampak kebingungan Masalah keperawatan yang muncul : Defisit Pengetahuan b) Presepsi diri Hal yang amat dipikirkan saat ini adalah janin lahir sehat, harapan setelah menjalani perawatan adalah cepat pulih dan melakukan aktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan setelah hamil perut membesar. c) Konsep diri Body image klien dapat menerima proses persalinannya, peran sebagai istri dan ibu, ideal diri ingin cepat pulih dan beraktivitas kembali, identitas diri seorang ibu rumah tangga, harga diri menghargai dirinya dan orang sekitar. d) Hubungan/ komunikasi Berbicara jelas, bahasa indonesia bahasa dayak, tinggal serumah dengan suami, motivasi dari suami dalah tetap



40



41



semangat, suami tidak merokok, tidak ada kesulitan dalam keluarga e) Kebiasaan seksual sistem nilai kepercayaan Tidak ada gangguan dalam hubungan seksual, dan pasien mengerti terhadap fungsi seksual post partum. f) Sistem nilai kepercayaan Pasien taat beribadah sebelum hamil dan saat hamil. 6. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM, PENUNJANG LAINNYA) 1. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 14 Juni 2021 No PARAMETER



HASIL



SATUAN



NILAI NORMAL 11.7 – 15.5 3600 – 11000 40-50



1 2 3



Hemoglobin Leukosit Hematokrit



13 11000 L 47



g/dl Ribu/ul δ



4 5



Eritrosit Trombosit



4.7 325.000



10^6/uL /uL



6



MCV



L75.5



fL



3.8 – 5.2 150.000 440.000 80-100



7



MCH



L 22.5



Pg/cell



26 – 34



8



MCHC



L 29.8



δ



32 – 36



9



RDW



H 23.8



δ



11.5 – 14.5



10 MPV



10.7



fL



9.4 – 12.4



11 AGD



7,38



pH



7,35 – 7.55



41



42



7. PENATALAKSANAAN MEDIS Nama Keterolac



Obat rute IV



Dosis 2x30 mg



Metronidazole



Oral



3x500 mg



Infus RL (Ringer laktat)



IV



20 tpm



Indikasi Meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri. Antibiotik untuk mengobati infeksi. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan berbagai bakteri dan parasit. Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi



Palangka Raya,14 Juni 2021 Mahasiswa



Wenie 2017.C.09a.0913



42



24



ANALISIS DATA DATA SUBYEKTIF DAN DATA OBYEKTIF DS: Klien mengatakan banyak kehilangan darah dari jalan lahir DO: - Klien tampak pucat - Klien tampak lemas - Konjungtiva Anemis - Perdarahan sekitar (500>500Ml) - Ganti pembalut tiap 2 jam - TTV Tekanan Darah 90/70mmHg - Suhu 36,50C - Nadi 90 x/menit - RR: 20x/menit - Hb 9 g/dL



DS: Klien mengatakan kepala terasa pusing. DO: - Mukosa bibir mulut klien tampak kering - Klien tampak lelah - Klien tampak pucat - Klien kehilangan banyak darah sesudah melahirkan sekitar(500>500Ml) - Infus RL diberikan dengan tetesan cepat - Nilai hematokrit 47 - Nilai AGD 7,38



DS: - Ibu mengatakan tidak



KEMUNGKINAN PENYEBAB Penurunan cairan intravaskuler



MASALAH Perfusi Perifer Tidak Efektif



Jumlah Hb dalam darah menurun Suplai oksigen ke jaringan menurun Hipoksia Jaringan Mukosa pucat, akral dingin, konjungtiva anemis, nadi lebih cepat tapi lemah Perfusi Perifer Tidak Efektif Kehilangan cairan aktif (Perdarahan)



Risiko Ketidakseimbangan Cairan



Berlangsung terus-menerus Penurunan jumlah cairan intravaskuler dalam jumlah banyak



Risiko Ketidakseimbangan Cairan



kurang motivasi untuk mencari informasi



24



Defisit pengetahuan tentang perdarahan



25



memahami penyebab perdarahan



post partum kurang terpapar informasi



DO: -



Ibu selalu bertanya tentang Kondisinya



Tidak adanya informasi yang dimiliki



- Ibu tampak bingung -Ibu tampak cemas -Ibu tampak gelisah -



25



36



PRIORITAS MASALAH 1. Perfusi Perifer Tidak Efektif Klien berhubungan dengan penururunan cairan intravaskular dibuktikan dengan Klien mengatakan mengalami kehilangan banyak darah 2 jam sesudah melahirkan sekitar (500>500Ml), Klien tampak pucat, Klien tampak lemas, Konjungtiva Anemis, TTV Tekanan Darah 90/70mmHg, Suhu 36,50C, Nadi 90 x/menit RR: 20x/menit, Hb 9 g/dL. 2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif (Perdarahan) dibuktiakn dengan Klien mengatakan kepala terasa pusing, Mukosa bibir mulut klien tampak kering, Klien tampak lelah, Klien tampak pucat, Klien kehilangan banyak darah sesudah melahirkan sekitar(500>500Ml). 3. Defisit pengetahuan tentang perdarahan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang ditandai dengan pasien tampak bingung, pasien tampak gelisah, pasien tampak sering bertanya.



36



37



RENCANA KEPERAWATAN Nama Pasien :Ny. T Ruang Rawat : …………………….. Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) 1. Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan tindakan Efektif Klien berhubungan keperawatan 3x7 jam, diharapkan dengan penururunan cairan perfusi perifer meningkat dengan intravaskular dibuktikan Kriteria Hasil: dengan Klien mengatakan 1. Tekanan darah membaik(5) mengalami kehilangan 2. Turgor kulit membaik (5) banyak darah 2 jam 3. Akral membaik (5) sesudah melahirkan sekitar (500>500Ml), Klien tampak pucat, Klien tampak lemas, Konjungtiva Anemis, TTV Tekanan Darah 90/70mmHg, Suhu 36,50C, Nadi 90 x/menit RR: 20x/menit, Hb 9 g/dL



2. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Cairan berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Kehilangan cairan aktif diharapkan kehilangan cairan teratasi



1.



2.



3. 4.



Intervensi Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, suhu, angkle brachial index) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi Anjurkan menggunakan obat peningkat tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu



1. Monitor status dehidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisisan kapiler, 37



1. 2. 3. 4.



Rasional Memeriksa sirkulasi Mengidentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi Menghindari pengukuran tekanan darah pada keterbatasan perfusi Menganjurkan menggunakan obat peningkat tekana darah jika tidak terkontamindasi



1. Untuk menentukan tindakan keperawatan yang selanjutnya 2. Untuk mengetahui pengeluaran



38



(Perdarahan) dibuktiakn dengan kriteria hasil : dengan Klien mengatakan 1. Kelembapan membran mukosa kepala terasa pusing, Mukosa sedang (3) bibir mulut klien tampak 2. Dehidrasi menurun (5) kering, Klien tampak lelah, 3. Tekanan darah membaik (5) Klien tampak pucat, Klien Membran mukosa membaik (5) kehilangan banyak darah sesudah melahirkan sekitar(500>500Ml). 3. Defisit pengetahuan tentang perdarahan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang ditandai dengan pasien tampak bingung, pasien tampak gelisah, pasien tampak sering bertanya.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x30menit diharapkan deficit pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Perilaku sesuai anjuran (5) - Kemampuan menjelaskan suatu topic menignkat (5) - Pertanyaan tentang masalah yang dia hadapi menurun (5) - Perilaku menurun (5)



2. 3. 4. 5. 1.



kelembapan mukosa, tugor kulit, tekanan darah) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan Berikan cairan intravena, jika perlu Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kehamilan



2. Berikan Edukasi tentang nformasi terkait post partum. 3. Berikan kesempatan pasien bertanya 4. Tanyakan kembali tentang informasi yang disampaikan.



38



cairan 3. Untuk mengganti cairan yang hilang 4. Untuk membantu mengembalikan cairan yang hilang 5. Untuk mengurangi penumpukan cairan tubuh melalui urin 1. Jika klien belum siap akanmenambah kecemasan. 2. Mengekspresikan perasaan membantu Klien mengidentifikasi sumber cemas. 3. Rileks dapat menurunkan cemas. 4. Menjelaskan prosedur operasi



39



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Hari/Tanggal Jam Senin, 14 Juni 2021 13.00 WIB



Implementasi



Evaluasi (SOAP)



1. Memeriksa sirkulasi perifer(mis. Nadi S : Klien mengatakan bahwa darah keluar perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, berkurang suhu, angkle brachial index) O: 2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan - Klien tidak tampak pucat sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang - Klien tidak tampak lemas tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi) - Konjungtiva tidak Anemis 3. Menghindari pengukuran tekanan darah - TD dari 90/70mmHg menjadi 120/80 mmHg pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi - Suhu 36,50C 4. Menganjurkan menggunakan obat - Nadi 90 x/menit peningkat tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu - RR: 20x/menit menjadi 18x/menit - Hb 9 g/dL Menjadi 12 g/dL A : Masalah Teratasi Sebagian P : Lanjutkan intervensi 1. Memeriksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, suhu, angkle brachial index) 2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)



Senin, 14 Juni 2021



1. Memonitor status dehidrasi (mis. frekuensi S: Klien mengatakan merasa pusing berkurang 39



Tanda tangan dan Nama Perawat Wenie



40



14.00 WIB



nadi, kekuatan nadi, akral, pengisisan O: kapiler, kelembapan mukosa, tugor kulit, - Klien tampak masih pucat tekanan darah) - Klien tampak masih lemah 2. Mencatat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam



Wenie



- Membran mukosa tampak kering



- TD dari 90/70mmHg menjadi 120/80 mmHg 0 3. Memberikan asupan cairan sesuai - Suhu 36,5 C - Nadi 90 x/menit kebutuhan - RR: 20x/menit menjadi 18x/menit - Hb 9 g/dL Menjadi 12 g/dL 4. Memberikan cairan intravena A: Masalah teratasi sebagian 5. Melakukan kolaborasi pemberian diuretik P: Lanjutkan intervensi 1. Memonitor status dehidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisisan kapiler, kelembapan mukosa, tugor kulit, tekanan darah) 2. Mencatat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam 3. Memberikan asupan cairan sesuai kebutuhan 4. Memberikan cairan intravena 5. Melakukan kolaborasi pemberian diuretik Senin, 14 Juni 2021 14.00 WIB



1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien



S:



tentang kehamilan



-



2. Memberikan Edukasi tentang informasi



Ibu mengatakan senang diberikan pendidikan kesehatan



post partum.



40



Ibu mengatakan mengerti tentang informasi



Wenie



41



3. Memberikan kesempatan pasien bertanya 4. Menanyakan kembali tentang informasi



terkait post partum O:



yang disampaikan



-



Ibu tampak tenang



-



Ibu dapat menyebutkan kembali pengertian post partum



-



Ibu tidak gelisah



-



Ibu bertanya tentang makanan yang tidak boleh dimakan setelah melahirkan



A :Masalah teratasi P :Intervensi dihentikan



41



42



BAB 4 PENUTUP



4.1 Kesimpulan Perdarahan post partum adalah perdarahan 500-1000 cc setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar dihitung secara tepat. Perdarahan post partum yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih normal, apabila telah menyebabkan perubahan tanda vital (menurun kesadaran, pucat, keringat dingin, sesak nafas, tensi 100/menit) (Saifuddin, 2014). Perdarahan pascapersalinan didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi pada seorang ibu bersalin yang kehilangan darah lebih dari 500 ml. Bahkan dengan penanganan yang tepatpun, sekitar 3% dari persalinan pervaginam bisa mengalami perdarahan pascapersalinan. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa perdarahan pascapersalinan di negara berkembang bisa terjadi sekitar 4% pada persalinan pervaginam bahkan mencapai 6% pada persalinan secara seksio sesarea (Ivanna 2018). 4.2 Saran 4.2.1 Bagi mahasiswa dapat lebih mempelajari asuhan-asuhan dalam ruang lingkup kebidanan, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih baik lagi hasilnya. 4.2.2 Bagi pemberi asuhan, guna memberikan asuhan yang memperhatikan kepentingan ditingkatkan.



klien



sebaiknya



Pengkajian



kualitas



dilakukan



pelayanan lebih



kebidanan



mendalam



lebih



sehingga



keluhankeluhan klien dapat teratasi dengan baik. 4.2.3 Bagi klien sebaiknya lebih terbuka dengan pemberi asuhan, sehingga dapat menyampaikan keluhan atau kondisi kesehatannya tanpa ada rasa malu atau canggung dan percaya pada pemberi asuhan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.



42



43



DAFTAR PUSTAKA Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo. Anik Puji Rahayu (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Selemba Medika Astikawati, R., & Dewi, E. K. (2017). Kasus Penyakit Kritis, Komplikasi & Kedaruratan. Jakarta : Erlangga. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Manuaba, I.A.C., I.B.G.F. Manuaba, dan I.B.G. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjoramaya PPNI.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.(SDKI). 2016. Jakarta PPNI.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.(SIKI).2016. Jakarta PPNI.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.(SLKI). 2016.Jakarta



44



SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAWATAN LUKA PERINEUM



DISUSUN OLEH: WENIE



YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN 2021



45



1. Topik / masalah



: Personal Hygiene



2. Sub topik



: Perawatan perineum



3. Tempat



: -



4. Waktu



: 30 menit



5. Sasaran



: Ibu postpartum



A. TUJUAN INSTRUKSIONAL 1. Umum Setelah dilakukan penyuluhan tentang Perawatan perineum di harapkan audiens dapat memahami pentingnya Perawatan perineum. 2. Khusus Setelah dilakukan penyuluhan tentang Perawatan perineum di harapkan audiens memahami tentang a. Perawatan perineum b. Langkah-langkah Perawatan perineum c. Keuntungan Perawatan perineum sendiri B. MATERI ( Terlampir ) 1. Pengertian Perawatan perineum 2. Langkah-langkah Perawatan perineum 3.



Manfaat Perawatan perineum sendiri



C. KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATA



PENYULUH



AUDIENCE



MEDIA



METODE



N Pembukaan



1.Mengucapkan



-Menjawab



leaflet



Ceramah



5 menit



salam



salam



2.Memperkenalkan -Mendengardiri



kan



3.Menjelaskan TIU dan TIK 4.Menjelaskan cakupan yang



materi



akan



sampaikan



di



46



5.Melakukan



leaflet



appersepsi 6.Menjelaskan manfaat relevansi



mem-



pelajari Perawatan perineum



Penyajian



1.Menjelaskan



-Menyimak



20 menit



pengertian



dan



Perawatan



dengarkan



leaflet



Ceramah



men-



perineum 2.Menjelaskan Langkahlangkah Perawatan perineum 3.Memberi



-Bertanya



kesempatan



Tanya jawab



audiens untuk bertanya 4.Menjawab



-menyimak



pertanyaan



dan



audiens



dengarkan



5.Menjelaskan manfaat



men-



-Sumbang saran



Perawatan perineum -Menggali pengetahuan audiens tentang



-Menanggapi



Ceramah



47



Perawatan



-Memperha



perineum



tikan



-Memberi kesempatan audiens



lain



untuk



-Bertanya



menambahkan -Menyimpulkan pendapat audiens



dan



menjelaskan manfaat



-Memperha



Perawatan



tikan



perineum 6.



memberi kesempatan pd audiens



untuk



menanyakan materi



yang



kurang jelas 7.



Menjawab pertanyaan audiens



Penutup 10 menit



1.Menutup pertemuan



dg



-Mendengarkan



menyimpulkan materi yg telah di bahas 2.Melakukan evaluasi



-Menjawab dg



memberikan pertanyaan



pd



leaflet



Ceramah



48



audiens 3.Memberi salam -Menjawab penutup



salam



D. EVALUASI 1. Prosedur



: Test akhir pertemuan



2. Jenis soal



: Lisan



Perawatan Perineum Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme



49



yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001). Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah 



Mencegah kontaminasi dari rektum







Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma







Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Waktu Perawatan Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah







Saat mandi Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.







Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.







Setelah buang air besar. Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan. Penatalaksanaan







Persiapan







Ibu Pos Partum Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.







Alat dan bahan



50



Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001). 



Penatalaksanaan Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:







Mencuci tangannya







Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat







Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.







Berkemih dan BAB ke toilet







Semprotkan ke seluruh perineum dengan air







Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.







Pasang pembalut dari depan ke belakang.







Cuci kembali tangan







Evaluasi Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:







Perineum tidak lembab







Posisi pembalut tepat







Ibu merasa nyaman Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum







Gizi Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.







Obat-obatan



Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.



51



Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular. 



Keturunan Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.







Sarana prasarana Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.







Budaya dan Keyakinan Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Dampak Dari Perawatan Luka Perineum Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini:







Infeksi Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.







Komplikasi Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.







Kematian ibu post partum Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2014).



52



53



54