LP Diare [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE DI RUANG GARUDA RSUD SK. LERIK KUPANG



OLEH : Agnes M. Tay, S.Kep (20201632)



PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita. Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut



BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.



DEFINISI Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2006). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter & Perry. 2006) Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014). Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.



II.



ETIOLOGI Etilogi diare menurut Brunner & Suddart (2014): 1. Faktor infeksi: Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). 2. Faktor parentral: Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anakanak). 3. Faktor malabsorbsi: Karbihidrat, lemak, protein.



4. Faktor makanan: Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang. 5. Faktor Psikologis: Rasa takut, cemas. 6. Medikasi tertentu; formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang metabolisme dan endokrin, defisit sfingter anal, sindrom ZollingerEllison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus. III.



TANDA & GEJALA Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014): 1. Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses 2. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap kali defekasi. 3. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil 4. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar 5. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi 6. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik.



IV.



PATHWAY Faktor infeksi



F.malabsorbsi



F.makanan



F.Psikologi



KH,Lemak,Protein



Masuk dan



meningk. Tekanan



berkembang



toksin tak dapat



osmotik



cemas



diserap



dalam usus



Hipersekresi air



pergeseran air dan



dan elektrolit



elektrolit ke rongga



(



isi rongga usus)



usus



hiperperistaltik menurunya kesempatan usus menyerap makanan



DIARE



Frekuensi BAB meningkat



distensi abdomen



Kehilangan cairan & elektrolit



integritas kulit



berlebihan



gangguan kes. cairan



perianal



As. Metabl



mual, muntah



dan elektrolit



Resiko hipovolemi syok



sesak



nafsu makan menurun



Gangguan Oksigensi



BB menurun



Gangguan Tumbang



V.



Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : a. Feses kultur: Bakteri, virus, parasit, candida b. Serum elektrolit: Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi c. AGD: asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun ) d. Faal ginjal: UC meningkat (GGA) 2. Radiologi: mungkin ditemukan bronchopnuemoni



VI.



Penalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis menurut Brunner & Suddart (2014): 1. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab 2. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare. 3. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan 4. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau diare tergolong berat 5. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat muda atau pasien lansia. 6. Terapi obat menurut Markum (2008): a. Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari b. Obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide c. Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.



VII. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya . 2. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x 3. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis). 4. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. 5. Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan, 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare. 7. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal. 8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan 1) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (ratarata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.



2) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. 3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah 4) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. b. Perkembangan 1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud. a) Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain). 2) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame and doundt Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa yang dipelajari anak toddler adalah dari lingkungan tempat anak tinggal. Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak. 3) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun : b) berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK) c) Meniru membuat garis lurus (GH) d) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK) e) Melepasa pakaian sendiri (BM) c. Pemeriksaan Fisik 1) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, 2) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. 3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih 4) Mata : cekung, kering, sangat cekung 5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,



peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum 6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan) 7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang . 8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal. 9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. 10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima. B. Diagnosa Keperawatan 1.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang



2.



Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.



3.



Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare



4.



Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.



5.



Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.



6.



Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.



C. Intervensi Keperawatan Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi



dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsultasi dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik D. Implementasi Implementasi



keperawatan



dilakukan



dengan



mengacu



pada



rencana



tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan atau dibuat E. Evaluasi Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.



DAFTAR PUSTAKA Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC: Jakarta Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC: Jakarta Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7. EGC: Jakarta. Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. EGC: Jakarta



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN STASE ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Disahkan Pada: Hari/Tanggal : Mengetahui: Mahasiswi



(Ni Luh Made Ayu Sintia Dewi) NIM: 15160048



Menyetujui: Pembimbing Klinik



(



Pembimbing Akademik



)



(



)