10 0 461 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT DENGAN DIARE
OLEH :
NI LUH JAYANTI P07120019017 KELOMPOK C
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSANKEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT DENGAN DIARE
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Diare Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014). Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013). Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu 1 hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya dalam satu hari (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011) Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan bab lebih dari biasanya(lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2. Etiologi Diare Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut: a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh: -
Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella, salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium
perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, 9 terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa dingin dan sebagainya. -
Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh: -
Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan mineral.
-
Kurang kalori protein.
-
Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir
Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab dari diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu: a. Faktor infeksi -
Infeksi enternal Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan lainlain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida albicous).
-
Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun. 10
b.
Faktor malabsorbsi -
Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
-
Protein.
-
Lemak.
-
Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
-
Faktor psikologis
3. Patofisiologi Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare diantaranya karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus
sehingga
menyebabkan
gangguan
fungsi
usus
dalam
mengabsorbsi(penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare. Pada faktor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan peristaltik yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare
Pathway
Inflamasi saluran pencernaan Infeksi
Berkembang di usus
Agen piragenic
Hipersekresi air dan elekrolit Frekuensi BAB meningkat
Suhu tubuh meningkat
Diare
Penurunan cairan Mual muntah Dehidrasi
Hipovolemia
Resiko Hipovolemia
Nafsu makan menurun
Defisit nutrisi
Hipertermia
4. Tanda dan gejala diare Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare pada anak adalah sebagai berikut: a. Diare akut 1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat. 2) Diare dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin minum/ada rasa haus. 3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak cekung, tidak ada rasa haus berlebih, turgor kulit normal. b. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi c. Diare disentri: ada darah dalam tinja
5. Klasifikasi diare Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut: a. Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari. b. Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari atau lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi. c. Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh sakit perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri.
6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014) yaitu dengan pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C_). Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C. Difficile), antigen (E. Hystolitica). Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan parasit : amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur. Pada kasus ringan,
diare bisa teratasi dalam waktu 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas). 3.
Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4.
Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat. Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT): 1)
Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat, 2) Air tajin (2 liter + 5g garam). 1. Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit. 15 2. Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak hingga mendidih. 3. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.
8. Komplikasi Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa terjadi pada diare:
a. Dehidrasi. b. Renjatan hipovolemik. c. Kejang. d. Bakterimia. e. Mal nutrisi. f. Hipoglikemia. g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
B.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan. Pengkajian merupakan tahap awal dari sebuah proses keperawatan. Pada tahap pengkajian terjadi proses pengumpulan data. Berbagai data yang dibutuhkan baik wawancara, observasi,
atau
hasil
laboratorium
dikumpulkan
oleh
petugas
keperawatan. Pengkajian memiliki peran penting, khususnya ketika ingin menentukan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan (Prabowo, 2017). Pengkajian terdiri dari dua yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Pengkajian skrining dilakukan ketika menentukan apakah keadaan tersebut normal atau abnormal, jika ada beberapa data yang ditafsirkan abnormal maka akan dilakukan pengkajian mendalam untuk menentukan diagnosa yang tepat (Nanda, 2018) a. Identitas Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat, diagnosa medis b. Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, jenis kelamin, umur, hubungan dengan klien, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. c. Keluhan utama Meliputi buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung 94%
paru
Melakukan penekanan
nafas paten -
Mempersiapka
ventilasi asupan
menurun
menurun
-
n intubasi dan
cairan oral
suara napas tambahan
Berikan
salurasi
oksigen >94%
Berikan
trendelenbung
menurun (skor 5)
an
modified
vena jugularis
mempertahank keutuhan
cairan
(skor 5) -
Hitung
-
Memasangkan jalur berukuran
Persiapan
intubasi
dan
ventilasi
besar
IV
(skor 5) -
Perasaan
mekanis, jika perlu -
lemah menurun -
(direct
pressure)
pada
untuk
urin menila
produksi urin -
Memasang
Keluhan
(modified
nasogastric
haus
trendelenberg)
untuk
-
Pasang
jalur
IV
(skor 5)
berukuran besar (mis.
Konsentrasi
Nomor 14 atau 16) -
dekompresi lambung -
Mengambil
Pasang kateter urin
sampel
menurun
untuk
untuk
(skor 5)
produksi urin -
Frekuensi nadi membaik
menilai
darah
pemeriksaan
Pasang
selang
darah lengkap
nasogastric
untuk
dan elektrolit .
dekompresi lambung -
(skor 5) -
langsung
kateter
selang
urine
-
penekanan
Memasangkan
Berikan posisi syok
menurun
-
Lakukan
pendarahan eksternal
(skor 5) -
-
Ambil sempel darah untuk
pemeriksaan
Tekanan
darah
nadi
elektrolit
lengkap
dan c.Edukasi
membaik -
(skor 5)
Menganjurkan perbanyak
-
Membrane mukosa
-
membaik
oral
Anjurkan -
memperbanyak
(skor 5) -
asupan cairan
c. Edukasi
Menganjurkan
asupan cairan oral
menghindari
Anjurkan
perubahan
venous
menghindari
posisi
pressure
perubahan
JVP
mendadak
Jugular
membaik
-
posisi
mendadak
d.Kolaborasi
(skor 5) -
Kadar hb
d. Kolaborasi -
membaik (skor 5) -
-
sikan
cairan
pemberian
IV
isotonis
(mis. NaCl, RL)
cairan
Kolaborasi pemberian
isotonis
Glukosa 2.5%, NaCl
sikan
Cental
0,4%)
pemberian
Kolaborasi pemberian
cairan
pressure
cairan koloid (mis.
hipotonis
membaik
Albumin,
(skor 5)
plasmanate)
sikan
Kolaborasi pemberian
pemberian
produk darah
cairan koloid
-
Refluks -
r membaik (skor 5) Berat badan
-
IV
(mis.
Kolaborasi pemberian
-
-
-
IV
Mengkolabora
Mengkolabora
infus cairan kristaloid
sikan
1-2 L pada dewasa
pemberian
Kolaborasi pemberian
produk darah
infus cairan kristaloid
(skor 5)
20 mL/kgBB pada
sikan
anak
pemberian
Kolaborasi pemberian
infus
transfuse darah, jika
kristaloid
perlu
L pada dewasa
Hepatomeg
membaik (skor 5)
-
-
-
-
Mengkolabora
membaik
all
-
IV
(skor 5)
hepatojugla
-
Kolaborasi pemberian
cairan
-
-
Mengkolabora
Kadar ht
venous
-
-
Mengkolabora
cairan
Mengkolabora
Oliguria
sikan
membaik
pemberian
(skor 5)
infus cairan 20
Intake
mL/kgBB pada
cairan
anak
membaik (skor 5)
-
Mengkolabora sikan pemberian
-
1-2
Status
mental
transfuse darah
membaik (skor 5) -
Suhu tubuh membaik (skor 5)
2
Diare berhubungan dengan…Dibukt ikan dengan…..
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 8 jam diharapkan eliminasi fekal membaik
Manajemen Diare (I.03101) Observasi: a. Identifikasi penyebab diare b. Identifikasi riwayat pemberian makanan c. Identifikasi gejala
(L.04033):
invaginasi
dengan kriteria
d. Monitor warna, volume,
hasil
frekuensi, dan konsistensi
a. Kontrol
tinja
pengeluaran
e. Monitor tanda dan gejala
feses
hypovolemia
meningkat
f. Monitor iritasi dan
(5)
ulserasi kulit di daerah
b. Keluhan
perianal
defekasi
g. Monitor jumlah
Observasi: a. Untuk mengetahui penyebab diare pada px b. Untuk mengetahui makanan yang masuk pada px c. Untuk mengetahui respon pada px d. Untuk mengetahui karakteristik tinja px e. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada px
lama dan
pengeluaran diare
f. Untuk megetahui
sulit
h. Monitor keamanan
iritasi yang muncul
menurun (5)
penyiapan makanan
g. Untuk mengetahui
c. Mengejan
Terapeutik:
volume feses yang
saat defekasi
i. Berikan asupan cairan
keluar
menurun (5) d. Distensi abdomen menurun (5)
oral j. Pasang jalur intravena k. Berikan cairan intravena l. Ambil sampel darah
h. Untuk menghindari kontaminasi bakteri Terapeutik: i. Untuk memenuhi
untuk e. Terasa
kebutuhan cairan pemeriksaan darah
massa pada
px lengkap dan elektrolit
rektal
j. Untuk m. Ambil sampel feses
menurun (5)
untuk
mempermudah
f. Urgency
kultul, jika perlu
pemberian cairan
menurun (5)
Edukasi:
k. Untuk mengganti
g. Nyeri
n. Anjurkan makanan porsi
cairan tubuh yang
abdomen
kecil dan sering secara
hilang
menurun (5)
bertahap
l. Untuk pengecekan
h. Kram
o. Anjurkan menghindari
kondisi lebih lanjut
abdomen
makanan pembentuk gas,
m. Sebagai bahan
menurun (5)
pedas, dan mengandung
penelitian
i. Konsistensi
laktosa
feses
p. Anjurkan melanjutkan
Edukasi:
membaik
pemberian ASI
n. Untuk memenuhi
(5)
Kolaborasi:
asupan oral px
j. Frekuensi
q. Kolaborasi pemberian
o. Untuk
defekasi
obat antimotilitas
membersihan
membaik (5)
r. Kolaborasi pemberian
sistem pencernaan
k. Peristaltic
obat
px
usus
antispasmodic/spasmolitik
p. Untuk menghindari
membaik (5)
s. Kolaborasi pemberian
dehidrasi pada px
obat pengeras feses
Kolaborasi: q. Untuk menghambat pergerakan usus r. Untuk meredakan sakit perut pada px s. Untuk menghentikan pengeluaran feses dalam bentuk cairan
3
Hipovolemia
Setelah
berhubungan
asuhan
(I.03116)
dengan…
keperawatan…X…
e. Observasi
Dibuktikan dengan…..
dilakukan Manajemen Hipovolemia
8 jam diharapkan Status
cairan
membaik (L.03028)
dengan
kriteria hasil : -
kekuatan
-
Periksa gejala
a. Observasi tanda
dan
hypovolemia
- Untuk mengetahui
(mis. Frekuensi nadi
tandaa
meningkat,
gejala
nadi
teraba lemah, tekanan darah tekanan
menurun, nadi
dan
hypovolemia - Mengetahui intake dan out
-
nadi
menyempit,
meningkat
kulit
(skor 5)
membran
turgor menurun, mukosa
menurun, hematocrit meningkat,
(skor 5) -
meningkat (skor 5) -
status
- Mengetahui statu oksigenasi - Mengetahui
Monitor intake dan out put cairan
-
kardiopulmonal
haus,
lemah) output urine
- Mengetahui
kering, volume urin
turgor kulit meningkat
-
put cairan
status cairan - Untuk
Monitor
status
pengisian
kardiopulmonal
vena
(frekuensi
dan
meningkat
kekuatan
nadi,
(skor 5)
frekuensi napas, TD,
mengetahui tingkat kesadaran respon pupil - Untuk
MAP) -
ortopnea
-
menurun (skor 5) -
dyspnea
-
mengetahui
Monitor
status
permukaan
nadi, AGD)
tubuh
Monitor status cairan
adanya DOTS
terhadap
dan
haluaran, turgor kulit,
(skor5)
selurh
oksigenasi (oksimetri
(masukan
menurun
dan
b. Terapeutik
CRT) -
paroxysmal
Periksa
tingkat
Untuk
kesadaran dan respon
menghitung
dyspnea
pupil
kebutuhan caira
-
Periksa
selurh
menurun
permukaan
tubuh
(skor 5)
terhadap
ederna
DOTS
anasarka
(deformity/deformitas
menurun
, open wound/luka
asupan
(skor 5)
terbuka,
oral
edema
-
Memberikan posisi
adanya
tenderness/nyeri -
-
nocturnal
PND
-
-
modified trendelenbung - Memberikan
-
cairan
Mempertahank
perifer
tekan,
an jalan napas
menurun
swelling/bengkak
paten
(skor 5) -
berat badan menurun
-
distensi
-
-
-
-
Berikan
suara napas
-
Berikan
mekanis jalan
-
(skor 5)
mempertahankan
Kongesti
saluran
paru
>94% -
-
lemah menurun (skor 5) -
Keluhan
oksigen
Persiapan
intubasi
dan
ventilasi
-
penekanan
langsung
(direct
pressure)
pada
trendelenberg)
untuk
-
jalur
menila
produksi urin -
Memasang selang
dekompresi
IV
Pasang kateter urin untuk
urin
untuk
Nomor 14 atau 16)
urine menurun
kateter
lambung
berukuran besar (mis.
Konsentrasi
Memasangkan
nasogastric
menurun
Pasang
IV
besar
Berikan posisi syok (modified
-
Memasangkan
berukuran
-
Lakukan
haus
(skor 5)
-
jalur
pendarahan eksternal -
Memberikan posisi syok
mekanis, jika perlu Perasaan
Melakukan
langsung
oksigen
untuk
(skor 5) -
-
penekanan
menurun
menurun
ventilasi
asupan
Pertahankan
Berikan
Mempersiapka n intubasi dan
nafas paten -
salurasi
oksigen >94%
posisi
cairan oral
(skor 5)
tambahan
an
trendelenbung
jugularis
-
mempertahank
keutuhan
modified
vena
menurun
Hitung cairan
(skor 5) -
oksigen untuk
f. Terapeutik -
Memberikan
menilai
-
Mengambil sampel untuk
darah
(skor 5) -
Frekuensi
produksi urin -
nadi
Pasang
selang
darah lengkap
nasogastric
untuk
dan elektrolit .
dekompresi lambung
membaik (skor 5)
-
Ambil sempel darah untuk
-
pemeriksaan
pemeriksaan
Tekanan
darah
nadi
elektrolit
lengkap
dan c.Edukasi
membaik -
(skor 5)
Menganjurkan perbanyak
-
Membrane mukosa membaik
-
oral
Anjurkan -
memperbanyak
(skor 5) -
asupan cairan
g. Edukasi
asupan cairan oral
menghindari
Anjurkan
perubahan
venous
menghindari
posisi
pressure
perubahan
JVP
mendadak
Jugular
-
(skor 5) Kadar hb
d.Kolaborasi h. Kolaborasi -
cairan
(skor 5)
(mis. NaCl, RL)
Kadar ht
-
sikan
cairan
Kolaborasi pemberian IV
-
membaik
Albumin,
(skor 5)
plasmanate) -
Kolaborasi pemberian
Mengkolabora sikan pemberian
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
IV
isotonis
(mis.
0,4%) -
Mengkolabora
pemberian
pressure
Refluks
-
isotonis
Glukosa 2.5%, NaCl
Cental venous
IV
cairan
(skor 5) -
Kolaborasi pemberian
membaik -
mendadak
posisi
membaik
-
Menganjurkan
cairan
IV
hipotonis -
Mengkolabora sikan pemberian
hepatojugla r membaik
produk darah -
(skor 5) -
Berat badan membaik
-
Mengkolabora sikan
1-2 L pada dewasa
pemberian
Kolaborasi pemberian
produk darah -
Mengkolabora
20 mL/kgBB pada
sikan
anak
pemberian
Kolaborasi pemberian
infus
membaik
transfuse darah, jika
kristaloid
(skor 5)
perlu
L pada dewasa
Hepatomeg all
-
-
infus cairan kristaloid
infus cairan kristaloid
(skor 5) -
Kolaborasi pemberian
cairan koloid
Oliguria
-
-
cairan 1-2
Mengkolabora
membaik
sikan
(skor 5)
pemberian infus cairan 20
-
Intake
mL/kgBB pada
cairan membaik (skor 5) -
-
Mengkolabora sikan
Status
pemberian
mental
transfuse darah
membaik (skor 5) -
anak
Suhu tubuh membaik (skor 5)
4
Defisit nutrisi
Setelah
berhubungan
asuhan
dengan……..
keperawatan
dibuktikan dengan ………
diberikan
(Manajemen Nutrisi)
…..X…..
8
siharapkan nutrisi
INTERVENSI UTAMA
I.03119
jam status
membaik
(L.03030)
dengan
a. Observasi 1. Monitor
kriteria hasil :
vital Porsi
makan
yang meningkat (skor 5)
tanda-tanda
(mis.
tekanan
otot
pengunyah
5)
dan suhu)
pasien dan bisa
nutrisi
intoleransi makanan 4. Identifikasi makanan
Kekuatan
otot
menelan
yang disukai 5. Identifikasi kebutuhan
meningkat (skor 5)
kalori dan jenis nutrient 6. Identifikasi perlunya
albumin
meningkat (skor Verbalisasi
menentukan intervensi selanjutnya 2. Untuk mengetahui bagaimana status
nutrisi
pasien 3. Untuk
penggunaan selang
mengetahui
nasogastric
apakah
ada
alergi
atau
7. Monitor asupan
5)
mengetahui keadaan umum
3. Identifikasi alergi dan
meningkat (skor
1. Untuk
darah, nadi, respirasi,
2. Identifikasi status
Kekuatan
Serum
a. Observasi
makanan
intoleransi yang
keinginan untuk
8. Monitor berat badan
menyebabkan
meningkatkan
9. Monitor hasil
gangguan
nutrisi
pemeriksaan
nutrisi
meningkat (skor
laboratorium
pasien 4. Untuk
5) Pengetahuan tentang makanan
pilihan yang
sehat meningkat (skor 5)
pada
b. Terapeutik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
membantu meningkatkan nafsu
makan
pada pasien 5. Untuk
Pengetahuan tentang minuman
2. Fasilitasi menentukan
melengkapi
pilihan
pedoman diet (mis.
kebutuhan
yang
piramida makanan)
kalori
sehat meningkat (skor 5) Pengetahuan
3. Sajikan makanan
yang
suhu yang sesuai
dibutuhkan oleh
standar
4. Berikan makanan
asupan
nutrisi
tinggi serat untuk
tepat
meningkat (skor 5) Penyiapan
dari
penyimpanan
mencegah konstipasi 5. Berikan makanan
6. Berikan suplemen
tujuan
kesehatan
5) cepat
makan melalui
7. Untuk mengetahui apakah asupan
c. Edukasi
duduk, jika mampu 2. Ajarkan diet yang
Perasaan
tidak
nasogatrik jika asupan
1. Anjurkan posisi
meningkat (skor
pasien
yang
mulut
minuman sesuai dengan
kepada
makan melalui selang
oral dapat diintoleransi
makanan/
dilakukan untuk
makanan
7. Hentikan pemberian
terhadap
nasogastric
protein
aman meningkat Sikap
6. Selang
memberikan
makanan, jika perlu
(skor 5)
tubuh
tinggi kalori dan tinggi
yang
makanan
nutrient lainnya
secara menarik dan
tentang
yang
dan
diprogramkan
nutrisi
pasien
sudah
sesuai
dengan kebutuhan 8. Membantu
kenyang
dalam
menurun (skor 5)
mengidentifikas
Nyeri
abdomen
menurun (skor 5) Sariawan menurun (skor 5) Ambun
rontok
menurun (skor 5) Diare
menurun
d. Kolaborasi 1. Kolaborasi
i
malnurisi,
khususnya bila
pemberian medikasi
BB kurang dari
sebelum makan (mis.
normal
pereda nyeri,
9. Untuk
antiemetic), jika
menegtahui
perlu
bagaimana hasil
(skor 5)
2. Kolaborasi dengan
Berat
badan
membaik
(skor
Indeks Tubuh membaik
Massa
nutrient yang
(IMT)
dibutuhkan, jika
(skor
5)
pasien
menentukan jumlah kalori dan jenis
5)
Nafsu
ahli gizi untuk
laboratorium
perlu
b. Terapeutik 1. Untuk membantu meningkatkan nafsu makan
makan
membaik
(skor
5)
2. Membantu pasien menentukan
Bising membaik
usus
pedoman diet
(skor
yang baik
5)
3. Untuk
Tebal
lipatan
kulit
trisep
mikat
nafsu
membaik
(skor
makan
pada
5)
pasien
Membrane
4. Saat
mukosa membaik 5)
menambah/me
terjadi
defisit nutrisi (skor
rentan terjadinya konstipasi maka dari itu perlu diberikan makann yang tinggi untuk mencega terjadinya konstipai 5. Untuk
serat
menambah energy pasien 6. Suplemen makan diberikan untuk meningkatkan nafsu
makan
pasien 7. Mencegah terjadinya kelebihan asupan nutrisi
c. Edukasi 1. Posisikan duduk
adalah
posisi yang tepat untuk makan/minum membuat lambung pasien mencerna makanan dengan baik 2. Agar
pasien
bisa menjalankan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1. Untuk meredakan nyeri
yang
dirasakan pasien sehingga membangkitk an
selera
makan
pada
pasien 2. Agar giziyang diberikan kepada pasien tepat seimbang
4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapakan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008). Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan, yaitu: 1.
Memonitor vital sign.
2.
Pemberian obat oral
5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir pada proses keperawatan ketika perawat menentukan kemajuan klien dalam mencapai tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuha keperawatan (Kozier, B.,et al , 2010) Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut (Dinarti, 2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
dan
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien diare dengan hipovolemia diharapkan pasien tidak merasa lemas dan mengeluh haus b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada pasien dengan hipovolemia indikator evaluasi menurut Moorhead et al. (2013) yaitu : 1. Frekuensi nadi meningkat menurun 2. nadi teraba lemah menurun 3. tekanan darah menurun menjadi normal 4. membran mukosa kering menjadi membaik 5. volume urine menurun menjadi normal 6. suhu tubuh meningkat menjadi normal c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan : 1. Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan 2. Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang berhasil dicapai (4 indikator evaluasi tercapai) 3.
Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisa
DAFTAR PUSTAKA
Najah, Hidayatun.2020. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Diare Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Dikutip dari http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1061/1/KTI%2520Hidayatun%2520Najah.pdf&usg=AOvVaw2mso4Mx AKMk7I_pzt5EggG&hl=in_ID . Diakses pada tanggal 27 Oktober 2021 Sariani, Ni Luh Putu. 2019. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Diare. Dikutip dari http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/2269/3/BAB%2520II.pdf&usg=AOvVaw3y Zd_c-d4HE4hjKgydL0jh&hl=in_ID. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2021 Dewi,
Novita.
2020.
BAB
II.
Dikutip
dari
http://repository.ump.ac.id/1374/3/EKA%20NOVITA%20DEWI%20BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2021 Suandewi.
2019.
KONSEP
DASAR
DIARE.
http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2064/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2021 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan.Jakarta Selatan : DPP PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI