LP Diare [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Departemen Keperawatan Gawat Darurat Stikes Panakkukang Makassar



LAPORAN PENDAHULUAN DIARE DI RUANG IGD ANAK RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR



OLEH : SRI WAHYUNI, S.Kep 18.04.032



CI.LAHAN



(



CI.INSTITUSI



)



(



YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR PRODI PROFESI NERS T.A 2018/2019



)



BAB I KONSEP MEDIS



A. Defenisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2015). Menurut WHO (2016), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2016). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter & Perry. 2016) Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014). Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.



B. Etiologi Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2016): a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak). c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein. d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang. e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas. f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.



C. Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : 1. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika



peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.



Patogenesis diare akut : -



Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.



-



Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.



-



Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)



-



Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.



Patogenesis diare kronis : Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi : -



Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia).



-



Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).



-



Hipoklikemia



-



Gangguan sirkulasi darah.



D. Manifestasi Klinis Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2016): a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap kali defekasi. c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil



d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik.



E. Komplikasi a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). b. Renjatan hipovolemik. c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram). d. Hipoglikemia. e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus. f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.



F. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium : - feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida - Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi - AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun ) - Faal ginjal : UC meningkat (GGA) b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni



G. Penatalaksanaan Medik : Dasar pengobatan diare adalah : 1.



Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah



pemberianya. 2. Dietetik (cara pemberian makanan) 3. Obat-obatan.



1) Pemberian cairan Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan keadaan umum. a. Pemberian cairan Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit. b. Cairan parontenal Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya. -



Belum ada dehidrasi



Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi. - Dehidrasi ringan 1



jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari



-



Dehidrasi sedang



1



jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya 125 ml / kg BB / hari



-



Dehidrasi berat



Tergantung pada umur dan BB pasien. 2) Pengobatan dietetik Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan : -



Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam



lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron). -



Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak



tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa. -



Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu



dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh.



3) Obat-obatan Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb). -



Obat anti sekresi



Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari -



Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak



beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi. -



Antibiotik Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari.



Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.



H. Pencegahan 1. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh daging yang belum di masak, sehabis dari toilet, atau setelah bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih 2. Mengkonsumsi makanan yang sudah dimasak 3. Minum air matang



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN



a. Pengkajian a. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi



usus asimptomatik dan



kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya . b. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x c. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis). d. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. e. Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan



susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan, f. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare. g. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan



makanan pada suhu kamar, kurang menjaga



kebersihan, lingkungan tempat tinggal. h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan 1. Pertumbuhan  Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.  Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.  Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah  Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. 2. Perkembangan a.



Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.  Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain). b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame and doundt Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario



kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak. c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun : 



berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)







Meniru membuat garis lurus (GH)







Menyatakan keinginan



sedikitnya dengan dua kata



(BBK) 



Melepasa pakaian sendiri (BM)



3. Pemeriksaan Fisik a.



pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,



b.



keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.



c.



Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih



d.



Mata : cekung, kering, sangat cekung



e.



Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum



f.



Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)



g.



Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .



h.



Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik,



suhu meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal. i.



Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.



j.



Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.



b. Diagnosa keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. 3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare 4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare. 5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus. 6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive



c. Intervensi keperawatan Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal Kriteria hasil :



o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari Intervensi : 1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit 2) Pantau intake dan output R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 3) Timbang berat badan setiap hari R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt 4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral 5) Kolaborasi : -



Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).



-



Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.



-



Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik



sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.



Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put Tujuan



: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi



Kriteria



: - Nafsu makan meningkat -



BB meningkat atau normal sesuai umur



Intervensi : 1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus. 2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan. 3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan. 5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain : a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu b. obat-obatan atau vitamin ( A) R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan



Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan



: Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh



Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa) Intervensi : 1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi) 2) Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh 3) Kolaborasi pemberian antipirektik R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak



Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare) Tujuan



: setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu



Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga -



Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar



Intervensi : 1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman 2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces 3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .



Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive Tujuan



: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi



Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel Intervensi : 1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga 2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS 3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya



4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll) R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien. 5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak



DAFTAR PUSTAKA Bates. B, 2014. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta Brunner&Suddart. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta Carpenitto.LJ. 2016. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7. EGC. Jakarta. Markum.AH. 2015. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. NANDA. 2016-2017. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta Ngastiyah. 20015. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta Suryanah. 2015. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta



LAMPIRAN POHON MASALAH



faktor infeksi



F malabsorbsi



F makanan



F. Psikologi



KH,Lemak,Protein



Masuk dan ber kembang dlm



meningk. Tek osmo



toksin tak dapat cemas



tik



diserap



usus



Hipersekresi air



pergeseran air dan



dan elektrolit



elektrolit ke rongga



(



isi rongga usus)



usus



hiperperistaltik



menurunya kesempatan usus menyerap makanan



DIARE



Frek. BAB meningkat



distensi abdomen



Kehilangan cairan & elekt



integritas kulit



berlebihan



gg. kes. cairan & elekt



perianal



As. Metabl



Resiko hipovolemi syok sesak



mual, muntah



nafsu makan



Gang. Oksigensi



BB menurun



Gangg. Tumbang



Faktor infeksi



Faktor malabsorbsi



Endotoksin



Tekanan osmotik ↑



Gangguan peristaltik Hiperperistaltik



Hipoperistaltik



merusak mukosa usus



Pergeseran cairan



Makanan tidak Pertumbuhan bakteri



dan elektrolit ke



sempat diserap



lumen usus



Endotoksin berlebih



Hipersekresi cairan dan elektrolit Isi lumen usus ↑



Rangsangan pengeluaran



Hiperperistaltik



Diare



Gangguan keseimbangan cairan



Gangguan keseimbangan elektrolit



Kurang volume cairan (dehidrasi)



Hiponatremia Hipokalemia



Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia,



Penurunan klorida serum



mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit kurang, mukosa mulut kering, mata dan cekung, peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan



Hipotensi postural, kulit dingin,



ubun-ubun



tremor kejang, peka rangsang, denyut jantung cepat dan lemah



(Horne & Swearingen, 2014; Smeltzer & Bare, 2016)