LP Keluarga Diare [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIARE A. Konsep Medis 1. Pengertian Diare Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2010). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran ,serta frekuensi nya lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2006). Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare.Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012). Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi anti biopik (donna L. Wong let,2009). Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). 2. Etiologi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi



glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan cemas. Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan” (Depkes RI, 2011). Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri, virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus



cereus,



Clostridium



perfringens,



Stafilokokus



aureus,



Campylobacter



aeromona.Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia, Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis, Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides strercoralis, Schistosomal). 3. Tanda dan gejala Diare Ciri-ciri anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2014), diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari.Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau lendir pada feses.Demam bisa dijumpai bisa juga tidak.Gejala mual dan muntah bisa dijumpai.Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik.Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri.Biasanyadisebabkan oleh patogen yang bersifat invasif.Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.



4. Klasifikasi Diare Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah a. Diare Akut Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. b. Diare Kronik Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai. 5. Patofisiologi Diare Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.



Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam kemungkinan faktor diantaranya : a. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. b. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat isi meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare. c. Faktor makanan Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. d. Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan diare.



Gambar I. 2 Patway Faktor Infeksi



Masuk dan berkembang dalam usus



Hipersekresi air dan elektrolit



Faktor Malabsorpsi



Tekanan osmotic



Elektrolit ke rongga usus



Kurang informasi tentang penyakit



Faktor Makanan



Toksin tidak dapat diserap



hiperperistaltik



Menurunnya kemampuan usus menyerap makanan Diare Distensi Abdomen



Nyeri akut Frekuensi BAB



Iritasi Usus



Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih



Gangguan Kulit kurang elastik, Integritas Kurang Pengetahuan mukosa kering kulit



Mual, muntah



Nutrisi/intake tidak adekuat



BB menurun



Defisit Volume Cairan



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



B. Konsep keluarga 1. Definisi keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yangtergabung



karena



hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 2014). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 2012). 2. Fungsi keluarga Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu: a. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga. c. Fungsi Reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. d. Fungsi Ekonomi Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya. e. Fungsi Perawatan Kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan(Marliyn M. Friedman, hal 86; 2010).Berdasarkan UU No.10 Tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu:



f. Fungsi Keagamaan Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. a) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga. b) Memberikan



contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam



pengamalan dari ajaran agama. c) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang dperolehnya di sekolah atau masyarakat. d) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. g. Fungsi Budaya a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan normanokrma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif gobalisasi dunia. d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera. h. Fungsi Cinta Kasih a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-menerus. b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara kuantitatif dan kualitatif. c) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam



keluarga secara serasi, selaras dan seimbang. d) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. i. Fungsi Perlindungan a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga. b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. j. Fungsi Reproduksi a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya. b) Memberikan



contoh



pengamalan



kaidah-kaidah



pembentukan



keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental. c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. k. Fungsi Sosialisasi a) Menyadari, merencnakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosisalisasi anak pertama dan utama. b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat. d) Membina peran, pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga



tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orangtua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. l. Fungsi Ekonomi a) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang. d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. m. Fungsi Pelestarian Lingkungan a) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga. b) Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan eksternal keluarga. c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil yang bahagia sejahtera(UU No.10 Tahun 1992 PP No.21 Tahun 1994, dalam setiadi 2008). 3. Tipe dan bentuk keluarga Tipe keluarga menurut Suprajitno (2012) yaitu sebagai berikut: a. Nuclear Family Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikaan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah b. Extended Family Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.



c. Reconstitud Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah. d. Middle Age/ Aging Couple Suami sebagai pencari uang. Istri dirumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anakanak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawianan/meniti karier. e. Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja dirumah. f. Single Parent Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah. g. Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak. h. Commuter Married Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saing mencari pada waktu-waktu tertentu. i. Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah. j. Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. k. Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. l. Comunal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.



m. Group Marriage Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orangtua dari anak-anak. n. Unmarried paret and child Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di adopsi. o. Cohibing Couple Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan (Friedman, 2010). 4. Struktur keluarga Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut: a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid. b. Struktru peran Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami. c. Struktur kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (lagimate power), ditiru (referent power), keahlian (experpower), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif (efektif power). d. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak, dapat mempersatukan aggota keluarga. Norma, pola perilaku yang baik menurut



masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya, kupulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. (Friedman, 2010) 5. Tahap dan perkembangan keluarga a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family) Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membntuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pasi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: 1) Membina hubungan intim dan memuaskan. 2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. 3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. 4) Menetapkan tujuan bersama. 5) Merencanakan anak (KB) 6) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua. Masalah Kesehatan yang Muncul : Penyesuaian



seksual



dan



peran



perkawinan, aspek luas tentang KB,Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah. Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan, hukum adat. Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling memahami satu sama lain. b. Tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama(child bearing family) Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan



dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena faktor perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain: 1) Persiapan menjadi orangtua. 2) Membagi peran dan tanggung jawab. 3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan. 4) Mempersiapkan dana atau biaya untuk child bearing. 5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga 6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita. 7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin. Masalah kesehatan keluarga : Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan & penanganan masalah kesehatan fisik secara dini. Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu & anak. c. Tahap keluarga ketiga dengan anak pra sekolah (famillies with preschool) Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orangtua beradaptasi terhadap kebutuhan- kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orangtua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhn anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orangtua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antar suami istri. Orang tua mempunyai perkembangan



individual



anak,



khususnya



perkembangan anak pada fase ini tercapai.



peran untuk menstimulasi



kemandirian



anak



agar



tugas



Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut: 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman 2) Membantu anak untuk bersosialisasi 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar) 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot). 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak. Masalah kesehatan keluarga : Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan & kecelakaan dan lain- lain. d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (famillies with children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan beakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orangtua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut: 1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar. 2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan. 3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual. 4) Menyediakan aktifitas untuk anak. 5) Menyesuaikan pada aktifitas kemunitas dengan mengikutsertakan anak. Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu: Kecelakaan dan injuri pada anak, Kanker terutama leukemia pada usia 1-14 tahun, Bunuh diri, HIV-AIDS. Peran



perawat pda tahap ini adalah: diskusi keselamatan anak dengan orangtua, melakukan screening atau pemeriksaan diri melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan diri. e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (familles with teenagers) Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi terbuka anatara anak dan orangtua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Masalah-masalah kesehatan : Masalah kesehatan fisik keluarga biasanya baik,tapi promosi kesehatan tetap perlu diberikan. Perhatian gaya hidup keluarga yang sehat : penyakit jantung koroner pada orangtua (usia 35 th ). Pada remaja : kecelakaan, penggunaan obat-obatan,alkohol, mulai menggunakan rokok sebagai alat pergaulan, kehamilan tidak dikehandaki. Konseling Dan pendidikan tentang sex education menjadi sangat penting. Terdapat beda persepsi antara orangtua dengan anak remaja tentang sex education : konseling harus terpisah antara orangtua dengan anak Persepsi remaja tentang sex education: uji kehamilan, AIDS, alat kontrasepsi dan aborsi. f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center famillies) Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak pada keluarga atau jika anak belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempesiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan



rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orangtua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ksong karena anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orangtua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah: 1) Memperluas keluarga int menjdi keluarga besar. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Membantu orangtua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua. 4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak. 5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga. 6) Berperan sebagai suami, istri, kakek dan nenek. 7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya. Masalah kesehatan : Masalah komunikasi anak dengan orangtua, perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis, Hipertensi, Kolesterol, Obesitas, menopause,DM, Dll g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age afamilles) Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kekuatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: 1) Mempertahankan kesehatan. 2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan waktu santai. 3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua. 4) Keakraban dengan pasangan. 5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga. 6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan. Masalah kesehatan : Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi, olahraga teratur, berat badan ideal, smoking. Masalah



hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri. h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan ralitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keuarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah: 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan 2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan. 3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat. 4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat. 5) Melakukan life review 6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian. (Suprajitno, 2012). Masalah kesehatan pada tahap ini yaitu : Menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumbersumber financial yan tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia. Peran perawat pada tahap ini yaitu: memfasilitasi perawatan kesehatan bagi lansia.



C. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009), keadaan umum bayi yang dapat diperiksameliputi mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam).Riwayat



penyakit



akan



memberikan



informasi



penting



mengenai



kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus apel). Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diare dapat dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada bayi lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk cair kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi.Pada pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran mukosa kering, pada bayi ubunubun cekung, bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda- tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antaralain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut Nanda NIC NOC 2015, adalah : a. Diare berhubungan denganproses infeksi b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif



(diare) c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan e. Resiko syok hipovelemik f. Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis akut berhubungan dengan kurangnya informasi. 3. Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis akut atau diare menurut Nurarif dan Hardhi (2015)adalah sebagai berikut: No 1.



Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC) Keperawatan hasil (NOC) Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC dengan proses keperawatan 2x24 jam infeksi diharapkan Diare pada Diarhea Management pasien teratasi. - Evaluasi efek NOC : Electrolyte and Acid samping base balance pengobatan terhadap Kriteria hasil : gastrointestinal a. Feses berbentuk, - Ajarkan pasien BAB sehari sekali untuk tiga hari menggunakan obat b. Menjaga daerah anti diare sekitar rectal dari - Evaluasi intake iritasi makanan yang c. Tidak mengalami masuk diare - Identifikasi faktor d. Menjelaskan penyebab dari diare penyebab diare dan - Monitor tanda dan rasional tindakan gejala diare c. Mempertahankan turgor - Observasi turgor kulit kulit secara rutin Skala : - Ukur



1. Ekstrim 2. Berat



-



3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada keluhan



-



2.



diare/keluaran BAB Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus Monitor persiapan makanan yang aman Monitor turgot kulit Monitor mual dan muntah



Kekurangan volumeSetelah dilakukan tindakanNIC cairan berhubungan keperawatan 2x24 jam dengan kehilangan diharapkan pasien tidakFluid management volume cairan aktif (diare) kekurangan cairan NOC : Status nutrisi: Intake - Timbang makanan dan cairan. popok/pembalut Kriteria hasil : jika diperlukan - Pertahankan intake a. Mempertahankan dan output yang urine output sesuai akurat dengan usia dan BB - Monitor status hidrasi (urine normal) dan kelembaban b. Tekanan darah nadi membran mukosa suhu dalam batas - Monitor vital sign normal - Monitor masukan c. Tidak ada tandamakanan tanda dehidrasi. - Kolaborasi obat Elastisitas turgor dengan dokter kulit baik, membran Monitor berat badan mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. Skala : 1. Ekstrim 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada keluhan



3



Ketidakseimban ganSetelah dilakukan tindakanNIC nutrisi kurang dari keperawatan 2x24 jam kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi pasienManajemen Nutirisi berhubungan dengan terpenuhi output yang - Kaji adanya alergi NOC: Status nutrisi: berlebihan. makanan Intake makanan dan - Kolaborasi dengan cairan ahli gizi untuk menentukan jumlah Kriteria Hasil: kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien a. Adanya - Monitor jumlah peningkatan berat nutrisi dan badan sesuai kandungan kalori dengan tujuan - Berikan informasi b. Berat badan ideal tentang kebutuhan sesuai dengan nutrisi tinggi badan - Kaji kemampuan c. Mampu pasien untuk mengidentifikasi mendapatkan nutrisi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan d. Tidak ada tandaNutrition monitoring tanda malnutrisi - BB pasien dalam Skala : batas normal 1. Ekstrim Monitor adanya 2. Berat penurunan berat badan 3. Sedang



-



4. Ringan 5. Tidak ada keluhan -



4.



Monitoring kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgot kulit Monitor mual dan muntah



Kerusakan intergritas Setelah dilakukan tindakan NIC kulit berhubungan keperawatan 2x24 jam dengan seringnya diharapkan tidak terjadi Pressure Management BAB dan iritasi infeksi. oleh fases yang - Jaga kebersihan kulit



bersifat asam



NOC: Tissue Integrity skin Kriteria Hasil:



-



a.Integritas Kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi) b.Tidak ada luka atau lesi pada kulit Mampu melindungi kulit dan mempertahankn kelembaban kulit dan perawatan alami Skala :



-



-



-



agar tetap kering dan bersih Monitor kulit adanya kemerahan Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan pada tempat tidur



1. Ekstrim 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi



5. Tidak ada keluhan Setelah dilakukan tindakanNIC keperawatan 2x24 jam diharapkan pengetahuan Teaching : disease pasien dan keluarga process tentang penyakit pasien - Berikan penilaian bertambah. tentang tingkat NOC : Knowledge : pengetahuan pasien disease process tentang proses penyakit yang Kriteria Hasil : spesifik - Gambarkan tanda dan a. Pasien dan keluarga gejala yang biasa menyatakan muncul pada penyakit, pemahaman tentang dengan cara yang penyakit, prognosis tepat dan progam - Gambarkan proses pengobatan



b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedure yang dijelaskan secara benar c. Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya Skala : 1. Ekstrim



penyakit dengan cara yang tepat - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan



2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 6.



Resiko syok hipovelemik



5. Tidak ada keluhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi syok pada pasien NOC : Syok pervention Kriteria hasil : a. Nadi dalam batas yang diharapkan b. Irama jantung dalam batas yang diharapkan c. Frekuensi nafas dalam batas normal



-



Skala 1. Ekstrim 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan



-



Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill Monitor oksigenasi Monitor input dan output Monitor suhu dan pernafasan Monitor tanda awal syok Kolaborasi obat dengan dokter



5. Tidak ada keluhan



DAFTAR PUSTAKA A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasiasuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. (3,ed). Jogjakarta : Mediaction publishing. Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Trans Info Medika Depertemen Kesehatan RI. (2011). Buku Saku diare Edisi 2011. Jakarta : Depertemen Kesehatan RI Donna Wong L,dkk (2009). Buku ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : EGC Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset Teori Dan Praktek. Jakarta : EGC Hidayat, A. Azis (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep & proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Juffrie, M., et al, 2010. Buku ajar Gastroenterologi- Hepatologi Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit IDAI Nelwan, Erni, Juita. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. (edisi 4 Jilid ke-1). Jakrta : Internal Publishing Vivian Nanny Lia (2010). Asuhan Neonatus bayi dan abak Balita. Jakarta : Salemba Medika Sodikin (2012). Keperawatan Anak : Gangguan Pencernaan. Jakarta :EGC Suprajitno (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Peneribit Buku Kedokteran EGC