22 0 240 KB
BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Kata diabetes berasal dari bahasa yunani, yakni diabainein yang berarti tembus atau pancuran air sedangkan kata mellitus berasal dari bahasa latin mellitus yang artinya rasa manis. Kemudian, diabetes mellitus secara umum dikenal dengan penyakit kencing manis yang ditandai degan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah ) yang terus-menurus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai dengar berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal. Dalam pemeriksaan mikroskop electron, diketahui bahwa kelainan ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, yang diseratai llitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gilu (glukosa) darah. Diabetes mellitus merupakan penyakit di mana tubuh si penderita tidak bisa mengontrol kadar gula darah dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan zat gula, sehingga akan sangat menganggu sistem kerja tubuh secara keseluruhan (Khasanah, 2012). Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2011).
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
B. Etiologi Sebenarnya, pembentukan diabetes mellitus dikarenakan produksi insulin yang kurang (yang kemudian dikenal sebagai diabetes tipe I), atau jaringan tubuh kurang sensitive terhadap insulin (Diabetes mellitus tipe II, bentuk yang lebih umum). Selain itu, ada bebrapa jenis diabetes mellitus yang disebabkan oleh resistensi insulin, tetapi diabetes ini sering terjadi pada wanita hamil. Meskipun demikian, diabetes mellitus selama kehamilan akan sembuh sendiri setelah
persalinan.
Biasanya,
penderita
diabetes
mellitus
tipe
satu
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan penderita diabetes mellitus tipe dua hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif dn diobati secara oral (Adib, 2011). Diabetes mellitus tipe II: Pada penderita diabetes mellitus tipe dua, pancreas tetap menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi dari normal. Akibatnya,
tubuh membentuk
kekebalan
terhadap
efeknya,
sehingga
menyebabkan kekrangan insulin cukup banyak. Penyakit ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya tejadi setelah usia 30 tahun. Sebenarnya, factor utama penyebab diabetes tipe dua adalah obesitas. Karena itu, diabetes mellitus tipe dua cenderung diturunkan secara genetic dalam keluarga. Biasanya, penderita diabetes mellitus tkipe dua tidak menunjukan gejala selama bebrapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah maka penderita akan sering merasa haus dan buang air kecil. Meskipun demikian, penderita diabetes mellitus tipe dua jarang mengalami ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi yakni > 1.000 mg/dl yang biasanya terjadi akibat infeksi atau obat-obatan, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat yang biasa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan koma hiperglikemik hiperosmolar nonketotik. Faktor risiko yang berhubungan
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas, serta riwayat keluarga (Adib, 2011). C. Patofisiologi Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi
gangguan
insulin
sekresi
dan insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor
permukaan
sel.
khusus Sebagai
pada akibat
terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). D. Manifestasi klinis Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila ia menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan “keluhan trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis dikenal dengan istilah poliuria), banyak minum (polidipsi), dan penurunan berat badan. Selain ketiga gejala utama tersebut, ada beberapa gejala lain yang juga sering muncul pada penderita diabetes, di antaranya banyak makan (polifagi), air seni dikerumuni semut karena gula keluar bersama urine (glukosuria), kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, dan luka sukar sembuh. Menurut Khasanah (2012), berikut penjelasan bagi munculnya beberapa gejala tersebut. 1. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria): Glukosa akan turut terbawa aliran urine ketika kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal melebihi kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh. Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam air kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine tersebut. Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes mellitus disebut juga penyaking kencing manis. 2.
Banyak Kencing (Poliuria): Sehubungan dengan sifat glukosa yang menyerap air, maka jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang dikeluarkan Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih daam jumlah berlebihan, maka penderita diabetes mellitus sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria). 3.
Banyak Minum (Polidipsi): Dampak dari banyak kencing adalah tubuh akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan menimbulkan rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes mellitus menjadi banyak minum.
4.
Penurunan Berat Badan: Pada penderita diabetes mellitus, proses penyerapan glukosa ke dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan lemak tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus terjadi dalam jangka waktu lama, maka penderita akan mengalami penurunan berat badan.
5.
Banyak Makan (Polifagi): Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh penderita diabetes mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar glukosa dalam darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap kadar gula dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena tubuh kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal ke otak untuk merangsang rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak makan.
E. Pemeriksaan Diagnostik Glukosa darah
; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma
; Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas
: Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum
: Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l. Elektrolit : Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
Kalium
; Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya
akan menurun. Fospor
: Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden. Glukosa darah arteri
: Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal). Amilase darah
: Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi). Pemeriksaan fungsi tiroid
: peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat. Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
F. Komplikasi Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama bisa merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Menurut Khasanah(2012), beberapa komplikasi diabetes mellitus tersebut sebagai berikut. 1. Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah dapat menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan memepercapat terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah meningkat dan terjadilah hipertensi. 2. Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari penyakit ini. 3. Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula darah yang tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dapat menyebakan gagal ginjal. 4. Gangguan pada Saraf: Jika saraf yang terhubung ke tangan, tngkai, dan kaki mengalami kerusakan, maka penderita akan sering mengalami sensasi kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada lengan dan tungkai. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kulit lebih sering
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
mengalami cedera, karena penderita dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu. 5. Luka yang Susah Sembuh dan Gangren: Berkurangnya aliran darah ke selsel kulit juga bisa menyebabkan penderita mudah luka dan proses penyembuhan luka berjalan lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam dan rentan mengalami infeksi, karena masa penyembuhannya agak lama. Dalam beberapa kasus, sebagian tungkai si penderita harus diamputasi untuk menyelamatkan jiwanya. G. Penatalaksanaan Secara umum, pengendalian DM dimasukkan untuk mengurangi gejala, membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi. Dengan demikian, prinsip dasar manejemen pengendalian atau penanganan DM meliputi: 1.
Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manejemen DM, yang sekilas tampaknya mudah tapi kenyataannya sulit mengendalikan diri terhadap nafsu makan.
2.
Latihan jasmani
3.
Perubahan perilaku risiko
4.
Obat anti diabetic
5.
Intervensi bedahh: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan dengan cangkok pankreas Tabel 1.1 Manajemen Pengendalian Diabetes Status Diabetes Tindakan Manejemen 1. Publik sehat - Edukasi, Informasi dan Kepedulian 2. Kelompok resiko - Penyaringan - Perbaikan gaya hidup 3. Prediabetik/Sindrom metabolik - Diagnosa dini - Pemerikasaan lab 4. Penderita Diabetes - Intervensi diet dan olahraga -Pengobatan Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
5. DM di rumah sakit 6. Kronik DM
- Pencegahan kemungkinan komplikasi - Pemeriksaan khusus -Pengobatan intensif - Perawatan khusus - Pencegahan komplikasi - Rehabitasi komplikasi - Pemeriksaan periodik
Obat anti diabetic (OAD) diberikan sesuai dengan peran masing-masing obat: (Bustam, 2014). 1.
Obat yang merangsang ssel-sel beta untuk mengeluarkan insulin (insulin secretagogue), misalnya sulphonylurea.
2.
Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensentifkan otot seperti Metformin.
3.
Obat yang mencegah penyerapan glukosa di usus dengan menghambat kerja enzim alpha glucosidase, misalnya Acarbosein.aan pleura.
H. Pencegahan Pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat penting karena tingkat glukosa darah selalu berubah-ubah. Sebab, kesuksesan menjaga gula darah dalam batasan normal dapat mencegah komplikasi diabetes. Sementara itu, faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah berhenti merokok, mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara teratur (Adib, 2011). Diabetes tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat dicegah. Menurut Khasanah (2012), adapun upya-upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan sebagai berikut: 1. Mengontrol berat badan atau menghindari obesitas yang merupakan salah satu pemicu munculnya diabetes. Dengan menjaga berat badan tetap ideal, maka risiko terkena penyakit diabetes akan turut berkurang.
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
2. Mengatur asupan lemak. Batasi asupan lemak berleebih dan perhatikan agar konsukmsi lemak tidak lebih dari 15% dari total kecukupan energi. 3. Membatasi makanan dan minuman manis. Batasi konsumsi gula kurang dari 15 gram sehari (setara 3 sendok makan). 4. Menerapkan pola makan dengan gizi seimbang. 5. Melakukan olahraga secara teratur 6. Jika sudah memasuki usia lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara teratur.
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
Faktor genetik, pengrusakan imunologik, infeksi virus Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan produksi insulin Gula dalam darah tdk dapat dibawa masuk ke dalam sel
Viskositas darah meingkat Aliran darah lambat
Hiperglikemia
GFR turun
Batas melibih ambang ginjal Retensi Na
Iskemik jaringan
Glukosuria
Pelepasan mediator kimia
kerusakan antibodi total CES naik
diaresis osmotik
Dipersepsikan hypothalamus
Anabolisme protein menurun
kekebalan tubuh menurun
tekanan kapiler naikeuropati Volume interstial naik
Retensi urin
Resiko infeksi
sensori perifer nekrosis luka
Ansietas
edema (kelebihan volume cairan)
Nyeri akut
hipervolemia
Kseulitan berjalan
Luka gangren
kehilangan elektrolit dalam sel dehidrasi
Gangguan mobilitas fisik
merangsang hipotalamus
Gangguan integritas kulit/jaringan
polidpsi & polifagi Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Defisit nutrisi Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fx organ: 1. Aktivitas Atau Istirahat Gejalnya: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan. Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur atau istirahat Tanda: Tachicardia dan tachipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, Letargi atau disorientasi. Koma Penurunan kekuatan otot. 2. Sirkulasi. Gejala: Adanya riwayat HT; IM akut Klaudasi , kebas, dan kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda:Tachicardia,
perubahan
TD
postural:
HTNadi
yang
menurunDisritmiaKrekes;DVJ(GJK)Kulit panas, kering dan kemerahmerahan; bola mata cekung. 3. Integritas ego Gejala: stress; tergantung pada orang lain masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi Tanda: ansietas, peka rangsang 4. Eliminasi Gejala: perubahan pola berkemih(poliuria), nokturiaRasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih(infeksi), ISK baru/berulangNyeri tekan abdomen, Diare.
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
Tanda: urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/ anuria jika terjadi
hipovolemia berat)Urine berkabut, bau
busuk (infeksi)Abdomen keras, adanya asitesBising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare) 5. Makanan / Cairan Gejala: hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan glukosa / karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu. Haus, Penggunaan diuretik (tiazid) 6. Neurosensori Gejala: pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan. Tanda : disorientasi; mengantung, letargi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru masa lalu); kacau mental.Reflex tendon dalam (RTD) menurun (koma)Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA) 7. Nyeri / Kenyamanan Gejala: abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat) Tanda: wajah mengiris dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati 8. pernafasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk, dengan /tanpa sputum purulen ( tergantung adanya infeksi / tidak) Tanda : lapar udara, Batuk, dengan/ tanpa sputum purulen (infeksi), Frekuensi pernafasan 9. Keamanan Gejala: kulit kering,gatal, ulkus kulit.
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
Tanda: Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya kekuatan umum/tentang gerak, Parestesia/paralisis otot, termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun cukup tajam). 10. Seksualitas Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi) 11. Penyuluhan atau pembelajaran Gejala: faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stoke, Hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid); dilantin dan fenobarbarbital. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2016) b. Penyebab (PPNI,2016). 1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma) 2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan) 3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisikberlebihan) c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016) 1) Subjektif a) Mengeluhnyeri 2) Objektif Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
a) Tampakmeringis b) Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri) c) Gelisah d) Frekuensi nadimeningkat e) Sulittidur d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016) 1) Subjektif Tidak tersedia 2) Objektif a) Tekanan darahmeningkat b) Pola napas berubah c) Nafsu makanberubah d) Proses berpikirterganggu e) Menarik diri f) Berfokus pada dirisendiri g) Diaforesis 2. Defisit nutrisi a. Definisi :Asupannutrisi tidak cukupuntuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI,2016) b. Penyebab (PPNI,2016) 1) Kurangnya asupan makanan 2) Ketidakmampuan menelanmakanan 3) Ketidakmampuan mencernamakanan 4) Ketidakmampuan mengabsorbsinutrien 5) Peningkatan kebutuhanmetabolisme 6) Faktor ekonomi (mis. finansial tidakmencukupi) Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
7) Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untukmakan) c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016) 1) Subjektif (Tidak tersedia) 2) Objektif a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016) 1) Subjektif a) Cepat kenyang setelahmakan b) Kram/nyeri abdomen c) Nafsu makan menurun 2) Objektif a) Bising usushiperaktif b) Otot pengunyahlemah c) Otot menelanlemah d) Memberan mukosa pucat e) Sariawan f) Serum albumin turun g) Rambut rontokberlebihan h) Diare 3. Gangguan integritas kulit/jaringan a. Definisi epidermis)
:
kerusakan atau
kulit
jaringan
(dermis
dan/atau
(membrane
mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament) (PPNI,2016) b. Penyebab (PPNI,2016) Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
1) Perubahansirkulasi 2) Perubahan status nutrisi (kelebihan ataukekurangan) 3) Kekurangan/kelebihan volume cairan 4) Penurunanmobilitas 5) Bahan kimia iritatif 6) Suhu lingkungan yangekstrem 7) Faktor mekanis (mis., penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi,
energi
listrik
bertegangantinggi) 8) Efek samping terapiradiasi 9) Kelembaban 10) Prosespenuaan 11) Neuropatiperifer 12) Perubahanpigmentasi 13) Perubahanhormonal 14) Kurang
terpaparinformasitentangupaya
mempertahankan/melindungi/integritasjaringan c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016) 1) Subjektif Tidak tersedia 2) Objektif a) Kerusakan jaringan dan/atau lapisankulit d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016) 1) Subjektif Tidak tersedia 2) Objektif Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
a) Nyeri b) Perdarahan c) Kemerahan d) Hematoma 4. Retensi urin a. Defenisi
: pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
(PPNI 2016) b. Penyebab 1) Peningkatan tekanan uretra 2) Kerusakan arkus refleks 3) Blok spingter 4) Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf) 5) Efek agen farmakologis (mis. Atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate) c. Gejala dan tanda Mayor 1) Subjektif
: Sensasi penuh pada kandung kemih
2) Objektif
: Disuria/anuria, distensi kandung kemih
d. Gejala dan tanda Minor 1) Subjektif
: Dribbling
2) Objektif
: Inkontinensia berlebih, residu urin 150ml
atau lebih e. Kondisi klinis terkait 1) Begnigna prostat hyperplasia 2) Pembengkakan perineal 3) Cedera medulla spinalis 4) Rektokel 5) Tumor disaluran kemih Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
5. Gangguan mobilitas fisik a. Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. b. Penyebab 1) Kerusakan integritas struktur tulang 2) Perubahan metabolism 3) Ketidakbugaran fisik 4) Penurunan kendali otot 5) Penurunan massa otot 6) Penurunan kekuatan otot 7) Keterlambatan perkembangan 8) Kekakuan sendi 9) Kontraktur 10) Malnutrisi 11) Gangguan musculoskeletal 12) Gangguan neuromuscular 13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia 14) Efek agen farmakologis 15) Program pembatasan gerak 16) Nyeri 17) Kurang terpapar informasi tentang aktifitas fisik 18) Kecemasan 19) Gangguan kognitif 20) Keengganan melakukan pergerakan 21) Gangguan sensoripresepsi c. Gejala dan tanda mayor
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
1) Subjektif
: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2) Objektif
: kekuatan otot menurun, rentang gerak
(ROM) menurun d. Gejala dan tanda minor 1) Subjektif
: nyeri saat begerak, enggang melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak 2) Objektif
: sendi kaku, gerakan tidak terkordinasi,
gerakan terbatas, fisik lemah e. Kondisi klinis terkait 1) Stroke 2) Cedera medulla spinalis 3) Trauma 4) Fraktur 5) Osteoarthritis 6) Osteomalasia 7) Keganasan 6. Perfusi perifer tidakefektif a. Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (PPNI,2016) b. Penyebab 1) Hiperglikemia 2) Penurunan konsentrasihemoglobin 3) Peningkatan tekanandarah 4) Kekurangan volumecairan 5) Penurunan aliran arteri dan/atau vena 6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.,
Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,imobilitas) 7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis., diabetes melitus,hiperlipidemia) 8) Kurang aktivitasfisik c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016) 1) Subjektif Tidak diketahui 2) Objektif a) Pengisian kapiler > 3 detik b) Nadi perifer menurun atau tidakteraba c) Akral teraba dingin d) Warna kulit pucat e) Turgor kulitmenurun d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016) 1) Subjektif a) Parastesia b) Nyeri ekstremitas (klaudikasiintermiten) 2) Objektif a) Edema b) Penyembuhan luka lambat c) Indeks ankle-brachial