LP Gerontik Osteoartritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN OSTEOARTRITIS



Disusun Oleh: Dini Apriliani J.0105.19.012



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS A. Konsep lanjut usia 1. Pengertian Lanjut



usia



adalah



seseorang



yang



mengalami



tahap



akhir



dalam



perkembangan kehidupan manusia. UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Proses menua adalah proses alamiah kehidupan yang terjadi mulai dari awal seseorang hidup, dan memiliki beberapa fase yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016). Lanjut usia mengalami penurunan biologis secara keseluruhan, dari penurunan tulang, massa otot yang menyebabkan lansia mengalami penurunan keseimbangan yang berisiko untuk terjadinya jatuh pada lanjut usia (Susilo, 2017). 2. Batasan lanjut usia Menurut beberapa ahli dalam Efendi (2009), yang mencangkup batasan umur lanjut usia sebagai berikut: a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. b. Menurut organisasi kesehatan WHO ada empat tahap yaitu: 1)



Usia pertengahan (middle age)



: 45-49 tahun.



2)



Lanjut usia (eldery)



: 60-74 tahun.



3)



Lanjut usia tua (old)



: 75-90 tahun.



4)



Usia sangat tua (very old)



: diatas 90 tahun.



3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia Menurut Erickson dalam Dikriyanti (2018), kesiapan lanjut usia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi



oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain. Adapun tugas perkembangan lanjut usia adalah sebagai berikut. a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. b. Mempersiapkan diri untuk pensiun. c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya. d. Mempersiapkan kehidupan baru. e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/ masyarakat secara santai. f. Mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangan. 4. Tipe Lansia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Sunaryo dkk, 2016 : 66). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut. a.



Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.



b.



Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif



dalam mencari



pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. c.



Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.



d.



Tipe pasrah



Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. e.



Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.



5. Proses Penuaan Proses menua adalah kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu yang bersifat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup (Dikriyanti, 2018). Proses menua yang terjadi bersifat individual, berarti: a. Tahap proses menua menjadi pada orang dengan usia berbeda. b. Setiap lanjut usia memiliki kebiasaan yang berbeda. c. Tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses menua. B. Konsep Osteoartritis 1. Pengertian Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi sinovial yang mempengaruhi seluruh komponen sendi, dan memiliki karakteristik hilang serta rusaknya tulang rawan, sendi yang terlokalisasi, inflamasi, pembentukan tulang baru pada pinggir sendi, perubahan tulang subkondral, berbagai derajat sinovitis ringan, dan penebalan kapsul sendi. Tetapi umumnya ditemukan



di lutut, tangan, panggul, dan tulang



belakang. Pada umumnya osteoartritis sangat jarang ditemukan pada individu di bawah 40 tahun prevalensinya meningkat seiring dengan usia (Huether, 2018). Osteoartritis (OA) juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif. Osteoartritis adalah penyakit yang paling umum dan paling sering melumpuhkan gangguan sendi, penyakit ini disebabkan oleh beberapa macam faktor. seiring bertambahnya usia,



osteoartritis sering dimulai pada usia 40 tahun, 90% populasi mengalami perubahan sendi. (Brunner & Suddart, 2016) Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian yang bersifat kronis dan merupakan bentuk arthritis yang paling umum terjadi yang menyebabkan nyeri dan disabilitas pada lanjut usia. 2. Etiologi Osteoartritis mungkin idiopatik (tanpa penyebab yang diketahui) atau sekunder (terkait dengan faktor resiko yang diketahui). Walaupun proses penuaan berkaitan dengan perubahan fungsi kondrosit, menyebabkan komposisi rawan sendi berubah dan terbentuk Osteoartritis. Osteoartritis primer atau dapat disebut osteoartritis idiopatik tidak memiliki penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis sekunder, merupakan Osteoartritis yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus Osteoartritis primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan Osteoartritis sekunder (Soeroso, 2008). Faktor resiko osteoartritis, meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Umur : dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis yaitu, faktor penuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. b.



Jenis kelamin : wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, lelaki lebih sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 5 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada lakilaki dan wanita. Akan tetapi diatas 50 tahun (setelah menaupose) frekuensi



osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran hormonal pada patogenesis Osteoartritis. c.



Faktor genetik : beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami Osteoartritis.



d.



Obesitas : peningkatan berat badan secara signifikan meningkatkan beban yang diberikan pada setiap persendian terutama lutut sehingga persendian dan tulang bekerja lebih berat.



e.



Riwayat trauma lutut : trauma dapat mengakibatkan rusaknya rawan sendi, baik yang bersifat trauma akut maupun trauma berulang yang melebihi kekuatan otot dan tendon periartikular (Nursarifah.R, 2011).



f.



Kebiasaan kerja dengan Beban Berat : terdapat hubungna yang signifikan antara pekerjaan yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian Osteoartritis.



3. Patofisiologi Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.



Perubahan-perubahan



degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan



menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. 4. Pathway



Faktor resiko Obesitas Jenis kelamin Infeksi Trauma



Proses Penuaan



Pelemahan jaringan kolagen



Pernurunan konsentrasi



Perubahan konpensasi tulang kartilago/rawan



proteoglikan Penurunan jumlah kondrosit



Penurunan jumlah cairan sinovial pada sendi Penurunan fleksibilitas sendi



Degenerasi atrofi kartilago



Pergeseran tulang



Klasifikasi ligamen



Osteoarthritis



Deformitas sendi



Efusi sendi



Penyempitan rongga sendi Gerakan akibat aktivitas Nyeri



Gangguan citra tubuh Kontraktur



Penurunan kekuatan kelemahan



Perubahan fungsi sendi



Intoleransi aktivitas



Proses penyakit memanjang Kurangnya informasi Defisiensi pengetahuan



Resiko jatuh



5. Tanda dan gejala a. Nyeri sendi : Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien dengan Osteoartritis. Beberapa gerakan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih. b. Kaku di pagi hari : Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2009). c. Hambatan gerakan sendi : Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara dengan bertambahnya rasa nyeri (Soeroso, 2009). d. Krepitasi : Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. e. Pembengkakan sendi yang asimetris : Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi. f. Perubahan gaya berjalan : Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien Osteoartritis, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan. g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) 6. Pemeriksaan diagnostic a.



Foto polos sendi (Rontgen) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.



b.



Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.



c.



Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di foto polos.



d.



Pemeriksaan Laboratorium, digunakan untk mengetahui bentuk-bentuk artritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.



7. Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan pasien yang mengalami Osteoartritis adalah untuk mengendalikan ketidak nyamanan, memperbaiki atau mempertahankan fungsi sendi dan mengatasi nyeri guna mempertahankan mobilitas sendi dan mengurangi atau mencegah disabilitas fisik. Berikut ini beberapa penatalaksanaan konservatif, antara lain: a.



Pendidikan kesehatan mengenai hal berikut : aktivitas yang dapat menurunkan tekanan berulang pada sendi dan upaya dalam penurunan berat badan.



b.



Terapi fisik : Osteoartritis lutut akan menyebabkan kondisi difuse atropi pada otot kuadrisep. Latihan kekuatan otot akan menurunkan konsidi difuse atrofi. Terapi atau olahraga fisik bertujuan untuk mempertahankan pergerakan sendi dan memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri sendi (Stevenson et al, 2012).



c.



Kompres : kompres hangat atau dingin mampu mengurangi nyeri.



d.



Terapi obat simptomatis : NSAIDs adalah obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi-sendi, analgesik seperti tramadol, obat relaksasi otot (muscle relaxants), dan injeksi glukokortikoid intra artikular.



e.



Pebedahan



f.



Pengurangan berat badan, jika di indikasikan.



8. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas



bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. C. Konsep teori asuhan keperawatan 1. Pengkajian



a. Identitas b. Keluhan utama Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.



c. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.



d. Pola fungsi Gordon 1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya. 2) Nutrisi/metabolic Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan volume minuman perhari, makanan kesukaan. 3) Pola eliminasi Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna 4) Pola aktivitas dan latihan Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu atau menggunakan alat 5) Pola tidur dan istirahat Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya 6) Pola kognitif-perseptual Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas nyerinya seperti apa), Region (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).



7) Pola persepsi diri Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri. 8) Pola seksual dan reproduksi kaji manupouse, kaji aktivitas seksual



e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini: 1)



Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.



2)



Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan



3)



Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.



4)



Wajah:



periksa



mata



untuk



sindroma



sjorgen,



skleritis,



episkelritis,



skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar 5)



Mulut:



(Kring,



karies



dentis,



ulkus)



catatan:



artritis



rematoid



tidak



menyeababkan iritasi. 6)



Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.



7)



Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan)



8)



Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik



9)



Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula spinalis.



10) Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior. 11) Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya darah.



f. Fungsional klien 1) Indeks Katz



Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. 2)



Status mental dan kognitif gerontik a) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ) Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002). b) MiniMental Status Exam (MMSE) Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan. Ini merupakan suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif bdigunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati. Pengkajian Khusus 1. Masalah kesehatan kronis



Keluhan kesehatan / gejala yang di rasakan kelayan dalam waktu 3 bulan No terakhir berkaitan dengan fungsi – fungsi A.      Fungsi penglihatan 1. Penglihatan kabur 2.      Mata berair



Selalu (3)



Sering( 2)



Jarang (1)



Tidak pernah (0)



3.      Nyeri pada mata Fungsi pendengaran B.      1.      Penedengaran berkurang 2.      Telinga berdenging Fungsi paru (Pernafasan) 1.      Batuk lama disertai keringat malam C.       2.      Sesak nafas 3.      Berdahak / sputum Fungsi Jantung 1.      Jantung berdebar-debar D.      2.      Cepat lelah 3.      Nyeri dada Fungsi pencernaan 1.      Mual /  muntah 2.      Nyeri ulu hati E.       3.      Makan dan minum banyak 4.      Perubahan kebiasaan BAB (mencret atau sembelit) Fungsi pergerakan 1.      Nyeri kaki saat berjalan F.        2.      Nyeri pinggang atau tulang belakang 3.      Nyeri persendian atau bengkak Fungsi persarafan 1.      Lumpuh atau kelemahan pada kaki dan tangan H. 2.      Kehilangan rasa 3.      Gemetar / tremor 4.      Nyeri / pegal pada daerah tengkuk Fungsi saluran perkemihan 1.      BAK banyak I.2.      sering BAK pada malam hari 3.      tidak mampu mengontrol pengeluaran air kemih Jumlah Total Analisis hasil : Score   : ≤ 25   : tidak ada masalah kesehatan kronis Score   : 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang Score   : ≥ 51   : masalah kesehatan kronis berat



2. Fungsi kognitif No Item pertanyaan Hari apa sekarang ? 1. Jawab : Selasa Tanggal berapa sekarang? 2. Jawab : 17 April Apa nama tempat ini? 3. Jawab : Toilet Dimana Alamat Bapak / ibu? 4. Jawab :  Bali Berapa umur Bapak / ibu sekarang? 5. Jawab : lahir 1965 Kapan Bapak / Ibu lahir? 6. Jawab : Lupa Siapa Presiden Indonesia sekarang? 7. Jawab : Lupa Siapa Presiden Indonesia sebelumnya? 8. Jawab : Lupa Siapa nama ibu anda? 9. Jawab : Susi Coba hitung dari angka 20 dengan pengurangan 3? 10. Jawab  : 17, 14, 11, 8, 5, 2 Jumlah salah Analisis hasil : Salah 0 – 3  Fungsi intelektual utuh Salah 4 – 5  kerusakan intelektual ringan Salah 6 – 8  kerusakan intelektual sedang Salah 9 – 10 kerusakan intelektual berat



Benar



Salah



3. No 1.



Status fungsional Aktivitas Di kamar mandi  (menggosok, membersihkan, dan mengeringkan badan) Menyiapkan pakaian, membuka pakaian,mengenakannya



2. 3. 4.



Memakan makanan yang telah di siapkan Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur kumis) BAB di WC (membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan) Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja) Buang BAK di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan) Dapat mengontrol pengeluaran kemih Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat



5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 



12. 13. 14. 15.



Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianut Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapihkan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan ruangan. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga. Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang sendiri) Menggunakan sarana sarana transportasi umum untuk bepergian. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat)



16.



Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, aktifitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan layanan kesehatan.



17.



Melakukan aktifitas diwaktu luang (kegiatan keagamaan, social, rekreasi, olahraga, dan menyalurkan hoby)



JUMLAH POIN MANDIRI Analisis hasil : Point    : 13-17 : mandiri



Mandiri  ( 1 )



Tergantung (0 )



Point    : 0-12   : ketergantungan 4. Status psikologis No. 1. 2. 3. 4. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30



Apakah bapak atau ibu dalam 1 minggu terakhir Merasa puas dengan kehidupan yang di jalani Banyak meninggalkan kesenangan dari minat dan kesenangan dan aktifitas anda Merasa bahwa kehidupan anda hampa Sering merasa bosan Penuh pengharapan akan masa depan Mempunyai semangat yang baik setiap waktu Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan Merasa bahagia disebagian besar waktu Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda Sering kali merasa tidak berdaya Sering merasa gelisah dan gugup Memilih tinggal dirumah dari pada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat Sering kali merasa khawatir akan masa depan Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibanding orang lain Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang Sering kali merasa merana Merasa kurang bahagia Sangat khawatir terhadap masa lalu Merasa bahwa hidup ini sangat menggairahkan Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru Merasa dalam keadaan penuh semangat Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele Sering kali merasa ingin menangis Merasa sulit untuk berkonsentrasi Menikmati tidur Memilih menghindar dari perkumpulan sosial Mudah mengambil keputusan Mempunyai pikiran yang jernih JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU



Analisa hasil : Nilai 0-5 : normal Nilai 6-15 : depresi ringan sampai sedang Nilai 16-30 : depresi berat



Ya



Tidak



2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi. b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi sendi e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan



perawatan



dan



pengobatan



berhubungan



dengan



kurangnya



pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi. 3. Intervensi Keperawatan Diagnosa Rencana Keperawatan No Tujuan Intervensi Rasional Keperawatan 1. Nyeri b/d Setelah diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam agen cedera asuhan keperawatan catat lokasi dan menentukan biologis, selama ….x… intensitas nyeri kebutuhan distensi pertemuan diharapkan (skala 0 – 10), managemen jaringan oleh nyeri berkurang atau catat faktor-faktor nyeri dan akumulasi terkontrol dengan yang keefektifan cairan, kriteria hasil : mempercepat dan program. destruksi a. Mampu mengontrol tanda-tanda rasa sendi nyeri nyeri. b. Melaporkan bahwa 2. Berikan matras 2. Matras yang nyeri berkurang atau kasur empuk, lembut/empuk, dengan bantal kecil. bantal yang menggunakan besar akan manajemen nyeri mencegah c. Mampu mengenali pemeliharaan nyeri (skala, kesejajaran tubuh intensitas, frekuensi yang tepat, dan tanda nyeri) menempatkan d. Menyatakan rasa setres pada sendi nyaman setelah yang sakit. nyeri berkurang 3. Tinggikan linen 3. Peninggian linen e. Tanda vital dalam tempat tidur sesuai tempat tidur rentang normal kebutuhan. menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri 4. Dorong untuk 4. Mencegah sering mengubah terjadinya posisi. Bantu kelelahan umum pasien untuk dan kekakuan bergerak di tempat sendi. tidur, sokong sendi Menstabilkan



2.



Gangguan/ kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyama nan, penurunan .kekuatan otot



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x….. jam, diharapkanhambatan mobilisasi fisik dapat diatasi dengan kriteria : a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas c. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)



3



Defisit perawatan diri b/d kelemahan, kerusakan persepsi dan kognitif



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x….. jam, klien mampu merawat diri dengan kriteria hasil : a. Klien terbebas dari bau badan b. Menyatakan kenyamanan



yang sakit di atas sendi, dan di bawah, mengurangi hindari gerakan gerakan/rasa yang menyentak. sakit pada sendi. 5. Berikan masase 5. Meningkatkan yang lembut relaksasi/mengur angi tegangan otot 6. Ajarkan dan 6. Dapat membantu anjurkan senam mengurangi nyeri ergonomis klien 7. kolaborasi beri 7. Meningkatkan obat sebelum relaksasi, aktivitas atau mengurangi latihan yang tegangan otot, direncanakan memudahkan sesuai petunjuk untuk ikut serta seperti asetil dalam terapi. salisilat. 1. Pertahankan 1. Untuk mencegah istirahat tirah kelelahan dan baring/duduk jika mempertahankan diperlukan. kekuatan. 2. Bantu bergerak 2. Meningkatkan dengan bantuan fungsi sendi, seminimal kekuatan otot mungkin. dan stamina 3.   Dorong klien umum. mempertahankan 3. Memaksimalkan postur tegak, fungsi sendi dan duduk tinggi, mempertahankan berdiri dan mobilitas. berjalan. 4.   Berikan 4. Menghindari lingkungan yang cedera akibat aman dan kecelakaan menganjurkan seperti jatuh. untuk menggunakan alat bantu. 5.   Berikan obat- 5. Untuk menekan obatan sesuai inflamasi sistemik indikasi seperti akut. steroid. 1. Kaji tingkat fungsi 1. Mengidentifikasi fisik tingkat bantuan/ dukungan yang diperlukan 2. Pertahankan 2. Mendukung mobilitas, kontrol kemandirian terhadap nyeri dan fisik/emosional progran latihan 3. Kaji hambatan 3. Menyiapkan terhadap untuk



terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan



4.



5.



Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang



Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya



partisipasi dalam meningkatkan perawatan diri, kemandirian yang identifikasi untuk akan modifikasi meningkatkan lingkungan harga diri 4. Identifikasikasi 4. Memberikan untuk perawatan kesempatan yang diperlukan, untuk dapat misalnya; lift, melakukan peninggian aktivitas secara dudukan toilet, mandiri kursi roda 5. 5. Bantu klien dalam memenuhi ADL



Setelah diberikan 1. Kendalikan asuhan keperawatan lingkungan dengan : selama …. x …. jam Menyingkirkan klien dapat bahaya yang mempertahankan tampak jelas, keselamatan fisik mengurangi dengan kriteria hasil : potensial cedera a. Tidak terjadi cedera akibat jatuh ketika b. Klien tampak tidur misalnya berhati-hati dalam menggunakan melakukan aktivitas penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil 2. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat asuhan keperawatan pemahaman klien selama ...x...jam tentang diharapkan klien pengertian, menunjukkan penyebab, tanda peningkatan dan gejala, pengetahuan mengenai pencegahan, penyakitnya, dengan pengobatan, dan kriteria hasil : akibat lanjut a. Menyatakan pemahaman 2. Bantu klien dalam



1. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.



2. Memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,mengaget kan pasien akan meningkatkan ansietas



1. Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit osteoartritis dan mempermudah dalam menentukan intervensi 2. Faktor-faktor



tentang proses mengidentifikasi resiko telah penyakit dan faktor-faktor resiko menunjukan regiment yang dapat diubah hubungan dalam pengobatan menunjang b. Mengidentifikasi osteoartritis efek samping obat 3. Kaji kesiapan dan 3. Kesalahan dan kemungkinan hambatan dalam konsep dan komplikasi yang belajar termasuk menyangkal perlu diperhatikan. orang terdekat diagnosa karena Mempertahankan perasaan TD dalam sejahtera yang parameter normal. sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis 4. Jelaskan pada 4. Meningkatkan klien tentang pemahaman dan proses penyakit pengetahuan osteoartritis klien tentang (pengertian, proses penyakit penyebab,tanda osteoatritis dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.



DAFTAR PUSTAKA



Agatha,



D.R., 2014, Laporan Pendahuluan Osteoatritis (online), available: http://davvhieedreeo.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-osteoartritisoa.html, (24 Maret 2015) Anonim, 2013, Askep Gerontik Pasien dengan Rematik, (online), available: rhizaners.blogspot.com/2013/02/askep-gerontik-pasien-dengan-rematik.html, (24 Maret 2015) Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing (8th Edition), oleh Agung Waluyo, dkk., Jakarta: EGC.