LP Osteoartritis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dipta
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTRITIS



Oleh: GDE DIPTA DHIATMIKA 219012684



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2021



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTRITIS A. Konsep Dasar Teori 1.



Definisi Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan



yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi ( Soenarwo, 2011) Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh kejadian biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara proses degradasi dan sintesis dari kondrosit matriks ektraseluler tulang rawan sendi dan tulang subkondral. Osteoartritis



yang



dikenal



sebagai



penyakit



sendi



degeneratif



atau



osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering



ditemukan



dan



kerapkali



menimbulkan



ketidakmampuan (disabilitas).



(Smeltzer, 2002) 2.



Epidemiologi Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 tahun keatas



dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada pria. Diseluruh dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 tahun keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011). 3.



Etiologi



a. Faktor Predisposisi Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala, meliputi: 1) Umur Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. 2) Pengausan



Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. 3) Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan 4) Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. 5) Keturunan Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 6) Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang. 7) Joint mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi 8) Penyakit Endokrin Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun.



9) Deposit pada rawan sendi



Hemokromatosis,penyakit



wilson,



akronotis,



kalsium



pirofosfat



dapat



mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi. b. Faktor Presipitasi Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area – area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan. 4. Patofisiologi Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan



terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. 5.



Klasifikasi Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:



a.



Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis.



b.



Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.



6.



Gejala klinis



a.



Nyeri sendi, keluhan utama



b.



Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.



c.



Kaku pagi



d.



Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.



e.



Pembesaran sendi (deformitas)



f.



Perubahan gaya berjalan



g.



Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)



7.



Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi



deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.



Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. 8.



Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)



a.



Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat ditemukan adalah



1) Pembengkakan jaringan lunak 2) Penyempitan rongga sendi 3) Erosi sendi 4) Osteoporosis juksta artikuler b.



Tes Serologi



1) BSE Positif 2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis c.



Pemeriksaan radiologi



1) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi 2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis d.



Aspirasi sendi Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik,



cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. 9.



Terapi/ Tindakan Penanganan Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan mengistirahatkan



sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:



1.



Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi nyeri.



2.



Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.



3.



Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan hampir setiap orang.



4.



Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah. Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai



tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obatobatan. a.



Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita. Badan- badan kemasyarakatan dan dari orang- orang lain yang juga pendeita artritis reumatoid serta keluarga mereka.



b.



Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa



tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri. c.



Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.



d.



Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak dapat menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan dengan mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan sambungan (debridemen) dapat dilakukan dengan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima beban saat melakukan pergerakan.



B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas b. Keluhan utama Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. c. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. d. Pola fungsi Gordon 1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya. 2) Nutrisi/metabolic Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan volume minuman perhari, makanan kesukaan. 3) Pola eliminasi



Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna 4) Pola aktivitas dan latihan Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu atau menggunakan alat 5) Pola tidur dan istirahat Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya 6) Pola kognitif-perseptual Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas nyerinya seperti apa), Region (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat). 7) Pola persepsi diri Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri. 8) Pola seksual dan reproduksi kaji manupouse, kaji aktivitas seksual e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini: 1) Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan. 2) Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan 3) Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila. 4) Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar 5) Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak menyeababkan iritasi. 6) Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal. 7) Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan) 8) Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik



9) Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula spinalis. 10) Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior. 11) Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya darah. f. Fungsional klien 1) Indeks Katz Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi: Termasuk kategori manakah klien? a)



Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi



b) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas c)



Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain



d) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas e)



Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain



f)



Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain



g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas Keterangan :



Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.



2) Status mental dan kognitif gerontik a) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ) Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002). b) MiniMental Status Exam (MMSE) Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan. Ini merupakan suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif bdigunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati. Depresi adalah umum pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau mental dan disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah artikan dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas membedakan antara depresi dengan demensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat tambahan yang penting. 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.



b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi d. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan



perawatan



dan



pengobatan



berhubungan



dengan



kurangnya



pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi. 3. Intervensi No 1.



Diagnosa Keperawatan Nyeri b/d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan, destruksi sendi



Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Setelah diberikan 1.     Kaji keluhan nyeri, 1.      Membantu dalam asuhan keperawatan catat lokasi dan menentukan selama ….x… intensitas nyeri kebutuhan pertemuan diharapkan (skala 0 – 10), managemen nyeri nyeri berkurang atau catat faktor-faktor dan keefektifan terkontrol dengan yang mempercepat program. kriteria hasil : dan tanda-tanda a. Mampu mengontrol rasa nyeri. nyeri (tahu 2.     Berikan matras 2.      Matras yang penyebab nyeri, atau kasur keras, lembut/empuk, mampu bantal kecil. bantal yang besar menggunakan tehnik Tinggikan linen akan mencegah nonfarmakologi tempat tidur sesuai pemeliharaan untuk mengurangi kebutuhan. kesejajaran tubuh nyeri, mencari yang tepat, bantuan) menempatkan b. Melaporkan bahwa setres pada sendi nyeri berkurang yang sakit. dengan Peninggian linen menggunakan tempat tidur manajemen nyeri menurunkan c. Mampu mengenali tekanan pada nyeri (skala, sendi yang intensitas, frekuensi terinflamasi / dan tanda nyeri) nyeri d. Menyatakan rasa 3.     Biarkan pasien 3.      Pada penyakit nyaman setelah mengambil posisi berat, tirah baring nyeri berkurang yang nyaman pada mungkin



e. Tanda vital dalam rentang normal



2.



Gangguan/ Setelah diberikan kerusakan asuhan keperawatan mobilitas fisik selama ….x….. jam,



waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi. 4.     Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak. 5.     Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi. 6.     Berikan masase yang lembut kolaborasi. 7.     Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.



diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.



4.      Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi. 5.      Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan. 6.      Meningkatkan elaksasi/mengura ngi tegangan otot 7.      Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.



1. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika



1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan



b/d deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyama nan, penurunan .kekuatan otot



3



Defisit perawatan diri b/d kelemahan, kerusakan persepsi dan kognitif



diharapkanhambatan mobilisasi fisik dapat diatasi dengan kriteria : a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah d. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x….. jam, klien mampu merawat diri dengan kriteria hasil : a. Klien terbebas dari bau badan b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan



diperlukan. 2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin. 3.   Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. 4.   Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. 5.   Berikan obatobatan sesuai indikasi seperti steroid.



kekuatan. 2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. 3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.



1.   Kaji tingkat fungsi fisik



1.      Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan yang diperlukan 2.      Mendukung kemandirian fisik/emosional



4. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.



5. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.



2.    Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan 3.    Kaji hambatan 3.      Menyiapkan terhadap partisipasi untuk dalam perawatan meningkatkan diri, identifikasi kemandirian yang untuk modifikasi akan lingkungan meningkatkan harga diri 4.    Identifikasikasi 4.      Memberikan untuk perawatan kesempatan yang diperlukan, untuk dapat misalnya; lift, melakukan



peninggian dudukan toilet, kursi roda 4.



Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x...jam diharapkan klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya, dengan kriteria hasil : a. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan b. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.



aktivitas secara mandiri



1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi pemahaman klien tingkat tentang pengertian, pegetahuan penyebab, tanda tentang proses dan gejala, penyakit pencegahan, osteoartritis dan pengobatan, dan mempermudah akibat lanjut dalam menentukan intervensi 2. Bantu klien dalam 2. Faktor-faktor mengidentifikasi resiko telah faktor-faktor menunjukan resiko yang dapat hubungan dalam diubah menunjang osteoartritis 3. Kaji kesiapan dan 3. Kesalahan hambatan dalam konsep dan belajar termasuk menyangkal orang terdekat diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis 4. Meningkatkan 4. Jelaskan pada pemahaman dan klien tentang pengetahuan proses penyakit klien tentang osteoartritis proses penyakit (pengertian, osteoatritis penyebab,tanda



dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.



4. Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan 1. 2. 3. 4.



Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan hilang Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan Pasien mampu melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri Pengetahuan pasien mengenai hipertensi meningkat dan menerapkannya 5. Tidak terjadi penurunan curah jantung pada pasien 6. Pasien terhindar dari resiko terhadap cedera



mampu



5. Evaluasi Evaluasi dilihat berdasarkan hasil dari tujuan awal yang ingin dicapai yang telah direncanakan sebelumnya.



DAFTAR PUSTAKA Agatha,



D.R., 2014, Laporan Pendahuluan Osteoatritis (online), available: http://davvhieedreeo.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluanosteoartritis-oa.html, (24 Maret 2015)



Anonim, 2013, Askep Gerontik Pasien dengan Rematik, (online), available: rhizaners.blogspot.com/2013/02/askep-gerontik-pasien-dengan-rematik.html, (24 Maret 2015) Carpenito, L.J., 2012, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi: Clinical Concepts of Disease Processes (6th Edition), oleh H. Hartanto, Jakarta: EGC Puspita,



E.D., 2014, Asuhan Keperawatan Osteoatritis, (online), http://awlianteka.blogspot.com/2014/06/asuhan-keperawatanosteoartritis.html, (24 Maret 2015)



available:



Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing (8th Edition), oleh Agung Waluyo, dkk., Jakarta: EGC.



Pathway Proses Penuaan



Pemecahan kondrosit



Proses penyakit degeneratif yang panjang



Trauma Intrinsik Ekstrinsik Perubahan Komponen sendi Kolagen Progteogtikasi Jaringan sub kondrial



Perubahan metabolisme sendi



Pengeluaran enzim lisosom



Kurang kemampuan mengingat Kesalahan interpretasi



MK: Defisit pengetahuan



Kerusakan matrik kartilago Penebalan tulang sendi



Perubahan fungsi sendi



Penyempitan rongga sendi Penurunan Kekuatan nyeri



Deformitas sendi



Hipertrofi



Distensi Cairan MK:Defisit perawatan diri



MK: Gangguan mobilytas fisik MK: Nyeri