LP Osteoartritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STASE KEPERAWATAN GERONTIK LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS



IPutu Arjun Pratama 203203116



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS Disusun oleh: IPutu Arjun Pratama 203203116 Disetujui pada: Hari Tanggal



: :



Mengetahui : Pembimbing Akademik



(



)



Mahasiswa



( IPutu Arjun Pratama B )



OSTEOARTRITIS A. Definisi Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Nurafif, 2015). Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul. Osteoartritis juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Smeltzer, 2010).



B. Etiologi Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun, dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubungan antara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit



dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari penggunaan sendi. Faktor usia juga memperngaruhi karena pada usia lanjut biasanya produksi cairan sendi akan berkurang dan vaskularisasi darah ke sendi juga tak sebaik sewaktu masa muda (Mansjoer, 2012). C. Manifestasi Klinik Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Gambaran klinis Osteoarthritis lainnya: 1)



Rasa Nyeri Pada Sendi Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.



2)



Kekakuan Dan Keterbatasan Gerak Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.



3)



Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.



4)



Mekanik Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong



sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya. 5)



Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.



6)



Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.



7)



Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi (Doenges, 2013). D. Pemeriksaan Diagnostik



1.



Reaksi aglutinasi: positif



2.



LED meningkat pesat



3.



Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.



4.



SDP: meningkat pada proses inflamasi



5.



JDL: Menunjukkan ancaman sedang



6.



Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun



7.



RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.



E. Patofisiologi



Sumber : Prince, Sylvia Anderson (2012) Proses penuaan menyebabkan proses penyakit degenerative yang panjang, pemecahan kondrosit, perubahan komponen sendi kolagen progteogtikasi jaringan sub kondrial. Proses penyakit degenerative yang panjang menyebabkan masalah keperawatan : kerusakan penatalaksanaan lingkungan, membuat kemampuan mengingat kesalahan interpretasi dan menimbulkan masalah keperawatan : Defisiensi Pengetahuan. Pemecahan kondrosit dan perubahan komponen sendi sama – sama



menyebabkan pengeluaran enzim lisosom, menyebabkan kerusakan matriks kartilago, menyebabkan penebalan tulang sendi, penyempitan rongga sendi dan penurunan kekuatan nyeri sehingga menimbulkan masalah keperawatan: Defisit Perawatan Diri. Trauma Intrinsik dan ekstrinsik menyebabkan perubahan metabolisme sendi yang mengakibatkan juga kerusakan matriks kartilago. Sedangkan perubahan fungsi sendi menyebabkan kontaktur, deformitas sendi dan hipertrofi. Kontraktur menyebabkan masalah keperawatan tentang gangguan citra tubuh. Deformitas sendi juga menyebabkan kerusakan mobilitas fisik. Hipertrofi menyebabkan distensi cairan yang menyebabkan masalah keperawatan nyeri akut (Prince, 2012). F. Penatalaksanaan 1)



Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul



2)



Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi



3)



Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,



4)



Pembedahan; artroplasti Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi agar lebih mudah bergerak.



5)



Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, penderita osteoarthritis dapat menjalani fisioterapi untuk memperkuat otot-otot sendi sekitar persendian. Cara ini juga bisa meningkatkan fleksibilitas sendi dan otot, serta mengurangi rasa sakit.



6)



Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.



7)



Rutin berolahraga yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperkuat otot-otot disekitar persendian, sehingga membuat persendian stabil. Contohnya pada lansia: Berjalan-jalan



G. Pengkajian Pola Gordon 1.



Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan a.



Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.



b.



Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.



2.



Pola Nutrisi Metabolik a.



Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.



b.



Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa



3.



Pola Eliminasi a.



Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).



4.



b.



Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneu.



c.



Lesi kulit, ulkas kaki.



d.



Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga.



e.



Demam ringan menetap.



f.



Kekeringan pada mata dan membran mukosa



Pola aktivitas dan Latihan Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.



5.



Pola Tidur dan Istirahat Kaji perbedaan waktu tidur sebelum dan sesudah sakit dan jumlah tidur dan istirahat per hari.



6.



Pola Kognitif dan Perseptual Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.



7.



Pola persepsi dan Konsep diri a.



Faktor-faktor



stress



akut/kronis



(misalnya



finansial



pekerjaan,



ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. b.



Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).



c.



Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.



8.



Pola peran dan Hubungan Dengan Sesama (koping) Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.



9.



Pola Reproduksi – Seksualitas Kaji pengetahuan klien tentang hubungan penyakit dengan masalah seksualitas. Ada atau tidaknya gangguan fungsional/seksual karena penyakit yang diderita (osteoarthritis). Klien mengalami perubahan atau masalah seksualitas yang berhubungan dengan penyakit kronik yang diderita.



10. Pola Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress Adakah gangguan penyesuaian diri klien terhadap lingkungan dan situasi yang baru berhubungan dengan penyakit. 11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan Apa yang menjadi tujuan hidup klien agar dapat menjadi motivasi dalam melawan rasa dan penyakit yang di derita klien. H. Diagnosa Yang Mungkin Muncul 1)



Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Osteoartritis).



2)



Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi.



3)



Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal



4)



Resiko cedera



I. DIAGNOSA Nyeri



cedera



NOC



akut Setelah



NIC tindakan  Manajemen Nyeri (1400)



dilakukan



keperawatan selama ….. X 24 Jam



berhubungan dengan



Rencana Intervensi Keperawatan



agen diharapkan masalah klien dapat



ketidaknyamanan. 2) Lakukan



biologis teratasi.



(Osteoartritis).



1) Observasi tanda non verbal dari pengkajian



nyeri



komprehensif yang meliputi lokasi,



 Tingkat Nyeri (2102)  Nyeri yang dilaporkan.



karakteristik,



 Panjang episode nyeri.



frekuensi, kualitas, intensitas atau



 Ekspresi nyeri wajah.



beratnya nyeri dan faktor pencetus. 3) Gunakan



 Frekuensi nafas.



strategi



komunikasi



untuk



mengetahui



terapeutik



 Tekanan darah.



onset/durasi,



pengalaman nyeri pasien. 4) Ajarkan



 Kontrol Nyeri (1605)  Mengenali



kapan



nyeri



 Menggambarkan



faktor analgesik



 Menggunakan



tindakan nyeri



tanpa



terkontrol.



faktor-



6) Dukung istirahat / tidur yang untuk



membantu



penurunan nyeri. 7) Berikan



informasi yang akurat



untuk meningkatkan pengetahuan



analgesik.  Melaporkan



eliminasi



faktor yang dapat mencetuskan atau



adekuat



yang direkomendasikan. pengurangan



atau



meningkatkan nyeri.



penyebab.  Menggunakan



non



farmakologi teknik guide imagery. 5) Kurangi



terjadi.



manajemen



nyeri



yang



dan



respon



keluarga



terhadap



pengalaman nyeri. 8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik jika diperlukan.



 Pemberian Analgesik (2210) 1)



Tentukan kualitas



lokasi, dan



karakteristik,



keparahan



nyeri



sebelum mengobati pasien. 2)



Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu



relaksasi



untuk



memfasilitasi penurunan nyeri. 3)



Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.



4)



Evaluasi



keefektifan



analgesik



dengan interval yang teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda dan gejala efek samping. 5)



Dokumentasikan respon terhadap analgesik



dan



adanya



efek



samping.  Aplikasi Panas / Dingin (1380) 1) Jelaskan penggunaan aplikasi panas atau dingin, alasan perawatan dan bagaimana



hal



tersebut



akan



mempengaruhi gejala pasien. 2) Aplikasikan



panas



atau



dingin



secara langsung atau didekat lokasi yang terkena



dampak



memungkinkan.



jika



3) Instruksikan



indikasi



mengenai



frekuensi dan prosedur aplikasi. 4) Evaluasi



dan



dokumentasikan



respon terhadap aplikasi panas atau dingin. Hambatan mobilitas berhubungan dengan sendi.



Setelah



dilakukan



tindakan  Terapi Latihan : Mobilitas Sendi



fisik keperawatan selama ….. X 24 Jam diharapkan masalah klien dapat



(0224) 1)



nyeri teratasi.  Pergerakan (0208)



Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi. Jelaskan



kepada



pasien



 Berjalan.



keluarga



manfaat



dan



 Bergerak dengan mudah.



melakukan latihan sendi.



 Gerakan sendi.



2)



3)



tujuan



Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh



yang



optimal



untuk



pergerakan sendi pasif maupun



 Pergerakan Sendi (0206)



aktif.



 Lutut kanan  Lutut kiri



atau



4)



Lakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai dengan indikasi.



 Daya Tahan (0001)  Melakukan aktivitas fisik.



5)



Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan ketidaknyamanan



 Aktivitas fisik.



selama pergerakan / aktivitas. 6)



Bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri yang bisa ditoleransi, ketahanan dan pergerakan sendi.



7)



Instruksikan pasien dan keluarga cara melakukan latihan ROM pasif,



ROM dengan bantuan atau ROM aktif. 8) Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dalam mengembangkan dan menerapkan sebuah program latihan. Defisit perawatan Setelah diri:



dilakukan



tindakan  Memandikan (1610)



mandi keperawatan selama …. X 24 jam



1. Sediakan



lingkungan



berhubungan



diharapkan deficit perawatan diri



terapiutik



dengan gangguan



dapat teratasi dengan kriteria hasil:



kehangatan, suasan yang rileks, dan



muskuloskeletal



 Perawatan Diri: Mandi



menjaga privasi klien



 Klien mampu mencuci wajah



dengan



yang



memastikan



2. Letakan peralatan mandi didekat tempat tidur pasien



 Klien mampu mencuci



3. Monitor kebersihan kuku



badan bagian atas  Klien mampu mengeringkan



4. Bantu klien untuk mandi dan mengerikan bagian yangtidak bisa



badan  Klien mampu membersihkan



dijangkau



area parenium  Klien mampu menyebutkan hal yang diperlukan untuk mandi Risiko cedera



Setelah



dilakukan



tindakan  Pencegahan jatuh



keperawatan selama …. X 24 Jam diharapkan



risiko



cedera



teratasi dengan kriteria hasil:  Tingkat cedera  Tidak adanya luka/lecet



dapat



1. Identifikasi faktor dan perilaku yang mempengaruhi risiko jatuh 2. Bantu



ambulasi



individu



yang



memiliki ketidakseimbangan 3. Dukung pasien untuk menggunakan tongkat atau walker dengan tepat



 Pasien mampu mengontrol ketegangan otot  Tidak adanya fraktur  Gangguan mobilitas pasien tidak terjadi



4. Sarankan menggunakan alas kaki yang aman 5. Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain untuk meminimalkan efek samping dari pengobatan yang berkontribusi pada kejadian jatuh



DAFTAR PUSTAKA Bimoariotejo. (2011). Keperawatan Usia Lanjut. Yogyakarta : EGC. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier Inc. Depkes, RI (2014), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes. Doenges, EM. (2013), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Mansjoer, Arif, (2012). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier Inc. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA NIC – NOC. Yogyakarta: Nuha Medika. Prince, Sylvia Anderson. (2012)., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Smeltzer C. Suzannne, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC. Wahyudi, N. (2011). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.