LP Osteoartritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OSTEOARTRITIS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disintegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan penambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit dan fibrosis pada kapsul sendi (Muttaqim, 2008). Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak, penyakit ini bersifat kronis berjalan progresif lambat, tidak meradang ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian (Price, 2005).



Osteoartritis yang dikenal sebagai



penyakit sendi degenerative atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Suzanne, 2002).



2. Epidemiologi Prevalensi OA cukup tinggi. Diseluruh dunia kecendrungan penderita wanita lebih tinggi dibandingkan pria, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 th atau lebih menderita OA. Insidens atau kasus baru OA meningkat dengan bertambahnya usia, 80% pasien berusia lebih dari 75 tahun



memiliki bukti radiologis adanya OA. Presentasi ini akan dapat terus meningkat akibat pola hidup tidak sehat, obesitas dan bertambahnya usia harapan hidup. Pada masa yang akan datang tantangan terhadap OA akan lebih besar karena semakin banyak populasi lansia. 3. Etiologi Osteoartritis Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain: a. Umur Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur (>50 thn) karena penurunan jumlah kolagen dan penurunan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) serta terjadi fibrosis tulang rawan. Osteoartritis hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur < 40 thn. b. Jenis kelamin Wanita sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Sering ditemukan pada wanita pasca menopause (osteoarthritis primer)



dan Osteoartritis



sekunder lebih sering pada pria. c. Genetik Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. misalnya pada ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering. d.



Ras Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya Cina, Eropa dan Amerika daripada kulit hitam. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pada frekuensi kelainan congenital dan pertumbuhan.



e.



Faktor metabolic/endokrin Klien hipertensi dan diabetes lebih rentan terhadap osteoarthritis. Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan dan meningkatkan resiko OA.



f.



Faktor mekanis dan kelainan geometri sendi 



Trauma



dan



faktor



predisposisi. Trauma



yang



hebat



fraktur



intraartikular atau dislokasi sendi merupakan predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga yang menggunakan sendi berlebihan dan gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.  g.



Cuaca dan iklim. OA lebih sering timbul pada cuaca dingin.



Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.



4. Klasifikasi a. Osteoartritis primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan OA, serta penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. OA primer umumnya bersifat poli-artikular dengan nyeri akut. b. Osteoartritis sekunder, disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovial, seperti:  Trauma/instabilitas Terjadi fraktur pada daerah sendi, adanya hipermobilitas dan adanya 



instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi. Faktor genetic adanya kelainan genetic dan kelainan pertumbuhan tubuh (dysplasia



ephifisial, dysplasia asetabular, dislokasi sendi panggul bawaan).  Penyakit metabolic/endokrin Terjadi atropi akibat inflamasi seperti mukopolisakarida akibat diabetes meletus, akromegali, okronosi. 5. Tanda dan gejala a. Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan suatu kegiatan fisik. b. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik. c. Peradangan



Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri . d. Mekanik Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya. e. Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. f. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. g. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. 6. Patofisiologi Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein



yang



membentuk



matriks



di



sekeliling



kondrosit



sehingga



mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalang distal dan proksimasi. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau



diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.



Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena



peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.



PATHWAY : Usia, jenis kelamin, pengausan, trauma, faktor metabolic, keturunan, joint malignment



Kerusakan fokal tulang rawan, pembentukan tulang baru pd sendi yg progresif



Terbentuknya lapisan dr bahan elastik Iregularitas & akibat pergeseran Hambatanpd pelunakan sendi/adanya cairan Tulang Kekakuan rawan pd sendi sendi mobilitas tulang rawan & yg viskosa besar/jaringan



↓Integritas Matriks, perubahan komponen sendi; kolagen, proteoglikan kartilago Perubahan mekanisme Peningkatan beban Pembentukan dlm menyangga Kelemahan dan Defisit perawatan ↑sendi tekanan intraartikuler menanggung ↓ kemampuan osteosit pd ujung Kelemahan fisik Peningkatan Resiko trauma OSTEOARTRITIS mudah lelah akibat kongesti vaskuler bebanpersendian tubuh pergerakan diri Nyeri vaskularisasi



Membrane sinovial penebalan pada synovial berupa kista



Kerusakan tulang rawan Kontraktur kapsul, instabilitas sendi Deformitas sendi



Pembengkakan sendi Fibrosis kapsul, osteosit, ireguleritas permukaan sendi



Perubahan bentuk tubuh pd tulang & sendi Gangguan citra tubuh



Perubahan status Kurang pengetahuan



7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan fisik 1) Hambatan gerak Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun aksentris (salah satu arah gerakan saja). 2) Krepitasi



Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. 3) Pembengkakan sendi yang sering kali asimetris Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (< 100cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi. 4) Tanda-tanda peradangan. Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan



warna kemerahan) mungkin



dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol



dan timbul belakangan, seringkali



dijumpai dilutut,



pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki. 5) Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecatatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi. 6) Perubahan gaya berjalan. Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena manjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, osteoarthritis juga menimbulkan gangguan fungsi. b. Pemeriksaan penunjang -



Reaksi aglutinasi: positif



-



LED meningkat



-



Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.



-



SDP: meningkat pada proses inflamasi



-



JDL: Menunjukkan ancaman sedang



-



Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun



-



RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.



8. Penatalaksanaan OA 1. Tindakan preventif  Penurunan berat badan  Pencegahan cedera  Screening sendi paha  Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja 2. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obatobatan jenis ini harus sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, disamping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping harus selalu dilakukan. 3. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi 4. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik, 5. Pembedahan; artroplasti 9. Komplikasi dari OA Osteoarthritis adalah jenis penyakit degeneratif yang akan semakin parah seiring bertambahnya waktu. Rasa sakit dan kaku di persendian bisa saja semakin parah sehingga dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan sejumlah penderitanya tak mampu lagi bekerja. Ketika sakit di persendian



makin parah, biasanya dokter akan menyarankan untuk menjalani bedah pergantian sendi. Komplikasi yang dapat timbul antara lain: 



Osteonekrosis Merupakan suatu kelainan akibat dari kehilangan suplai darah pada tulang yang terjadi secara sementara atau permanen. Darah membawa nutrisi yang penting dan oksigen ke tulang. Tanpa darah, jaringan tulang akan mati dan pada akhirnya tulang akan hancur. Osteonekrosis juga dikenal dengan nama avascular necrosis, aseptic necrosis dan ischemia necrosis.







Ruptur baker’s cyst Adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi lutut menonjol dibagian belakang lutut. Bagian belakang lutut disebut juga sebagai daerah poplitea lutut. Baker’s cyst kadang-kadang disebut kista poplitea. Kista poplitea merupakan distensi cairan dari bursa antara tendon gastrocnemius dan semi membraneus melalui komunikan dengan sendi lutut disebut juga bursa gastrocnemio semi membranous.







Bursitis Adalah peradangan pada bursa yang disertai nyeri. Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan synovial yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Dalam keadaan normal, bursa mengandung sangat sedikit cairan, tetapi jika terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.







Penggunaan obat NSAID dalam jangka waktu lama juga dapat menimbulkan efek samping yang merugikan terutama pada lambung dapat menyebabkan gastritis, tukak, perdarahan lambung dan diare sampai kematian. Efek samping non gastric antara lain: gagal ginjal, hipertensi, hepatitis, anemia, gangguan faal trombosit, alergi, sindrom steven Johnson, serta gangguan susunan saraf pusat.



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1) Pengkajian fisik



a) Identitas b) Keluhan utama Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. c) Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengak, dan terasa kaku. d) Pola fungsi Gordon  Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.  Nutrisi/metabolic Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.  Pola eliminasi Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna  Pola aktivitas dan latihan Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu atau menggunakan alat  Pola tidur dan istirahat Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya  Pola kognitif-perseptual Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas (nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).  Pola persepsi diri Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri.  Pola seksual dan reproduksi Kaji manupouse, kaji aktivitas seksual  Pola peran dan hubungan Kaji status perkawinan, pekerjaan  Pola manajemen koping stress  Sistem nilai dan keyakinan b. Fungsional klien 1) Indeks Barthel yang dimodifikasi



Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih. Cara penilaian: NO



KRITERIA



BANTUAN



MANDIRI



1



Makan



5



10



2



Minum



5



10



3



Berpindah dari kursi roda ketempat tidur/sebaliknya



5-10



15



4



Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, menggosok gigi)



0



5



5



Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)



5



10



6



Mandi



5



15



7



Jalan di permukaan datar



0



5



8



Naik turun tangga



5



10



9



Menggunakan pakaian



5



10



10



Kontrol bowel (BAB)



5



10



11



Kontrol Bladder (BAK)



5



10



Total skor



Cara penilaian: < 60 : ketergantungan penuh/total 65-105 : ketergantungan sebagian 110 : mandiri 2) Indeks Katz Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satukeuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur



perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi: Termasuk kategori manakah klien? A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas Keterangan : Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu. c. Status mental dan kognitif gerontik  Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ) Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002). NO



PERTANYAAN



1



Tanggal berapa hari ini



2



Hari apa sekarang



3



Apa nama tempat ini



4



Alamat anda?



BENAR



SALAH



5



Berapa umur anda?



6



Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)



7



Siapa presiden indonesia sekarang?



8



Siapa presiden ndonesia sebelumnya?



9



Siapa nama ibu anda?



10



Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun Jumlah



Interpretasi hasil : 1) 2) 3) 4)



Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat



 MiniMental Status Exam (MMSE) Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan. Ini merupakan suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang berhubungan bdigunakan



dengan untuk



intervensi. Alat membedakan



jenis



pengukur depresi



status serius



afektif yang



mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati. Depresi adalah umum pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau mental dan disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah artikan dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas



membedakan antara depresi dengan demensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat tambahan yang penting. 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi. b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan



perubahan



dan



ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi sendi e. Kurang pengetahuan (kebutuhan



belajar)



mengenai



penyakit,



prognosis dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi. f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk tubuh pada sendi dan tulang.



3. Perencanaan No 1.



Diagnosa Keperawatan Nyeri b.d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan, destruksi sendi



Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri



Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri



Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal



     







(farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri



Analgesic Administration 



  



 



2.



Gangguan/kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan .kekuatan otot



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkanhambatan mobilisasi fisik dapat diatasi dengan kriteria :  Klien meningkat dalam aktivitas fisik  Mengerti tujuan dari



Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)



Exercise therapy : ambulation 



 



Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam



peningkatan mobilitas  Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah  Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)



3



Defisit perawatan diri b/d kelemahan, kerusakan persepsi dan kognitif



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu merawat diri dengan kriteria hasil : 



Klien terbebas dari bau badan  Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs  Dapat melakukan ADLS dengan bantuan



4.



Resiko jatuh b/d penurunan fungsi sendi, keterbatasan ketahanan fisik



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien tidak/terhindar dari resiko jatuh dengan kriteria:  Klien terbebas dari cedera  Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku



pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.  Berikan alat Bantu jika klien memerlukan  Bantu klien melakukan latihan ROM  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan Self Care assistance : ADLs  Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.  Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.  Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.  Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.  Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. . Environmental Managemen t safety  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit



personal  Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri







  



   



terdahulu pasien Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Memberikan penerangan yang cukup Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barangbarang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.



DAFTAR PUSTAKA



Darmojo B & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia. Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes. Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC. Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier. Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996. NANDA. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NICNOC. Yogyakarta, Media hardy. Muttaqim. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal. Jakarta, EGC. Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI. Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.