LP Head Femur & THR - Annida Hasanah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN THR (TOTAL HIP REPLACEMENT) Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners



Disusun Oleh: Annida Hasanah, S.Kep 11194692010059



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2021



LEMBAR PERSETUJUAN



JUDUL KASUS



: Total Hip Replacement (THR)



NAMA MAHASISWA : Annida Hasanah, S. Kep NIM



: 11194692010059



Banjarmasin,



Februari 2021



Menyetujui,



Program Studi Profesi Ners



RSUD Ulin Banjarmasin



Preseptor Akademik



Preseptor Klinik



M. Riduansyah, Ns., M.Kep NIK.1166072017105



Mahyudi, S.Kep., Ns NIP. 196707281988021001



LEMBAR PENGESAHAN



JUDUL KASUS



: Total Hip Replacement (THR)



NAMA MAHASISWA : Annida Hasanah, S. Kep NIM



: 11194692010059



Banjarmasin, Februari 2021



Menyetujui, Program Studi Profesi Ners



RSUD Ulin Banjarmasin



Preseptor Akademik



Preseptor Klinik



M. Riduansyah, Ns., M.Kep NIK.1166072017105



Mahyudi, S.Kep., Ns NIP. 196707281988021001



Mengetahui, Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners



Mohammad Basit, S. Kep., Ns., MM NIK. 1166102012053



LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR HEAD FEMUR DENGAN TINDAKAN THR (TOTAL HIP REPLACEMENT)



A. Konsep Fraktur Head Femur 1. Anatomi Fisiologi



Head femur atau yang biasa disebut dengan kepala femur adalah tombol tulang dibagian atas tulang paha. Bagian ini berbentuk seperti bola



yang



menghubungkan



antara



paha



dengan



panggul



dan



membentuk sendi panggul. Bagian head femur ini didukung dengan adanya cairan synovial yang memungkinkan pergerakan kesegala arah. Femur adalah tulang paha yang merupakan tulang panjang pada ekstremitas bagian bawah. Poros femur panjang dan silindris serta memuncak dibagian atas dengan tiga tonjolan yang disebut dengan trokhanter mayor, trokhanter minor, dan kepala femur atau head femur. Kepala femur adalah bagian tengah, yang merupakan bagian terbesar dari tonjolan tersebut dan didukung oleh sebuah cabang kecil dari tulang yang disebut dengan leher femur atau neck femur. Leher femur mengarah menuju ke pinggul dengan sudut sekitar 126 derajat, sehingga dapat menghubungkan dengan acetabulum. Sebuah gerakan pada bagian ini dengan sudut kecil yang tidak teratut atau sudut besar yang teratur dapat menyebabkan knock-lutut atau bowleggedness. Head femur hampir bulat, halus, dan berselubung oleh tulang rawan. Tulang rawan ini membantu melindungi tulang paha dan panggul selama gerakan sendi panggul. Sendi pinggul adalah sendi sinovial, dimana ditandai dengan membran sinovial yang mengeluarkan cairan pelumas sinovial, yang



mengisi ruang pada tulang yang disebut dengan rongga sinovial. Cairan ini membuat lapisan tulang rawan pada kepala femoral dan acetabulum licin untuk mencegah gesekan dan kerusakan pada tulang (Kenney, Caitlin. 2014). Pada Head Femur terdapat beberapa ligamen yaitu : a.



Ligamentum iliofmoraleapexnya terdapat pada os. Illium di antara dua caput muskulus rectus femoris. Ligamen yang sangat tebal ini berujung pada trochanter major dan minor. Ligamentum iniberfungsi mempertahankan art. coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga



mengurangi



kebutuhan



kontraksi



otot



untuk



mempertahankan posisi tegak. Ligamentum iliofemorale adalah ligamentum terkuat yang terdapat pada sendi ini. b.



Ligamentum ischiofemorale mengelilingi caput femoris, jika dilihat dari posterior. Ligamentum ini berfungsi mencegah rotasi interna (endorotasi) dari caput femoris.



c.



Ligamentum



pubofemoralis



terdapat



pada



bagian



inferomedialdengan origo yang lebar pada pubis dan insersionya pada trochanter minor.Ligamentum ini berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa (eksorotasi). d.



Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitifemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis. Capsula articularis: membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.



e.



Ligamentum



teres



femoris



berbentuk



pipih



dan



segitiga.



Ligamentum ini melekat melalui puncaknya pada lubang yang ada di



caput



femoris



dan



melalui



dasarnya



pada



ligamentum



transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi dan dan dibungkus membrana synovial Suplai darah head femur berasal dari sumber yaitu:



Vaskularisasi sampai ujung os femur pada Art.Coxae dibentuk oleh tiga kelompok besar: a.



Pembuluh darah yang melewati colum femoris bersama dengan retinacula kapsularis dan memasuki caput melalui foramina besar pada basis caput. Pembuluh darah ini berasal dari cabang arteri sirkumfleksa femoralis melalui anastomiss dengan arteri cruciate dan arteri trochanterica. Pada orang dewasa ini merupakan sumber pasokan darah terpenting.



b.



Pembuluh darah dalam ligamentum teres yang memasuki caput melaluli foramina kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang arteri obturatoria.



c.



Melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis nutrisia. Pada fraktur collum femoris sering terjadi terganggunya aliran darah



ke caput femori. Pembuluh darah Retinacular superior dan pembuluh epifisial merupakan sumber terpenting untuk suplai darah. Pada fraktur terbuka dapat menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah dan sinovial (Woon, Colin dan Taylor Ben. 2014). Sumber utama dari pasokan darah ke head femur disuplai oleh arteri sirkumfleksa femoralis medial dan lateral. Jika arteri ini rusak, kepala femur tergantung pada arteri kecil di ligamentum kepala femur, atau ligamentum teres. Ligamentum ini melekat pada acetabulum di satu ujung dan fovea kepala femur di sisi lain. Fovea adalah cekungan bulat telur di kepala femoral, hanya sedikit di bawah pusatnya. Kerusakan di head femur jarang terjadi, tetapi dapat terjadi dalam kasus dislokasi pinggul (Kenney, Caitlin. 2014).



2. Definisi Fraktur head femur adalah rusaknya kontinuitas pada tulang femur pada bagian kaput. Fraktur ini jarang terjadi dan berkaitan dengan adanya fraktur dislokasi hip. Lokasi dan ukuran dari fraktur serta tingkat kominusi tergantung pada posisi pinggul saat dislokasi. Kejadian head femur ini jarang terjadi. Fraktur head femur terjadi sebagai akibat dari cedera misalnya karena benturan, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, kecelakaan industry. 5- 15% dari dislokasi pinggul posterior berhubungan dengan fraktur head femur karena fraktur terjadi antara head femur dan acetabulum posterior dimana dapat mengakibatkan fraktur impaksi atau lekukan dari head femur (Woon, Colin dan Taylor Ben. 2014). 3. Etiologi a. Penyebab fraktur femur antara lain: 1) Fraktur femur terbuka Disebabkan oleh trauma langsung pada paha 2) Fraktur femur tertutup Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis (Arif Muttaqin, 2014). b. Terjadinya fraktur head femur yaitu : 1) 10% dapat diakibatkan dari adanya dislokasi hip posterior 2) 25%-75% dapat disebabkan karena dislokasi hip anterior 4. Klasifikasi a. Tipe 1 Fraktur terjadi di bawah fovea, tidak melibatkan bagian berat tubuh dari head femur. b. Tipe 2 Fraktur terjadi diatas fovea, dan melibatkan bagian berat tubuh dari head femur.



c. Tipe 3 Fraktur yang terjadi pada di bagian head femur dengan disertai pula pada bagian neck femur. Pada tipe ini, dapat menyebabkan tingginya insiden AVN (avascular necrosis). d. Tipe 4 Fraktur pada head femur yang melibatkan bagian acetabular (Woon, Colin dan Taylor Ben. 2014). Biasanya diperlukan waktu trauma yang cukup ekstrim untuk menyebabkan



kerusakan



tersebut



dan



mungkin



memerlukan



pembedahan. Gangguan ke salah satu arteri utama dapat menyebabkan nekrosis avascular, di mana sel-sel mulai mati karena kekurangan suplai darah. Ini merupakan komplikasi serius dan dapat memerlukan penggantian pinggul (Kenney, Caitlin. 2014).



5. Manifestasi Klinis Gejala Trias Klinis Dari Fraktur Head Femur a. Nyeri hebat di tempat fraktur b. Tidak mampu menggerakkan ekstremitas bawah c. Rotasi luar dari kaki lebih pendek d. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. 6. Patofisiologi Fraktur femur adalah gangguan pada tulang paha biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.



Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur femur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman seperti nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk mempertahanakan fragmen yang telah dihubungkan, tetap pada tempatnya sampai sembuh. Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detah jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin- katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer.



Hal ini akan meningkatkan



tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormonhormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga



menyebabkan peningkatan aliran darah



ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa- sisa sel mati



dimulai. Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala- jala untuk melakukan aktivitas astoeblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan



dengan



pembengkakan



yang



tidak



ditangani



dapat



menurunkan asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoreksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf meupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & Suddarth, 2012).



7. Pathway Trauma (langsung/ tidak langsung)



Fraktur patologis



Fraktur (terbuka atau tertutup)



Kehilangan integritas tulang



Ketidaksetabilan posisi fraktur apabila organ fraktur digerakkan



Fragmen tulang yang patah menusuk organ sekitar panggul



Nyeri Akut



Kompartemen sindrom, keterbatasan aktifitas



Defisit perawatan diri



Perubahan fragmen tulang, kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah



Perdarahan lokal



Fraktur terbuka ujung tulang menembus otot dan kulit



luka



Hematoma pada daerah fraktur Gangguan integritas kulit



Aliran darah ke daerah distal berkurang atau terhambat



Port de entry kuman



Resiko infeksi Warna jaringan pucat, nadi lemah, sianosis, kesemutan Kerusakan neuro muskular Gangguan fungsi organ distal Gangguan mobilitas fisik



Tindakan Operasi



Perfusi Perifer Tidak Efektif



Total Hip Replacement (THR)



Pre Operatif Rencana Pembedahan Kurang Informasi



Intra Operatif



Kesadaran diturunkan



Pembiusan Insisi pembedahan



Terputusnya kontinuitas jaringan pembuluh darah



Reflek batuk dan menelan menurun Terakumulasi sekret



Risiko Perdarahan



Bersihan jalan napas tidak efektif Lidah jatuh



Menutup jalan napas



Pasca anastesi Gangguan perfusi termoregulasi



Kelemahan otot pernapasan Ansietas



Post Operatif



Risiko hipotermia perioperatif



8. Penatalaksanaan Medis a. Non operatif 1) Hip reduction Indikasi: a)



Dislokasi akut



b)



Mengurangi terjadinya dislokasi pinggul dalam waktu 6 jam



2) TDWB x 4-6 minggu, membatasi adduksi dan rotasi internal Indikasi: a)



Fraktur head femur tipe 1



b)



Fraktur head femur tipe 2 dengan laserasi tulang 94 % 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis 3. Lakukan penekanan langsung pada perdarahan eksternal 4. Pasang jalur IV berukuran besar 5. Pasang kateter urin untuk



menilai produksi urin



9.



Risiko Hipotermia Perioperatif (D.0141)



Termoregulasi (L.14134) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan termoregulasi dapat membaik dengan kriteria hasil : 1. Menggigil menurun 2. Kulit merah menurun 3. Kejang menurun 4. Pucat menurun 5. Dasar kuku sianosis menurun 6. Suhu tubuh membaik 7. Suhu kulit membaik 8. Tekanan darah membaik



DAFTAR PUSTAKA



Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian IV 2. Kolaborasi pemberian transfusi Manajemen Hipotermia (I.14507) Observasi 1. Monitor suhu tubuh 2. Identifikasi penyebab hipotermia 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia Terapeutik 1. Sediakan lingkungan yang hangat 2. Ganti pakaian atau linen yang basah 3. Lakukan penghangatan pasif 4. Lakukan penghangatan aktif



Caitlin Kenney. 2014. Femoral Head Fracture. Jakarta: Salemba Medika Colin Woon, Ben Taylor. 2014. Femoral Head Fracture Nealon, Thomas F. 2015. Ketrampilan Pokok Ilmu Bedah ED.4. Jakarta: EGC Eden, Greg. 2011. Total Hip Replacement. YPO. New Zealand. PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI Smeltzer, Suzanne C. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.